Setelah Deklarasi Universal HAM 1948

sipil dan politik; hak substensi hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupan; dan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil, dan politik meliputi: 1. Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi. 2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan. 3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak berperkemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan. 4. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi. 5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif. 6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang sewenang-wenang. 7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak. 8. Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah. 9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat. 10. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik. 11. Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu. 12. Hak bergerak. 13. Hak memperoleh suaka. 14. Hak atas satu kebangsaan. 15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga. 16. Hak untuk mempunyai hak milik. 17. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama. 18. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat. 19. Hak untuk berhimpun dan berserikat. 20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat. Adapun hak ekonomi, sosial, dan budaya meliputi: 1. Hak atas jaminan sosial. 2. Hak untuk bekerja. 3. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama. 4. Hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh. 5. Hak atas istirahat dan waktu senggang. 6. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan. 7. Hak atas pendidikan. 8. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari masyarakat.

2. Setelah Deklarasi Universal HAM 1948

Secara garis besar, perkembangan pemikiran tentang HAM pasca-Perang Dunia II dibagi mrenjadi empat kurun generasi. Generasi pertama. Menurut generasi ini pengertian HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Dampak Perang Dunia II sangat mewarnai pemikiran generasi ini, di mana totaliterisme dan munculnya keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang baru sangat kuat. Seperangkat hukum yang disepakati sangat sarat dengan hak-hak yuridis, seperti hak untuk hidup, hak untuk tidak menjadi budak, hak untuk tidak disiksa dan ditahan, dan sebagainya. Selain dari hak-hak tersebut, hak nasionalitas, hak pemilikan, hak pemikiran, hak beragama, hak pendidikan, hak pekerjaan, dan kehidupan budaya juga mewarnai pemikiran HAM generasi pertama ini. Generasi kedua. Pada era ini pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis seperti yang dikampanyekan generasi pertama, tetapi juga menyerukan hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Pada generasi kedua ini lahir dua konvensi HAM Internasional di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta konvensi bidang sipil dan hak-hak politik sipil international covenant on economic, social, and cultural rights dan international covenant on civil and political rights. Kedua konvensi tersebut disepakati dalam sidang umum PBB 1966. Generasi ketiga. Generasi ini menyerukan wacana kesatuan HAM antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam satu bagian integral yang dikenal dengan istilah hak- hak melaksanakan pembangunan the rights of development, sebagaimana dinyatakan oleh Komisi Keadilan Internasional International Commission of Justice. Pada era generasi ketiga ini peranan negara tampak begitu dominan. Generasi keempat. Di era ini ditandai oleh lahirnya pemikiran kritis HAM. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal dengan Declaration od the Basic Duties of Asia People and Government. Lebih maju dari generasi sebelumnya, deklarasi ini tidak saja mencakup tuntutan struktural, tetapi juga menyerukan terciptanya tatanan sosial yang lebih berkeadilan. Tidak hanya masalah hak asasi, deklarasi HAM Asia ini juga berbicara tentang masalah kewajiban asasi yang harus dilakukan oleh setiap negara. Secara positif deklarasi ini mengukuhkan keharusan imperatif setiap negara untuk memenuhi hak asasi rakyatnya. Dalam kerangka ini, pelaksanaan dan penghormatan atas hak asasi manusia bukan saja urusan orang perorangan, tetapi juga merupakan tugas dan tanggung jawab negara.

3. Perkembangan HAM di Indonesia