Pemilu 1955

1) Pemilu 1955

Indonesia baru berhasil melaksanakan Pemilu yang pertama kali pada tahun 1955. Pemilu 1955 ini dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilu yang berpijak pada pasal 57 UUDS 1950. Pasal ini menyatakan bahwa anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Patut dicatat dan dibanggakan bahwa pemilu yang pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur dan adil serta sangat demokratis. Pemilu 1955 bahkan mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk dari negara- negara asing. Pemilu ini diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perorangan.

Yang menarik dari Pemilu 1955 adalah tingginya kesadaran berkompetisi secara sehat. Misalnya, meski yang menjadi calon anggota DPR adalah perdana menteri dan menteri yang sedang memerintah, mereka tidak menggunakan fasilitas negara dan otoritasnya kepada pejabat bawahan untuk menggiring pemilih yang menguntungkan partainya. Karena itu sosok pejabat negara tidak dianggap sebagai pesaing yang menakutkan dan akan memenangkan pemilu dengan segala cara. Karena pemilu kali ini dilakukan untuk dua keperluan, yaitu memilih anggota DPR dan memilih anggota Dewan Konstituante, maka hasilnya pun perlu dipaparkan semuanya. Sistem pemilihan yang digunakan dalam Pemilu 1955 ini adalah proporsional yang tidak murni dan terdapat 16 daerah pemilihan. 117

115 Ibid. 116 Ibid. 117 Abdul Bari Azed dan Makmur Amir, Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: PSHTN UI, 2005. hal 81

Sangat disayangkan, kisah sukses Pemilu 1955 akhirnya tidak bisa dilanjutkan dan hanya menjadi catatan emas sejarah. Pemilu pertama itu tidak berlanjut dengan pemilu kedua lima tahun berikutnya, meskipun tahun 1958 Pejabat Presiden Sukarno sudah melantik Panitia Pemilihan Indonesia II. Yang terjadi kemudian adalah berubahnya format politik dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebuah keputusan presiden untuk membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945.

Sehubungan dengan pemberlakuan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang antara lain menyatakan berlakunya kembali UUD 1945, maka Presiden dengan PenPres No 1/1959 menyatakan bahwa DPR hasil Pemilu1955 menjalankan tugasnya menurut UUD 1945. Dengan demikian, anggota DPR ini tidak ada perubahan dengan periode 1955-1959. dekrit ini pula yang mengakibatkan Pemilu tidak jadi dilaksanakan meskipun sudah dibentuk Panitia Pemilihan Indonesia II.

Pada perjalanan berikutnya, karena DPR ini tidak menyetujui Anggaran Pendapatan yang yang diajukan Pemerintah, Presiden Soekarno mengeluarkan PenPres No 3 Tahun 1960 pada 5 Maret 1960 yang menghentikan pelaksanaan tugas dan pekerjaan anggota DPR periode ini. Kemudian Presiden Soekarno mengeluarkan PenPres No 4 Tahun 1960 pada 24 Juni 1960 yang menjadi dasar pembentukan DPR GR, yang terjadi adalah Presiden Soekarno membubarkan DPR Gotong Royong. 118

Pengangkatan keanggotaan MPR dan DPR, dalam arti tanpa pemilihan, memang tidak bertentangan dengan UUD 1945. Karena UUD 1945 tidak memuat klausul tentang tata cara memilih anggota DPR dan MPR. Tetapi, konsekuensi pengangkatan itu adalah terkooptasinya kedua lembaga itu di bawah presiden. Padahal menurut UUD 1945, MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi, sedangkan DPR sejajar dengan presiden. 119

Sampai Presiden Soekarno diberhentikan oleh MPRS melalui Sidang Istimewa dengan Ketetapan MPRS XXXIII/MPRS/1967 Pemilu belum berhasil dilaksanakan. Tap MPRS XXXIII/MPRS/1967 disamping memuat pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno, juga memberikan mandat kepada Soeharto untuk mengemban amanat sebagai Pejabat Presiden sampai dilaksanakannya Pemilihan Umum. Hal ini termaktub dalam Pasal 4 TAP MPRS XXXIII/MPRS/1967 yang menyebutkan, Menetapkan berlakunya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XV/MPRS/1966, dan mengangkat Jenderal Soeharto, pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden

Daniel S. Lev, Partai-Partai Politik di Indonesia Pada Masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin, dalam Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996, hal 133 119 Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993, hal 139 Daniel S. Lev, Partai-Partai Politik di Indonesia Pada Masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin, dalam Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996, hal 133 119 Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993, hal 139