Penut up; Menarik Prinsip

D. Penut up; Menarik Prinsip

Sebagai penut up dari rangkaian t ulisan ini saya akan menarik prinsip-prinsip nil ai-sosial dalam kehidupan ekonomi. Penarikan prinsip dilakukan dengan cara mendudukkan ket iga j enis j ual -beli yang dibahas dalam t ulisan ini, yakni j ual-beli t radisional, j ual-beli modern t ipe pert ama dan j ual -beli modern t ipe kedua di at as sebuah garis perkembangan linier kemudian membandingkan dan mengabst raksikannya secara indukt if , sehingga prinsip yang dit arik bersif at sinkronik unt uk set iap t ipe j ual-beli sekaligus diakronik yang menggambarkan kait hubung ant ar t ipe j ual-beli. Sebelumnya akan dit ampilkan perbedaan ket iga j enis j ual-bel i dari aspek syarat , t uj uan t ransaksi, nil ai asas, ciri khas, st rukt ur lat ar dan model persebaran yang akan digunakan sebagai dasar penarikan prinsip dalam t abel di bawah ini:

Tabel 1: Per bandingan ket iga j enis j ual -bel i dengan kepemil ikan nil ai-sosial yang ber beda

Sumber : Anal isa, 2017 Berdasarkan perbedaan ket iga j enis j ual-beli dapat dit arik t iga prinsip nilai-sosial dalam

kehidupan ekonomi. Prinsip pert ama, pergeseran relasi kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial dari ket erhubungan menj adi ket erput usan yang menyebabkan menurunnya t ingkat an nilai-sosial dari t ingkat an t inggi menj adi menengah hingga t anpa nilai-sosial. Dal am j ual - beli t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama, kehidupan ekonomi berj alin erat dengan kehidupan sosial. Bagi yang pert ama, kehidupan ekonomi didasari dan bert uj uan unt uk menguat kan kehidupan sosial dan bagi yang kedua, kehidupan sosial mendasari dicapainya kehidupan ekonomi yang lebih baik, sehingga t erbent uk nil ai-sosial yang t inggi dan menengah di mana pencapaian dalam kehidupan ekonomi berkorel asi posit if t erhadap kehidupan ekonomi. Prinsip pert ama, pergeseran relasi kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial dari ket erhubungan menj adi ket erput usan yang menyebabkan menurunnya t ingkat an nilai-sosial dari t ingkat an t inggi menj adi menengah hingga t anpa nilai-sosial. Dal am j ual - beli t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama, kehidupan ekonomi berj alin erat dengan kehidupan sosial. Bagi yang pert ama, kehidupan ekonomi didasari dan bert uj uan unt uk menguat kan kehidupan sosial dan bagi yang kedua, kehidupan sosial mendasari dicapainya kehidupan ekonomi yang lebih baik, sehingga t erbent uk nil ai-sosial yang t inggi dan menengah di mana pencapaian dalam kehidupan ekonomi berkorel asi posit if t erhadap

Ket erhubungan kehidupan ekonomi dengan kehidupan sosial dapat menekan munculnya konf lik yang diakibat kan persoal an ekonomi. Kal aupun konf lik t idak dapat dihindari, konf lik yang t erj adi bersif at personal ant ara individu yang t erikat j alinan sosial di mana ant ara pihak yang t erlibat konf l ik saling mengenal dengan baik. Hubungan sosial ant ara pihak yang t erlibat konf lik dapat menekan agar konf lik bersif at st at is hanya di ant ara pihak yang t erlibat dan t idak melebar hingga menj adi konf lik t erbuka yang mel ibat kan modal sosial masing-masing pihak. Konf lik j enis ini t erj adi j ika di ant ara pemilik warung yang t erikat j alinan sosial t erlibat persaingan ekonomi sepert i perebut an pelanggan dengan cara mempengaruhi secara personal maupun dengan menj ual barang sej enis dengan harga paling rendah, sehingga mempengaruhi pembeli unt uk merubah pref erensi sosial menj adi pref erensi barang dalam pemenuhan kebut uhannya.

Konf l ik yang sama dapat t erj adi di ant ara pemilik warung dengan pemilik mini-mart t ipe pert ama di mana keduanya t erikat j alinan sosial j ika daya spasial yang dimiliki ruang mini- mart begit u kuat menarik pelanggan warung, sehingga menyebabkan kerugian ekonomi dan kerugian sosial bagi pemilik warung dikarenakan perpindahan pelanggan t idak saj a berart i perpindahan ruang t ransaksi yang mengakibat kan menurunnya int ensit as j ual-beli yang t erj adi di warung, t et api j uga perpindahan j alinan sosial yang mengakibat kan merenggangnya hubungan sosial ant ara pemil ik warung dengan pel anggannya maupun ant ara pemilik warung dengan pemilik mini-mart . Konf lik serupa dapat pula melibat kan ant ar pemil ik mini-mart t ipe pert ama yang t erikat j alinan sosial. Jal inan sosial berperan pent ing bagi penj ual yang memprakt ikkan j ual-beli modern t ipe pert ama karena melal ui j al inan sosial yang dimil iki, penj ual mendapat kan keunt ungan ekonomi, sehingga t arik menarik pel anggan dengan cara menguasai j al inan sosial t idak dapat dihindari j ika lebih dari sat u ruang mini-mart hadir berdekat an di dalam l ingkungan f isik dan lingkungan sosial yang sama.

Konf lik yang bersif at personal dengan melibat kan nil ai-sosial yang t inggi maupun menengah dapat disel esaikan mel alui mediasi oleh pihak ket iga yang t erikat j alinan sosial dengan pihak-pihak yang t erlibat konf lik. Persyarat an yang dibut uhkan oleh pihak ket iga sebagai penengah konf lik adalah (1) memil iki penget ahuan yang dibut uhkan unt uk menyelesaikan konf lik yang t erj adi; dan (2) merupakan seorang t okoh yang t erpercaya dan disegani, dengan demikian pihak ket iga merupakan individu-personal yang memiliki ot orit as keilmuan dan ot orit as sosial , sehingga dengan kedua syarat t ersebut pihak yang t erlibat konf lik dapat menerima kehadiran pihak ket iga dan memat uhi langkah-langkah yang harus dilakukan unt uk menyelesaikan konf lik. Dimungkinkannya dilakukan mediasi oleh pihak ket iga berart i konf lik yang bersif at personal dapat diselesaikan secara personal pula melalui kepemilikan j al inan sosial. Tet api j ika t idak t erdapat pihak ket iga yang menengahi konf lik yang t erj adi, at au pihak ket iga t idak diset uj ui kehadirannya oleh salah sat u at au seluruh pihak yang t erlibat , konf lik yang t erj adi dapat berkembang mel uas menj adi konf lik ant ar golongan dikarenakan set iap pihak yang t erlibat mempengaruhi pihak lain yang memiliki kedekat an sosial dengannya unt uk memasuki konf lik dan t erlibat l angsung di dalamnya.

Berkebalikan dengan di at as, ket erput usan kehidupan ekonomi dengan kehidupan sosial menyebabkan konf lik yang t erj adi bersif at impersonal dikarenakan ant ara pihak yang t erlibat konf lik t idak t erikat dal am j alinan sosial, sehingga t idak memiliki kedekat an sosial dan t idak saling mengenal karena ket iadaan ni lai-sosial yang mendasarinya. Konf lik j enis ini disebabkan persaingan t erbuka unt uk mencapai kemaj uan kehidupan ekonomi dengan pandangan bahwa set iap pemilik ruang t ransaksi memiliki kesempat an yang sama unt uk mencapai keunt ungan ekonomi dengan berbagai cara yang mampu dil akukannya. Ket erbukaan persaingan ekonomi t anpa didasari j al inan sosial menyebabkan t erj adinya persingan ekonomi yang t idak sehat sepert i perebut an ruang unt uk dapat menghadirkan sebanyak-banyaknya ruang t ransaksi yang t erikat dalam j aringan rit el dan perebut an pelanggan ruang t ransaksi lain dengan menggunakan daya barang dan daya spasial yang t eramat kuat , sehingga pada akhirnya akan menyebabkan t erj adinya dominasi ruang t ransaksi dan pelanggan yang berdampak negat if t erhadap ruang-ruang t ransaksi yang t idak memiliki kemampuan unt uk bersaing. Jelas dal am persaingan ekonomi secara t erbuka unt uk mencapai kemaj uan kehidupan ekonomi berlaku hukum di mana yang kuat adalah yang mampu bert ahan dan mampu menang, walaupun unt uk it u berart i harus menyingkirkan dan memat ikan ruang t ansaksi yang lain.

Konf lik sebagaimana dimaksud di at as dapat t erj adi di ant ara pemilik ruang mini-mart t ipe kedua maupun di ant ara pemil ik warung at au pemilik mini-mart t ipe pert ama dengan pemilik mini-mart t ipe kedua. Persaingan ekonomi yang t idak sehat di ant ara pemilik mini- mart t ipe kedua dengan mudahnya dapat kit a t emui pada hari ini di mana kedua mini-mart yang berbeda kepemil ikan hadir dengan posisi bersebelahan at au berseberangan. Walaupun keduanya t erlibat persaingan ekonomi, t et api keduanya bagaikan pasangan karena kehadiran salah sat u mini-mart hampir selal u diikut i oleh kehadiran pesaingnya. Terj adinya persaingan di ant ara mini-mart t ipe kedua yang menerapkan model persebaran meluas unt uk menguasai ruang ekonomi maupun penguat an pref erensi barang dan pref erensi spasial unt uk menguasai pembeli menyebabkan kerugian bagi penj ual yang memprakt ikkan j ual-bel i t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama dikarenakan menurunnya int ensit as j ual-bel i yang t erj adi akibat perebut an pelanggan oleh penj ual yang memprakt ikkan j ual - beli modern t ipe kedua.

Konf lik ekonomi ant ara pemil ik warung at au pemilik mini-mart t ipe pert ama dengan pemilik mini-mart t ipe kedua merupakan konf l ik impersonal dan anonim, yakni konf lik di mana salah sat u pihak at au kedua belah pihak yang t erlibat konf l ik t idak menget ahui dan mengenal secara personal pihak yang dilawannya. Konf l ik semacam ini memil iki dua ciri khas, yakni (1) konf lik berlangsung lama bahkan t anpa akhir karena t idak t erdapat nya pihak penengah yang t erikat j al inan sosial dengan kedua pihak yang t erlibat konf lik, sehingga penyelesaian konf lik secara sosial dan kult ural t idak dapat dil akukan akibat t idak t erdapat nya penengah yang diset uj ui kedua pihak. Sat u-sat unya pihak yang dapat menengahi konf lik j enis ini adal ah pemerint ah dengan penyelesaian secara hukum-f ormal ; dan (2) konf lik bersif at dinamis dan ekskal asinya t erus meninggi sebagai akumulasi kerugian dari hari ke hari yang diderit a pemilik warung dan mini-mart t ipe pert ama, sehingga konf lik j enis ini dapat dengan mudah menj adi konf lik t erbuka karena t idak t erdapat nya j alinan sosial yang berf ungsi menekan konf lik. Sat u-sat unya saluran bagi konf lik unt uk mereda adalah vandalisme sepert i pengerusakan ruang mini-mart t ipe kedua, penj arahan hingga penganiayaan pegawai yang dipandang sebagai perwakilan penj ual yang merupakan penyebab ut ama t erj adinya konf lik.

Dominasi ruang t ransaksi oleh mini-mart t ipe kedua yang berdampak buruk t erhadap pemilik warung dan mini-mart t ipe pert ama mendorong t umbuhnya kesadaran baru di t engah masyarakat unt uk meninggalkan t ransaksi di ruang mini-mart t ipe kedua dan kembali mel akukan t ransaksi j ual-beli di ruang warung dan mini-mart t ipe pert ama sebagai upaya meningkat kan perekonomian penj ual yang t erikat j alinan sosial dengannya at au Dominasi ruang t ransaksi oleh mini-mart t ipe kedua yang berdampak buruk t erhadap pemilik warung dan mini-mart t ipe pert ama mendorong t umbuhnya kesadaran baru di t engah masyarakat unt uk meninggalkan t ransaksi di ruang mini-mart t ipe kedua dan kembali mel akukan t ransaksi j ual-beli di ruang warung dan mini-mart t ipe pert ama sebagai upaya meningkat kan perekonomian penj ual yang t erikat j alinan sosial dengannya at au

Tumbuhnya kesadaran masyarakat merupakan ancaman bagi pemilik mini-mart t ipe kedua karena mempengaruhi keunt ungan ekonomi yang didapat kannya. Unt uk mempert ahankan keberlanj ut an t ransaksi j ual -beli yang berart i unt uk memast ikan t uj uan j ual-beli dapat dicapai, pemilik mini-mart t ipe kedua mel akukan dua cara yang diharapkan dapat meredam konf lik dan mendorong pembeli unt uk kembali melakukan t ransaksi j ual-beli di ruang mini-mart . Cara pert ama adalah menggant i nama ruang mini-mart t ipe kedua, sehingga berbeda dengan nama resmi j ej aring rit el mini-mart yang merupakan st rat egi kamuf lase. Nama resmi j ej aring mini-mart t ipe kedua t idak l agi digunakan dan menggant inya dengan nama khas mini-mart t ipe pert ama yang dikenal akrab oleh masyarakat sekit ar, sepert i Toko Ceria, Toko Mat ahari dan semisal nya. Kamuf lase yang dit erapkan t idak sepenuhnya menghilangnya ident it as ruang mini-mart t ipe kedua karena t et ap mempert ahankan cit ra dan kualit as ruang yang masih dibut uhkan oleh penj ual unt uk menarik pembeli.

Cara kedua yakni merangkul penj ual dari masyarakat sekit ar dengan diberi ruang unt uk melangsungkan t ransaksi j ual-bel i di bagian depan mini-mart t ipe kedua. Cara ini bert uj uan membent uk persepsi masyarakat bahwa kehadiran ruang mini-mart t ipe kedua bukanl ah unt uk memat ikan ruang-ruang t ransaksi j ual-beli lainnya, t et api j ust ru menghidupkannya. Dengan demikian kehadiran penj ual yang berasal dari masyarakat di depan mini-mart t ipe kedua bert uj uan unt uk meredam konf lik sekaligus unt uk meningkat kan int ensit as j ual-beli di ruang mini-mart dengan memanf aat kan modal sosial yang dimiliki oleh penj ual yang dirangkulnya. Kedua cara t ersebut menyasar kondisi psikologis masyarakat agar t umbuh rasa memiliki ruang mini-mart t ipe kedua, sehingga masyarakat dapat mendudukkan mini-mart t ipe kedua sebagai bagian dari lingkungan kehidupannya yang harus dihidupi dengan t ransaksi j ual -beli.

Berdasarkan pembahasan di at as dapat dit arik prinsip kedua nilai-sosial dalam kehidupan ekonomi yakni semakin luas t ersebarnya ruang t ransaksi j ual-bel i t anpa didasari j alinan sosial , semakin besar pot ensi konf lik yang bersif at impersonal dan t erbuka. Inil ah Berdasarkan pembahasan di at as dapat dit arik prinsip kedua nilai-sosial dalam kehidupan ekonomi yakni semakin luas t ersebarnya ruang t ransaksi j ual-bel i t anpa didasari j alinan sosial , semakin besar pot ensi konf lik yang bersif at impersonal dan t erbuka. Inil ah

Prinsip ket iga , relasi subyek-subyek dalam t ransaksi j ual-beli bergeser menj adi relasi subyek- obyek. Rel asi yang t erbent uk t idak dapat dilepaskan dari t ingkat an nil ai-sosial yang dimiliki set iap t ipe j ual-bel i. Keberadaan nilai-sosial menyebabkan t erbent uknya relasi subyek-subyek, sement ara t ransaksi yang t idak didasari nil ai-sosial menyebabkan t erbent uknya relasi subyek-obyek. Dalam j ual-beli t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama yang memiliki t ingkat an nilai-sosial t inggi dan menengah, t ransaksi dilakukan oleh pembeli yang berkedudukan sebagai subyek dan penj ual at au diwakil kan oleh pegawai yang keduanya berkedudukan pula sebagai subyek. Seluruh pihak yang t erl ibat dalam t ransaksi hadir sebagai individu yang ut uh dengan ident it as personalnya masing-masing dan kemerdekaannya yang penuh. Terbent uknya relasi subyek-subyek dikarenakan seluruh pihak yang t erlibat t ransaksi t erikat dalam j alinan sosial. Dalam art ian lain, relasi subyek- subyek t erbent uk dari keberadaan nilai-sosial dan kuat ikat an relasinya t ergant ung pada t ingkat an nilai-sosial . Sement ara t ransaksi j ual -beli modern t ipe kedua yang t anpa didasari nilai-sosial menj adi sebab t erj adi pergeseran relasi dari subyek-subyek menj adi subyek- obyek di mana penj ual berkedudukan sebagai sat u-sat unya subyek dalam t ransaksi j ual-bel i sedangkan pegawai sert a pembeli berkedudukan sebagai obyek.

Relasi ant ara pihak yang t erlibat dalam t ransaksi berkait erat dengan pencapaian keunt ungan ekonomi oleh penj ual dan pemenuhan kebut uhan t erhadap barang yang merupakan kegiat an konsumsi ol eh pembeli. Dal am rel asi subyek-subyek sebagaimana berlaku dal am j ual-beli t radisional dengan kepemilikan nil ai-sosial yang t inggi dan j ual-beli modern t ipe pert ama dengan kepemilikan nil ai-sosial menengah, sal ah sat u pihak dapat berperan sebagai penegas bat as-bat as konsumsi . Kont rol konsumsi dapat dilakukan karena t uj uan t ransaksi j ual-beli t idak sekedar mendapat kan keunt ungan ekonomi at au sekedar perpindahan barang dari sat u pihak kepada pihak lain, t et api t erdapat t uj uan yang lebih t inggi daripada keunt ungan ekonomi, yakni mendapat kan keunt ungan sosial. Realisasinya dalam t ukar-menukar barang adalah salah sat u pihak memberikan barang sesuai dengan kadar yang dibut uhkan pihak lain yang t erlibat dalam t ransaksi dan mengembalikan kelebihan barang yang didapat kannya dari pihak lain j ika melebihi kebut uhannya. Dengan Relasi ant ara pihak yang t erlibat dalam t ransaksi berkait erat dengan pencapaian keunt ungan ekonomi oleh penj ual dan pemenuhan kebut uhan t erhadap barang yang merupakan kegiat an konsumsi ol eh pembeli. Dal am rel asi subyek-subyek sebagaimana berlaku dal am j ual-beli t radisional dengan kepemilikan nil ai-sosial yang t inggi dan j ual-beli modern t ipe pert ama dengan kepemilikan nil ai-sosial menengah, sal ah sat u pihak dapat berperan sebagai penegas bat as-bat as konsumsi . Kont rol konsumsi dapat dilakukan karena t uj uan t ransaksi j ual-beli t idak sekedar mendapat kan keunt ungan ekonomi at au sekedar perpindahan barang dari sat u pihak kepada pihak lain, t et api t erdapat t uj uan yang lebih t inggi daripada keunt ungan ekonomi, yakni mendapat kan keunt ungan sosial. Realisasinya dalam t ukar-menukar barang adalah salah sat u pihak memberikan barang sesuai dengan kadar yang dibut uhkan pihak lain yang t erlibat dalam t ransaksi dan mengembalikan kelebihan barang yang didapat kannya dari pihak lain j ika melebihi kebut uhannya. Dengan

Dari bahasan ini, nil ai-sosial dapat berpengaruh posit if maupun negat if t erhadap upaya pemenuhan kebut uhan t erhadap barang yang dil akukan oleh pembeli. Nilai-sosial berpengaruh posit if t erhadap perilaku konsumsi j ika j al inan sosial yang digunakan unt uk memenuhi kebut uhan t erhadap barang dapat mengont rol perilaku konsumsi yang dilakukan. Jika yang t erj adi sebal iknya, maka nilai-sosial yang t inggi j ust ru berpengaruh negat if t erhadap perilaku konsumsi di mana sal ah sat u pihak yang t erl ibat dalam t ransaksi mengambil peran unt uk mendorong dilakukannya konsumsi berlebih. Dengan kat a lain pengaruh negat if nilai-sosial dalam upaya pemenuhan kebut uhan t erhadap barang merupakan penghilangan bat as konsumsi dal am t ransaksi oleh salah sat u pihak kepada pihak lain yang sal ing t erikat j alinan sosial.

Penghilangan bat as konsumsi didorong oleh orient asi t ransaksi yang semat a bert uj uan mendapat kan keunt ungan ekonomi, sehingga dal am t ransaksi t erj adi subordinasi sal ah sat u pihak oleh pihak lainnya yang berart i t erj adi pergeseran relasi subyek-subyek menj adi subyek-obyek. Realisasinya dalam t ukar menukar barang adalah salah sat u pihak mendorong pihak l ain unt uk menerima barang yang t idak dibut uhkannya at au mel akukan pert ukaran barang t anpa didasari kebut uhan t erhadap barang yang semat a bert uj uan unt uk memenuhi kebut uhannya secara pribadi t anpa memperdulikan kebut uhan pihak yang dilibat kannya dalam t ransaksi. Sement ara dalam t ransaksi j ual-bel i seringkal i pihak penj ual melakukan promosi barang berdasarkan nil ai-t anda barang, bukan nil ai-guna maupun nilai- t ukarnya, sehingga pihak pembeli t erpengaruh dan memut uskan unt uk membeli barang yang t idak dibut uhkannya. Jadi perl u dipahami bahwa keberadaan nil ai-sosial dal am upaya pemenuhan kebut uhan t erhadap barang t idak selalu berpengaruh posit if t erhadap t ingkat konsumsi karena j al inan sosial dapat dimanf aat kan oleh salah sat u pihak yang t erlibat dalam t ransaksi unt uk mendapat kan keunt ungan ekonomi dengan cara menghapuskan kont rol konsumsi.

Relasi subyek-subyek dalam j ual-bel i yang t elah ment radisi membent uk sikap ket erbukaan. Penj ual maupun pembeli bersikap t erbuka t erhadap pihak asing yang t erlibat t ransaksi dengannya agar dikenali dan t erj adinya komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna yang menj adi syarat bagi t erj alinnya hubungan sosial. Penj ual bert anya t ent ang ident it as Relasi subyek-subyek dalam j ual-bel i yang t elah ment radisi membent uk sikap ket erbukaan. Penj ual maupun pembeli bersikap t erbuka t erhadap pihak asing yang t erlibat t ransaksi dengannya agar dikenali dan t erj adinya komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna yang menj adi syarat bagi t erj alinnya hubungan sosial. Penj ual bert anya t ent ang ident it as

Dikait kan dengan pengaruh nilai-sosial , sikap ket erbukaan penj ual maupun pembeli dapat mendorong dilakukannya konsumsi t anpa didasari kebut uhan t erhadap barang at au unt uk mendapat kan keunt ungan ekonomi, t et api semat a unt uk mendapat kan keunt ungan sosial. Dengan pendekat an ini, bahasan di at as menyoal kont rol konsumsi harus dipahami dalam kont eks konsumsi dan keunt ungan ekonomi. Sement ara pengaruh nil ai-sosial t erhadap sikap ket erbukaan harus dipahami dal am kont eks konsumsi dan keunt ungan sosial. Fenomena ini masih dapat kit a j umpai di wilayah perkot aan di mana segala sesuat u hampir sel alu diukur secara mat eri. Sebagai cont oh seseorang yang membeli barang dari penj ual keliling at au pedagang kaki lima at as dasar iba dan simpat i t erhadap kondisi kehidupan ekonomi penj ual. Transaksi yang dilakukan bukan at as dasar kebut uhan t erhadap barang yang dij ual karena pembeli sama sekali t idak membut uhkannya, t et api at as dasar kepekaan sosial unt uk membant u kehidupan sesama. Melalui t ransaksi t ersebut pembeli mendapat kan keunt ungan sosial di mana dirinya merasa t elah melakukan kebaikan t erhadap orang lain yang berada di dalam j angkauan sosialnya, sement ara bagi penj ual selain mendapat kan keunt ungan ekonomi j uga mendapat kan keunt ungan sosial di mana dirinya merasa diperhat ikan dan kehadirannya mendapat kan penerimaan secara sosial .

Berbeda dengan relasi subyek-subyek, dal am relasi subyek-obyek yang berlaku dal am j ual - beli modern t ipe kedua hanya penj ual yang hadir dengan ut uh sebagai individu. Terbent uknya relasi subyek-obyek t idak lain dikarenakan ket iadaan nil ai-sosial dal am j ual- beli akibat t idak t erdapat nya t uj uan t ransaksi yang melampaui keunt ungan ekonomi. Oleh sebab it u dalam relasi subyek-obyek t idak t erdapat pihak yang berperan melakukan kont rol konsumsi agar pembel i hanya membeli barang sesuai kadar kebut uhannya. Just ru penj ual sebagai sat u-sat unya pihak yang berkedudukan sebagai subyek mengambil peran unt uk memaksimal kan keunt ungan ekonomi dengan cara meniadakan bat as-bat as konsumsi.

Unt uk it u penj ual diharuskan memiliki sikap t ert ut up unt uk menghindari penerimaan t erhadap pegawai maupun pembeli secara psikol ogis-sosial yang mel ibat kan perasaan, iba dan simpat i karena merupakan bat asan bagi konsumsi dan hambat an unt uk mendapat kan keunt ungan ekonomi.

Dalam relasi subyek-obyek, unt uk menj amin kebert erusan dan keberlanj ut an t ransaksi dilakukan dengan cara mengikat obyek kepada obyek yang lain. Pegawai diikat dengan kont rak kerj a dan seperangkat perat uran yang dit et apkan penj ual dan pembeli diikat dengan barang dan ruang yang merupakan dua kekuat an ut ama mini-mart t ipe kedua. Tidak sebagaimana dalam t radisi j ual-beli t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama di mana subyek diikat oleh subyek secara psikologis. Inilah yang t elah hilang dalam upaya pemenuhan kebut uhan kit a t erhadap barang dan menj adi penyebab munculnya masalah ut ama yang diakibat kan oleh j ual-beli modern t ipe kedua, yakni masalah kemanusiaan yang direduksi dan didudukkan sebagai obyek layaknya ‘ t hing’ dan t idak lebih dari ‘ it ’ semat a unt uk mencapai keunt ungan ekonomi.

Kit a sebagai manusia yang ut uh memiliki t ugas unt uk melakukan perbaikan. Dalam kont eks t ulisan ini, perbaikan yang harus dilakukan adalah merekat kan kembali kehidupan ekonomi dengan kehidupan sosial agar set iap t ransaksi yang dil akukan berkorelasi penguat an kehidupan sosial dan sebaliknya, set iap t erj alinnya hubungan sosial berkorel asi pada peningkat an kehidupan ekonomi. Langkah pert ama yang hendaknya dilakukan adalah menet apkan t uj uan j ual-beli dan menegaskan bat as-bat as berdasarkan nil ai-nilai yang luhur. Set el ahnya l angkah kedua yang harus dil akukan adal ah mendudukkan seluruh pihak yang t erlibat dalam t ransaksi sebagai subyek ut uh. Kedua langkah ini akan mempengaruhi proses j ual -beli yang dilakukan, ciri khas, st rukt ur lat ar dan model persebaran ruang t ransaksi.

Lebih konkret lagi menyambung bahasan t erakhir di at as, unt uk melakukan perbaikan t erhadap relasi subyek-obyek dalam t ransaksi j ual-bel i dapat dilakukan dengan menj aga kesadaran-krit is kit a sebagai pembeli. Kit a sebagai subyek yang ut uh memiliki kemerdekaan dan kebebasan menolak buj uk rayu yang dilakukan oleh penj ual maupun pegawai unt uk melakukan konsumsi di luar kadar kebut uhan. Kit a pun sebagai subyek yang lekat dengan perasaan memiliki kemampuan unt uk menj alin hubungan sosial dengan pegawai agar saling mengenal dan mendorong t erj adinya komunikasi yang int ens dan bermakna sepanj ang berlangsungnya t ransaksi j ual-beli. Dengan kedua cara ini paling t idak ant ara pegawai dan pembeli t erbent uk relasi subyek-subyek, sehingga t ransaksi yang mel ibat kan pegawai dan pembel i dapat berl angung dengan t uj uan unt uk mendapat kan Lebih konkret lagi menyambung bahasan t erakhir di at as, unt uk melakukan perbaikan t erhadap relasi subyek-obyek dalam t ransaksi j ual-bel i dapat dilakukan dengan menj aga kesadaran-krit is kit a sebagai pembeli. Kit a sebagai subyek yang ut uh memiliki kemerdekaan dan kebebasan menolak buj uk rayu yang dilakukan oleh penj ual maupun pegawai unt uk melakukan konsumsi di luar kadar kebut uhan. Kit a pun sebagai subyek yang lekat dengan perasaan memiliki kemampuan unt uk menj alin hubungan sosial dengan pegawai agar saling mengenal dan mendorong t erj adinya komunikasi yang int ens dan bermakna sepanj ang berlangsungnya t ransaksi j ual-beli. Dengan kedua cara ini paling t idak ant ara pegawai dan pembeli t erbent uk relasi subyek-subyek, sehingga t ransaksi yang mel ibat kan pegawai dan pembel i dapat berl angung dengan t uj uan unt uk mendapat kan

Cara di at as memang t idak dapat menyelesaikan keseluruhan masalah yang dihadirkan j ual- beli modern t ipe kedua disebabkan dua hal . Pert ama, pegawai hanyalah merupakan pihak ket iga yang dipekerj akan penj ual, sehingga perbaikan hanya t erj adi pada masalah kemanusiaan dan t erbat as hanya dalam lingkup relasi ant ara pembeli dengan pegawai t anpa mengikut sert akan penj ual . Kedua, penj ual yang t idak hadir di dal am ruang t ransaksi, sehingga merupakan sosok anonim bagi pembeli menj adikan t idak dimungkinkannya dilakukan perbaikan masalah kemanusiaan yang berkait an langsung dengan penj ual. Tanpa perbaikan relasi dengan penj ual, maka masalah lain yang diakibat kan oleh j ual-bel i modern t ipe kedua t idak dapat diselesaikan. Dengan begit u kehidupan ekonomi hampir t idak mungkin direkat kan dengan kehidupan sosial dan konf l ik yang t erj adi akibat ket erpisahan keduanya t idak dapat diselesaikan dengan sal uran j alinan sosial.

Demikiankah ket iga prinsip nil ai-sosial dal am kehidupan ekonomi yang dapat dit arik dari rangkaian t ulisan ini disert ai dengan pembahasan dan penj abaran seperlunya. Set iap pembahasan dalam rangkaian t ulisan ini dan penarikan prinsip darinya bert uj uan unt uk menumbuhkan kesadaran-krit is t erhadap perilaku kit a sehari-hari unt uk memenuhi kebut uhan t erhadap barang dan set elahnya diharapkan dapat mendorong kit a unt uk melakukan perbaikan t erhadap perilaku ekonomi yang menj adi sebab runt uhnya nil ai- sosial . Perbaikan mut lak didasari kesadaran, begit upula sebaliknya kesadaran menunt ut direalisasikan dalam bent uk amal perbaikan. Keduanya sal ing berkelindan dan beriringan.

Sebagai penut up pat ut dilont arkan pert anyaan yang akhir-akhir ini muncul dan menj adi pembicaraan hangat di kalangan umat Islam di Indonesia pada khususnya menyoal Muslim 212 mart yang merupakan kelanj ut an dari ghirah umat Islam paska aksi Bela Islam pada 2 Desember 2016. Bagaimana wacana Musl im 212 mart yang kehadirannya didorong oleh ghirah umat Islam unt uk bangkit dan memperj uangkan keyakinannya harus dipandang, dipahami dan dinil ai? Bagaimana Muslim 212 mart harus diposisikan agar t idak berdampak buruk t erhadap j alinan sosial yang t elah t erbent uk di int ernal umat Islam sendiri, ant ara umat Islam dengan umat beragama lain dan ant ara pemil ik ruang t ransaksi sel ainnya? Insya Allah t opik t ersebut akan saya bincangkan dal am t ulisan t ersendiri dengan menggunakan dasar dan st rukt ur pemikiran yang saya t uangkan dalam rangkaian t ulisan ini.

Al l ahu a’ l am bishshawab. Bert empat di Kart asura pada Jumadil Awal 1438 Hij rah Nabi