Nilai Sosial Dalam Kehidupan Ekonomi Dar
Andika Saput ra S. T. , M. Sc
Pensyarah di Prodi Arsit ekt ur Universit as Muhammadiyah Surakart a (UMS)
Email: andikasapoet ra87@yahoo. com Websit e: www. andikasaput ra. net
Nilai-Sosial Dalam Kehidupan Ekonomi;
Dari Menegakkan Hingga Kerunt uhan
Oleh: Andika Saput ra S. T. , M. Sc
Mendapat kan sesuat u dengan cara menukarkannya dengan sesuat u yang lain mungkin sudah dilakukan manusia sej ak pert ama kali hidup berkel ompok. Dahulu unt uk mendapat kan barang yang dibut uhkannya, manusia memenuhinya dengan cara sal ing t ukar menukar barang yang disebut bart er. Dapat dij elaskan secara singkat , bart er merupakan cara memenuhi kebut uhan t erhadap barang mel al ui kepemil ikan orang l ain yang didapat kan dengan cara memberikan barang yang dibut uhkan orang t ersebut . Il ust rasinya begini, agar t erj adi bart er ant ara saya dan anda, maka disyarat kan saya membut uhkan barang yang anda mil iki dan begit upula anda membut uhkan barang yang saya mil iki, kemudian saya dan anda bersepakat sal ing menukarkan barang unt uk memenuhi kebut uhan masing-masing t erhadap barang. Dengan demikian bart er t erj adi dalam koridor saling membut uhkan barang yang dimil iki masing-masing pihak yang t erl ibat dal am t ransaksi yang didasarkan at as nil ai-guna barang.
Selanj ut nya t erj adi pergeseran cara unt uk mendapat kan barang. Nil ai-guna barang yang mendasari prakt ik bart er digant ikan dengan ni lai-t ukar di mana barang dinilai dari aspek ekonomi yang dit erj emahkan menj adi harga t ert ent u yang harus dibayarkan pembeli unt uk mendapat kan barang yang dibut uhkannya sebagai penggant i biaya produksi, dist ribusi dan keunt ungan penj ual, sehingga unt uk mendapat kan barang, pihak pembeli diharuskan memiliki al at t ukar yang dit erima keabsahannya oleh penj ual. Transaksi demikian merubah cara manusia mendapat kan barang dan merubah pul a cara pandang manusia t erhadap barang. Barang, bagi penj ual adal ah sarana unt uk mendapat kan keunt ungan ekonomi yang berart i semakin banyak barang dij ual dan semakin t inggi harga barang, maka semakin besar keunt ungan didapat kan. Tidak sampai di sana, t erj adi kembali pergeseran cara manusia mendapat kan barang. Kali ini mengenai cara menj ual barang dengan mendorong munculnya keinginan pembeli secara bert erusan unt uk memiliki barang yang dij ual. Daya t arik pembeli t erhadap barang dit umbuhkan melalui nilai-t anda yakni, menyemat kan kualit as yang berasal dari luar barang guna membent uk cit ra barang yang dij ual, sehingga pembeli menginginkan barang bukan lagi unt uk nil ai guna prakt isnya, t et api unt uk membent uk cit ra dirinya melalui kepemilikan barang. Tuj uannya t idak lain adalah unt uk meningkat kan keunt ungan ekonomi yang didapat kan pihak penj ual barang.
Dalam t ulisan ini saya t idak bert uj uan unt uk mengkaj i permasal ahan di at as yang t elah banyak dibahas oleh para pemikir, sebut saj a Karl Marx yang mendedah nilai-t ukar barang sement ara Jean Baudrillard melakukan krit ik t erhadap pisau anal isa yang digunakan Karl Marx dengan menggunakan nil ai-t anda barang. Mel al ui t ul isan ini saya hendak memperkenalkan nil ai-sosial dal am upaya memenuhi kebut uhan t erhadap barang yang luput dibahas oleh para pemikir t ersebut . Jika nilai-guna merupakan kemanf aat an barang secara prakt is, nilai-t ukar merupakan sej uml ah nominal yang harus dibayarkan unt uk mendapat kan barang dan nilai-t anda merupakan kual it as dari luar barang yang disemat kan pada barang unt uk membent uk cit ra barang, maka nilai-sosial adalah kemanf aat an sosiologis yang didapat kan pihak yang t erl ibat dal am t ransaksi.
Nilai-sosial bukanl ah nilai yang int rinsik t erdapat di dal am barang, t et api nil ai di l uar barang yang t erbent uk dari cara dipert ukarkannya barang. Adanya nil ai-sosial menj adikan pert ukaran barang at au t ransaksi j ual-beli yang merupakan kehidupan ekonomi memiliki kait hubung dengan kehidupan sosial di mana ant ara keduanya berlaku hubungan resiprokal , dalam art ian kedekat an sosial dapat mendorong t erj adinya t ransaksi dan sebaliknya, t ransaksi dapat menguat kan j alinan sosial . Selain dalam kont eks yang posit if , keberadaan nilai-sosial j uga dapat digunakan unt uk memahami f enomena ket erpisahan kehidupan ekonomi dari kehidupan sosial yang menyebabkan t erj adinya t ransaksi j ual-bel i j ust ru melemahkan j al inan sosial bahkan merunt uhkan ikat an sosial. Inil ah manf aat konsept ual dari nil ai-sosial, yakni unt uk memahami f enomena perilaku ekonomi dari sudut pandang sosial. Dal am ranah ini saya menggunakan pendekat an kualit at if , di mana nilai- sosial yang t inggi diart ikan t ransaksi yang t erj adi berdampak posit if t erhadap j alinan sosial sedangkan bernilai rendah diart ikan t ransaksi yang t erj adi berdampak negat if t erhadap j alinan sosial.
Unt uk keperluan rekayasa sosial melalui perilaku ekonomi, dibut uhkan pengkaj ian nilai- sosial dengan pendekat an kuant it at if guna mengont rol secara t erukur perubahan sosial yang dikehendaki. Inilah manf aat prakt is dari nilai-sosial, yakni unt uk mengaj egkan kondisi sosial mel al ui perilaku ekonomi maupun unt uk mendorong t erj adinya t ransf ormasi sosial melalui perubahan perilaku ekonomi. Dalam t ulisan ini saya berupaya membahas nilai- sosial secara konsept ual dengan berbagai t i ngkat annya, sehingga t ulisan ini t erdiri dari empat bagian yang saling berhubungan. Bagian pert ama, kedua dan ket iga membahas nilai sosial dari t ingkat an t inggi, menengah hingga kerunt uhannya, sement ara bagian keempat yang merupakan bagian t erakhir dari t ulisan ini membahas prinsip-prinsip nilai-sosial yang dapat dirumuskan dengan cara membandingkan t iap t ingkat an nilai-sosial . Sedangkan Unt uk keperluan rekayasa sosial melalui perilaku ekonomi, dibut uhkan pengkaj ian nilai- sosial dengan pendekat an kuant it at if guna mengont rol secara t erukur perubahan sosial yang dikehendaki. Inilah manf aat prakt is dari nilai-sosial, yakni unt uk mengaj egkan kondisi sosial mel al ui perilaku ekonomi maupun unt uk mendorong t erj adinya t ransf ormasi sosial melalui perubahan perilaku ekonomi. Dalam t ulisan ini saya berupaya membahas nilai- sosial secara konsept ual dengan berbagai t i ngkat annya, sehingga t ulisan ini t erdiri dari empat bagian yang saling berhubungan. Bagian pert ama, kedua dan ket iga membahas nilai sosial dari t ingkat an t inggi, menengah hingga kerunt uhannya, sement ara bagian keempat yang merupakan bagian t erakhir dari t ulisan ini membahas prinsip-prinsip nilai-sosial yang dapat dirumuskan dengan cara membandingkan t iap t ingkat an nilai-sosial . Sedangkan
A. Menegakkan Nilai-Sosial
Saya awali t ulisan ini dengan membahas nilai-sosial dengan t ingkat an yang t inggi di mana t ransaksi yang dil akukan memiliki pengaruh posit if t erhadap j alinan sosial pihak yang t erlibat . Terbent uknya nilai-sosial yang t inggi dikarenakan t erpenuhinya dua syarat dalam t ransaksi yang dilakukan yakni, (1) pihak yang t erlibat t elah saling mengenal dan t erikat dalam j alinan sosial ; dan (2) dal am proses t ransaksi t erj adi komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna bagi pihak yang t erlibat . Syarat pert ama menj adi prasyarat bagi syarat kedua karena komunikasi personal dua arah baru dapat t erj adi j ika pihak yang t erlibat t elah memiliki kedekat an sosial . Berdasarkan syarat demikian, t erbent uknya nilai- sosial yang t inggi dalam t ukar menukar barang at au t ransaksi j ual-bel i mensyarat kan pihak yang t erlibat dalam t ransaksi memiliki ikat an j alinan sosial , sehingga komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna dapat berlangsung sepanj ang proses t ransaksi.
Gambar 1: Rel asi ant ar a penj ual dan pembel i dal am t r ansaksi dengan nil ai-sosial t inggi Sumber : Anal isa, 2017
Cara pemenuhan kebut uhan t erhadap barang yang memenuhi syarat di at as adalah bart er dan j ual-beli t radisional. Dalam bart er, pihak yang akan melakukan pert ukaran barang disyarat kan memil iki penget ahuan t ent ang (1) siapa pihak yang memiliki barang yang dibut uhkannya; dan (2) barang apa yang dimili kinya dan dibut uhkan ol eh pihak lain yang dilibat kannya dalam t ransaksi pert ukaran barang. Berdasarkan kedua syarat t ersebut , bart er dil akukan dengan asas sal ing membut uhkan sat u sama lain unt uk memenuhi kebut uhannya t erhadap barang. Dengan bahasa yang lain, t erj adinya t ukar menukar barang didorong kebut uhan t erhadap barang yang dipenuhi melal ui hubungan sosial dengan pihak lain. Dilibat kannya j alinan sosial menj adikan asas sal ing percaya mendasari t ransaksi t ukar menukar barang, sebab seseorang yang membut uhkan suat u barang memiliki kepercayaan Cara pemenuhan kebut uhan t erhadap barang yang memenuhi syarat di at as adalah bart er dan j ual-beli t radisional. Dalam bart er, pihak yang akan melakukan pert ukaran barang disyarat kan memil iki penget ahuan t ent ang (1) siapa pihak yang memiliki barang yang dibut uhkannya; dan (2) barang apa yang dimili kinya dan dibut uhkan ol eh pihak lain yang dilibat kannya dalam t ransaksi pert ukaran barang. Berdasarkan kedua syarat t ersebut , bart er dil akukan dengan asas sal ing membut uhkan sat u sama lain unt uk memenuhi kebut uhannya t erhadap barang. Dengan bahasa yang lain, t erj adinya t ukar menukar barang didorong kebut uhan t erhadap barang yang dipenuhi melal ui hubungan sosial dengan pihak lain. Dilibat kannya j alinan sosial menj adikan asas sal ing percaya mendasari t ransaksi t ukar menukar barang, sebab seseorang yang membut uhkan suat u barang memiliki kepercayaan
Bart er yang dalam kehidupan masa kini t elah dit inggal kan, sehingga menj adi asing bagi banyak orang, pernah saya prakt ikkan secara langsung di desa nenek dal am skala yang kecil sekedar unt uk memenuhi kebut uhan bumbu dapur karena kebut uhan t erhadap barang yang lain t elah dapat dipenuhi oleh kehadiran ruang warung di lingkungan desa. Warga desa t elah t erbiasa bahkan ment radisi memprakt ikkan t ukar menukar barang hasil kebun halaman rumahnya. Tukar menukar barang dapat t erj adi, bahkan ment radisi, karena ant ara warga desa t elah sal ing mengenal dalam j angka wakt u yang lama hingga bergenerasi, sehingga memiliki hubungan sosi al yang sangat dekat l ayaknya kel uarga dan memiliki t ingkat saling percaya yang t inggi ant ar sat u dengan lainnya. Sel ain it u warga desa memil iki penget ahuan perihal hasil kebun set iap warga yang t erikat j alinan sosial dengannya dan penget ahuan perihal kebut uhan masing-masing warga berdasarkan pengalaman hidup bersama di dal am ruang permukiman yang sama dalam j angka wakt u yang lama. Modal sosial dan modal penget ahuan t ersebut lah yang meniscayakan keberlangsungan t radisi t ukar menukar barang hingga saat ini di desa nenek saya, walaupun seiring zaman skal a dan int ensit asnya semakin berkurang sebab mulai bermunculannya warung yang memprakt ikkan j ual-beli t radisional.
Selain bart er, t ransaksi unt uk memenuhi kebut uhan t erhadap barang dengan nilai-sosial yang t inggi adalah j ual-beli t radisional. Yang saya maksud j ual-beli t radisional ial ah proses t ransaksi j ual-beli secara t at ap muka ant ara pembeli dan penj ual yang mel ibat kan komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna bagi keduanya. Cara t ransaksi demikian masih diprakt ikkan hingga kini di dalam ruang warung yang kecenderungannya berada di lingkungan permukiman at au berdekat an dengan area permukiman. Komunikasi dua arah dalam proses t ransaksi j ual-beli t radisional dibuka oleh pembeli dengan mengucapkan salam yang dilanj ut kan dengan ucapan khas set empat unt uk menyampaikan t uj uan kedat angan sepert i “ Bu, t umbas” . Selanj ut nya komunikasi yang diawali oleh pembeli dit anggapi oleh penj ual dengan membalas salam, menanyakan kabar dan menanyakan barang yang dibut uhkan.
Komunikasi int ens ant ara pembel i dan penj ual selama proses t ransaksi j ual-bel i t erj adi karena t at a at ur ruang warung yang menj adi ciri khas spasial yang mewadahi j ual-beli t radisional. Ciri khas pert ama adalah t erhubungnya ruang warung dengan ruang hunian, khususnya warung yang berada di lingkungan permukiman, sehingga penj ual t idak set iap Komunikasi int ens ant ara pembel i dan penj ual selama proses t ransaksi j ual-bel i t erj adi karena t at a at ur ruang warung yang menj adi ciri khas spasial yang mewadahi j ual-beli t radisional. Ciri khas pert ama adalah t erhubungnya ruang warung dengan ruang hunian, khususnya warung yang berada di lingkungan permukiman, sehingga penj ual t idak set iap
Tukar menukar barang dan j ual-bel i t radisional yang melibat kan j alinan sosial menj adikan berlakunya pref erensi sosial sebagai pendorong t erj adinya t ransaksi. Melanj ut kan cont oh pada bagian di at as, nenek saya ket ika akan melakukan bart er akan memilih seseorang yang memil iki hubungan sosial pal ing dekat dengan beliau di ant ara warga desa lainnya unt uk dilibat kan dal am t ransaksi. Begit upul a saat akan membeli barang di warung, di ant ara sekian warung yang t ersebar di desa akan dipilih warung yang pemiliknya memiliki kedekat an hubungan sosial dengan beliau, walaupun t erdapat warung yang berj arak lebih dekat dengan ruang-huniannya. Barulah j ika di warung l angganannya t idak t erdapat barang yang dibut uhkan, nenek akan mendat angi war ung lain yang j uga dipilihnya berdasarkan kedekat an sosial dengan pemilik warung.
Pref erensi sosial dalam j ual-beli t radisional membent uk modal sosial set iap warung yang menj adikan set iap ruang t ransaksi memiliki pelanggannya masing-masing. Modal sosial warung t idak berdasarkan pada kedekat an spasial dengan ruang warung, t et api berdasarkan kedekat an sosial dengan pemil ik warung, sehingga dimungkinkan t erdapat pelanggan dari j arak yang j auh dengan ruang j ual-beli t et api rut in mengadakan t ransaksi di ruang t ersebut , begit upula sebaliknya t erdapat pihak yang berdekat an dengan ruang j ual- beli t et api t idak pernah sekalipun mengadakan t ransaksi karena memiliki pref erensi sosial yang berbeda dalam memilih ruang t ransaksi unt uk memenuhi kebut uhannya t erhadap barang.
Selain it u, modal sosial yang di dal amnya t erdapat j alinan sosial dan pref erensi sosial j uga berf ungsi unt uk menj aga iklim j ual-beli yang sehat . Mempengaruhi pelanggan warung l ain unt uk dialihkan menj adi pelanggan di warung miliknya dianggap perbuat an yang t idak dapat dibenarkan dan hampir dapat dipast ikan berdampak buruk t erhadap j alinan sosial ant ar pemil ik warung hingga t erj adinya pemut usan hubungan sosial. Bagi pihak yang akan membuka warung baru di lingkungan permukimannya pun akan menj adikan modal sosial yang dimil ikinya sebagai pert imbangan unt uk memilih j enis barang yang akan diperj ual- Selain it u, modal sosial yang di dal amnya t erdapat j alinan sosial dan pref erensi sosial j uga berf ungsi unt uk menj aga iklim j ual-beli yang sehat . Mempengaruhi pelanggan warung l ain unt uk dialihkan menj adi pelanggan di warung miliknya dianggap perbuat an yang t idak dapat dibenarkan dan hampir dapat dipast ikan berdampak buruk t erhadap j alinan sosial ant ar pemil ik warung hingga t erj adinya pemut usan hubungan sosial. Bagi pihak yang akan membuka warung baru di lingkungan permukimannya pun akan menj adikan modal sosial yang dimil ikinya sebagai pert imbangan unt uk memilih j enis barang yang akan diperj ual-
Syarat bagi t erbent uknya nilai-sosial yang t inggi sebagaimana direal isasikan dalam prakt ik t ukar menukar barang dan j ual-bel i t radisional , membent uk ciri khas t ransaksi. Ciri khas pert ama , keunt ungan sosial lebih diut amakan daripada keunt ungan ekonomi. Berlakunya pref erensi sosial unt uk memut uskan pihak yang dilibat kan dalam t ransaksi menunj ukkan bahwa keunt ungan sosial lebih dipriorit askan daripada keunt ungan ekonomi at au unt uk mencapai keunt ungan ekonomi dilal ui dengan t erlebih dahulu mencapai keunt ungan sosial , walaupun harus menempuh j arak lebih j auh dan harus membayar nilai-nominal lebih t inggi yang dal am perhit ungan ekonomi dipandang sebagai peril aku yang t idak mengunt ungkan. Berdasarkan ciri khas pert ama ini, dalam t ransaksi dengan nilai-sosial yang t inggi t idak sekedar t erj adi perpindahan kepemilikan barang dari sat u pihak ke pihak yang lain, baik melalui t ransaksi bart er maupun j ual-beli t r adisional, t et api j uga t erj adi pemupukan kedekat an sosial dan penebalan j alinan sosial ant ara pihak yang t erlibat dalam t ransaksi.
Ciri khas kedua yang merupakan t urunan dari ciri khas pert ama ialah pihak yang t erlibat dalam t ransaksi merasa ridha dengan t ransaksi yang dil akukan. Keridhaan t ampak dari pert ukaran barang yang hampir selalu t idak set ara dari segi kuant it as maupun nominalnya, sepert i unt uk mendapat kan 5 siung bawang put ih dit ukarkan dengan 3 buah cabe rawit . Di kampung nenek saya, ukuran bagi pert ukaran barang didasarkan pengalaman beberapa generasi yang karena t el ah berul ang kal i diprakt ikkan seakan menj adi konsensus sosial at au lebih t epat nya pemakl uman sosial. Pert ukar ang barang yang t idak set ara dari segi kuant it as dan nilai nominalnya dapat dimakl umi karena dua hal, yakni (1) pihak yang t erlibat pert ukaran barang t erikat dalam j alinan sosial; dan (2) pihak yang t erlibat memandang barang sebat as nilai-guna, yakni kemanf aat an barang secara prakt is unt uk memenuhi kebut uhannya. Kedua belah pihak merasa ridha t erhadap t ransaksi yang berlangsung sej auh barang yang didapat kan mencukupi kebut uhannya.
Dalam t ransaksi j ual-beli t radisional, rasa ridha pihak penj ual yang t erikat j al inan sosial dengan pembeli menj adikan persoalan hut ang at au bahkan menggrat iskan barang yang dij ualnya dapat dil akukan, walaupun menurut logika ekonomi perilaku t ersebut j ust ru menunda keunt ungan ekonomi bahkan merugikan. Cont oh unt uk pembahasan ini saya t emui langsung di ruang Burj o seput aran l ingkungan kos saya di Yogyakart a yang dikarenakan kedekat an hubungan sosial ant ara penj ual sekal igus pemil ik Burj o dengan beberapa mahasiswa menj adikan persoal an hut ang j amak dit emui dan lumrah dilakukan.
Perhit ungan ekonomi t ent u akan menghambat perilaku demikian, t et api bagi pihak penj ual, kalangan mahasiswa yang dekat secara sosial dengannya dirasa t elah banyak membant u sepert i menemani begadang di mal am hari karena ruang Burj o memang dikenal buka sepanj ang hari al ias 24 j am sehari at au membant u penj ual mel ayani pembeli pada saat Burj o ramai. Dengan demikian peril aku memberikan hut ang bahkan menggrat iskan barang yang dij ualnya kepada pihak t ert ent u mendapat kan pembenarannya dal am logika sosial , bukan logika ekonomi.
Ciri khas ket iga yang masih merupakan t urunan dari ciri khas pert ama dan mendukung ciri khas kedua adalah kej uj uran dal am t ransaksi. Perilaku mencurangi sal ah sat u pihak yang t erlibat dal am t ransaksi dapat dit ekan karena j alinan sosial yang mendasari t ransaksi. Perbuat an mencurangi t imbangan, menut upi kondisi barang yang cacat , berbohong mengenai inf ormasi barang yang dij ual , membayar dengan uang palsu at au melakukan pencurian barang sedapat mungkin dihindari karena dapat berdampak buruk pada hubungan sosial dengan salah sat u pihak yang t erlibat t ransaksi. Bagi masyarakat yang masih memprakt ikkan t ukar menukar barang, unt uk menekan munculnya perilaku t idak j uj ur dilakukan dengan mekanisme pengucil an sosial , yakkni t idak lagi melakukan pert ukaran barang dengan pihak yang t elah melakukan perilaku t idak j uj ur dalam t ransaksi sampai sanksi sosial yang lebih berat sepert i pemut usan hubungan sosial. Bagi masyarakat yang memprakt ikkan j ual-beli t radisional , sanksi sosial dil akukan dengan cara t idak l agi menj adi pelanggan pihak penj ual yang melakukan perbuat an t idak j uj ur sampai pada pemut usan t ransaksi j ual-beli yang dilakukan secara komunal oleh pihak yang memiliki ikat an j alinan sosial dengan pelaku. Jika yang menj adi pel aku adal ah pembeli, maka sanksi sosial dil akukan oleh penj ual berupa penolakan mengadakan t ransaksi j ual-beli dengan pihak t ersebut . Jika dilakukan serent ak oleh ikat an sosial ant ar pej ual, maka pembeli yang t elah berlaku t idak j uj ur dalam t ransaksi j ual -beli akan mengalami t ekanan yang sangat kuat karena t idak mampu memenuhi kebut uhannya t erhadap barang akibat t idak bersedianya pihak penj ual mel akukan t ransaksi.
Sanksi sosial menj adi kont rol t erhadap perilaku t ransaksi dan sedapat mungkin dihindari oleh pihak yang t erlibat t ransaksi, baik penj ual maupun pembeli karena berakibat buruk pada keunt ungan sosial yang berkait an dengan dimensi kej iwaannya dan keunt ungan ekonomi yang berkait an dengan dimensi j asmaninya. Inilah dua hal yang menj adikan kej uj uran dij unj ung t inggi dalam t ransaksi dengan nil ai-sosial yang t inggi, yakni j alinan sosial dan sanksi sosial . Dalam kasus t ert ent u mekanisme sanksi sosial dapat diabaikan j ika penj ual maupun pembeli menghadapi t ekanan yang lebih kuat daripada t ekanan j alinan Sanksi sosial menj adi kont rol t erhadap perilaku t ransaksi dan sedapat mungkin dihindari oleh pihak yang t erlibat t ransaksi, baik penj ual maupun pembeli karena berakibat buruk pada keunt ungan sosial yang berkait an dengan dimensi kej iwaannya dan keunt ungan ekonomi yang berkait an dengan dimensi j asmaninya. Inilah dua hal yang menj adikan kej uj uran dij unj ung t inggi dalam t ransaksi dengan nil ai-sosial yang t inggi, yakni j alinan sosial dan sanksi sosial . Dalam kasus t ert ent u mekanisme sanksi sosial dapat diabaikan j ika penj ual maupun pembeli menghadapi t ekanan yang lebih kuat daripada t ekanan j alinan
Tekanan kebut uhan ekonomi berkait an dengan kont eks lingkungan di mana t ransaksi dilakukan. Pada masa dahul u t ransaksi j ual-beli t radisional diprakt ikkan di lingkungan pedesaan dengan kondisi kehidupan yang sederhana, kebut uhan hidup yang minim dan j alinan sosial yang kuat , sehingga keunt ungan sosial dapat dipriorit askan dan kej uj uran dapat diprakt ikkan yang mendorong muncul nya keridhaan pihak yang t erlibat dalam t ransaksi. Berbeda dengan masa kini di mana t ransaksi j ual-beli t radisional diprakt ikkan di lingkungan perkot aan dengan kondisi kehidupan yang kompleks, kebut uhan hidup yang t inggi dan j alinan sosial yang renggang, sehingga menyebabkan keunt ungan ekonomi yang didapat kan penj ual t idak cukup unt uk memenuhi kebut uhan hidupnya maupun dial ami oleh pembeli karena ket iadaan kepemilikan al at t ukar yang sah unt uk memenuhi kebut uhannya t erhadap barang. Dalam kondisi sulit demikian kej uj uran t idak mudah unt uk dipert ahankan sebab desakan kebut uhan hidup menunt ut dipriorit askannya keunt ungan ekonomi. Terj adilah pergeseran ciri khas pert ama j ual-beli t radisional yang berorient asi keunt ungan sosial menj adi berorient asi keunt ungan ekonomi dengan meminggirkan bahkan menyingkirkan keunt ungan sosial.
Perilaku t idak j uj ur dalam t ransaksi memicu reaksi dari j alinan sosial yang mengikat penj ual dan pembeli. Dalam kondisi normal, ket idak-j uj uran yang dil akukan oleh penj ual maupun pembeli menyebabkan goncangan sosial yang mendorong salah sat u pihak menggunakan mekanisme sanksi sosial. Kondisi sebaliknya dapat t erj adi j ika modal sosial yang dimiliki penj ual maupun pembeli dapat merasakan at au t urut mengalami kesempit an kehidupan ekonomi sebagaimana dialami oleh pelaku, sehingga memaklumi t indakan pelaku yang dipandang sebagai upaya unt uk sekedar menyambung hidup. Tet api harus dipahami bahwa pemakluman, t erlebih yang berkorelasi dengan pemaaf an, t idak dapat t erus dilakukan yang pada umumnya hanya berlaku unt uk kasus pert ama karena dibat asi oleh dua hal, yakni (1) kehendak pihak yang dikenai perilaku unt uk mencapai keunt ungan ekonomi; dan (2) j alinan sosial yang memil iki peran sebagai pengont rol peril aku yang dinilai di luar kepat ut an dalam t ransaksi, sehingga kecenderungannya t idak akan t erj adi pemakluman j ika muncul kembali perilaku serupa oleh pelaku yang sama.
Ciri khas keempat yang merupakan ciri khas t erakhir dan yang mengikat ket iga ciri khas sebelumnya adalah personalit as t ransaksi. Transaksi yang t erj adi melibat kan dua individu yang saling mengenal , t erikat dalam j alinan sosial dan memiliki kedekat an hubungan Ciri khas keempat yang merupakan ciri khas t erakhir dan yang mengikat ket iga ciri khas sebelumnya adalah personalit as t ransaksi. Transaksi yang t erj adi melibat kan dua individu yang saling mengenal , t erikat dalam j alinan sosial dan memiliki kedekat an hubungan
f akult i yang dimiliki manusia sebagai subyek pelaku t ransaksi yang ut uh, t ermasuk dimensi perasaannya.
Gambar 2: Per sonal it as dal am r uang war ung di t ampakkan dar i f ot o pemil ik dan kel uar ga yang diper l ihat kan kepada pembel i. Sebuah war ung pecel di Sr agen. Sumber : Dokument asi pribadi, 2017
Pemakluman t erhadap pihak yang berperilaku di luar kepat ut an t idak akan memunculkan keridhaan dalam t ransaksi yang dil akukan, baik bagi pihak yang dikenai perilaku maupun bagi pel aku karena keridhaan hanya dapat dicapai melalui t ransaksi yang didasari kej uj uran, diliput i personalit as dan berorient asi keunt ungan sosial . Dari sini dapat dit arik dua prinsip berkait an dengan ciri khas t ransaksi dengan nilai-sosial yang t inggi. Pert ama, keempat ciri khas merupakan sat u kesat uan di mana j ika salah sat u ciri khas t idak hadir maka menyebabkan ket idak-hadiran at au paling t idak mempengaruhi ciri khas lainnya. Kedua, nilai-nilai luhur mut lak diperlukan dalam melakukan t ransaksi unt uk menj amin kest abilan perilaku pihak yang t erlibat , karena nilai-sosial yang t inggi berikut dengan syarat dan keempat ciri khasnya membut uhkan kest abilan j alinan sosial yang dicapai Pemakluman t erhadap pihak yang berperilaku di luar kepat ut an t idak akan memunculkan keridhaan dalam t ransaksi yang dil akukan, baik bagi pihak yang dikenai perilaku maupun bagi pel aku karena keridhaan hanya dapat dicapai melalui t ransaksi yang didasari kej uj uran, diliput i personalit as dan berorient asi keunt ungan sosial . Dari sini dapat dit arik dua prinsip berkait an dengan ciri khas t ransaksi dengan nilai-sosial yang t inggi. Pert ama, keempat ciri khas merupakan sat u kesat uan di mana j ika salah sat u ciri khas t idak hadir maka menyebabkan ket idak-hadiran at au paling t idak mempengaruhi ciri khas lainnya. Kedua, nilai-nilai luhur mut lak diperlukan dalam melakukan t ransaksi unt uk menj amin kest abilan perilaku pihak yang t erlibat , karena nilai-sosial yang t inggi berikut dengan syarat dan keempat ciri khasnya membut uhkan kest abilan j alinan sosial yang dicapai
Keempat ciri khas t ransaksi dengan nilai-sosial yang t inggi membent uk st rukt ur l at ar bagi berlangsungnya t ransaksi di mana unsur manusia menempat i lat ar-depan, unsur barang menempat i lat ar-t engah dan unsur ruang menempat i lat ar-belakang. Dalam st rukt ur lat ar berlaku oposisi biner di mana lat ar-depan menduduki posisi paling t inggi, sedangkan lat ar- belakang menduduki posisi paling rendah. Unsur manusia menempat lat ar-depan dikarenakan unsur barang t idak akan hadir secara f isikal maupun psikologis di dalam kesadaran manusia j ika t idak t erdapat manusia yang membut uhkannya. Dengan demikian t ransaksi dengan nilai-sosial yang t inggi mengisyarat kan bahwa upaya pemenuhan kebut uhan t erhadap barang t idak diperbolehkan mengsubordinasi manusia, mereduksinya bahkan menghancurkan kemanusiaan yang dimil ikinya.
Gambar 3: St r ukt ur l at ar bagi t r ansaksi dengan nil ai-sosial t inggi Sumber : Anal isa, 2017
Diposisikannya unsur ruang sebagai lat ar-belakang dalam t ukar menukar barang maupun t ransaksi j ual-beli t radisional dikarenakan t idak memberikan pengaruh yang signif ikan t erhadap t ransaksi. Rendahnya kualit as ruang warung yang t ampak dari ket erbat asan dimensi ruang, penghawaan yang t idak memadai, bahan semrawut nya pengat uran barang yang dij ual t idak menj adi penghalang bagi pembeli unt uk mendekat , memasuki dan melakukan t ransaksi j ual-beli dengan pemil ik warung disebabkan yang menj adi daya t arik ut ama t erj adinya t ransaksi adalah unsur manusia. Dengan kat a lain pref erensi sosial yang Diposisikannya unsur ruang sebagai lat ar-belakang dalam t ukar menukar barang maupun t ransaksi j ual-beli t radisional dikarenakan t idak memberikan pengaruh yang signif ikan t erhadap t ransaksi. Rendahnya kualit as ruang warung yang t ampak dari ket erbat asan dimensi ruang, penghawaan yang t idak memadai, bahan semrawut nya pengat uran barang yang dij ual t idak menj adi penghalang bagi pembeli unt uk mendekat , memasuki dan melakukan t ransaksi j ual-beli dengan pemil ik warung disebabkan yang menj adi daya t arik ut ama t erj adinya t ransaksi adalah unsur manusia. Dengan kat a lain pref erensi sosial yang
Demikianlah penj elasan nilai-sosial yang t inggi yang pada masa kini t engah menghadapi t ant angan dari j ual-beli modern yang semakin t umbuh dengan cepat dan meluas, khususnya yang t erj adi di lingkungan perkot aan. Perubahan cara j ual-beli yang diikut i dengan perubahan ruang t ransaksi mempengaruhi t ingkat an nilai-sosial yang t erbent uk dan pada akhirnya mempengaruhi j al inan sosial yang mengikat penj ual dan pembel i. Pada bagian selanj ut kan saya akan membahas j ual-beli modern yang membent uk nilai-sosial menengah berikut dengan syarat , ciri khas dan st rukt ur l at ar yang menaungi t ransaksinya sert a goncangan yang menyebabkan menurunnya t ingkat an nilai-sosial dalam pemenuhan kebut uhan t erhadap barang. Dengan dibahasnya j ual-beli modern akan dapat dikenali t ant angan ekonomi dan sosial yang dialami manusia kini yang t idak l agi adalah t ant angan bagi kemanusiaannya.
B. Goncangan Terhadap Nilai-Sosial
Runt uhnya nilai-sosial dalam upaya pemenuhan kebut uhan t erhadap barang disebabkan t idak t erpenuhinya syarat -syarat yang diperl ukan, yakni (1) hubungan sosial ant ara pihak yang t erl ibat mendasari t erj adinya t ransaksi j ual-beli yang sarat dengan (2) komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna. Transaksi yang t idak memenuhi kedua persyarat an t ersebut adalah j ual-beli moden yang diwadahi dal am ruang mini-market hingga skal a super-market . Dengan cara membandingkan, dapat dirumuskan syarat t erj adinya t ransaksi j ual-bel i modern adalah (1) t ransaksi yang t erj adi t idak didasari hubungan sosial ant ara pemilik barang at au penj ual dengan pembeli; dan sebagai konsekuensinya (2) t idak t erj adi komunikasi dua arah yang int ens dan bermakna ant ara pihak yang t erlibat . Sel ain kedua syarat t ersebut yang merupakan pembalikan dari t ransaksi j ual-beli t radisional, t ransaksi j ual-bel i modern j uga memiliki syarat ket iga, yakni penj ual yang merupakan pemil ik barang t idak hadir di dalam ruang t ransaksi yang diwakilkan oleh pegawai sebagai pihak ket iga yang dipekerj akannya, sehingga t idak dimungkinkan t erj adinya komunikasi ant ara penj ual dan pembeli. Prakt ik j ual-beli modern sebagaimana didasari ket iga syarat t ersebut t elah kit a al ami dal am kehidupan sehari-hari pada masa kini, bahkan bagi banyak dari kit a t ransaksi modern t idak mungkin l agi unt uk dihindari karena t elah menj adi kebut uhan, kebiasaan bahkan gaya hidup.
Proses t erj adinya t ransaksi j ual-beli modern dapat saya sampaikan secara singkat dan umum sebagai berikut . Pihak pembeli memasuki ruang t ransaksi dan langsung menuj u ke
area barang unt uk mengambil sendiri barang yang dibut uhkannya. Set elahnya dil akukan perhit ungan harga oleh penj ual at au pihak yang mewakilinya di area kasir unt uk menget ahui nilai-nominal yang harus dibayarkan oleh pembeli. Proses t ransaksi j ual-beli demikian memungkinkan pengunj ung mengambil barang dan langsung keluar dari ruang t ransaksi t anpa menghampiri ruang kasir yang dalam bahasa kit a disebut dengan t indakan pencurian. Unt uk mencegah t erj adinya peril aku t ersebut , dil akukan t at a keruangan yang membent uk ciri khas spasial t ransaksi j ual-bel i modern. Ciri khas keruangan pert ama ial ah area kasir dilet akkan di bagian depan ruang t ransaksi, yakni berdekat an dengan pint u akses masuk agar penj ual at au pegawai dapat mengawasi peril aku pengunj ung di area barang dan menget ahui keluar masuknya pengunj ung ke ruang t ransaksi. Kedua, ruang t ransaksi dilengkapi dengan seperangkat t eknologi yang bert uj uan memudahkan penj ual mengawasi perilaku pengunj ung, sepert i kamera CCTV di set iap sudut ruang sampai segel elekt ronik yang akan berbunyi j ika pengunj ung mengambil barang dan langsung kel uar ruang t ransaksi t anpa membayarnya di area kasir. Terkesan bahwa proses t ransaksi j ual-bel i modern diliput i kecurigaan dan kewaspadaan pihak penj ual kepada pengunj ung yang memasuki ruang t ransaksi. Persoalan t ersebut akan saya bahas lebih l anj ut pada bagian ket iga t ulisan ini.
Jual-bel i modern dikait kan dengan nilai-sosial dapat dibedakan menj adi dua t ipe dengan t ingkat an nilai-sosial yang berbeda disebabkan perbedaan syarat , ciri khas dan st rukt ur lat ar bagi berlangsungnya t ransaksi j ual-bel i. Tipe pert ama adal ah ruang t ransaksi yang dimiliki personal-pribadi dengan model persebaran t erbat as berdasarkan keberadaan modal sosial . Sedangkan t ipe kedua adalah ruang t ransaksi yang dimiliki korporasi dengan model persebaran meluas membent uk j aringan rit el t anpa didasari kepemilikan modal sosial. Sebagai bat asan agar t ulisan ini t idak t erl alu panj ang dan rumit , saya hanya akan membahas t ransaksi j ual-beli modern yang diwadahi dalam ruang mini-mart . Sel ain unt uk memudahkan saya sendiri, pembahasan dalam skala ruang super-market membut uhkan analisa yang berbeda, sehingga membut uhkan t ulisan t ersendiri yang diperunt ukkan khusus unt uk membincangkannya.
Tipe pert ama j ual -bel i modern memiliki nilai-sosial menengah yang disebabkan oleh dua hal. Pert ama, hanya memenuhi sat u dari t iga syarat j ual -beli modern. Tipe pert ama saya kat egorikan ke dal am j ual-bel i modern karena cara t ransaksi yang diprakt ikkan, bukan berdasarkan syarat -syarat yang melat ar-belakangi t ransaksi. Kedua, memenuhi seluruh syarat j ual-beli t radisional. Jadi, t ipe pert ama ini memprakt ikkan proses t ransaksi j ual-bel i modern dengan syarat -syarat t ransaksi j ual -beli t radisional yang menj adikan nil ai-sosialnya Tipe pert ama j ual -bel i modern memiliki nilai-sosial menengah yang disebabkan oleh dua hal. Pert ama, hanya memenuhi sat u dari t iga syarat j ual -beli modern. Tipe pert ama saya kat egorikan ke dal am j ual-bel i modern karena cara t ransaksi yang diprakt ikkan, bukan berdasarkan syarat -syarat yang melat ar-belakangi t ransaksi. Kedua, memenuhi seluruh syarat j ual-beli t radisional. Jadi, t ipe pert ama ini memprakt ikkan proses t ransaksi j ual-bel i modern dengan syarat -syarat t ransaksi j ual -beli t radisional yang menj adikan nil ai-sosialnya
Tingkat an nilai-sosial menengah dalam t ransaksi j ual-beli modern t ipe pert ama dikarenakan t ransaksi yang berl angsung didasari j alinan sosial, t et api dengan t ingkat int ensit as komunikasi yang t idak set inggi j ual -beli t radisional. Unt uk yang pert ama, j alinan sosial menj adi dasar dilakukannya t ransaksi karena ruang mini-mart berada di lingkungan sosial pemilik ruang. Pada banyak kasus, ruang mini-mart t ipe pert ama merupakan perkembangan dari warung yang mewadahi j ual-beli t radisional. Pemilik ruang mengalami perkembangan kehidupan ekonomi yang memampukannya melakukan perubahan ruang warung menj adi t ipe mini-mart unt uk meningkat kan int ensit as j ual -beli sebagai upaya meningkat kan keunt ungan ekonomi.
Perubahan ruang warung menj adi ruang mini-mart diikut i dengan mobilisasi modal sosial yang awalnya menj adi pelanggan warung beralih menj adi pelanggan mini-mart , sehingga t ransaksi yang dilakukan t et ap didasari j alinan sosial yang mengikat penj ual dan pembeli. Unt uk yang kedua, menurunnya int ensit as komunikasi yang bermakna bagi pihak yang t erlibat dal am t ransaksi disebabkan diprakt ikknnya j ual-beli modern di mana penj ual dan pembeli hanya dapat berkomunikasi pada dua f ase sel ama proses j ual-beli, yakni (1) saat pembeli memasuki ruang t ransaksi; dan (2) saat penj ual dan pembeli bert emu di area kasir. Sedangkan ket ika pembel i berada di area barang t erdapat j arak spasial ant ara pembeli dengan penj ual yang menj adi hambat an unt uk dilakukannya komunikasi. Inilah goncangan pert ama t erhadap nilai-sosial yang menj adikan nilai-sosial dalam t ransaksi j ual- beli modern t ipe pert ama t idak dapat menyamai t ingkat an nil ai-sosial j ual -beli t radisional karena kehil angan sat u f ase komunikasi dalam proses t ransaksi.
Transaksi j ual-beli modern t ipe pert ama yang melibat kan j alinan sosial ant ara penj ual dan pembeli menj adikan berlakunya pref erensi sosial. Bagi pembeli, pref erensi sosial t et ap menj adi dorongan unt uk melakukan t ransaksi j ual-beli di ruang mini-mart karena memiliki kedekat an hubungan sosial dengan pemilik ruang. Bagi penj ual, pref erensi sosial digunakan oleh pemilik ruang unt uk mengembangkan usaha ekonomi yang dimilikinya dengan cara menambah j umlah ruang t ransaksi. Model perkembangan demikian, yakni persebaran ruang t ransaksi berbeda dengan ruang warung yang menggunakan model perkembangan perluasan ruang t ransaksi. Kecenderungannya, kehadiran warung diawali dengan dimensi ruang yang kecil dikarenakan ket erbat asan modal pemilik, sehingga t idak j arang pula memanf aat kan bagian ruang-hunian yang dialih-f ungsikan menj adi warung, sepert i t eras, carport at au halaman depan hunian. Seiring perkembangan usaha, warung mengalami perluasan dimensi Transaksi j ual-beli modern t ipe pert ama yang melibat kan j alinan sosial ant ara penj ual dan pembeli menj adikan berlakunya pref erensi sosial. Bagi pembeli, pref erensi sosial t et ap menj adi dorongan unt uk melakukan t ransaksi j ual-beli di ruang mini-mart karena memiliki kedekat an hubungan sosial dengan pemilik ruang. Bagi penj ual, pref erensi sosial digunakan oleh pemilik ruang unt uk mengembangkan usaha ekonomi yang dimilikinya dengan cara menambah j umlah ruang t ransaksi. Model perkembangan demikian, yakni persebaran ruang t ransaksi berbeda dengan ruang warung yang menggunakan model perkembangan perluasan ruang t ransaksi. Kecenderungannya, kehadiran warung diawali dengan dimensi ruang yang kecil dikarenakan ket erbat asan modal pemilik, sehingga t idak j arang pula memanf aat kan bagian ruang-hunian yang dialih-f ungsikan menj adi warung, sepert i t eras, carport at au halaman depan hunian. Seiring perkembangan usaha, warung mengalami perluasan dimensi
Berbeda dengan warung, ruang mini-mart t ipe pert ama menggunakan model persebaran ruang dengan penent uan perlet akan ruang berdasarkan persebaran modal sosial pemilik mini-mart at au dapat disebut dengan pendekat an spasial -sosial yang dipandang sebagai calon pembeli pot ensial . Dari sudut pandang sosial -ekonomi, mendekat i modal sosial dal am pemilihan l okasi persebaran ruang mini-mart dapat diart ikan sebagai upaya menj amin keberlangsungan t ransaksi j ual-beli yang t erj adi di ruang mini-mart . Di sisi lain, menghadirkan mini-mart di lingkungan yang asing bagi penj ual, yakni lingkungan t anpa modal sosial dipandang sebagai upaya penuh resiko karena dapat menyebabkan rendahnya t ingkat t ransaksi j ual-beli yang j ust ru kont radiksi dengan t uj uan persebaran ruang t ransaksi unt uk mencapai keunt ungan ekonomi yang lebih besar. Dapat art ikan pula ket iadaan modal sosial sebagai ket iadaan calon pembeli pot ensial, sehingga keberadaan modal sosial menj adi syarat bagi kehadiran persebaran ruang mini-mart .
Persebaran ruang mini-mart dapat mempengaruhi nil ai-sosial karena pihak penj ual t idak dapat hadir secara serent ak di seluruh ruang mini-mart yang dimil ikinya. Dengan demikian persebaran ruang mini-mart menj adi pendorong t erpenuhinya syarat ket iga j ual-bel i modern, yakni diwakil kannya pihak penj ual oleh pihak ket iga yang dipekerj akannya unt uk t erlibat secara langsung dalam proses t ransaksi j ual -beli dengan pembeli. Jika penj ual diwakilkan oleh pegawai yang memiliki kedekat an hubungan sosial dengan dirinya dan dengan modal sosial ruang mini-mart , maka t ingkat an nilai-sosial dapat dipert ahankan karena ant ara pihak yang t erlibat dalam j ual-beli t erikat dalam j al inan sosial. Jika kondisi t ersebut t erpenuhi, walaupun pihak penj ual t idak sel alu hadir di dal am ruang j ual-beli, pegawai yang dipekerj akannya dapat berper an sebagai perpanj angan dirinya dengan pembeli secara ekonomi maupun sosial. Tet api j ika yang t erj adi adalah sebaliknya di mana pegawai sebagai pihak ket iga dalam t ransaksi j ual-beli t idak memiliki j alinan sosial dengan pihak penj ual dan modal sosial ruang mini-mart , maka t erj adi goncangan nil ai-sosial yang dapat berakibat runt uhnya nilai-sosial sebagaimana t erj adi pada j ual-beli modern t ipe kedua yang akan saya j elaskan pada bagian selanj ut nya dari t ulisan ini.
Mekanisme pemilihan pegawai unt uk mempert ahankan t ransaksi j ual -beli dengan t ingkat an nilai-sosial menengah adalah dengan mengandalkan j aringan sosial yang dimiliki penj ual , yakni dengan mempekerj akan orang yang memi liki kedekat an hubungan sosial dengannya. Mekanisme l ain adal ah melalui rekomendasi pihak lain yang memiliki kedekat an hubungan sosial dengan penj ual sebagai penj amin at as kemampuan kerj a pihak yang Mekanisme pemilihan pegawai unt uk mempert ahankan t ransaksi j ual -beli dengan t ingkat an nilai-sosial menengah adalah dengan mengandalkan j aringan sosial yang dimiliki penj ual , yakni dengan mempekerj akan orang yang memi liki kedekat an hubungan sosial dengannya. Mekanisme l ain adal ah melalui rekomendasi pihak lain yang memiliki kedekat an hubungan sosial dengan penj ual sebagai penj amin at as kemampuan kerj a pihak yang
Gambar 4: Rel asi ant ar a penj ual , pegawai dan pembel i dengan nil ai-sosial menengah Sumber : Anal isa, 2017
Ciri khas kedua dan ket iga , yakni kej uj uran dan keridhaan dalam t ransaksi memiliki kesamaan dengan ciri khas j ual -beli t radisional, sebagaimana ciri khas pert ama di at as disebabkan t erpenuhinya syarat j ual-beli t radisional dalam j ual-bel i modern t ipe pert ama. Pembahasan mengenai kej uj uran ant ara penj ual dan pembeli t elah saya sampaikan pada bagian pert ama t ulisan ini. Sedangkan ant ara pihak penj ual dan pegawai, kej uj uran direalisasikan dengan memenuhi kewaj iban dan hak masing-masing yang ut amanya bukan disebabkan keduanya t erikat perj anj ian kerj a yang berkekuat an hukum, t et api lebih kuat dikarenakan kedua pihak memiliki kedekat an sosial yang berperan sebagai pemberi t ekanan agar keduanya dapat berlaku j uj ur. Dengan kej uj uran, pihak penj ual t idak akan Ciri khas kedua dan ket iga , yakni kej uj uran dan keridhaan dalam t ransaksi memiliki kesamaan dengan ciri khas j ual -beli t radisional, sebagaimana ciri khas pert ama di at as disebabkan t erpenuhinya syarat j ual-beli t radisional dalam j ual-bel i modern t ipe pert ama. Pembahasan mengenai kej uj uran ant ara penj ual dan pembeli t elah saya sampaikan pada bagian pert ama t ulisan ini. Sedangkan ant ara pihak penj ual dan pegawai, kej uj uran direalisasikan dengan memenuhi kewaj iban dan hak masing-masing yang ut amanya bukan disebabkan keduanya t erikat perj anj ian kerj a yang berkekuat an hukum, t et api lebih kuat dikarenakan kedua pihak memiliki kedekat an sosial yang berperan sebagai pemberi t ekanan agar keduanya dapat berlaku j uj ur. Dengan kej uj uran, pihak penj ual t idak akan
Hingga saat ini memang saya belum pernah mendapat i j ual-beli modern yang memberikan kelonggaran kepada pembelinya unt uk dapat berhut ang, walaupun memiliki hubungan dekat dengan penj ual. Realisasi keridhaan dalam j ual -beli model t ipe pert ama beberapa kali saya saksikan dal am perwuj udan memberi pot ongan harga at au pembulat an harga ke bawah kepada pembeli yang memil iki kedekat n sosial dengan penj ual . Saya sendiri pernah merasa ridha dengan harga barang yang lebih mahal dibandingkan mini-mart lainnya karena kedekat an hubungan sosial ant ara saya dengan penj ual. Keridhaan pun berlaku ant ara penj ual dan pegawai. Realisasinya mewuj ud dal am banyak cara, di ant aranya yang pernah saya dapat i adal ah pihak penj ual merasa ridha kepada pegawainya yang berkali-kali dalam wakt u berdekat an memint a izin unt uk menghadiri acara keluarga at au memint a izin selama sepekan penuh sebelum hari pernikahannya. Dari sisi pegawai, keridhaan hadir ket ika pegawai memaklumi ket erlambat an pembayaran gaj i yang menj adi haknya dikarenakan kondisi penj ualan t engah lesu at au penj ual t engah mengalami musibah yang menj adikannya t idak dapat memenuhi kewaj iban t epat wakt u.
Ciri khas keempat dari j ual-bel i modern t ipe pert ama adal ah t egangan ant ara keunt ungan sosial dan keunt ungan ekonomi. Tegangan t idak dapat dihindari disebabkan orient asi j ual- beli modern t ipe pert ama unt uk meningkat kan keunt ungan ekonomi dengan cara memanf aat kan j alinan sosial yang dimiliki. Jika orient asi ekonomi menguasai j alannya t ransaksi, maka berakibat pada subordinasi j al inan sosial yang sebat as dimanf aat kan unt uk menghasil kan keunt ungan ekonomi. Akibat nya adalah runt uhnya ciri khas kedua dan ket iga di at as, bahkan mengancam ciri khas pert ama dikarenakan orient asi ekonomi semat a dapat mengaburkan subj ek yang dilibat kan dalam t ransaksi. Tet api j ika sebal iknya yang berlaku, yakni orient asi sosial yang menguasai, maka dapat memunculkan pemakluman yang berlebihan dari penj ual t erhadap pegawai dan pembeli yang t ent u saj a akan mempengaruhi keunt ungan ekonomi yang didapat kannya. Tegangan keduanya harus dalam kondisi seimbang dan st abil, agar t idak t erj adi daya t arik yang doniman dan menihilkan salah sat u keunt ungan, sehingga dalam t ransaksi j ual -beli didapat kan keunt ungan sosial sekaligus keunt ungan ekonomi dengan kadar yang berbeda unt uk set iap t ransaksi.
Keempat ciri khas j ual -beli modern t ipe pert ama membent uk st rukt ur lat ar bagi t erj adinya t ransaksi. Dalam t ransaksi j ual -beli t radisional , st rukt ur lat ar bersif at t et ap dan st abil , sehingga t ingkat an nil ai-sosial yang t erbent uk pun st abil. Dengan logika yang sama, ket idak-st abilan st rukt ur lat ar menyebabkan goncangan nil ai-sosial . Inilah penyebab kedua Keempat ciri khas j ual -beli modern t ipe pert ama membent uk st rukt ur lat ar bagi t erj adinya t ransaksi. Dalam t ransaksi j ual -beli t radisional , st rukt ur lat ar bersif at t et ap dan st abil , sehingga t ingkat an nil ai-sosial yang t erbent uk pun st abil. Dengan logika yang sama, ket idak-st abilan st rukt ur lat ar menyebabkan goncangan nil ai-sosial . Inilah penyebab kedua
Gambar 5: St rukt ur l at ar bagi t ransaksi dengan nil ai-sosial menengah Sumber : Anal isa, 2017
Jika unsur ruang menempat i lat ar-depan sedangkan unsur manusia menempat lat ar- belakang, maka t erj adi kerunt uhan nil ai-sosial sebab j ual-bel i yang t erj adi semat a berorient asi keunt ungan ekonomi dengan menyingkirkan keunt ungan sosial. Tegangan ant ara unsur ruang dan unsur manusia diupayakan t idak sampai mengsubordinasi apalagi meniadakan salah sat u unsur karena dalam j ual-beli modern t ipe pert ama, pihak penj ual membut uhkan pref erensi spasial yang berasal dari unsur ruang dan pref erensi sosial yang merasal dari unsur manusi yang t idak lagi unt uk meningkat kan int ensit as j ual-beli sebagai upaya meningkat kan keunt ungan ekonomi. Bagi pembel i yang memiliki j al inan sosial Jika unsur ruang menempat i lat ar-depan sedangkan unsur manusia menempat lat ar- belakang, maka t erj adi kerunt uhan nil ai-sosial sebab j ual-bel i yang t erj adi semat a berorient asi keunt ungan ekonomi dengan menyingkirkan keunt ungan sosial. Tegangan ant ara unsur ruang dan unsur manusia diupayakan t idak sampai mengsubordinasi apalagi meniadakan salah sat u unsur karena dalam j ual-beli modern t ipe pert ama, pihak penj ual membut uhkan pref erensi spasial yang berasal dari unsur ruang dan pref erensi sosial yang merasal dari unsur manusi yang t idak lagi unt uk meningkat kan int ensit as j ual-beli sebagai upaya meningkat kan keunt ungan ekonomi. Bagi pembel i yang memiliki j al inan sosial