Runt uhnya Nilai-Sosial

C. Runt uhnya Nilai-Sosial

Sebagai kel anj ut an dari pembahasan sebelumnya, pada bagian ini akan dibicarakan t ipe kedua dari t ransaksi j ual-beli modern, yakni mini-mart yang dimiliki ol eh korporasi dengan model persebaran mel uas membent uk j aringan rit el t anpa didasari kepemilikan modal sosial . Ruang t ransaksi yang mewadahi j ual-beli modern t ipe kedua ini kecenderungannya bukan merupakan perkembangan dari mini-mart t ipe pert ama at au ruang warung, sehingga kehadirannya membent uk pat ahan dalam garis perkembangan pemenuhan kebut uhan t erhadap barang karena t idak memiliki kait hubungan dengan t ipe j ual-bel i sebelumnya yang dibahas dal am t ulisan ini. Dampak dari pat ahan perkembangan t ersebut adalah t erj adinya ket erput usan aliran nilai-sosial j ual-beli modern t ipe kedua dari j ual-bel i t radisional yang menj adikannya memiliki t ingkat an nilai-sosial yang rendah bahkan t anpa kepemilikan nilai-sosial karena t idak t erpenuhinya syarat -syarat yang dibut uhkan bagi pembent ukan nilai-sosial sebagaimana dipenuhi dalam j ual-beli t adisional. Dengan demikian, j ual-beli modern t ipe kedua j ika dil i hat dari t ingkat an nilai-sosial yang t erbent uk menempat i posisi di bawah j ual-beli modern t ipe pert ama, wal aupun keduanya memprakt ikkan proses j ual -bel i yang sama.

Jual-bel i t ipe kedua dikat egorikan dalam j ual-beli modern karena memenuhi keseluruhan syarat j ual-beli modern dan proses t ransaksi yang diprakt ikkan. Syarat pert ama, t ransaksi yang t erj adi t idak didasari j al inan sosial yang mengikat seluruh pihak yang t erlibat . Dalam j ual-bel i t radisional dan j ual-beli modern t ipe pert ama, syarat pert ama ini dinil ai buruk karena merupakan penyebab kerunt uhan nilai-sosi al, t et api sebaliknya j ust ru dinilai baik dalam j ual -beli modern t ipe kedua dikarenakan berkesesuaian dengan t uj uan t ransaksi unt uk meraih keunt ungan ekonomi sebanyak-banyaknya. Jalinan sosial dianggap melibat kan perasaan dalam t ransaksi j ual -bel i yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Oleh karena it u j ual-beli modern t ipe kedua dalam proses t ransaksinya berusaha menghindari dan menyingkirkan sel uruh hambat an bagi pencapaian keunt ungan ekonomi. Syarat pert ama t ersebut menj adi prasyarat bagi t erpenuhinya syarat kedua j ual-beli modern, yakni t idak t erj adinya komunikasi yang int ens dan bermakna di ant ara pihak yang t erlibat dal am t ransaksi sepanj ang t erj adinya proses j ual-beli.

Tuj uan t ransaksi j ual-beli modern t ipe kedua dicapai dengan cara mencapai int ensit as j ual- beli yang t inggi melal ui model persebaran mel uas t anpa didasari kepemilikan modal sosial. Di sini j alinan sosial kembali dipandang sebagai hambat an mencapai keunt ungan ekonomi karena membat asi persebaran ruang t ransaksi, sehingga t idak dij adikan syarat dalam persebaran ruang mini-mart . Sel ain it u, dimungkinkannya ruang mini-mart t ipe kedua t ersebar luas membent uk j ej aring rit el dikarenakan kepemilikan modal usaha yang besar oleh korporasi yang menj adi bat asan bagi persebaran mini-mart t ipe pert ama dengan kepemilikan personal-individual. Dengan t anpa hambat an j alinan sosial dan ket erbat asan modal, model persebaran meluas ruang mini-mart t ipe kedua menggunakan pendekat an spasial-ekonomi dengan syarat (1) menempat i ruang yang mudah dilihat secara visual dan mudah diakses oleh pembeli; dan (2) mendekat i keberadaan kerumunan manusia yang secara ekonomi dianggap sebagai calon pembeli pot ensial. Dua syarat t ersebut dapat menj elaskan t umbuh suburnya ruang mini-mart t ipe kedua di mana hampir t idak ada ruang yang luput dari kehadirannya dari area privat permukiman hingga area publik sekelas bandara int ernasional. Inilah st rat egi yang digunakan unt uk mencapai t uj uan ekonomi, yakni mel al ui penguasaan ruang ekonomi dengan menghadirkan sebanyak mungkin ruang t ransaksi yang membent uk j aringan seluas mungkin.

Model persebaran ruang mini-mart t ipe kedua didasari logika yang sederhana, yakni semakin banyak ruang t ransaksi disebar akan semakin meningkat kan j umlah t ransaksi yang berart i semakin t inggi keunt ungan ekonomi didapat kan melalui akumul asi keunt ungan dari seluruh ruang t ransaksi yang dimil iki. Logika t ersebut mendasari pula persebaran ruang Model persebaran ruang mini-mart t ipe kedua didasari logika yang sederhana, yakni semakin banyak ruang t ransaksi disebar akan semakin meningkat kan j umlah t ransaksi yang berart i semakin t inggi keunt ungan ekonomi didapat kan melalui akumul asi keunt ungan dari seluruh ruang t ransaksi yang dimil iki. Logika t ersebut mendasari pula persebaran ruang

Jej aring mini-mart t ipe kedua yang sangat luas menj adikan penj ual yang sekaligus merupakan pemilik ruang t ransaksi t idak dapat hadir di seluruh ruang yang dimilikinya dalam wakt u yang bersamaan. Selain it u, persebarannya t anpa didasari modal sosial menj adikan penj ual t idak perlu hadir unt uk mengaj egkan j alinan sosial yang dimilikinya. Kondisi demikian menj adi lat ar belakang t erpenuhinya syarat ket iga j ual-bel i modern karena penj ual mut lak membut uhkan kehadiran pihak ket iga yang dipekerj akannya unt uk melangsungkan proses t ransaksi dengan pembeli. Sampai di sini t erdapat kesamaan ant ara j ual-bel i modern t ipe pert ama dan kedua, yakni dilibat kannya pihak ket iga dalam proses j ual-bel i, yang membedakan ant ara keduanya adalah mekanisme perekrut an pegawai yang digunakan.

Tidak sebagaimana t ipe pert ama yang mengandalkan j alinan sosial unt uk memil ih pegawai yang akan dipekerj akan, j ual-beli modern t ipe kedua menggunakan pendekat an f ormal - administ rat if melalui serangkaian t es unt uk mendapat kan pegawai yang memiliki kemampuan kerj a sekaligus dapat dit undukkan agar pat uh dan set ia dengan penj ual. Mekanisme demikian digunakan karena pegawai dipandang sebagai pihak liyan, sehingga menunt ut penj ual bersikap waspada dan menar uh curiga agar pihak yang dipekerj akannya t idak menyebabkan kerugian ekonomi. Sedangkan mekanisme perekrut an pegawai dal am j ual-bel i modern t ipe pert ama yang didasarkan j alinan sosial ant ara penj ual dengan pegawai at au pihak lain yang merekomendasikan pegawai t erikat hubungan emosional- personal yang membent uk rasa saling percaya di ant ara pihak yang t erlibat , sehingga ket idak-set iaan dan sikap merugikan sal ah sat u pihak dapat dit ekan. Inilah yang t idak dimiliki j ual-beli modern t ipe kedua dengan mekanisme yang digunakannya sebab ket iadaan j alinan sosial menyebabkan impersonalit as ant ara penj ual dan pegawai yang berart i harus dilakukan prosedur unt uk menj amin pihak ket iga yang dipekerj akannya berlaku set ia dan t idak merugikan.

Impersonalit as merupakan ciri khas pert ama j ual -beli modern t ipe kedua yang menj adi dasar dalam relasi ant ara penj ual, pegawai dan pembel i. Melanj ut kan bagian di at as, mekanisme perekrut an pegawai secara f ormal -administ rat if menyebabkan impersonalit as ant ara penj ual dan pegawai dari t ahap pendaf t aran menj adi calon pegawai hingga selama Impersonalit as merupakan ciri khas pert ama j ual -beli modern t ipe kedua yang menj adi dasar dalam relasi ant ara penj ual, pegawai dan pembel i. Melanj ut kan bagian di at as, mekanisme perekrut an pegawai secara f ormal -administ rat if menyebabkan impersonalit as ant ara penj ual dan pegawai dari t ahap pendaf t aran menj adi calon pegawai hingga selama

Gambar 6: Rel asi ant ar a penj ual , pegawai dan pembel i dengan t anpa nil ai-sosial

Sumber : Anal isa, 2017

Impersonalit as yang dialami pegawai berlanj ut set elah dinyat akan dit erima bekerj a. Pegawai diharuskan menyet uj ui kont rak kerj a di mana set iap klausul kont raknya dit ent ukan sepenuhnya oleh penj ual t anpa melibat kan pegawai. Personalit as pegawai dit ekan dengan t idak diberi ruang unt uk menyampaikan pandangan, penilaian dan harapan pribadinya unt uk diset uj ui oleh penj ual dan dapat dit uangkan ke dal am kont rak kerj a yang disepakat i bersama. Dihadapan penj ual sebagai pemberi kerj a, posisi pegawai menempat i subordinat sebagai pihak yang membut uhkan pekerj aan sehingga menj adikannya berada dalam posisi yang lemah dan diharuskan memenuhi sel uruh ket ent uan yang dit et apkan Impersonalit as yang dialami pegawai berlanj ut set elah dinyat akan dit erima bekerj a. Pegawai diharuskan menyet uj ui kont rak kerj a di mana set iap klausul kont raknya dit ent ukan sepenuhnya oleh penj ual t anpa melibat kan pegawai. Personalit as pegawai dit ekan dengan t idak diberi ruang unt uk menyampaikan pandangan, penilaian dan harapan pribadinya unt uk diset uj ui oleh penj ual dan dapat dit uangkan ke dal am kont rak kerj a yang disepakat i bersama. Dihadapan penj ual sebagai pemberi kerj a, posisi pegawai menempat i subordinat sebagai pihak yang membut uhkan pekerj aan sehingga menj adikannya berada dalam posisi yang lemah dan diharuskan memenuhi sel uruh ket ent uan yang dit et apkan

Sebagai manusia, individualit as pegawai yang sarat dengan subyekt ivit as dan kreat ivit as merupakan hambat an bagi keset iaan dan kepat uhan yang dit unt ut oleh penj ual karena at as kesadaran krit isnya dapat mempert anyakan dan memilih unt uk t idak menyet uj ui ket ent uan dan st andar kerj a yang dit et apkan. Unt uk it u penj ual memberlakukan kont rol kesadaran dan kont rol kerj a kepada pegawai yang berart i impersonalit as kembali dial ami pegawai selama bekerj a. Kont rol kesadaran dilakukan ol eh penj ual unt uk mempengaruhi kesadaran pegawai bahwa dirinya adalah mil ik pemberi kerj a sepanj ang wakt unya bekerj a dengan mewaj ibkan pegawai mengenakan at ribut resmi yang mencit rakan penj ual, yakni pakaian seragam dan perilaku yang diat ur ket at selama proses j ual -beli. At ribut individual sedapat mungkin diminimal kan kehadirannya agar t idak membangkit kan kesadaran personalit as pegawai sebagai manusia seut uhnya yang memiliki kuasa penuh dan kemerdekaan at as dirinya t anpa sat upun pihak yang berhak unt uk menundukkan apalagi memilikinya. Hal ini dapat kit a saksikan di ruang mini-mart t ipe kedua di mana dua sampai t iga orang pegawai mengenakan pakaian, bert ut ur kat a dan berperil aku yang sama sel ama proses j ual -beli berlangsung sebagai bent uk real isasi dari kepat uhannya kepada penj ual.

Kont rol kerj a unt uk mengawasi kinerj a pegawai selama bekerj a, penj ual melibat kan at au lebih t epat nya memanf aat kan pembeli unt uk melakukan kont rol dan pengawasan dengan menggunakan mekanisme report and reward. Jika pegawai t idak ramah, t idak menawarkan promosi dan t idak memberikan st ruk belanj aan at au t idak memenuhi ket ent uan lain yang dit et apkan penj ual, pembeli dapat melaporkannya kepada penj ual yang diwakili oleh bagian cost umer care yang akan menj adi dasar bagi penj ual unt uk memberlakukan sanksi administ rat if kepada pegawai yang dinilai t idak pat uh dan set ia. Sebagai imbalannya, penj ual akan memberikan reward kepada pembeli yang melakukan pelaporan, sepert i pot ongan harga hingga menggrat iskan barang yang dibelinya. Mekanisme demikian menempat kan pegawai dalam posisi dit ekan oleh dua pihak, yakni penj ual dan pembeli.

Kont rol kerj a t erhadap pegawai dengan mel ibat kan pembel i mensyarat kan ant ara keduanya t idak t erikat j alinan sosial karena hubungan sosial mel ibat kan perasaan yang dapat menyebabkan kont rol t idak berj alan. Dengan kat a lain, kont rol kerj a dapat dilakukan j ika t erj alin relasi anonimit as ant ara pegawai dan pembel i yang direalisasikan oleh penj ual dengan cara memisahkan pegawai dari j al inan sosial yang dimilikinya. Set elah dinyat akan dit erima bekerj a, pegawai dit empat kan di daerah yang asing baginya, yakni Kont rol kerj a t erhadap pegawai dengan mel ibat kan pembel i mensyarat kan ant ara keduanya t idak t erikat j alinan sosial karena hubungan sosial mel ibat kan perasaan yang dapat menyebabkan kont rol t idak berj alan. Dengan kat a lain, kont rol kerj a dapat dilakukan j ika t erj alin relasi anonimit as ant ara pegawai dan pembel i yang direalisasikan oleh penj ual dengan cara memisahkan pegawai dari j al inan sosial yang dimilikinya. Set elah dinyat akan dit erima bekerj a, pegawai dit empat kan di daerah yang asing baginya, yakni

Ket iadaan j alinan sosial ant ara pegawai dan pembeli menyebabkan t idak t erj adinya komunikasi yang int ens dan bermakna di ant ara keduanya sel ama proses j ual-beli berlangsung. Membandingkannya dengan j ual -beli modern t ipe pert ama, pada saat pembeli memasuki ruang t ransaksi t erj adi komunikasi mengucapkan salam dan saling sapa yang didorong ol eh kedekat an hubungan keduanya. Sedangkan dalam j ual-beli modern t ipe kedua, salam yang diucapkan pegawai merupakan t unt ut an prosedur kerj a dari penj ual yang waj ib disampaikan kepada sel uruh pembeli t anpa mempedulikan kondisi t ubuh dan kej iwaan pegawai. Sal am t anpa personalit as dengan mimik waj ah yang dingin dan int onasi suara yang dat ar t idak dit anggapi oleh pembeli karena dianggap sebagai perilaku basa-basi dan t idak bermakna karena sekedar memenuhi t unt ut an pekerj aan. Begit upula ket ika pegawai dan pembeli bert emu di area kasir t idak t erj adi komunikasi dua arah yang bermakna. Kedua pihak j ust ru diam saling mempehat ikan layar monit or yang menampilkan j umlah nominal barang yang harus dibayarkan. Bahasa t ubuh ini menandakan kedua pihak yang bert emu saling mencurigai dan mewaspadai. Pembeli berpandangan pegawai dapat saj a berbuat curang dalam perhit ungan dan sebaliknya, pegawai berpandangan pembeli bisa saj a menyembunyikan barang yang di ambilnya di rak t anpa memperlihat kannya kepada pegawai di mej a kasir.

Demikianlah impersonal it as melalui penj arakan psikol ogis dan spasial yang merupakan penyebab ut ama kerunt uhan nilai-sosial dalam j ual-beli modern t ipe kedua. Pembeli dan pegawai yang t erlibat langsung dalam t ransaksi j ual-beli hadir sebagai obj ek t anpa ident it as karenanya impersonalit as berart i pula anonimit as, yakni penghilangan individualit as-personal. Sedangkan penj ual yang t idak hadir dalam ruang t ransaksi dan diwakilkan oleh pihak ket iga sat u-sat unya pihak yang berkedudukan sebagai subj ek karena memiliki kuasa unt uk melakukan kont rol t erhadap pegawai maupun pembeli. Anonimit as yang mengikat pegawai dan penj ual menj adikan pegawai t idak menget ahui sosok yang mempekerj akannya dan pembeli j uga t idak menget ahui sosok penj ual yang sebenarnya karena dalam proses j ual-beli dil akukannya dengan pegawai yang j uga t idak dikenalnya. Tanpa personalit as melalui ikat an j alinan sosial, relasi yang berl angsung ant ara penj ual , Demikianlah impersonal it as melalui penj arakan psikol ogis dan spasial yang merupakan penyebab ut ama kerunt uhan nilai-sosial dalam j ual-beli modern t ipe kedua. Pembeli dan pegawai yang t erlibat langsung dalam t ransaksi j ual-beli hadir sebagai obj ek t anpa ident it as karenanya impersonalit as berart i pula anonimit as, yakni penghilangan individualit as-personal. Sedangkan penj ual yang t idak hadir dalam ruang t ransaksi dan diwakilkan oleh pihak ket iga sat u-sat unya pihak yang berkedudukan sebagai subj ek karena memiliki kuasa unt uk melakukan kont rol t erhadap pegawai maupun pembeli. Anonimit as yang mengikat pegawai dan penj ual menj adikan pegawai t idak menget ahui sosok yang mempekerj akannya dan pembeli j uga t idak menget ahui sosok penj ual yang sebenarnya karena dalam proses j ual-beli dil akukannya dengan pegawai yang j uga t idak dikenalnya. Tanpa personalit as melalui ikat an j alinan sosial, relasi yang berl angsung ant ara penj ual ,

Ciri khas ket iga yang merupakan t urunan dari ciri khas pert ama dan mendukung ciri khas kedua adal ah t ransaksi j ual-beli yang t idak j uj ur oleh penj ual sehingga menyebabkan ket idak-keridhaan pihak pembeli. Salah sat u perilaku t idak j uj ur yang dilakukan oleh penj ual adalah memint a sej umlah nilai t ert ent u dari nominal kembalian pembeli at au membulat kan ke at as j umlah nominal yang harus dibayarkan pembeli unt uk disumbangkan. Yang menj adi permasal ahan, sumbangan yang di maksud t idak bersif at t erbuka, sehingga t idak dapat diawasi dan diakses oleh pembeli sebagai pihak penyumbang. Dikarenakan sarat dengan ket ert ut upan, persoalan ini sudah seringkali mendapat kan krit ik dan keberat an dari pihak pembeli, bahkan beberapa wakt u belakangan ini memicu keribut an karena disinyalir sej uml ah uang yang disumbangkan pembeli disalurkan unt uk mendukung salah sat u calon gubernur di suat u daerah di Indonesia.

Akumulasi dari ket iga ciri khas di at as adalah t ransaksi yang semat a unt uk mendapat kan keunt ungan ekonomi ol eh seluruh pihak yang t erlibat yang merupakan ciri khas keempat j ual-bel i modern t ipe kedua. Penj ual mempekerj akan pegawai berusia muda t anpa pengalaman kerj a agar dapat memberi upah kerj a minimal sekal igus mempermudah dit erapkannya kont rol kesadaran dan kont rol kerj a. Dari sisi pegawai, t uj uan bekerj a sekedar unt uk memenuhi kebut uhan ekonomi disebabkan t idak t erj al innya ikat an sosial dengan penj ual maupun pembeli yang menj adi pendorong dilakukannya kerj a unt uk memenuhi kebut uhan sosial . Begit upula dalam relasi penj ual dan pembeli, keunt ungan ekonomi menj adi orient asi kedua pihak. Penj ual menj ual barang dengan harga lebih mahal sebagai kompensasi dari kemudahan berbelanj a yang dit erima oleh pembeli yang menunt ut kecepat an berbelanj a unt uk menghemat wakt u. Logika ekonomi bekerj a dan mendominasi sepanj ang proses t ransaksi j ual-beli dengan menyingkirkan ruang bagi berlangsungnya logika sosial karena yang disebut t erakhir dipandang sebagai hambat an unt uk mencapai keunt ungan ekonomi.

Keempat ciri khas j ual-beli modern t ipe kedua membent uk st rukt ur l at ar bagi berlangsungnya t ransaksi. Ket iadaan j alinan sosial dengan pembeli menj adi persoalan bagi penj ual unt uk menarik pembeli melakukan t ransaksi di ruang mini-mart yang dimilikinya dikarenakan ket iadaan pref erensi sosial yang mendorong pembeli unt uk mendat angi dan memasuki ruang mini-mart . Unt uk menanggulanginya, penj ual memanf aat kan dua kekuat an mini-mart t ipe kedua, yakni unsur barang yang dit empat kan sebagai l at ar-depan unt uk mendorong munculnya pref erensi t erhadap barang dan unsur ruang dit empat kan Keempat ciri khas j ual-beli modern t ipe kedua membent uk st rukt ur l at ar bagi berlangsungnya t ransaksi. Ket iadaan j alinan sosial dengan pembeli menj adi persoalan bagi penj ual unt uk menarik pembeli melakukan t ransaksi di ruang mini-mart yang dimilikinya dikarenakan ket iadaan pref erensi sosial yang mendorong pembeli unt uk mendat angi dan memasuki ruang mini-mart . Unt uk menanggulanginya, penj ual memanf aat kan dua kekuat an mini-mart t ipe kedua, yakni unsur barang yang dit empat kan sebagai l at ar-depan unt uk mendorong munculnya pref erensi t erhadap barang dan unsur ruang dit empat kan

Unsur barang menempat i lat ar-depan t idak lain dikarenakan t uj uan t ransaksi yang dilakukan. Bagi penj ual, barang adalah sarana mendapat kan keunt ungan ekonomi, bagi pegawai penj ualan barang mempengaruhi pendapat an yang didapat kannya dari penj ual dan bagi pembeli barang merupakan obj ek bagi pemenuhan kebut uhannya. Unsur barang agar membent uk pref erensi yang kuat , sehingga dapat menarik pembeli memasuki ruang t ransaksi dan melakukan j ual-bel i, dilakukan melalui t iga cara. Pert ama, menj ual barang yang lebih beragam dan lebih berkualit as dibandingkan mini-mart t ipe pert ama dan warung yang dimungkinkan oleh kepemilikan modal yang besar. Kedua, t at a at ur barang yang rapi, bersih, est et is dan didasarkan kecenderungan kebut uhan pembeli dalam menyusun perlet akan barang, sehingga memudahkan pembeli mendapat kan barang yang dibut uhkannya dal am wakt u sesingkat mungkin. Ket iga, berbagai promosi unt uk memompa hasrat pembeli memiliki barang melalui t ransaksi di ruang mini-mart , sepert i diskon khusus pada wakt u-wakt u t ert ent u, beli 2 dapat 1 unt uk produk dengan merk yang sama, bel i barang dengan j uml ah t ert ent u akan mendapat kan hadiah barang t ert ent u, beli rot i sekian bungkus dapat minuman ringan dan promosi lain sebagainya.

Unsur ruang unt uk dapat membent uk pref erensi spasial yang kuat bagi pembeli diharuskan memiliki kualit as ruang yang mengungguli ruang mini-mart t ipe pert ama dan warung dalam aspek f isikal dan cit ranya. Secara f isikal , ruang mini-mart t ipe kedua hadir dengan render ruang yang halus, bersih, rapi, t erst andar, dil engkapi penghawaan buat an dan dit erangi pencahayaan lampu sepanj ang hari agar ruang selalu dalam kondisi t erang, sej uk dan nyaman bagi pembeli. Sement ara secara pencit raan, seluruh ruang mini-mart yang t erikat j ej aring rit el hadir dalam keseragaman bent uk, warna, cit ra dan st andar agar mudah dikenal i dan mudah t ert anam di dal am benak pembeli. Aspek inilah yang menj adikan kit a pada hari ini secara visual dan psikologis akrab dengan render ruang mini-mart t ipe kedua, sehingga kit a mudah mengenalinya di ant ara ruang t ransaksi yang lain.

Dengan t uj uan memperkuat daya spasial unt uk menarik pembeli, penj ual memperkuat st imulus ruang mini-mart dengan menambahkan f asilit as pendukung bagi t ransaksi j ual- beli, di ant aranya area duduk yang dilengkapi t elevisi dan j aringan int ernet yang dapat digunakan oleh pembeli unt uk berkumpul bersama at au sekedar menikmat barang yang Dengan t uj uan memperkuat daya spasial unt uk menarik pembeli, penj ual memperkuat st imulus ruang mini-mart dengan menambahkan f asilit as pendukung bagi t ransaksi j ual- beli, di ant aranya area duduk yang dilengkapi t elevisi dan j aringan int ernet yang dapat digunakan oleh pembeli unt uk berkumpul bersama at au sekedar menikmat barang yang

f asilit as pendukung t ersebut mempengaruhi pembeli dari dua sisi. Pert ama, walaupun

f asilit as t ersebut disediakan grat is unt uk pembeli, t et api secara psikol ogis pembel i baru merasa nyaman unt uk menggunakannya set elah membeli beberapa barang di ruang mini- mart . Mendat angi ruang mini-mart dan langsung menggunakan f asilit as pendukung t anpa melakukan t ransaksi j ual-beli t erlebih dahul u mendapat kan penolakannya dari psikol ogis pembeli. Kedua, dihadirkannya f asil it as pendukung dit uj ukan unt uk memperpanj ang wakt u pembeli di dalam ruang t ransaksi sebagai upaya meningkat kan int ensit as j ual-beli dengan mendorong munculnya kebut uhan pembeli t erhadap barang secara bert erusan. Semakin lama pembeli berada di ruang t ransaksi sambil menikmat i berbagai f asilit as pendukung yang disediakan, diharapkan semakin t inggi int ensit as j ual-beli yang dilakukan walaupun sekedar membeli makanan at au minuman ringan.

Gambar 7: St rukt ur l at ar bagi t ransaksi dengan t anpa nil ai-sosial Sumber : Anal isa, 2017

Secara permukaan-f isikal, f enomena serupa sepert i berkumpul bersama, berbincang at au nont on bareng dapat pula kit a t emukan di warung maupun di ruang mini-mart t ipe pert ama. Yang membedakannya dengan j ual-beli modern t ipe kedua adal ah mot if yang Secara permukaan-f isikal, f enomena serupa sepert i berkumpul bersama, berbincang at au nont on bareng dapat pula kit a t emukan di warung maupun di ruang mini-mart t ipe pert ama. Yang membedakannya dengan j ual-beli modern t ipe kedua adal ah mot if yang

Demikianlah pembahasan j ual-beli modern t ipe kedua yang menyebabkan kerunt uhan nilai- sosial dikarenakan t ransaksi yang t erj adi t anpa didasari j alinan sosial ant ar pihak yang t erlibat , sehingga membent uk relasi anonimit as yang impersonal ant ara penj ual, pegawai dan pembeli. Dengan orient asinya semat a mencapai keunt ungan ekonomi menj adikan persoal an sosial t ersingikirkan dan t idak mendapat kan ruangnya. Ol eh karena it u dalam j ual-bel i modern t ipe kedua t ransaksi sekedar menj adi persoal an konsumsi oleh pembeli unt uk keunt ungan ekonomi bagi penj ual, t idak lebih daripada ini. Sebab it u pula, int ent it as j ual-bel i t idak memiliki korel asinya dengan int ensit as perj umpaan sosial dan keunt ungan ekonomi t idak memiliki korelasinya dengan penguat an sosial.