Peranan Sektor Pertanian terhadap pembentukan Struktur Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap pembentukan Struktur Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

  Struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Propinsi Sumatera Utara meliputi permintaan antara, permintaan akhir domestik, serta permintaan terhadap barang dan jasa untuk di ekspor baik ke propinsi lain maupun ke lua r negeri. Struktur permintaan propinsi Sumatera Utara memperlihatkan bahwa pada Tahun 2007 total permintaan adalah sebesar Rp 357.570.242 juta . Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 126.540.878 juta, permintaan akhir domestik sebesar Rp 153.749.678 juta serta permintaan ekspor yang berasal dari propinsi lain maupun dari luar negeri sebesar Rp 77.279.685 juta. Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak 43 dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen akhir. Kemudian sekitar 35,39 dari total permintaan merupakan konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan dan sisanya sebesar 21,61 merupakan besaran dari total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara yang dikonsumsi oleh pihak luar yang berada di propinsi lain maupun luar negeri.

  Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor agroindustri Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor agroindustri

  Berdasarkan angka tersebut dapat terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor dalam sektor pertanian ya ng memberikan peranan terbesar dalam struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara. Nilai sektor kelapa sawit tersebut mencapai Rp 13.522.902 juta. Proporsi permintaan sektor kelapa sawit tersebut sebagian besar dimanfaatkan atau digunakan oleh kon sumen yang akan melakukan pengolaha lebih lanjut atau proses produksi lanjutan (permintaan antara) yang mencapai nilai permintaan antara sebesar Rp 13.381.065 juta atau 98,95 dari total permintaan sektor kelapa sawit merupakan permintaan antara. Sisanya s ebesar Rp 141.837 juta (1,05) merupakan permintaan akhir dan tidak memiliki nilai ekspor. Hal ini berarti bahwa hasil dari sektor kelapa sawit sepenuhnya dimanfaatkan oleh konsumen yang masih berada dalam propinsi Sumatera Utara yang sebagian besar digunakan oleh industri lanjutan dari pengolahan kelapa sawit tersebut contohnya industri CPO.

  Sektor selanjutnya yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur permintaan di Sumatera Sektor selanjutnya yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur permintaan di Sumatera

  Jika dilihat dari struktur permintaan antara, ma ka dalam sektor pertanian terlihat bahwa sektor kelapa sawit, padi, karet, kehutanan, serta unggas dan peternakan lainnya merupakan 5 sektor yang memiliki peranan terbesar dalam pembentuk permintaan antara. Sedangkan jika dilihat berdasarkan struktur permintaan akhir dapat terlihat bahwa sektor dalam sektor pertanian yang memiliki peranan terbesar meliputi sektor unggas dan peternakan lainnya, sayur -sayuran, perikanan, buah-buahan dan sektor umbi -umbian dan pati. Struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari adanya permintaan yang berasal dari propinsi lain maupun luar negeri (ekspor). Nilai ekspor dalam sektor pertanian terbesar dikontribusi oleh nilai ekspor pada sektor perikanan. Kemudian diikuti oleh sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan sektor kopi. Nilai ekpor sektor perikanan menunjukkan nilai yang relatif besar yang mencapai Rp 2.081.656 juta atau sebesar 36.61 dari total permintaan pada sektor ini. Strutkur permintaan dan peranannya dalam perekonomian Sumatera Ut ara secara lengkap disajikan pada Tabel

  Tabel 5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

  Tahun 2007 (Juta Rp)

  Jumlah Peranan

  3 Umbi-umbian dan Pati

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  10 Kelapa sawit

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan

  Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )

  Dari sisi penawaran, maka jumlah penawaran ini akan sama dengan jumlah permintaan dalam perekonomian proponsi Sumatera Utara. Hal ini terkait dengan keseimbangan umum yang dianut dalam proses analisis Input -Output. Jumlah penawaran yang terdiri dari impor dan produks i domestik. Jumlah penawaran dalam perekonomian Sumatera Utara mencapai Rp 357.570.342 juta yang terdiri atas 18,21 impor dengan nilai mencapai Rp 65.125.098 juta dan 81,79 atau Rp 292.445.143 juta adalah produksi lokaldomestik. Hal ini menunjukkan bahw a hampir seperlima dari seluruh nilai produk yang beredar di Propinsi Sumatera Utara merupakan nilai barang impor.

  Produksi produk Sumatera Utara pada tahun 2007 didominasi oleh produk - produk yang dihasilkan pada sektor agroindustri yakni sebesar (32,16 ). Kemudian disusul oleh produk yang berasal dari sektor pertanian (16,15), perdagangan,hotel dan restoran (12,86), non -agroindustri (12,28), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (7,49). Kelima sektor inilah yang mampu memberikan sebagian besar pembentuk utama dari produksi dalam perekonomian di Sumatera Utara. Kelima sektor ini dapat dikatakan sebagai roda penggerak bagi berjalannya sektor riil, khususnya sektor agroindustri. Jika dilihat berdasarkan nilai produksi domestiklokal dari setiap sektor, 50 dari produksi domestik merupakan produk yang berasal dari sektor agroindustri dan sektor pertanian dimana sektor agroindustri mencapai 31,71 dari total produksi dan 19,27 dikontribusi dari sektor pertanian.

  Jumlah impor yang terjadi di Sumatera Ut ara yang mencapai Rp 65.126.098 juta atau 18,21 dari total produksi propinsi, terlihat bahwa s ektor yang memiliki nilai impor terbesar adalah sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp 38.018.964 juta,- (58,38) dan diikuti oleh sektor agroindustri se besar Rp 23.876.118 juta (36,66). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai impor di Sumatera Utara diserap oleh sektor industri baik itu yang bersifat non -agroindustri atau agroindustri.

  Sektor pertanian secara umum memiliki peranan yang cukup besa r dalam menghasilkan produk. Hal ini terlihat bahwa sektor pertanian memiliki peranan sebesar 16,15 dari total produksi di Sumatera Utara. Nilai produksi tersebut dikontribusi terbesar dari kelapa sawit, padi, karet, unggas dan peternakan lainnya, serta perikanan. Kalau kita lihat dari nilai impor terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai impor yang sangat kecil dibandingkan sektor non -agroindustri dan agroindustri yang ditunjukan dengan nilai impor sebesar 2,11 dari total impor Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian di Sumatera Utara tidak begitu memiliki ketergantungan terhadap komponen impor sehingga dapat dikatakan bahwa produksi sektor per tanian secara langsung tidak terpengaruh dengan kondisi internasional. Nilai impor terbesar pada sektor pertanian terdapai pada komoditi jagung dan buah -buahan. Sedangkan untuk komoditi tanaman perkebunan, hanya kopi lah yang memiliki nilai impor yang menc apai nilai Rp 5.370 juta pada

  Tahun 2007. Secara lebih sistematis, struktur penawaran dalam prekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 ditunjukkan pada Tabel 5.2.

  Tabel 5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

  Tahun 2007 (Juta Rp)

  Jumlah Peranan

  3 Umbi-umbian dan Pati

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  10 Kelapa sawit

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan

  25 Jasa-jasa

  Total

5.1.2. Struktur Konsumsi

  Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik y ang terdiri dari konsumsipermintaan yang dilakukan oleh perseoranganrumah tangga dan pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Sumatera Utara mencapai nilai Rp 122.880.632 juta yang terdri dari Rp 106.284.836 juta konsumsi rumah tangga (C) dan Rp 16.595.796 juta konsumsi pemerintah (G). Nilai konsumsi ini memberikan peranan sebesar 74,1 terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 64,01 dari PDRB merupakan konsumsi RT dan 10,09 adalah konsumsi yang dilakukan pemerintah.

  Konsumsi Rumah Tangga (RT) terbesar berasa l dari sektor Agroindustri yakni mencapai 33,85 atau Rp 35.973.644 juta. Kemudian diikuti konsumsi RT dari sektor pertanian (15,32), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,18), dan sebanyak 13,56 konsumsi RT berasal dari sektor perdagangan, hotel dan r estoran. Sedangkan konsumsi terendah terdapat berasal dari sektor pertambangan yakni sebesar Rp 7.528 juta atau hanya sebesar 0,01 dari total konsumsi rumah tangga. Dari sisi konsumsi pemerintah terlihat bahwa sebesar 81,28 atau mencapai nilai Rp 13.489.646 juta merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa -jasa dan sisanya sebesar 18,72 tersebar di sektor pengangkutan dan komunikasi (6,25), sektor perdagangan, hotel dan restoran (3,06), sektor Non -Agroindustri (2,77), sektor listrik, gas, dan air minum (2,30), sektor pertambangan (1,73), sektor keuangan, Konsumsi Rumah Tangga (RT) terbesar berasa l dari sektor Agroindustri yakni mencapai 33,85 atau Rp 35.973.644 juta. Kemudian diikuti konsumsi RT dari sektor pertanian (15,32), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,18), dan sebanyak 13,56 konsumsi RT berasal dari sektor perdagangan, hotel dan r estoran. Sedangkan konsumsi terendah terdapat berasal dari sektor pertambangan yakni sebesar Rp 7.528 juta atau hanya sebesar 0,01 dari total konsumsi rumah tangga. Dari sisi konsumsi pemerintah terlihat bahwa sebesar 81,28 atau mencapai nilai Rp 13.489.646 juta merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa -jasa dan sisanya sebesar 18,72 tersebar di sektor pengangkutan dan komunikasi (6,25), sektor perdagangan, hotel dan restoran (3,06), sektor Non -Agroindustri (2,77), sektor listrik, gas, dan air minum (2,30), sektor pertambangan (1,73), sektor keuangan,

  Struktur konsumsi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sepenuhnya berasal dari konsumsi rumah tangga yakni sebesar 15,32 dari total konsumsi rumah tangga. Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pad a sektor pertanian terjadi pada sektor unggas dan peternakan lainnya yang mencapai Rp 4.526.279 juta atau 4,26 dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sektor sayur -sayuran sebesar Rp 4.201.445 juta, sektor perikanan (Rp 2.712.964 juta ), sektor buah-buahan (Rp 2.323.707 juta), dan sektor umbi -umbian (Rp 598.124 juta). Sedangkan untuk sektor padi, karet, coklat, dan kelapa sawit tidak memiliki nilai konsumsi rumah tangga. Hal ini berarti bahwa tidak ada permintaan akhir terhadap keempat sekto r tersebut. Kondisi ini disebabkan bahwa keempat sektor tersebut tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai permintaan akhir, khususnya dalam struktur konsumsi melainkan memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk olahan yang merupakan produk derivatif dari komoditi tersebut. Pada sektor pertanian, terlihat bahwa pemerintah tidak memiliki konsumsi pada sektor pertanian secara umum. Struktur konsumsi dalam perekonomian Sumatera Utara yang tertuang pada Tabel Input - Output atas dasar harga konsumen tahun 2007 terlihat pada Tabel 5.3.

  Tabel 5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

  Tahun 2007 (Juta Rp)

  Konsumsi

  No

  Sektor

  Rumah Tangga Peranan ( ) Pemerintah Peranan( )

  1 Padi

  2 Jagung

  3 Umbi-umbian dan Pati

  4 Sayur-sayuran

  5 Buah-buahan

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  7 Karet

  8 Coklat

  9 Kelapa

  10 Kelapa sawit

  11 Kopi

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  15 Kehutanan

  16 Perikanan

  17 Pertambangan

  18 Agroindustri

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  21 Bangunan

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan

  25 Jasa-jasa

  Total

  Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.3. Struktur Ekspor-Impor

  Kegiatan perdagangan dapat ditembuh dengan upaya ekspor maupun impor. Ekspor dimaksudkan untuk mengisi peluang pasar luar negeri dan luar propinsi dalam satu negara, sedangkan impor dimaksudkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah suatu perekonomian daerah. Secara umum, struktur ekspor-impor yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara terlihat mencapai nilai sebesar Rp 77.279.685 juta untuk ekspor dan Rp 65.125.098 juta untuk impor. Angka ini menunjukkan bah wa dalam perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terlihat bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini berarti bahwa Sumatera Utara mengalami surplus ekonomi dimana kondisi ini merupakan kondisi yang memang diharapkan dalam suatu perekonomian daera h. Surplus ekonomi atau yang sering disebut net -ekspor positif mencapai nilai sebesar Rp 12.154.587 juta atau 7.,33 dari nilai PDRB propinsi Sumatera Utara pada Tahun 2007.

  Bila dilhat berdasarkan struktur ekspor, terlihat bahwa ekspor terbesar pada perekonomian Sumatera Utara berasal dari produk agroindustri yang mencapai nilai Rp 51.780.735 juta atau 67 dari total ekspor. Angka ini menunjukkan bahwa produk turunan atau produk olahan dari sektor pertanian seperti produk turunan kelapa sawit, karet, dan lainnya dapat dikatakan sebagai komoditi andalan bagi ekspor di Sumatera Utara. Posisi kedua ekspor Sumatera Utara pada Tahun 2007 berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai nilai Rp

  Agroindustri terdapat pada posisi ketiga dengan nilai sebesar Rp 7.931.938 juta (10,26).

  Struktur impor yang terjadi pada perekonomian Sumatera Utara tahun 2007 hanya dikontribusi dari 4 sektor ekonomi utama yakni sektor Non -Agroindustri, kemudian diikuti oleh sektor agroindustri, pertambangan, dan pertanian. Impor terbesar Sumatera Utara dilakukan oleh sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp 38.018.964 juta atau sebesar 58,38 dari total impor. Sedangkan sektor agroindustri mencapai persentase 36,66, pertambangan (2,85), dan pertanian (2,11). Jika dilihat berdasarkan selisih antara ekspor dan impor, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, perdagangan, dan sektor agroindustri mengalami surplus atau net-ekspot yang positif. Sedangkan sektor yang mengalami defisit atau net -ekspor negatif terjadi pada sektor pertambangan dan non -agroindustri.

  Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94 dari total ekspor dan 2,11 dan total impor. Kondisi m enunjukkan bahwa net-ekspor sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000, -. Nilai ekspor perikanan ini mencapai 50 dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi. Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian propinsi Sumatera utara. Kemudian diikuti oleh sektor buah -buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung. Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya memberikan kontribusi impor sebesar 2,11 dari total impor yang terjadi di

  595.748juta, dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah -buahan (Rp 467.663 juta), jagung (Rp 71.814 juta), sayur-sayuran (Rp 68.817 juta), serta ternak dan hasilnya (Rp 57.699 juta). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor -impor ditunjukkan pada Tabel 5.4. dibawah ini.

  Tabel 5.4. Struktur Ekspor-Impor dalam Perekonomian Propinsi Sumatera

  Utara Tahun 2007 (Juta Rp)

  Ekspor Impor

  No

  Sektor

  Ekspor Peranan ()

  Impor Peranan()

  3 Umbi-umbian dan Pati

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  10 Kelapa sawit

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan

  25 Jasa-jasa

  Total

5.1.4. Struktur Investasi

  Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input -Output merupakan gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan p erubahan stok yang terjadi pada suatu perekonomian. Secara umum, investasi terbesar yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terj adi pada sektor bangunan yang mencapai persentase sebesar 63,46 dari total investasi atau mencapai nilai Rp 19.588.392 juta. Posisi investasi kedua terjadi pada sektor Non -Agroindustri sebesar 22,29 (Rp 6.881.224 juta) diikuti oleh investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,83), dan sektor agroindsutri (4,19). Pembentukan Modal Tetap Bruto, memperlihatkan bahwa sektor Bangunan sebesar 67,25 (Rp 19.588.392 juta) diikuti sektor Non-Agroindustri sebesar 22,95 (Rp 6.685.951 juta), dan perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,64 (Rp 2.517.869juta). Sedangkan sisanya dikontribusi dari sektor Agroindustri (0,57), jasa-jasa (0,36), dan sektor pertanian khususnya ternak dan hasilnya (0,22). Jika dilihat dari sisi perubahan stok maka peranan tebesar terhadap pembetukan perubahan stok total ditunjukkan oleh sektor Agroindustri sebesar 64,67 (Rp 1. 126.434 juta), kemudian diikuti oleh sektor non - agroindustri sebesar 11,21 (Rp195.273 juta).

  Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89 dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89 dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai

  Tabel 5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara

  Tahun 2007 (Juta Rp)

  Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok

  Total Investasi

  3 Umbi-umbian dan Pati

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  10 Kelapa sawit

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan

  Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.5. Struktur Nilai Tambah

  Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta p ajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah seti ap sektor ditentukan oleh besarnya output domest ik yang dihasilkan serta nilai b iaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubung an negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto imput primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya.

  Tabel 5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian Propinsi Sumatera

  Utara Tahun 2007 (Juta Rp)

  No

  Sektor

  Nilai (Juta Rp) Peranan ()

  1 Padi

  2 Jagung

  3 Umbi-umbian dan Pati

  4 Sayur-sayuran

  5 Buah-buahan

  6 Tanaman Bahan makanan Lainnya

  7 Karet

  8 Coklat

  9 Kelapa

  10 Kelapa sawit

  11 Kopi

  12 Tanaman Perkebunan lainnya

  13 Ternak dan Hasilnya

  14 Unggas dan Peternakan lainnya

  15 Kehutanan

  16 Perikanan

  17 Pertambangan

  18 Agroindustri

  19 Non Agroindustri

  20 Listrik, Gas dan Air Minum

  21 Bangunan

  22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

  23 Pengangkutan Komunikasi

  24 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 11.650.419

  25 Jasa-jasa

  Total

  Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )

  Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pad a Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 44.286.226 juta atau sebesar 26,69 dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifa t padat karya. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Agroindustri berada pada proporsi setelah sektor pertanian dengan nilai tambah masing -masing sebesar Rp 31.435.265 juta (18,95) dan Rp 24.148.637 juta (14,56).

  Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 juta atau seesar 24,60 dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari s ektor padi, karet, perikanan, dan sayur -sayur. Kelima sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar 69,34 dari total nilai tambah yang terbentuk pada sektor pertanian.

5.1.6. Struktur Output

  Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor ekonomi yang terdapat dalam Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor ekonomi yang terdapat dalam

  Struktur output propinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor agroindustri sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61). Per ingkat kedua adalah sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 juta (16,15). Nilai output ini kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (12,86), dan sektor non-agroindustri (12,28), sektor pengangkutan dan komu nikasi (7,49). Khusus, sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output domestik, terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 13.522.902 juta atau 23,4 dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output sektor padi sesar Rp 7.119.659 juta, sektor karet sebesar Rp 6.794.560 juta, sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238juta serta sektor perikanan sebesar Rp 5.686.097 juta. Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 juta atau sebesar 0,77 dari total output pertanian. (Tabel 5.7.)

  Tabel 5.7. Struktur Output dalam Perekonomian Pro pinsi Sumatera Utara

  Tahun 2007 (Juta Rp)

  No

  Sektor