Supariasa et al. 2002 menyebutkan prinsip dari metode recall 24 jam yaitu mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut- turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan
variasi yang lebih besar tentang intake individu.
2.4. Perilaku Makan Anak TK
Anak TK sering tidak berselera untuk makan sehingga orang tua sering menjadi was-was. Dalam memberikan makanan pada anak, orang tua harus memperhatikan porsi
maksimal disajikan dalam sekali makan. Cara lain juga dianggap baik ialah dengan mengizinkan mereka mengambil sendiri porsi yang mereka inginkan. Hal ini akan
membuat anak merasa dihormati dan memiliki hak yang sama dengan orang tuanya saat dimeja makan. Pada kelompok usia ini, anak sudah dapat memilih serta menyukai
makanan yang manis seperti permen, cokelat dan eskrim. Bila tidak diperhatikan dan dibatasi dapat menyebabkan karies dentis atau nafsu makan berkurang Markum, 2002.
2.4.1 Masalah Gizi Anak TK
Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, maka anak usia TK adalah anak yang rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah terkena kelainan gizi, sedang
mengalami proses pertumbuhan yang relative pesat, dan memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relativ besar Santoso, 2004. Pemberian makan pada anak sering menjadi
masalah buat orang tua atau pengasuh anak. Kesulitan makana karena sering dan berlangsung lama dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan
tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebab sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan.
Kesulitan makan merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah
jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
fisiologis alamiah dan wajar, yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan
dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala kesulitan makan pada anak adalah Judarwanto, 2007 :
1. Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya biasa makan
makanan lunak cair. 2.
Memuntahkan atau menyembur-menyembur makanan yang sudah masuk di mulut anak.
3. Makan berlama-lama dan memainkan makanan.
4. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan kedalam mulut atau menutup mulut
rapat. 5.
Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orang tua 6.
Tidak menyukai banyak variasi 7.
Kebiasaaan makan yang aneh dan ganjil Walaupun kebutuhan nutrisi relativ kurang, golongan umur ini masih rawan
terhadap infeksi dan penyakit kurang gizi. Karena itu nutrisinya di utamakan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kalori dan protein, ditambah dengan perlunya perhatian terhadap masukan vitamin A dan mineral. Jenis makanan keras dapat diberikan seperti pada orang dewasa. Makanan
yang dihidangkan hendaknya bervariasi dengan bahan makanan hewani dan nabati yang selalu bergantian Markum, 2002.
Dalam memberikan makanan, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: Santoso, 2009.
1. Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makannya, dapat diberikan tambahan makanan.
2. Makanan cukup basah tidak terlalu kering agar mudah ditelan anak. 3. Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah dimasukkan
ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah. 4. Tidak berduri atau bertulang kecil.
5. Sedikit atau tidak terasa pedas, asam dan berbumbu tajam. 6. Bersih, rapi dan menarik dari segi warna dan bentuk.
7. Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan.
8. Menggunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK. Tidak berbahaya dapat pecah dan tajam seperti kaca, dan juga dapat dibersihkan
dan disimpan dengan mudah dan baik. Jadwal pemberian makan sama dengan orang dewasa, yaitu tiga kali makanan utama pagi, siang dan malam dan dua kali
makanan selingan di antara dua kali makanan utama. Makanan yang dikonsumsi, yang dianjurkan adalah makanan seimbang yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
atas: Santoso, 2009. a
Sumber zat tenaga, misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong, tepung- tepungan, gula dan sebagainya.
b Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-
kacangan, tahu, tempe dan sebagainya. c
Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang berwarna hijau dan kuning.
Susunan makanan seimbang bagi tumbuh kembang anak yang baik terdiri atas sumber zat tenaga karbohidrat, zat pembangun protein, dan zat pengatur vitamin
dan mineral. Anak usia 1 - 3 tahun membutuhkan: sumber zat tenaga tiga porsi, sumber zat pembangun enam porsi, sumber zat pengatur dua porsi, ditambah gula dua
sendok makan, dan dua sendok makan minyak. Anak usia 4 - 6 tahun membutuhkan: sumber zat tenaga enam porsi, sumber zat pembangun lima porsi, sumber zat pengatur
empat porsi, ditambah gula dua sendok makan, dan dua sendok makan minyak. Makanan yang masuk golongan sumber zat tenaga: beras, kentang, roti, mi, makaroni,
bihun, ubi, singkong, talas, dan gula. Makanan golongan sumber zat pembangun: ikan, daging, ayam, susu, keju, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Makanan golongan sumber zat pengatur: sayuran hijau tua seperti daun singkong, bayam, kangkung, daun kacang panjang, daun katuk, sawi hijau, dsb. Sayuran
berwarna kuning jingga: wortel, tomat, ubi kuning, labu kuning, dan lain-lian. Sayuran kacang-kacangan, misalnya kacang panjang, buncis, kapri. Buah-buahan: pepaya, nanas,
mangga, pisang, nangka, jambu, dan laian-lain. Jangan biasakan anak terlalu banyak
Universitas Sumatera Utara
makan makanan yang mengandung gula-gulaan macam permen, coklat, es krim, dll. Itu menyebabkan anak cepat kenyang sebelum makan betulan. Gula-gulaan akan
meningkatkan cairan gastric sehingga memperlambat pengosongan perut. 1. Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak
dan protein yang ada di dalam bahan makanan menentukan energinya. Kebutuhan energi seseorang menurut FAOWHO 2005 adalah konsumsi energi berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktifitas yang sesuai dengan
kesehatan jangka panjang. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari
energi yang dikeluarkan akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya ideal. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada
keadaan kronis akan mengakibatkan penyakit gizi yang disebut dengan marasmus dan bila disertai kekurangan protein menyebabkan kwashiorkor. Sedangkan kelebihan
energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh, akibatnya terjadi berat badan lebih
atau kegemukan. 2. Protein
Protein adalah molekul makro dan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino
Universitas Sumatera Utara
esensial. Sumber protein dapat berasal dari protein nabati dan hewani. Protein hewani biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein
nabati. Protein memiliki fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping itu protein
berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, mengatur keseimbangan air, pembentukan gizi dan mengangkut zat-zat gizi.
2.4.2 Kecukupan Gizi Anak TK