Sektor Jasa Konstruksi

5. Sektor Jasa Konstruksi

  Program ini merupakan merupakan kombinasi antara JKK dan JK dengan jumlah iuran 0,24 persen dari total proyek.

c) Perlindungan Teknis

  Perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. Seperti yang tertuang dalam Pasal 86 ayat (1)

  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa 44 :

  1) Setiap pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

  a) keselamatan dan kesehatan kerja;

  b) moral dan kesusilaan; dan

  c) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai agama.

  Dengan adanya perlindungan teknis tersebut, diharapkan para tenaga kerja akan merasa aman, nyaman dan sejahtera. Dimana perlindungan hukum melindungi seluruh tenaga kerja baik dalam hal keselamatannya maupun kesehatannya, jaminan semacam itu akan mewujudkan suatu hubungan kerja yang baik antara pengusaha dengan tenaga kerja.

  Perlindungan teknis ini juga mencakup mengenai perlindungan secara moral dan kesusilaan, dimana selama ini dengan fakta bahwa tenaga kerja adalah kaum yang kedudukannya ada dibawah pengusaha, hal tersebut menjadikan pengusaha tertentu menjadi sewenang-wenang, oleh karenanya perlindungan teknis melindungi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.

  Pasal 86 ayat 2 menyebutkan bahwa, “untuk melindungi keselamatan pekerjaburuh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” Hal tersebut memberikan pengertian bahwa dengan adanya perlindungan teknis berupa keselamatan kepada tenaga kerja diharapkan para tenaga kerja ini dapat memberikan hasil dari produktivitas yang optimal, sebagai imbal balik atas perlindungan yang telah diberikan tersebut.

  Perlindungan teknis ialah keselamatan kerja yang termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerjaburuh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan pekerjaburuh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerjaburuh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.

   Bagi pekerjaburuh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerjaburuh dapat memusatkan perhatian pda pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.

   Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat

  mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.  Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan

  keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk mensejahterakan masyrakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitas. Dasar pembicaraan masalah keselamatan kerja ini sampai sekarang adalah

  UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Namun, sebagian besar peraturan pelaksanaan undang-undang ini belum ada sehingga beberapa peraturan warisan Hindia Belanda masih dijadikan pedoman dalam pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan. Peraturan warisan Hindia Belanda itu dalah

  1. Veiligheidsreglement, S 1910 No. 406 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan S. 1931 No. 168 yang kemudian setelah Indonesia merdeka diberlakukan dengan Peraturan Pemerintah No. 208 Tahun 1974. Peraturan ini menatur tentang keselamatan dan keamanan di dalam pabrik atau tempat bekerja.

  2. Stoom Ordonantie, S 1931 No. 225, lebih dikenal dengan peraturan Uap 1930. Selain 3 bentuk perlindungan yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa

  bentuk perlindungan yang lain, diantaranya ialah:

a) Perlindungan Preventif

  Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang- undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban. Oleh karena itu dengan adanya perlindungan hukum preventif ini, tenaga kerja diberikan suatu ketentuan dasar, atau peraturan dasar guna pencegahan suatu pelanggaran terjadi. Hal ini sangat berguna, dikarenakan dengan adanya peraturan dasar, tenaga kerja akan menjadi aman dengan budaya disiplin. Jadi pengusaha pun ikut diuntungkan dengan adanya perlindungan preventif ini. Dengan adanya MEA seharusnya pemerintah maupun pengusaha dapat menerapkan bentuk peraturan ini sebagai dasar adanya pelindungan hukum preventif dalam dunia kerja.

b) Perlindungan Represif

  Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

  terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. 45 Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan

  hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

  Pengusaha juga mendapatkan keuntungan dengan adanya perlindungan hukum represif ini, dikarenakan tidak semua tenaga kerja selalu mematuhi peraturan yang ada, oleh karena itu penerapan sanksidenda atas bentuk pelanggaran yang terjadi menjadi suatu bentuk perlindungan yang baik untuk diterapkan. Perlindungan represif ini memberikan suatu solusi dari bentuk pelanggaran yang ada, yaitu seperti dikemukakan diatas, yaitu perlindungan ini mengantisipasi perselisihan hubungan dalam dunia kerja di dalam maupun luar lingkup peradilan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65