PERKEMBANGAN STUDI KOMUNIKASI POLITIK DI KAWASAN ASIA

Bab VIII PERKEMBANGAN STUDI KOMUNIKASI POLITIK DI KAWASAN ASIA

  Gelombang Demokratisasi dan Perubahan Sistem Politik di Asia

  B berkembang sejak era kolonial dan transisi kemerdekaan

  eragam topik penelitian yang terkait dengan media dan komunikasi politik di negara-negara Asia telah cukup lama

  negara-negara di kawasan ini. Hanya saja, pada era ini, kajian komunikasi politik belum terlembagakan sebagai sebuah bidang kajian baru. Kendatipun sejumlah riset telah dilakukan terkait dengan pers, ideologi dan politik, pers dan tumbuhnya kesadaran nasionalisme, dan pers dan kontestasi ideologi politik. Pada umumnya, kajian yang dilakukan masih terbatas pada peran pers dalam politik, rezim politik dan kontrol terhadap pers dan kontek struktural dan kultural dari institusi pers di tengah sistem politik.

  Selanjutnya, studi komunikasi politik di Asia berkembang seiring dengan arus gelombang demokratisasi di Asia. Arus transisi nilai-nilai demokrasi di beberapa negara kawasan Asia ini kemudian berdampak pada perubahan sistem politik dan sistem media. Beberapa diantara negara di kawasan Asia ini mampu mentransformasikan diri sebagai negara dengan sistem demokrasi, akan tetapi banyak juga yang masih bertahan dalam sistem otoritarian, ataupun semi-demokratis.

  Gejala yang berkembang di Asia ditandai dengan praktek demokrasi dan perubahan kekuasaan rezim politik. Dalam fase

  Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik |209 Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik |209

  Sebagian negara Asia lainnya, menunjukkan pola yang agak stabil kendatipun sempat mengalami beberapa gejolak politik dan konflik antar elit politiknya. Singapura misalnya kendatipun sebagai negara yang mengembangkan sistem pemilu dalam memilih anggota parlemen dan Kepala Pemerintahan—Perdana Menteri dan Kepala Negara, akan tetapi cenderung menggunakan sistem politik otoriter. Hal yang tak jauh beda juga dilakukan oleh Malaysia. Kedua negara ini juga tidak banyak memberikan ruang bagi berkembangnya kebebasan pers dan kebebasan berpendapat.

  Fluktuasi politik dan perubahan sistem politik juga sempat berkembang di Hongkong dan Taiwan, dimana pada suatu masa tertentu kedua negara ini pernah jatuh ke dalam kekuasaan rezim otoriter. Pada fase selanjutnya berkembang sistem demokrasi dan pemilu secara bebas, akan tetapi fase-fase berikutnya juga kembali memasuki sistem politik otoritarian. Dinamika sistem politik yang berkembang di kedua negara tersebut selain dipengaruhi oleh faktor politik nasional, juga oleh perubahan politik internasional antar bekas koloninya—Inggris—maupun dengan Negara Cina.

  Sistem demokrasi juga berkembang dengan baik di India, Pakistan dan Bangladesh. Negara-negara bekas koloni Inggris ini tidak hanya mewarisi sistem politik ala Wensminster yang diwariskan oleh negara koloninya, akan tetapi juga telah mengembangkan sistem politiknya masing-masing sesuai dengan kecenderungan arah politik nasionalnya. India bahkan mampu secara cukup stabil melaksanakan pemilihan umum dalam memilih anggota parlemen maupun memilih Perdana Menteri. Negara-negara di kawasan Asia selatan ini, kendatipun dihantui beragam isu politik domestik yang bersumber dari identitas etnik dan keagamaan, namun mampu menjaga dan mempertahankan sistem demokrasi yang telah mereka anut.

  Dinamika demokrasi juga berkembang di Jepang dan Korea Selatan. Jepang bahkan termasuk negara yang cukup sukses dalam

  210 | Nyarwi Ahmad 210 | Nyarwi Ahmad

  Secara umum ada beberapa hal menarik dibalik perkembangan nilai-nilai demokrasi dan sistem politik di negara-negara kawasan Asia. Pertama, Hal yang menarik di negara-negara Asia, kendatipun tidak semua negara telah mengadopsi sistem demokrasi langsung, akan tetapi praktik komunikasi politik tampak berkembang dengan pesat. Riset-riset mengenai komunikasi politik juga terus dilakukan dengan dimotori oleh para akademisipeneliti di masing-masing kampus di negara tersebut. Kendatipun beberapa negara, seperti Malaysia cenderung tidak banyak memberikan ruang bagi pengembangan riset komunikasi politik di negaranya, akan tetapi riset-riset kajian komunikasi politik juga berkembang dengan pendekatan yang berbasis studi budaya politik.

  Kedua, demokratisasi politik di Asia juga diwarnai dengan peran penting para pemimpin, tokoh politik dan para dinasti politik. Para tokoh politik dan pemimpin politik generasi pertama mereka di Asia ini memiliki peran penting dalam meletakkan dasar-dasar konstitusi dan orientasi nilai-nilai ideologi mereka sebagai negara- bangsa modern yang baru merdeka. Para tokoh politik dan pemimpin politik selanjutnya kemudian menjadi generasi penerus yang meletakkan dasar-dasar modernisasi, industrialisasi dan kebijakan pembangunan. Para tokoh politik dan pemimpin politik ini secara umum melahirkan generasi dinasti politik yang kemudian menjadi elit politik yang bertarung dalam setiap arena pemilu.

  Ketiga, demokratisasi politik di Asia juga diwarnai dengan peran penting institusi dan para pemimpin militer. Para elit militer bahkan dalam beberapa kasus di Asia menempati peran sentral dalam dunia politik, seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada masa

  Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik |211

  Orde Baru. Bahkan militer sempat beberapa kali menjadi institusi yang melakukan tindakan yang berdampak pada revolusi politik dan kepemimpinan, termasuk melalui aksi kudeta sebagaimana yang pernah terjadi di Filipina, Myanmar, dan Thailand. Keterlibatan para elit militer ini tidak hanya ketika dia sedang aktif dalam karir kemiliteran saja. Akan tetapi juga ketika para elit militer ini pensiun dan memasuki karir politik.

  Keempat, proses demokratisasi dan transisi politik di Asia juga diwarnai dengan keterlibatan para pengusaha pengendali modal. Banyak diantaranya merupakan keluarga dinasti politik atau dinasti bisnis. Banyak diantaranya juga yang memiliki latarbelakang keluarga sebagai elit pimpinan militer. Para penguasa ini bahkan tidak hanya terlibat dalam dunia politik dan mempengaruhi kebijakan publik Pemerintah, mereka bahkan mampu memasuki puncak kepemimpinan politik, seperti yang terjadi dalam kasus politik di Thailand—Thaksin Sinawatra—dan juga di Indonesia—naiknya Jusuf Kalla sebagai Wapres. Militer juga menguasai dan mempimpin partai- partai politik, sebagaimana yang terjadi di Indonesia saat ini.

  Kelima, proses demokratisasi di Asia juga ditandai dengan kuatnya pengaruh budaya di masing-masing negara Asia. Dalam hal ini, masing-masing negara Asia tampak bagaimana sistem politik dan perilaku komunikasi politik di kawasan Asia tersebut berbasis nilai- nilai yang mencerminkan kebudayaan Asia. Negara-Negara Asia memiliki nilai-nilai demokrasi yang berbeda dengan dunia Barat. Hal ini disebutkan karena kondisi masyarakat Asia yang sangat majemuk dan memiliki latarbelakang kebudayaan dan agama. Asia memiliki nilai demokrasi yang antara lain berbasis kompromi, dialog, dan menekankan model pendekatan yang lebih mementingkan budaya musyawarah 117 .

  Di tengah fase perkembangan demokrasi dan sistem politik di atas, praktek komunikasi politik berkembang di Asia dengan ragam performance yang berbeda, baik yang dilakukan oleh para elit, Pemerintah, NGO, maupun pemilih. Riset-riset komunikasi politik juga terus dikembangkan di sejumlah universitas di masing-masing negara Asia—kendatipun dalam fase tertentu dan dalam konteks

  117 Demokrasi Asia Beda dengan Barat, KOMPAS, 20 September 2011. 212 | Nyarwi Ahmad 117 Demokrasi Asia Beda dengan Barat, KOMPAS, 20 September 2011. 212 | Nyarwi Ahmad