2. Alur Kerja Mesin Industri Citra (political spin-teams)

Matrik 12.2. Alur Kerja Mesin Industri Citra (political spin-teams)

  1. Riset opini

  1. Menyusun skema peran

  publik,

  untuk politisi sebagai

  2. Hasil monitoring

  pemain panggung.

  media

  Elemen-Elemen Mesin Pencitraan:

  2. Membuat hubungan

  3. Penilaian

  1. Pengubung dengan Wartawan.

  dekat dengan para

  performance

  2. Rilis Media.

  jurnalis

  politisi yang

  3. Produksi media (video dll).

  3. Menyusun pseudo-event.

  didukung

  4. Penulis surat.

  4. Memanaje pidato politisi

  4. Penilaian

  5. Pengelola Web dan Email.

  5. Mereproduksi citra dan

  performance

  6. Manajemen Events

  simbol-simbol

  politisi lawan

  7. Pengelola Iklan

  6. Mencari, menyajikan,

  5. Masukan dari

  8. Tim MonitoringAnalis

  mengantisipasi dan

  konsultan

  mengelola bocoran

  eksternal

  informasi politik elit (leaks).

  7. Menuntup akses informasi negatif

  8. Membuat kesepakatan- kesepakan politik

  360 | Nyarwi Ahmad

  Sumber: Eric P.Law. Western Political Developmet: An Evolving Symbiosis of Media and Politics, dalam Eric P.Law.The Media and Political Processess. London: Sage Publication. 2005.

  Manajemen pencitraan politik terus dikembangkan dengan menggunakan mesin politik citra yang dikendalikan oleh para Spin- Doctor. Manajemen pencitraan politik disini dilakukan tidak hanya sekedar penting untuk mengelola performance, skema performance citra individual dan dikonstruksikan layaknya selebritis, akan tetapi juga perlu memperhatikan kualitas materi yang akan disampaikan kepada pasar politiknya. Dalam hal ini terkait dengan ide-ide, prinsip, sentimen dan kepercayaan yang harus ditanapkan kepada para pengikutnya dan pasar politiknya. Bahkan mitologi politik seringkali dibutuhkan untuk membangun kharisma politik yang bisa mempengaruhi pola relasi aktor dan komunikator politik tersebut kepada para pemain politik yang lain. Mitologi politik juga dibutuhkan untuk menjaga, menanamkan dan memperluas pengaruh kepada pasar politik yang ada di beragam segmen dan kelas sosial.

  Dalam manajemen impresi ini, tim profesional terus dikembangkan dengan memperhatikan tiga hal utama (Eric.P.Law, 2005: 29). Pertama, mereka tampak kian canggih dalam memahami dan mengidentifikasi serta mentransformasikan peran dan karakter kinerja wartawan sebagai peliput peristiwa politik. Kedua, mereka juga berusaha keras untuk senantiasa mentransformasikan para pemilih yang menjadi pemain politik aktif melalui opini publik dan isu-isu publik. Ketiga, mereka juga terus menerus berusaha mengelola dinamika struktural dan kultural dari industri media, dalam hal ini terkait dengan budaya organisasi media, dan juga konteks ekonomi- politik media terutama kepemilikan media.

  Mereka juga mengajarkan kepada para kliennya—parpol dan kandidat—bahwa para politisi yang sukses harus mau belajar menguasai permainan politik. Industri pencitraan mampu membantu politisi menghadirkan realitas politik dan citra politiknya secara positif, dengan memaksimalkan: 1) sumber daya tenaga PR politik profesional; 2) menggunakan kalangan selebriti profesional (dalam politik, hiburan dan olahraga) sebagai political endorser; 3) mempredeksi dan mengelola event-event politik strategis dengan bantuan para tim PR Politik profesional (konferensi pers, pidato dan

  Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik |361 Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik |361

  Ada beragam aktor yang kian menentukan praktek marketing politik di Indonesia. Pertama, partai politik dan kandidat. Mereka adalah aktor utama yang sejak Pemilu 1999 kian menyadari pentingnya mengadopsi dan mengembangkan praktek marketing politik yang telah berkembang di berbagai negara demokrasi maju yang ada di Amerika dan Eropa. Kedua, rezim politik pemerintahan.

  Sejak pasca reformasi, citra rezim politik selalu menjadi fokus pertarungan terpenting dalam panggung komunikasi politik. Karena itu, rezim politik pemerintahan yang berkuasa sejak Pemilu 1999, tampak secara pelan-pelan kian menyadari pentingnya mengadopsi dan mengembangkan strategi marketing politiknya untuk mengelola dan memelihara legitimasi kekuasaaannya. Ketiga, lembaga legislatif, baik secara personal maupun institusi sejak Pasca Reformasi memegang peranan penting dalam proses kontestasi politik. Beberapa hal yang sangat fundamental antara lain terkait dengan proses perumusan regulasi dan juga pengelolaan isu-isu politik nasional dan citra politik personal para anggotanya yang berdampak pada kualitas kinerja dan legitimasi politik lembaga ini. Keempat, lembaga masyarakat sipil Pasca Reformasi juga kian menempati posisi dan peran yang sangat strategis. Praktek marketing politik mereka kembangkan dalam rangka mengadvokasi isu-isu publik agar terakomodasi dalam kebijakan politik dan pemerintahan. Keelima, media massa juga merupakan aktor dan medium yang sangat penting dalam arena kontestasi marketing politik di Indonesia. Adanya kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan berpendapat di satu sisi, dan adanya arus komersialisasi dan kompetisi lingkungan industri media kian menjadikan lembaga ini menjadi medium dan aktor strategis yang diperebutkan oleh kandidat, parpol, masyarakat sipil, lembaga legislatif dan Pemerintah dalam mengkonstruksi pencitraan positif, menjaga dan meningkatkan pengaruhnya ke khalayak dan juga menjaga dan memelihara legitimasi politiknya di tengah khalayakpasar politik yang sangat fluktuatif.

  362 | Nyarwi Ahmad

  Intinya beragam inovasi, teknik, dan metode marketing politik kian marak dijalankan oleh para aktor politik dan institusi politik. Baik individu maupun institusi politik di sini tidak hanya sekedar menyampaikan pesan-pesan dan informasi politik, namun memperebutkan media atau institusi atau kekuasaan yang menjadikan mereka mampu mempengaruhi publik melalui pesan-pesan dan informasi politik yang disampaikannya. Untuk menjaga pengaruh dan atau dalam mendapatkan kekuasaan politik, maka marketing politik secara intens dilakukan oleh para aktor politik.