4
menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka mengurangi beratnya penyakit Waspadji, 2010.
Berdasarkan fakta-fakta diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit
TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan tahun 2012.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan keluarga
tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan.
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB
Medan.
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya terhadap:
1.
Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki
Universitas Sumatera Utara
5
diabetes dan dapat dipergunakan untuk menambah sumber kepustakaan sebagai bahan bacaan.
2.
Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan dalam mengarahkan pasien dan keluarga terhadap perawatan kaki diabetes.
3.
Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman belajar serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari institusi dengan keadaan yang ada di pelayanan keperawatan rumah sakit dan dapat digunakan
sebagai bahan pustaka untuk peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Q R SR
TT U T V WSX S
V YXZU
S[ S
\ ]]
[
o n
se p
Y _
n
`_
t
ab
u
ac
Knowledge 2.1.1. Pengertian pengetahuan
d e
n u
ru t
fghgi
tm
gjk
o
l mm
5, pengetahuan knowledge adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan
What . Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang overt behavior. Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi
dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan Notoatmodjo, 2005.
2.1.2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2005 pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :
a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
Universitas Sumatera Utara
7 kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur
bahwa orang tahu antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
8 e. Sintesis synthesis
Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Dari
pengalaman perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi prilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang terutama yaitu: a. Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Universitas Sumatera Utara
9 d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
nopoqo rst
a m em
p
u
r o
le h
u
n
vu
t
s w
u
sx
Menurut Notoatmodjo 2005, menekankan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan dapat ditempuh dengan cara:
a. Cara tradisional atau non ilmiah Cara tradisional ada empat macam cara yaitu:
1 Cara coba salah trial and error Cara ini terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir masih
sederhana, maka dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut benar- benar terpecahkan. Cara ini terjadi pada masyarakat yang pola pikirnya
masih sederhana. 2 Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip ini adalah menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji serta
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
Universitas Sumatera Utara
10 3 Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman merupakan guru yang terbaik, demikian kata pepetah. Ini mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan. 4 Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh
pengetahuan, manusia
telah banyak
menggunakan jalan pikirannya. b. Cara modern atau cara ilmiah
Dalam memperoleh pengetahuan, cara ini lebih sistematis, lebih logis dan lebih ilmiah dibandingkan dengan cara tradisional.
yz{z|z }
a k
to r
-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Umur Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary 1996 menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
Universitas Sumatera Utara
11 menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecah permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu Notoatmodjo, 2005.
~ ~
o n
se p
lu
~ ~
n
r t
Menurut Duvall dan Logan dalam Setyowati 2008, keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Menurut Spredley dan Allender dalam Setyowati 2008, kelurga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai emosional
dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
Universitas Sumatera Utara
12 Menurut BKKBN 1992 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya Setyowati, 2008.
t
r
st
lu
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarganya biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarganya berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik
d. Mempunyai tujuan; a menciptakan dan mempertahankan budaya, b meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota Setyowati,
2008.
u n
g si k
e lu
a r
g a
Fungsi keluarga menurut Friedman 1986 adalah:
a.
Fungsi Afektif Fungsi afektif adalah adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar
kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antara anggota keluarga.
b.
Fungsi sosialisasi
Universitas Sumatera Utara
13 Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interkasi
dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan temapat untuk belajar bersosialisasi.
c.
Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
keluarganya keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
e.
Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Setyowati, 2008.
u
s
lu
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman 1998 adalah sebagai berikut: a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat Setyowati, 2008.
Universitas Sumatera Utara
14
¡ ¢£¢
¤ ¥¦ §
¨ §¥ ©
ª
t
ª
s
¡ ¢£¢ «
¢ ¬
ª
n
ª
r t
§ ¥ ®
Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh
darah, gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita
diabetes mellitus yang diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya
dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik Misnadiarly, 2006.
¡ ¢£¢ ¡
¢ ¯
t
§
o lo
g i
Penyebab kaki diabetes dilatar belakangi oleh beberapa faktor: a Gangguan peradaran darah pada kaki
Gangguan ini mengenai pembuluh darah besar macro vaskuler berupa pengendapan cholesterol, calcium, bahan-bahan jaringan sehingga terjadi
pengerasan dan penyempitan dinding pembuluh darah. Aliran darah kurang lancar mengakibatkan pemberian makan dan oksigenasi berkurang. Jaringan
di ujung menjadi rawan dan rapuh, di samping itu pembekuan darah menjadi mudah. Pada kaki diabetes terjadi pula gangguan pembuluh darah kecil
mikrovaskuler berupa kelainan selaput dinding pembuluh darah bagian dalam. Kedua hal tersebut menyebabkan mudahnya timbul penyumbatan
aliran oleh bekuan-bekuan darah. Keadaan ini menyulitkan penyembuhan luka
Universitas Sumatera Utara
15 serta memudahkan kematian jaringan di daerah ujung jari. Kematian jaringan
ini akan ditandai perubahan warna dari merah menjadi biru sampai hitam. Tanda khas jaringan mati ini gangren adalah berbau busuk.
b Gangguan persyarafan kaki Keterlibatan gangguan persyarafan kaki mengakibatkan bertambah
mudahnya luka, karena gangguan ini mengenai syaraf penerima sensasi. Penderita kehilangan rasa sakit pada kaki. Segala gesekan dan ruda paksa
menjadi tak terasa, luka tiba-tiba sudah menganga di depan mata tanpa disadari.
c Ruda paksa Trauma Seperti pada orang sehat, penderita diabetes pun mengalami ruda paksa
pada kaki, sama banyaknya. Kesempatan luka lebih besar karena adanya kelainan peredaran darah dan persyarafan. Beberapa ruda paksa yang
menyebabkan luka adalah: 1 Trauma mekanik : pemakaian sepatu yang sempit, kesandung batu,
tertusuk paku, kepukul, luka waktu memotong kuku, sampai hanya gigitan serangga, dan sebagainya.
2 Trauma suhu : luka bakar, kena api, air panas, es, dan sebagainya. 3 Trauma kimia : pemakaian obat luar yang terlalu keras, plester pun dapat
menyebabkan luka, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
16 d Infeksi
Adanya ganguan dalam pertahanan tubuh menyebabkan bertambah sulitnya penanganan kaki DM. Kalau hanya ganggren kering tanpa infeksi
jaringa mati saja pada jari atau kaki, setelah amputasi, selesailah masalah. Tetepi setiap luka ataupun ganggren adalah pintu gerbang infeksi. Tanpa
penanganan tepat, infeksi ini akan cepat meluas dan naik ke atas. Keadaan ini kadang-kadang sukar diobati karena daya tahan tubuh terhadap kuman
berkurang. Flora kuman-kumanpun berbagai ragam dan sering tahan terhadap obat-obatan Ranakusuma, 1987.
°±²±²± ³
´µ¶· ¸
s
¸
o lo
g i
Terjadinya masalah kaki pada penderita DM diawali adanya hiperglikemia yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
ulkus diabetik Waspadji, 2010.
°±²± ¹
± º
l
´ »
¸ ·¸ ¼
´ »
¸ º
´ ¼
¸ ½
¸ ´
¾ ¿
t
¿
s
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh Edmonds dari King s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
17 wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang
dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik,
sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik Waspadji, 2006.
1. Klasifikasi Edmonds 2004 2005
Stage 1 : Normal foot Stage 2 : High Risk Foot
Stage 3 : Ulcerated Foot Stage 4 : Infected Foot
Stage 5 : Necrotic Foot Stage 6 : Unsalvable Foot
2. Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang pembentukan abses Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitisabses atau osteomielitis
Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas melibatkan keseluruhan kaki
3. Klasifikasi Liverpool Klasifikasi primer
: - Vascular - Neuropati
Universitas Sumatera Utara
18 - Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi
- Tukak dengan komplikasi 4. Klasifikasi PEDIS menurut International Consensus On The Diabetic Foot
2003 Impaired Perfusion 1
= None 2
= PAD + but not critical 3
= Critical limb ischemia Size Extent in mm2
Tissue loss Depth 1 = Superficial fullthickness, not deeper than
dermis 2
= Deep ulcer, below dermis. Involving subcutaneous structures, fascia, muscle or
tendon 3
= All subsequent layers of the foot involved including bone and or joint
Infection 1
= No symptoms or signs of infection 2
= Infection of skin and subcutaneous tissue only 3
= Erythema 2 cm or infection involving subcutaneous
structure, no
systemic sign
of inflammatory response
Universitas Sumatera Utara
19 4
= Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis, shift to the left metabolic instability,
hypotension, azotemia Impaired sensation 1
= Absent 2
= Present Waspadji, 2006.
ÀÁÂÁÃÁ ÄÅÆÇÈ
o sis
É
a k
i
Ä Å
a b
e te
s
Diagnosis kaki diabetes meliputi: 1. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat lukaulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasirasa berkurang atau hilang,
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang. 2. Pemeriksaan Penunjang:
X-ray, EMG Electromyographi dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan
kuman penyebabnya Waspadji, 2006.
ÀÁÂÁ Ê
Á Ë
Æ Ì
o g
e n
e sis
É
a k
i
ÄÅ
a b
ete s
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
Universitas Sumatera Utara
20 menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,
atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi
dan menjadi ulkus kaki diabetes Waspadji, 2006. Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga
sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis
merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di
kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes Tambunan, 2006. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya
akan menyebabkan penebalan tunika intima hiperplasia membram basalis arteri
Universitas Sumatera Utara
21 pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan
hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahaninflamasi pada dinding
pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL highdensity- lipoprotein sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis Tambunan, 2006.
Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung
Universitas Sumatera Utara
22 kaki atau tungkai. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah
tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid
menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus kaki
diabetes, 50 akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab
infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens, Clostridium
Novy, dan Clostridium Septikum Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
ÍÎÏÎÐÎ Ñ
a k
to r
ÒÓ
s
ÓÔ
o
Õ Ö
r
× ØÙ
Ó
n
Ú Ø
Û ØÔ
Ó Ü ÓØÝ Ö
t
Ö
s
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang
tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
Ñ
a k
to r
- faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Umur Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang
optimal . proses aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi makroangiopati, yang akan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
23 penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang
di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetes Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
2. Lama Menderita Diabetes Mellitus 10 tahun. Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus
yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan
vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi
darah dan adanya robekanluka pada kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neurophati perifer
Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
Þ
a k
to r
-faktor risiko yang dapat diubah:
1. Neurophati sensorik, motorik, perifer. Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan
mikro sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih
lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa
selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi
Universitas Sumatera Utara
24 menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian berkembang menjadi ulkus
kaki diabetes Tambunan, 2006; Waspadji, 2006. 2. Obesitas
Pada obesitas dengan index massa tubuh 23 kgm2 wanita dan IMT index massa tubuh 25 kgm2 pria atau berat badan ideal yang berlebih
akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 Uml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan
aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedangbesar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan
mudah terjadi ulkusganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
3. Hipertensi Hipertensi TD 13080 mm Hg pada penderita diabetes mellitus
karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang
tekanan darah lebih dari 13080 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap
makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan
mengakibatkan terjadinya ulkus Tambunan, 2006; Waspadji, 2006. 4. Glikolisasi Hemoglobin HbA1C tidak terkontrol
Universitas Sumatera Utara
25 Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam
sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin HbA1c
6,5 akan menurunkan kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang
mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan
kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL highdensity - lipoprotein sebagai pembersih plak biasanya rendah 45
mgdl. Kadar trigliserida 150 mgdl, kolesterol total 200 mgdl dan
HDL 45 mgdl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi
peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan
gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri
dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul
ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
6. Kebiasaan Merokok
Universitas Sumatera Utara
26 Pada penderita diabetes mellitus yang merokok
12 batang per hari mempunyai risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan
dengan penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat
menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase
akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran
darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat
penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus
kaki diabetes. Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan
memperbaiki sistem koagulasi darah Tambunan, 2006; Waspadji, 2006. 8. Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik olah raga sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
Universitas Sumatera Utara
27 terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan
kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin lebih 3 kali dalam seminggu selama 30
menit akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan.
Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat otot - otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki deformitas, selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha Gastrocnemeus,
Hamsring, Quadriceps dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi. Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan
tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki.
Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari
jari kaki. Latihan dilakukan sesering mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa
dingin. Tambunan, 2006; Waspadji, 2006. 9. Pengobatan Tidak Teratur
Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Sampai
pada saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk memperbaiki vaskularisasi perifer pada penderita Diabetes Mellitus, namun
Universitas Sumatera Utara
28 bila dilihat dari penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt
lain seperti jantung dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti
yang cukup kuat untuk menganjurkan penggunaan secara rutin Waspadji, 2006.
Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap kaki Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang
dapat dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Sensasi normal tanpa deformitas 2 Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3 Insensitivitas tanpa deformitas 4 Iskemia tanpa deformitas
5 Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas danatau iskemia Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
10. Perawatan Kaki Tidak Teratur Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan
mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti
selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan
mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari
Universitas Sumatera Utara
29 kaki, memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang
retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki contoh: krem sorbolene, tidak memakai bedak, sebab ini akan
menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian
mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging dan kalus,
hendaknya dirawat oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki,
jangan menggunakan penutup kornuscorns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari
apakah terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau bantal panas Tambunan, 2006; Waspadji, 2006.
Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan teliti, klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat.
Saat ini terdapat banyak sekali macam Dressing pembalut yang masing masing dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka
tersebut, teapi jangan lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka,
debridement yang baik and adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh sehingga membantu
Universitas Sumatera Utara
30 mengurangi produksi pus cairan dari ulkus gangrene diabetik Waspadji,
2006. Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai
epitealisasi. Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin.
11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena
stanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada
tungkai kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Pencegahan dalam faktor mekanik dengan
memberikan alas kaki yang pas dan nyaman untuk penderita diabetes mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat harus memperhatikan hal hal
berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir, memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai,
sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasigangguan dan luka terhadap
kulit, sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki, sepatu baru harus dipakai
secara berangsur-angsur dan hati-hati, memakai kaus kaki yang bersih dan
Universitas Sumatera Utara
31 mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin Tambunan, 2006; Waspadji,
2006.
ßàáàâà ã
ä
r
åæ å ç åè
é åê ë
ìëå íä
t
ä
s
Dalam sebuah buku Practical Guidelines on the Management and the Prevention of the Diabetic Foot yang dikeluarkan oleh International Working
Group on the diabetic FootConsultative Section of IDF ditekankan adanya upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh para praktisi dibidang
diabetes untuk turut ambil bagian dalam mengurangi tingginya angka amputasi kaki diabetik. Dengan melakukan beberapa usaha yang terbilang sangat mudah
dan murah resiko amputasi kaki diabetik dapat diturunkan sampai 85 . Terdapat 5 pilar penting dalam perawatan kaki diabetik, antara lain:
1. Pemeriksaan kaki resiko tinggi secara teratur Lakukan pemeriksaan kaki secara teratur, minimal 1 tahun sekali, atau setiap
2-3 bulan pada kaki dengan resiko tinggi. Riwayat ulkus, lama diabetes, pendidikan, kurangya akses ke fasilitas kesehatan merupakan faktor resiko
yang harus diperhatikan. Neuropati, angiopati, kelaian pada kulit, deformitas, gangguan mobilisasi sendi dan penggunaan alas kaki yang tidak adekuat
merupakan faktor resiko lain yang harus mendapat perhatian. 2. Indentifikasi kaki diabetik dengan resiko tinggi
Universitas Sumatera Utara
32 Tentukan adanya neuropati sensoris, deformitas pada kaki dan penonjolan
tulang, penyakit pembuluh darah perifer, serta riwayat ulkus atau amputasi 3. Edukasi pada diabetisi, keluarga dan petugas kesehatan
Edukasi yang dilakukan secara teratur dan terstruktur pada pasien, keluarga dan petugas kesehatanedukator dapat mencegah problem kaki diabetik.
4. Penggunaan alas kaki yang tepat Gunakan alas kaki yang cocok dengan bentuk kaki, 1-2 cm lebih panjang dari
ukuran kaki. gunakan selalu alas kaki baik didalam maupun diluar rumah. Kalau perlu buat sepatu yang dibuat khusus menyesuaikan dengan bentuk atau
kelainan kaki yang ada. 5. Penanganan kelaianan kaki diabetik sebelum timbul ulkus
Seperti kelainan pertumbuhan kuku yang menebal atau ingrowing, penipisan kalus dan kulit yang kering. Gunakan ortosis untuk mengatasi kelainan bentuk
kaki atau jari-jari indodiabetes.com, 2009. 6. Ankle Brachial Index ABI
Ankle Brachial Index ABI atau Ankle Brachial Pressure Index ABPI adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan darah sistolik kaki
ankle dengan tekanan darah sistolik lengan brachial. Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple hand held
vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter manometer mercuri atau aneroid. Pemeriksaan ABPI sebaiknya dilakukan pada pasien yang
mengalami luka pada kaki untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri
Universitas Sumatera Utara
33 sehingga dapat menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau
mixed ulcer. Sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat. Direkomendasikan menggunakan probe dengan frekuensi 8 MHz untuk
ukuran lingkar kaki normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau edema.
Prosedur Pengukuran ABPI: 1 Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan
posisi jantung. 2 Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vascular
Doppler ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat. 3 Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas
tekanan darah sistolik palpasi. 4 Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis. 5 Ulangi pada lengan yang lain.
6 Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias
dengan sudut 45 derajat. 7 Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg
diatas tekanan darah sistolik palpasi. 8 Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle.
Universitas Sumatera Utara
34 9 Ulangi pada kaki yang lain.
10 Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi diantara lengan kanan dan kiri dan tekanan darah systolic ankle teritnggi diantara kaki kanan
dan kaki kiri Yusuf, 2009.
Universitas Sumatera Utara
35
î ïî ðð ð
ñ ò ó ïô
GK
ï
KO
ô õ
E
ö ÷
U
ïø
ù úû
K
ü ý þÿ
þ ñ
ÿ ü
þ
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Pentingnya perawatan kaki diabetes
secara benar dan maksimal akan dapat mengurangi resiko amputasi atau bahkan kematian. Maka dari itu perlu pengetahuan yang cukup dari keluarga dalam
perawatan kaki diabetes ini, sehingga penurunan angka kejadian amputasi dan kematian akibat ulkus diabetikum dapat dicapai. Pengetahuan ini akan
digambarkan dalam kriteria baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan keluarga tentang
perawatan kaki diabetes -
baik -
cukup -
kurang
Universitas Sumatera Utara
36
3.2 O
Tabal Defenisi Operasional Penelitian No.
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
1. Pengetahuan
keluarga tentang
perawatan kaki diabetes
Informasi tentang
perawatan kaki penderita DM
tipe II yang harus diketahui
anggota keluarga
penderita DM Kuesioner
dengan 6 pertanyaan,
berupa pilihan berganda
dengan soal nomor 1
mempunyai nilai terendah
0 dan nilai tertinggi 5 dan
pada soal nomor 2-6
jawaban benar mempunyai
nilai 1 dan jawaban salah
mempunyai nilai 0
Ordinal Baik
6,7-10, Cukup
3,4-6,6 Kurang 0-3,3.
Universitas Sumatera Utara
37
D L
I N
LI IAN
D
+
n y
n
, -+
, .
n
-
l m
1
l
+
t
+
n
+ +
-
l
2 -
0 3+
p t
+4
y n
, 5
rt
.6.
n u
n t
.0
m n
,,
m
5
r n
p n
,
t
2 .
n l
.
r
,
t n
t n
, 1
r w
t n
0 + -+ 5
t s
-+
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan.
7 89
: ;
S
9
4.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Arikunto, 2006.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga penderita DM dengan kaki diabetes yang dirawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
Kesdam IBB Medan. Jumlah populasi yang didapat selama waktu penelitian adalah 37 orang yang merupakan keluarga dari 16 orang
pasien DM. 4.2.2 Sampel
Karena jumlah populasi
kurang dari 100 maka teknik
pengambilan sampel
pada penelitian
ini dilakukan
dengan menggunakan total sampling Nursalam, 2003
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Salah satu anggota keluarga yang mendampingi di rumah sakit dari penderita
diabetes dan
dapat berbahasa
Indonesia dan
berkomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
38
Dan karena keterbatasan waktu maka untuk mendapatkan jumlah populasi dan sampel yang cukup maka kriteria sampel ini berubah
menjadi: Salah satu atau lebih dari anggota keluarga yang mendampingi di rumah sakit dari penderita diabetes dan dapat
berbahasa Indonesia dan berkomunikasi. b Bersedia menjadi responden penelitian.
4.3
=
o k
?
d n
W
A B C
D EF EG B
F
Penelitian ini mengambil lokasi di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dan direncanakan dilaksanakan bulan Juli sampai
September 2012. Dikarenakan adanya kendala dari segi peneliti sehingga penelitian ini di tunda sementara dan dilanjutkan kembali pada tahun 2014.
Dan karena keterbatasan waktu maka lama waktu penelitian ini berubah dari rencana, yang mana direncanakan lama waktu penelitian selama 3 bulan
menjadi 8 hari, yaitu terhitung 27 Januari sampai 3 Februari 2014.
HIH D
E J B K
L F
MF N B
A
Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbanga etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan
penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia, maka responden
dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik
maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga
Universitas Sumatera Utara
39
dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.
O
I
P Q RS T U
V P
WV P
VXY R Y Z
P
Instruman yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang
ada pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pertama data karakteristik responden mencakup data mengenai hubungan
dengan pasien, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Kedua, kuesioner tentang perawatan kaki diabetes yang terdiri dari
6 pernyataan 1-6, pada soal nomor 1 mempunyai nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 5, dan pada soal nomor 2-6 jawaban benar mempunyai nilai 1 dan
jawaban salah mempunyai nilai nol. Nilai keseluruhan terendah adalah 0 dan nilai tertinggi 10.
Rentang P=
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 10 dan banyak kelas 3 yaitu
baik, cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 3,3. Dengan P= 3,3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan keluarga
dikategorikan sebagai berikut: Baik: 6,7-10, Cukup: 3,4-6,6, Kurang: 0-3,3.
Universitas Sumatera Utara
40
4.6
[\] _ ` \
a _ \b
R
c ] \
d ]
` \
a e
b a
`fg h c b
Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur Notoatmodjo,2010. Pada penelitian ini uji validitas yang direncanakan adalah validitas isi, dimana
instrumen penelitian dibuat
berdasarkan pada tinjauan pustaka, dan
dikonsultasikan pada dosen ahli keperawatan medikal bedah di Fakultas Keperawatan USU.
Kuesioner peneliti ini disusun oleh peneliti oleh karena itu penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji instrumen bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar derajat kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data,
kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang Arikunto, 2006. Apabila penelitian memiliki instrumen
dengan jumlah butir pertanyaan genap, maka untuk pengujian reliabilitasnya menggunakan rumus K-R 21 Arikunto, 2010. Suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0,70 Polit Hugler, 1995. Oleh karena keterbatasan waktu penelitian maka uji validitas dan
reliabilitas tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan dan hanya dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
ijk l
c b mg
h n g
]\b
D
\ `\
Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: 1 mengajukan izin pelaksanaan kepada institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan, 2 mengirim permohonan izin yang
Universitas Sumatera Utara
41
diperoleh kepada bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan, 3 setelah mendapat izin dari bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II
Putri Hijau Kesdam IBB Medan, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, 4 menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan
prosedur tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, 5 calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan,
6 menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, 7 responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran
kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada masing- masing bagian. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan
untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami, 8 setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga, 9 pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan
keperluan.
4.
o
A
p qrs t q u q
vq
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu
prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah melalui tahap mengecek kelengkapan data editing, untuk
memeriksa apakah pernyataan dalam kuesioner sudah di isi sesuai dengan petunjuk, kemudian memberi kode coding untuk memudahkan melakukan
tabulasi, selanjutnya memasukkan entry data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik komputerisasi dimana data dianalisis
Universitas Sumatera Utara
42
secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti mulai 27 Januari sampai 03 Februari 2014 yang berjudul gambaran
pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di rumah sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Penyajian hasil analisa data dalam
penelitian ini meliputi data karakteristik responden, data instrumen dan data khusus.
5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam IBB Medan.
Karakteristik Responden Frekuensi
Persentase Jenis Kelamin
Perempuan 27
73.0 Laki-Laki
10 27.0
Suku
Batak 13
35.2 Jawa
11 29.7
Karo 9
24.3 Melayu
2 5.4
Lainnya 2
5.4
Agama
Islam 19
51.4 Kristen Protestan
11 29.7
Kristen Katolik 7
18.9
Pendidikan Terakhir
SMP 2
5.4 SMA
21 56.8
D3 4
10.8 S1
7 18.9
S2 3
8.1
Universitas Sumatera Utara