Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN

KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU

KESDAM I/BB MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

AGUNG FADLY GUNAWAN

NIM 111121110

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Nama Mahasiswa : Agung Fadly Gunawan

NIM : 111121110

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Komplikasi kronik yang sering dialami penderita diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetika. Jika kondisinya tidak diperbaiki dapat memburuk menjadi gangrene. Perawatan kaki diabetes yang baik akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes akan berpengaruh terhadap perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel 37 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengeksplorasi karakteristik demografik reponden dan bagian kedua mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 16,2% keluarga yang memiliki pengetahuan baik, sementara yang berpengetahuan kurang sebanyak 46,0%. Dari hasil penelitian disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik kepada keluarga penderita diabetes secara berkesinambungan.


(3)

Abstract

Chronic complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot ulcers. If the condition is not corrected can degenerate into gangrene. A regular diabetic foot care that will either prevent or reduce the occurrence of chronic complications in the feet. Family knowledge about diabetic foot care will affect the diabetic foot care on family members who suffer from diabetes mellitus. This study aims to describe the family knowledge about diabetic foot care in Putri Hijau Hospital Tk. II Kesdam I /BB Medan. The research design used in this study is descriptive. The sampling method used is total sampling with a sample size of 37 respondents. The data was collected using a questionnaire that consists of 2 parts. The first section explores the demographic characteristics of respondents and the second part identifies the family knowledge about diabetic foot care. The results showed that only 16.2 % of families who have a good knowledge, while the less knowledgeable as much as 46.0 %. From the results of the study suggested to the health workers, especially nurses to do health education on diabetic foot care to diabetics families on an ongoing basis.


(4)

(5)

RAKATA

Syukur alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ala karena berkat rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan semangat dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

3. Ibu Yesi Ariani S.Kep, Ns. M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns. M.Kep., selaku penguji I, dan Bapak Asrizal, S.Kep, Ns. WOC(ET)N selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.


(6)

6. Kolonel Ckm dr. Chairul Akmal, Sp.THT.MM selaku Direktur Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah memberikan izin penelitian. 7. Ibu Deny Susanti S.Kep Ns dan Serma Syaiful, S.Kep, yang telah membantu

dan memudahkan dalam proses perizinan penelitian.

8. Ibu dan Ayah yang telah memberikan segalanya, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun doa restu.

9. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2011 dan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta ala melimpahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya bagi bidang ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2014 Penulis,


(7)

DTR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .. 1

1.2.Rumusan Masalah .4

1.3.Tujuan Penelitian .. 4

1.4.Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep pengetahuan . 6

2.1.1.Pengertian pengetahuan ... 6

2.1.2.Tingkat pengetahuan 6

2.1.3.Cara memperoleh pengetahuan 9

2.1.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan . 10

2.2.Konsep keluarga 11

2.2.1.Pengertian 11

2.2.2.Karakteristik keluarga ..12

2.2.3.Fungsi keluarga 12

2.2.4.Tugas kesehatan keluarga 13

2.3.Kaki diabetes ... 14

2.3.1.Pengertian 14

2.3.2.Etiologi .14

2.3.3.Patofisiologi . 16

2.3.4.Klasifikasi 16

2.3.5.Diagnosis kaki diabetes .. 19

2.3.6.Patogenesis kaki diabetes ... ... 19

2.3.7.Faktor resiko terjadinya kaki diabetes ... . 22 2.3.8.Perawatan kaki diabetes... ...31 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1.Kerangka konseptual . 35

3.2.Defenisi operasional ..36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain penelitian ...37

4.2.Populasi dan sampel ..37

4.2.1.Populasi ...37

4.2.2.Sampel ..37

4.3.Lokasi dan waktu penelitian . 38

4.4.Pertimbangan etik . 38


(8)

! "#"VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan... 49 6.2.Saran... 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

% & 'TAR TABEL

()*)+), -)./ *012 -)./ *3/ 4/,5 6578/9) 65 :,) * 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111100 -)./ *;1<1< 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65@), 8/9 6/,= ) 6/?)9 ) ?=/95 6=5?9/ 68 :, @/,@5

A>+ )BC ) ?5=- ?1DDE>=95(5 F)>G/ 6@)+DH IIJ / @),11111111111111111111KL -)./ *;1<121) 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65 @), 8/9 6/,=) 6/ M)+.)9 ), 8/,M/= )B >),

?/ *>)9 M)=/,=), M8/9 )N)= ),?) ?5@5 )./=/ 6@5A>+ )BC )?5 =- ?1DD E>= 95(5F) >G/ 6 @)+DH IIJ/ @), 1 111111111111111111111111111 111111111111111111111111K< -)./ *;1<121. 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65 @), 89/ 6/,=) 6/ M)+.)9 ), 8/,M/= )B >),

?/ *>)9 M) ./9@) 6)9?), 8/ 9=),O) ), =)B > @), = 5 @) ? = )B > =/,= ),M 8/9)N )=), ?) ?5 @5 ). /= /6 @5 A>+ )B C ) ?5 =-?1DDE>=95 (5 F) > G/6 @)+DH IIJ /@), 111111 1111111111111111111111111 111111111111111111111111111111111111111K2 -)./ *;1<121P 35 6=95. >65 @), 49/?> /, 65 M)+.)9), 8/, M/=)B >), ./9@) 6 )9?),

8/, @5 @5?),=/9)?B5 9 = /,=),M8 /9) N)=),?) ?5@5 )./= / 6@5A>+ )B C ) ?5 =-?1DDE>= 95(5F) >G/ 6 @)+DHIIJ/ @), 111111111 111111111111111111111111K2


(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Nama Mahasiswa : Agung Fadly Gunawan

NIM : 111121110

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Komplikasi kronik yang sering dialami penderita diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetika. Jika kondisinya tidak diperbaiki dapat memburuk menjadi gangrene. Perawatan kaki diabetes yang baik akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes akan berpengaruh terhadap perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel 37 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengeksplorasi karakteristik demografik reponden dan bagian kedua mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 16,2% keluarga yang memiliki pengetahuan baik, sementara yang berpengetahuan kurang sebanyak 46,0%. Dari hasil penelitian disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik kepada keluarga penderita diabetes secara berkesinambungan.


(11)

Abstract

Chronic complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot ulcers. If the condition is not corrected can degenerate into gangrene. A regular diabetic foot care that will either prevent or reduce the occurrence of chronic complications in the feet. Family knowledge about diabetic foot care will affect the diabetic foot care on family members who suffer from diabetes mellitus. This study aims to describe the family knowledge about diabetic foot care in Putri Hijau Hospital Tk. II Kesdam I /BB Medan. The research design used in this study is descriptive. The sampling method used is total sampling with a sample size of 37 respondents. The data was collected using a questionnaire that consists of 2 parts. The first section explores the demographic characteristics of respondents and the second part identifies the family knowledge about diabetic foot care. The results showed that only 16.2 % of families who have a good knowledge, while the less knowledgeable as much as 46.0 %. From the results of the study suggested to the health workers, especially nurses to do health education on diabetic foot care to diabetics families on an ongoing basis.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, yang disertai lesi pada membran basalis (Mansjoer, 1999).

Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita DM akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita DM tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (Darmono, 2007).

Penderita DM terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitivitas atau mati


(13)

dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi borok/ulkus (Soebardi, 2006).

Ulkus tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita DM disebut dengan gangren diabetik. Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit DM. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).

Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus skaki diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Riyanto, 2007). Penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta per tahun untuk seorang


(14)

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) data pada tahun 2003, masalah ulkus kaki diabetik merupakan masalah serius, sebagian besar penderia DM dirawat karena mengalami ulkus diabetik. Akibat dari masalah ulkus diabetik angka amputasi masih cukup tinggi, yaitu sebesar 23,5%. Penderita DM paska amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (Waspadji, 2006).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, prosentase pasien DM rawat inap periode Januari sampai Maret 2012 dengan masalah Ulkus Diabetik sebesar 20%, angka amputasi mencapai 15%, kemudian angka kematian juga cukup tinggi sebesar 9%.

Hasil penelitian di Spanyol yang dilakukan oleh Calle dkk (2001), dihasilkan bahwa kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki diabetes mempunyai 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan perawatan kaki diabetes secara teratur. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa perawatan kaki diabetes yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki (PERKENI, 2006).

Menurut Friedman bahwa salah satu tugas kesehatan keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat dan memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit (Setyowati, 2008). Untuk itu diperlukan pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Hal ini sangat penting


(15)

menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka mengurangi beratnya penyakit (Waspadji, 2010).

Berdasarkan fakta-fakta diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan tahun 2012.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya terhadap:

1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki


(16)

diabetes dan dapat dipergunakan untuk menambah sumber kepustakaan sebagai bahan bacaan.

2. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan dalam mengarahkan pasien dan keluarga terhadap perawatan kaki diabetes.

3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman belajar serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari institusi dengan keadaan yang ada di pelayanan keperawatan rumah sakit dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka untuk peneliti selanjutnya.


(17)

R SRTT

U T V WSX SVYXZUS[ S

\]^] [onsepY_n`_tabuac( Knowledge) 2.1.1. Pengertian pengetahuan

d enurut fghgitmgjko (lmm 5), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What . Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


(18)

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(19)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi prilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang terutama yaitu:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


(20)

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

nopoqo rsta mempuhleorunvutswusx

Menurut Notoatmodjo (2005), menekankan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan dapat ditempuh dengan cara:

a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional ada empat macam cara yaitu: 1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir masih sederhana, maka dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut benar-benar terpecahkan. Cara ini terjadi pada masyarakat yang pola pikirnya masih sederhana.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji serta membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.


(21)

3) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, demikian kata pepetah. Ini mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh pengetahuan, manusia telah banyak menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan, cara ini lebih sistematis, lebih logis dan lebih ilmiah dibandingkan dengan cara tradisional.

yz{z|z }aktor -faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang


(22)

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecah permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005).

~ ~ €onsep€lu‚ƒ„‚ ~ ~ … †n„ rt‡‚ˆ

Menurut Duvall dan Logan dalam Setyowati (2008), keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Menurut Spredley dan Allender dalam Setyowati (2008), kelurga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.


(23)

Menurut BKKBN (1992) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Setyowati, 2008).

‰Š‰Š‰Š ‹ŒŒŽtrstŽŽ luŒ‘ Œ

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi

b. Anggota keluarganya biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain

c. Anggota keluarganya berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik

d. Mempunyai tujuan; (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Setyowati, 2008).

‰Š‰Š’Š “ungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antara anggota keluarga.


(24)

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interkasi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan temapat untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keluarganya keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Setyowati, 2008).

”•”•–• —u˜™š› œsœ ™ž™ Ÿ› œlu™ ˜™

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai berikut: a. Mengenal masalah kesehatan

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat (Setyowati, 2008).


(25)

¡¢£¢ ¤¥¦ §¨ §¥©ªtªs ¡¢£¢ «¢ ¬ªn­ªrt§ ¥®

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).

¡¢£¢ ¡¢ ¯t§ologi

Penyebab kaki diabetes dilatar belakangi oleh beberapa faktor: a) Gangguan peradaran darah pada kaki

Gangguan ini mengenai pembuluh darah besar (macro vaskuler) berupa pengendapan cholesterol, calcium, bahan-bahan jaringan sehingga terjadi pengerasan dan penyempitan dinding pembuluh darah. Aliran darah kurang lancar mengakibatkan pemberian makan dan oksigenasi berkurang. Jaringan di ujung menjadi rawan dan rapuh, di samping itu pembekuan darah menjadi mudah. Pada kaki diabetes terjadi pula gangguan pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) berupa kelainan selaput dinding pembuluh darah bagian dalam. Kedua hal tersebut menyebabkan mudahnya timbul penyumbatan


(26)

serta memudahkan kematian jaringan di daerah ujung jari. Kematian jaringan ini akan ditandai perubahan warna dari merah menjadi biru sampai hitam. Tanda khas jaringan mati ini (gangren) adalah berbau busuk.

b) Gangguan persyarafan kaki

Keterlibatan gangguan persyarafan kaki mengakibatkan bertambah mudahnya luka, karena gangguan ini mengenai syaraf penerima sensasi. Penderita kehilangan rasa sakit pada kaki. Segala gesekan dan ruda paksa menjadi tak terasa, luka tiba-tiba sudah menganga di depan mata tanpa disadari.

c) Ruda paksa (Trauma)

Seperti pada orang sehat, penderita diabetes pun mengalami ruda paksa pada kaki, sama banyaknya. Kesempatan luka lebih besar karena adanya kelainan peredaran darah dan persyarafan. Beberapa ruda paksa yang menyebabkan luka adalah:

1) Trauma mekanik : pemakaian sepatu yang sempit, kesandung batu, tertusuk paku, kepukul, luka waktu memotong kuku, sampai hanya gigitan serangga, dan sebagainya.

2) Trauma suhu : luka bakar, kena api, air panas, es, dan sebagainya.

3) Trauma kimia : pemakaian obat luar yang terlalu keras, plester pun dapat menyebabkan luka, dan sebagainya.


(27)

d) Infeksi

Adanya ganguan dalam pertahanan tubuh menyebabkan bertambah sulitnya penanganan kaki DM. Kalau hanya ganggren kering tanpa infeksi (jaringa mati saja) pada jari atau kaki, setelah amputasi, selesailah masalah. Tetepi setiap luka ataupun ganggren adalah pintu gerbang infeksi. Tanpa penanganan tepat, infeksi ini akan cepat meluas dan naik ke atas. Keadaan ini kadang-kadang sukar diobati karena daya tahan tubuh terhadap kuman berkurang. Flora kuman-kumanpun berbagai ragam dan sering tahan terhadap obat-obatan (Ranakusuma, 1987).

°±²±²± ³´µ¶· ¸s¸ologi

Terjadinya masalah kaki pada penderita DM diawali adanya hiperglikemia yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan ulkus diabetik (Waspadji, 2010).

°±²±¹± ºl´»¸ ·¸¼´»¸º´¼¸½¸´¾ ¿t¿s


(28)

wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji, 2006).

1. Klasifikasi Edmonds (2004 2005)  Stage 1 : Normalfoot

 Stage 2 :High Risk Foot

 Stage 3 :Ulcerated Foot

 Stage 4 :Infected Foot

 Stage 5 :Necrotic Foot

 Stage 6 :Unsalvable Foot

2. Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner

Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki 3. Klasifikasi Liverpool

Klasifikasi primer : - Vascular - Neuropati


(29)

- Neuroiskemik

Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi - Tukak dengan komplikasi

4. Klasifikasi PEDIS menurutInternational Consensus On The Diabetic Foot

(2003)

Impaired Perfusion 1 = None

2 = PAD + but not critical 3 = Critical limb ischemia Size / Extent in mm2

Tissue loss / Depth 1 = Superficial fullthickness, not deeper than dermis

2 = Deep ulcer, below dermis. Involving

subcutaneous structures, fascia, muscle or tendon

3 = All subsequent layers of the foot involved including bone and or joint

Infection 1 = No symptoms or signs of infection

2 = Infection of skin and subcutaneous tissue only 3 = Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous structure, no systemic sign of inflammatory response


(30)

4 = Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis, shift to the left metabolic instability, hypotension, azotemia

Impaired sensation 1 = Absent

2 = Present (Waspadji, 2006).

ÀÁÂÁÃÁ ÄÅÆÇÈosis Éaki Ä Åabetes

Diagnosis kaki diabetes meliputi: 1. Pemeriksaan Fisik:

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2. Pemeriksaan Penunjang:

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya (Waspadji, 2006).

ÀÁÂÁÊÁ ËÆÌogenesis Éaki ÄÅabetes

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf


(31)

menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006).


(32)

pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah. Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis (Tambunan, 2006).

Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya


(33)

kaki atau tungkai. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau

Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens, Clostridium Novy, danClostridium Septikum (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

ÍÎÏÎÐÎ ÑaktorÒÓsÓÔoÕ Ör×ØÙÓnÚØÛØÔÓÜ ÓØÝ ÖtÖs

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Ñaktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah: 1. Umur

Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses

aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal . proses aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi


(34)

penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

2. Lama Menderita Diabetes Mellitus 10 tahun.

Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neurophati perifer (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Þaktor -faktor risiko yang dapat diubah: 1. Neurophati (sensorik, motorik, perifer).

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikro sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi


(35)

menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian berkembang menjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

2. Obesitas

Pada obesitas dengan index massa tubuh 23 kg/m2 (wanita) dan IMT (index massa tubuh) 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 U/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

3. Hipertensi

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(36)

Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) 6,5 % akan menurunkan kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol

Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensity - lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah ( 45 mg/dl). Kadar trigliserida 150 mg/dl, kolesterol total 200 mg/dl dan HDL 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(37)

Pada penderita diabetes mellitus yang merokok 12 batang per hari mempunyai risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus

Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus kaki diabetes. Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 8. Kurangnya Aktivitas Fisik


(38)

terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas), selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha (Gastrocnemeus, Hamsring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.

Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari jari kaki. Latihan dilakukan sesering mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa dingin. (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

9. Pengobatan Tidak Teratur

Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Sampai pada saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk


(39)

bila dilihat dari penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt lain seperti jantung dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan penggunaan secara rutin (Waspadji, 2006).

Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap kaki Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang dapat dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Sensasi normal tanpa deformitas

2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi 3) Insensitivitas tanpa deformitas

4) Iskemia tanpa deformitas

5) Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas dan/atau iskemia (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

10. Perawatan Kaki Tidak Teratur

Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan


(40)

kaki, memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya dirawat oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki, jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau bantal panas (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan teliti, klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam Dressing (pembalut) yang masing masing dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut, teapi jangan lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka, debridement yang baik and adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh sehingga membantu


(41)

mengurangi produksi pus/ cairan dari ulkus / gangrene diabetik (Waspadji, 2006).

Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai epitealisasi. Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin.

11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat

Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena stanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada tungkai kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Pencegahan dalam faktor mekanik dengan memberikan alas kaki yang pas dan nyaman untuk penderita diabetes mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat harus memperhatikan hal hal berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir, memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai, sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit, sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki, sepatu baru harus dipakai


(42)

mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

ßàáàâà ãäråæ å çåèéåê ëìëå íätäs

Dalam sebuah buku Practical Guidelines on the Management and the Prevention of the Diabetic Foot yang dikeluarkan oleh International Working Group on the diabetic Foot/Consultative Section of IDF ditekankan adanya upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh para praktisi dibidang diabetes untuk turut ambil bagian dalam mengurangi tingginya angka amputasi kaki diabetik. Dengan melakukan beberapa usaha yang terbilang sangat mudah dan murah resiko amputasi kaki diabetik dapat diturunkan sampai 85 %.

Terdapat 5 pilar penting dalam perawatan kaki diabetik, antara lain: 1. Pemeriksaan kaki resiko tinggi secara teratur

Lakukan pemeriksaan kaki secara teratur, minimal 1 tahun sekali, atau setiap 2-3 bulan pada kaki dengan resiko tinggi. Riwayat ulkus, lama diabetes, pendidikan, kurangya akses ke fasilitas kesehatan merupakan faktor resiko yang harus diperhatikan. Neuropati, angiopati, kelaian pada kulit, deformitas, gangguan mobilisasi sendi dan penggunaan alas kaki yang tidak adekuat merupakan faktor resiko lain yang harus mendapat perhatian.


(43)

Tentukan adanya neuropati sensoris, deformitas pada kaki dan penonjolan tulang, penyakit pembuluh darah perifer, serta riwayat ulkus atau amputasi 3. Edukasi pada diabetisi, keluarga dan petugas kesehatan

Edukasi yang dilakukan secara teratur dan terstruktur pada pasien, keluarga dan petugas kesehatan/edukator dapat mencegah problem kaki diabetik. 4. Penggunaan alas kaki yang tepat

Gunakan alas kaki yang cocok dengan bentuk kaki, 1-2 cm lebih panjang dari ukuran kaki. gunakan selalu alas kaki baik didalam maupun diluar rumah. Kalau perlu buat sepatu yang dibuat khusus menyesuaikan dengan bentuk atau kelainan kaki yang ada.

5. Penanganan kelaianan kaki diabetik sebelum timbul ulkus

Seperti kelainan pertumbuhan kuku yang menebal atau ingrowing, penipisan kalus dan kulit yang kering. Gunakan ortosis untuk mengatasi kelainan bentuk kaki atau jari-jari (indodiabetes.com, 2009).

6. Ankle Brachial Index (ABI)

Ankle Brachial Index (ABI) atau Ankle Brachial Pressure Index (ABPI) adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial). Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple hand held vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter (manometer mercuri atau aneroid). Pemeriksaan ABPI sebaiknya dilakukan pada pasien yang


(44)

sehingga dapat menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer. Sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat. Direkomendasikan menggunakan probe dengan frekuensi 8 MHz untuk ukuran lingkar kaki normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau edema.

Prosedur Pengukuran ABPI:

1) Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung.

2) Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.

3) Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi.

4) Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.

5) Ulangi pada lengan yang lain.

6) Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias dengan sudut 45 derajat.

7) Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi.


(45)

9) Ulangi pada kaki yang lain.

10) Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki kanan dan kaki kiri) (Yusuf, 2009).


(46)

î ïîðð ð

ñò ó ïôGKïKOô õEö÷Uïø

ùúûKü ýþÿ þñÿ ü þ

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Pentingnya perawatan kaki diabetes secara benar dan maksimal akan dapat mengurangi resiko amputasi atau bahkan kematian. Maka dari itu perlu pengetahuan yang cukup dari keluarga dalam perawatan kaki diabetes ini, sehingga penurunan angka kejadian amputasi dan kematian akibat ulkus diabetikum dapat dicapai. Pengetahuan ini akan digambarkan dalam kriteria baik, cukup, dan kurang.

Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes

- baik - cukup - kurang


(47)

3.2 O

Tabal Defenisi Operasional Penelitian No. Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1. Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes Informasi tentang perawatan kaki penderita DM tipe II yang harus diketahui anggota keluarga penderita DM Kuesioner dengan 6 pertanyaan, berupa pilihan berganda dengan soal nomor 1 mempunyai nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 5 dan pada soal nomor 2-6 jawaban benar mempunyai nilai 1 dan jawaban salah mempunyai nilai 0

Ordinal Baik 6,7-10, Cukup 3,4-6,6 Kurang 0-3,3.


(48)

DLI NLIIAN

D !"# $ $ %# &#" $

' () *+n y*n, -+,./ *0*n-*l*m1 (/ (l+t+ *n+/ + *-*l*2 -() 0 3+pt+4 y*n,

5(rt.6. *n unt.0 m(,,*n m5*r0 *n p(n,(t*2.*n0 (l. *r,* t(*tnn, 1 (r*w*t*n 0 *0 +-+ *5(t(s-+Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 789: %" !#; " $ S" <9 %

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga penderita DM dengan kaki diabetes yang dirawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Jumlah populasi yang didapat selama waktu penelitian adalah 37 orang yang merupakan keluarga dari 16 orang pasien DM.

4.2.2 Sampel

Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakantotal sampling(Nursalam, 2003)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(49)

Dan karena keterbatasan waktu maka untuk mendapatkan jumlah populasi dan sampel yang cukup maka kriteria sampel ini berubah menjadi: Salah satu atau lebih dari anggota keluarga yang mendampingi di rumah sakit dari penderita diabetes dan dapat berbahasa Indonesia dan berkomunikasi.

b) Bersedia menjadi responden penelitian. 4.3=ok>? @ d>n W> A BCDEF EG @ B@>F

Penelitian ini mengambil lokasi di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan direncanakan dilaksanakan bulan Juli sampai September 2012. Dikarenakan adanya kendala dari segi peneliti sehingga penelitian ini di tunda sementara dan dilanjutkan kembali pada tahun 2014. Dan karena keterbatasan waktu maka lama waktu penelitian ini berubah dari rencana, yang mana direncanakan lama waktu penelitian selama 3 bulan menjadi 8 hari, yaitu terhitung 27 Januari sampai 3 Februari 2014.

HIHDE J B@ KL>FM>FN B@ A

Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbanga etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian


(50)

dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.OIP Q RST UVPWVPVXY RY ZP

Instruman yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pertama data karakteristik responden mencakup data mengenai hubungan dengan pasien, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Kedua, kuesioner tentang perawatan kaki diabetes yang terdiri dari 6 pernyataan (1-6), pada soal nomor 1 mempunyai nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 5, dan pada soal nomor 2-6 jawaban benar mempunyai nilai 1 dan jawaban salah mempunyai nilai nol. Nilai keseluruhan terendah adalah 0 dan nilai tertinggi 10.

Rentang P=

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 10 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 3,3. Dengan P= 3,3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan keluarga


(51)

4.6[\]^ _^ ` \a_ \b Rc ]^\d^]^ `\aeba`fg hc b

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini uji validitas yang direncanakan adalah validitas isi, dimana instrumen penelitian dibuat berdasarkan pada tinjauan pustaka, dan dikonsultasikan pada dosen ahli keperawatan medikal bedah di Fakultas Keperawatan USU.

Kuesioner peneliti ini disusun oleh peneliti oleh karena itu penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang (Arikunto, 2006). Apabila penelitian memiliki instrumen dengan jumlah butir pertanyaan genap, maka untuk pengujian reliabilitasnya menggunakan rumus K-R 21 (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0,70 (Polit & Hugler, 1995).

Oleh karena keterbatasan waktu penelitian maka uji validitas dan reliabilitas tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan dan hanya dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

ijklc bmghn g]\b D\`\


(52)

diperoleh kepada bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, 3) setelah mendapat izin dari bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, 4) menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, 5) calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, 6) menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, 7) responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami, 8) setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga, 9) pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan keperluan.

4.oAp qrs t qu qvq

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah melalui tahap mengecek kelengkapan data (editing), untuk memeriksa apakah pernyataan dalam kuesioner sudah di isi sesuai dengan petunjuk, kemudian memberi kode (coding) untuk memudahkan melakukan


(53)

secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti mulai 27 Januari sampai 03 Februari 2014 yang berjudul gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di rumah sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data karakteristik responden, data instrumen dan data khusus.

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin

Perempuan 27 73.0

Laki-Laki 10 27.0

Suku

Batak 13 35.2

Jawa 11 29.7

Karo 9 24.3

Melayu 2 5.4

Lainnya 2 5.4

Agama

Islam 19 51.4

Kristen Protestan 11 29.7

Kristen Katolik 7 18.9

Pendidikan Terakhir

SMP 2 5.4

SMA 21 56.8

D3 4 10.8


(55)

Lanjutan Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 14 37.9

PNS 9 24.3

Pensiunan 6 16.2

Wiraswasta 4 10.8

Belum bekerja 4 10.8

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden dari 37 responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, yaitu 27 orang (73,0%), suku terbanyak batak, yaitu 13 orang (35,2%), beragama islam, yaitu sebanyak 19 orang (51,4%), pendidikan terakhir SMA, yaitu 21 orang (56,8%), dan pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga, yaitu 14 orang (37,9%).

5.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.1.2.aDistribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Gambaran Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 6 16.2

Cukup 14 37.8

Kurang 17 46.0

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes lebih banyak pada rentang tingkat pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 17 orang (46,0%).


(56)

Tabel 5.1.2.bDistribusi frekuensi dan presentase gambaran pengetahuan keluarga berdasarkan pertanyaan tahu dan tidak tahu tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk .II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Gambaran Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Tidak Tahu 25 67.6

Tahu 12 32.4

Nilai 5 3 8.1

Nilai <5 9 24.3

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 responden (67,6%) menjawab tidak tahu tentang perawatan kaki diabetes, dan 12 reponden (32,4%) menjawab tahu, namun yang benar-benar tahu yaitu dengan nilai 5 hanyalah 3 responden (8,1%).

Dilakukan wxxyz y{| w} w| w} ~y untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan responden tentang perawatan kaki menurut perbedaan latar belakang pendidikannya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1.2.c Distribusi dan frekuensi gambaran pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Pendidikan Terakhir

Baik Cukup Kurang p-value

f % f % f %

SMP 0 0.0 1 2.7 1 2.7 0.708

SMA 3 8.2 8 21.6 10 27.0

D3 2 5.4 1 2.7 1 2.7

S1 1 2.7 2 5.4 4 10.8

S2 0 0.0 2 5.4 1 2.7

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 37 reponden terdapat 2 responden berpendidikan SMP dengan 1 responden berpengetahuan cukup (2,7%) dan 1 responden berpengetahuan kurang (27%). Pendidikan terakhir SMA


(57)

sebanyak 21 responden dengan 3 responden berpengetahuan baik (8,2%), 8 responden berpengetahuan cukup (21,6%), dan 10 responden berpengetahuan kurang (27,0%). Pendidikan terakhir D3 sebanyak 4 responden dengan rincian 2 responden berpengetahuan baik (5,4%), 1 responden berpengetahuan cukup (2,7%), dan 1 responden berpengetahuan kurang (2,7%). Pendidikan terakhir S1 sebanyak 7 responden dengan rincian 1 responden berpengetahuan baik (2,7%), 2 responden berpengetahuan cukup (5,4%), dan 4 responden berpengetahuan kurang (10,8%). Pendidikan terakhir S2 sebanyak 3 responden dengan 2 responden berpengetahuan cukup (5,4%) dan 1 responden berpengetahuan kurang (2,7%).

Dari hasil uji chi square didapat nilai signifikansi sebesar 0,708. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ternyata tidak mempengaruhi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga penderita diabetes di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

5.2 Pembahasan

Menurut Friedman dalam Setyowati (2008), bahwa salah satu tugas kesehatan keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat dan memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Dari hasil penelitian di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan terhadap pengetahuan anggota keluarga penderita diabetes mengenai perawatan kaki diabetes dengan jumlah sampel 37 orang diperoleh pengetahuan kurang sebesar 46,0%.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005). Dengan


(58)

demikian maka apabila pengetahuan seseorang kurang maka akan mengakibatkan terbentuknya tindakan yang kurang atau tindakan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian pula apabila pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes kurang pada anggota keluarga penderita diabetes maka akan mengakibatkan keluarga tidak mampu membantu anggota keluarganya melakukan perawatan kaki diabetes yang dengan yang semestinya atau bahkan tidak melakukan tindakan perawatan kaki diabetes. Hasil penelitian di Spanyol yang dilakukan oleh Calle dkk (2001), menemukan bahwa kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki diabetes mempunyai 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan perawatan kaki diabetes secara teratur. Hal ini juga sejalan dengan teori, perawatan kaki diabetes yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki (PERKENI, 2006).

Dari pertanyaan tentang tahu atau tidak tahu tentang perawatan kaki diabetes didapatkan bahwa hanya 3 responden (8,1%) yang benar-benar mengetahui tentang perawatan kaki penderita diabetes. Padahal untuk dapat melakukan perawatan kaki dengan baik, penderita DM memerlukan dukungan dari anggota keluarganya. Jika anggota keluarga tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut maka tidak memberikan dukungan yang optimal. Untuk itu diperlukan adanya pemberian pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga penderita diabetes.


(59)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan pekerjaan seseorang terkait suatu hal. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu yang berupa interaksi dengan lingkungannya. Dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Erfandi (2009) juga mengatakan pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian kemampuan didalam dan diluar sekolah yang berlaku seumur hidup. Pendidikan juga mempengaruhi proses belajar dimana makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun demikian hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori-teori tersebut yaitu dari hasil uji chi square tingkat pendidikan terakhir terhadap tingkat pengetahuan didapat nilai signifikansi sebesar 0,708. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ternyata tidak mempengaruhi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga penderita diabetes di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan kurangnya sumber informasi. Hal ini dibuktikan salah satu responden pada saat pengumpulan data yang mengatakan bahwasanya tidak pernah mendengar tentang bagaimana perawatan kaki diabetes.


(60)

‚ ƒ„

…†‡„ˆ ‰Š‹‚Œ‚ Œ‡‚ Ž‚Œ

‘ …’“ ”•– — ˜ ™š

›œ žŸ  ¡¢ ¡Ÿ ž£ žœ¢ ž¢ ž ¤¡¢ ¥¢ ¦ ¥§§œ¢ ¨œ©ªœ «œ ¤¨œ¬œ¢  ¡¢ «¡£ œ ©¥œ¢ § ¡Ÿ¥œ¬«œ £ ¡¢£œ¢ «  ¡¬œªœ £œ¢ §œ§ ž ­žœ¨ ¡£ ¡ ­ž ¬ ¥ ¤œ ©  œ§ ž£ ®§ ¯ °° ± ¥£¬ ž ›ž¦œ¥ ² ¡ ­œ ¤ °³´´ µ¡­œ¢ £ ¡¬ ¨œ¢ ¶œ § ¤œž© § ¥¬œ¢ «· ¶œ ž£¥ ¡¨ ¡ œ¬ ¸¹· º»·  ž œ ¢ ¶œ ¼½·¾ »¨ ¡¬  ¡¢ « ¡£ œ ©¥œ¢¿ ¥§ ¥ ­œ¢À¹· Á»¨ ¡¬  ¡¢ « ¡£œ ©¥œ¢¨œ ž§ ¯

›œ žŸ  ¡¢ ¡Ÿ ž£žœ¢ ­œ¬ž  ¡¬£œ¢¶œ œ¢ £ œ ©¥ œ£ œ¥ £ž­œ§ £œ ©¥ £ ¡¢£œ¢«  ¡¬œ ªœ£ œ¢ §œ§ ž ­žœ¨ ¡£ ¡ ¤¡¢ ¥¢ ¦¥§§œ¢ ¨œ©ª œ ¡¨œ¢¶œ§ ¹½· ¹% ¤¡¢ ¦œª œ¨ £ ž ­œ§ £œ ©¥ ­œ¢ ¼ Á· ¸» ¤ ¡¢ ¦œªœ¨ £œ ©¥¯ œ ¤¥¢ ­¡¤ ž§ žœ¢ ­œ¬ ž ¼ Á· ¸% ¶œ¢« ¤¡¢ ¦œ ªœ¨£œ ©¥£ ¡¬ ¡¨ ¥£¡£ ¡Ÿœ ©¤ ¡¢ ¦œ ªœ¨ ¡¬£œ¢¶œœ¢¡Ÿœ¢ ¦¥£ ¢¶œ£ ¡¢£ œ¢«œ  œ œ ¦œ žŸœ¬ ¡¬œ ªœ£ œ¢§œ§ ž­žœ¨ ¡£¡­ž ­œ œ£ §œ¢©œ¢ ¶œ Ÿœ ©¾· À»­œ¬ ž£ 㠜Ÿ œ¤  ¡Ÿ ¶œ ¢ « ¤ ¡¢ ¦œ ªœ¨ ­¡¢ «œ¢ ¨ ¡¢œ¬ ¡¤  ¥¬¢œ¯ Ä ¡¢ «œ¢ ­¡¤ ž§ žœ¢ ­ž ž¤  ¥Ÿ§œ¢ ¨œ©ªœ ¶œ¢ « ¨ ¡¢œ ¬Å¨ ¡¢ œ¬ ¤¡¢ «¡£œ ©¥ž £¡¢£œ¢ «  ¡¬œ ª œ£ œ¢ §œ§ ž ­žœ¨¡£ ¡ ©œ¢ ¶œ Ÿœ ©¾· À»¯

›œ žŸ  ¡¢ ¡Ÿ ž£ žœ¢ ž¢ ž ¦¥«œ ¤¡¢ ¥¢ ¦ ¥§§œ¢ ¨œ©ªœ £ ž¢«§œ£  ¡¢ ­ž­ž§œ¢ £ ¡¬¢¶œ £ œ £ ž ­œ§ ¤ ¡¤¨ ¡¬ž §œ¢  ¡¢«œ¬¥©  œ ­œ  ¡¢ «¡£œ ©¥œ¢ § ¡Ÿ ¥œ¬ «œ £¡¢£ œ ¢«  ¡¬œ ªœ£ œ¢ § œ§ ž ­žœ¨ ¡£¡  œ ­œ œ¢ ««Ã£œ §¡Ÿ¥œ¬ «œ   ¡¢ ­¡¬ž£œ ­ž œ¨ ¡£ ¡ ­ž ¬¥¤ œ © œ§ ž£®§ ¯ °°±¥£ ¬ž›ž ¦œ ¥²¡­œ ¤°³´´µ¡­œ¢ ¯


(61)

ÎÏ ÐÑÒ ÓÔ ÕÖ×ÑØ ÙØÚÑ ÛÜØ ÙÜÝ ÑÔÖÑ Ø Õ ÜÞÖ Ñ×ÙÑ ÝÜØÝ Ñ Ø Ù ÛÜ×Ñ ß ÑÝ Ñ Ø Õ ÑÕ Ó à ÓÑá ÜÝ ÜÒ Ò ÜÔ Ó ØÙÙÑ ÛÜ× ÞÖ à Ó ÞÑÕÖÕÑØ ÛÜØ ÚÖ ÞÖÔÑ Øâ ÛÜãá Ü×ÓÑ Ø ÛÜØÙÜÝÑÔÖÑ Ø Õ ÜÛÑàÑ Õ ÜÞÖÑ×ÙÑ ÛÜØàÜ×ÓÝÑ à ÓÑáÜÝ ÜÒ Ò ÜäÑ ×Ñ á Ü×ÕÜÒÓ ØÑãá Ö ØÙÑ Ø ÕÔÖ ÒÖ Ò ØÚÑ ÛÑàÑ Õ ÜÞÖÑ×ÙÑ ÛÜØàÜ×ÓÝÑ à ÓÑáÜÝ ÜÒ à Ó ×Ö ãÑÔ ÒÑÕ ÓÝ åÕÏææ çÖÝ ×Ó è ÓéÑÖ ê ÜÒà Ñ ã æâëë ÐÜàÑ Ø Ò ÜÔ ÓØ ÙÙÑ à ÓÔÑ×Ñ ÛÕÑØ àÑÛÑÝ ãÜØ ä ÜÙÑÔ ÑÝÑÖ ã ÜØ ÙÖ× Ñ Ø ÙÓ Ý Ü× éÑà Ó Ø ÚÑÕ ìã ÛÞÓÕÑÒ ÓÕ× ìØÓÕÛÑàÑÕÑÕ ÓÛÜØàÜ×ÓÝÑà ÓÑá ÜÝÜÒÏ

íÏ ç Ü×ÞÖ à Ó ÞÑÕÖÕÑ Ø ÛÜØÜÞ ÓÝÓÑ Ø Ý ÜØÝÑ ØÙ ÛÜØ ÙÑ×ÖÔ ÛÜØÙÜÝÑÔÖÑ Ø ÕÜÞÖÑ× ÙÑ Ý ÜØÝ Ñ ØÙ ÛÜ× Ñ ßÑÝÑ Ø ÕÑÕ Ó à ÓÑá ÜÝÜÒ ÝÜ×ÔÑà Ñ Û Õ ÜéÑ à ÓÑ Ø Õ ìãÛÞ ÓÕÑ Ò Ó Õ× ìØÓÕ ÛÑàÑ ÕÑÕ Ó Ñ ÙÑ× à Ó àÑ ÛÑÝ ÛÜ× ÒÜØÝ Ñ ÒÜ ÚÑØ Ù ãÜØ ÙÑÞÑ ã Ó Õ ìã ÛÞÓÕÑ ÒÓ Õ×ìØÓÕ ÛÑàÑ ÕÑÕ Ó ÑÕ ÓáÑÝ ÕÖ× ÑØ ÙØÚÑ Û ÜØ ÙÜÝÑÔÖ Ñ Ø Õ ÜÞÖÑ ×ÙÑ Ý ÜØÝÑ Ø Ù ÛÜ×Ñ ßÑÝ ÑØ ÕÑÕ Óà ÓÑá ÜÝÜÒÏ

îÏ ïØÝ ÖÕÛÜØÜÞ ÓÝÓÑ Ø Ò ÜÞÑ ØéÖÝØ ÚÑ ÛÜ× ÞÖà Ó ÞÑÕÖÕ Ñ Ø Ö éÓð ÑÞ Óà ÓÝÑ ÒàÑØ × ÜÞÓÑá Ó ÞÓÝÑ Ò ÓØÒÝ ×Ö ã ÜØÏ


(62)

ñ ò óô òõö÷øôòù ò

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Calle, Pascual, Duran A, et al. (2001). Reduction in Foot Ulcer Incidence, Diabetes Care. Spain:

Darmono. (2007). Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Erman, F. (1998). Profil Diabetes Rawat Inap di SMF Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan. Medan: Kongres Persadia.

Erfandi. (2009). Defenisi Pengetahuan Serta Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.http://duniabaca.com/. Diunduh tanggal 05 Februari 2014. Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

FKUI.

Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Gangren, Jakarta: Penerbit Popular Obor.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

Polit & Hungler.(1995). Nursing Research Principle and Methode. Philadelphia: Lippincott.

Ranakusuma. (1987). Diabetes Mellitus Tenang Menghanyutkan. Jakarta: UI Press.


(63)

Setyowati, S. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Soebardi. (2006).Terapi Farmakologis Diabetes Mellitus.Jakarta: FK UI. Tambunan, M. (2006).Perawatan Kaki Diabetes, Jakarta: FK UI.

Waspadji, S. (2010).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit FK UI. Waspadji, S. (2006). Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya,

Diagnosis dan Strategi pengelolaan. Jakarta: Penerbit FK UI.

Yusuf, S. (2009). Konsep Lembab Dalam Perawatan Luka.

http://www.etncentre.co.id/. Diunduh tanggal 13 Februari 2014.

________. (2009). 5 Pilar Penanganan Kaki Diabetes. http://indodiabetes.com/. Diunduh tanggal 22 Januari 2014.


(64)

(65)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

2013

ûü ýþÿ üGunawan

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi saudara dalam memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai dengan pendapat saudara tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan hanya di pergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembagan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah di sediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara. Terima kasih atas partisipasi saudara untuk penelitian ini.


(66)

! " #$ " # %& ' & " #!( " #) &

" #* + " # " #

, " # " # &

" # $ " #

"

#)-$ &&- " #' " #' *$ " #' *, " #. " #' / " #' 0

$ &1 " #) &1 " #$ '

" #2 ( " #$


(67)

-Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

2013

Cara Pengisien Kuesioner

3 45 46576 875 76 8 79 : ;7<7 =7> ?7>@ =A>7B CA>@7> D AD= AB 4E7> 97> C7 F6AE 548 9 G ) pada kolom yang anda pilih.

II. Perawatan Kaki Diabetes

1. Tahukah anda tentang 5 pilar penting dalam perawatan kaki diabetes? Tidak tahu

Tahu

Jika tahu, maka mana sajakah yang termasuk 5 pilar tersebut? Pemeriksaan kaki resiko tinggi secara teratur

Pemeriksaan gejala kelumpuhan kaki

Identifikasi kaki diabertes dengan resiko tinggi

Edukasi pada diabetisi, keluarga dan petugas kesehatan Pemijatan kaki bagian bawah secara teratur

Penggunaan alas kaki yang tepat


(68)

H IJKLM NOPINQ NRS TUVW PWXP OXY OZ O[OI\OI][^ I O R_^ I] OIQ ^Q [^RW LOIJOI _O M W POI]`x) pada jawaban yang anda pilih.

2. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam penanganan kaki diabetes yaitu:

a. Pemeriksaan kaki resiko tinggi secara teratur b. Pemeriksaan gejala kelumpuhan kaki

c. Pemijatan kaki bagian bawah secara teratur

3. Yang harus diidentifikasi pada kaki anggota keluarga yang menderita diabetes dengan resiko tinggi, yaitu:

a. Adanya mati rasa, perubahan bentuk pada kaki, riwayat ulkus dan amputasi

b. Perubahan bentuk pada kaki, pertumbuhan bulu yang lebat pada kaki, adanya riwayat ulkus dan amputasi

c. Adanya mati rasa, pertumbuhan bulu yang lebat pada kaki, perubahan bentuk pada kaki

4. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar?

a. Edukasi atau pemberian pengetahuan pada penderita diabetes, keluarga dan petugas kesehatan dapat menambah problem kaki diabetes

b. Edukasi atau pemberian pengetahuan pada penderita diabetes, keluarga dan petugas kesehatan dapat mencegah problem kaki diabetes

c. Edukasi atau pemberian pengetahuan pada penderita diabetes, keluarga dan petugas kesehatan akan menambah pekerjaan petugas kesehatan


(69)

ab cdefge ghijk le kmgm ne koeklpefijkle kmgmne kge gh

qb cdefge ghijk le kmgm ne kr stqudj ahvpe kwe klien hmgmnekge gh

xb ye le hu eke ge v fj venmf koe mkz mg u j kek le kh gmd hz ge gh oe kl gj nhkl pei e pj kij nhzei he ajz jf{

e b |jnj kieuge ghijkle kehnpe kefie kle neu ab |jnj kieuge ghijkle kehnjf


(70)

~ €‚ƒ„wayat Hidup

…†‡ † ˆ‰Š‹Œ Š †Ž‘‹Œ † ’ †Œ “”‡•†–“†Œ ŠŠ†—†˜™ š: ›‹šœ†™ŒŠŠ†žŸ ‹ ™¡¢£¢  ”Œ™ ¤¥ ” †‡™Œ : —†¦™§ †¦™

‰Š †‡ † : ¨¤ †‡

‰ †‡†– :  ©›‹–š™ª™« †‹…¬©žŸ‰¤ š†‡ †­¬¦¥¬œ”¦®”Ž†Œ

¯™’† †–› ”Œ Ž™Ž™¦†Œ

¡© ¡¢¢°§ž±±¡®¨®‹˜†‡‡ †Ž™†˜¥†š†Œ Š– ”ŒŠ†˜¨ ž© ž±±¡§ž±±²³—“›…”Š”š™ž¥ ”‡†Œ Š¦¬Œ

Ÿ© ž±±²§ž±±´³ ®¥µ› “›‹šœ†™ŒŠŠ †ž

²© ž±±£§ž±¡¡‰¦†Ž”‡™¥”•”š†’ †–†Œ¥”¤Ž †‡¨¶­ ­®”Ž†Œ °© ž±¡¡§¤ ”¦†š†Œ Š†¦‹ –†¤¥”•”š†’†–†Œ· ³ ·


(71)

¸ ¹º » ¼¹½ ¹ ¼» º¹º ¾º º

Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin Suku Agama

Pendidikan

terakhir Pekerjaan katskor

N Valid 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0

Std. Deviation .450 1.301 .886 1.107 1.710 .740

Variance .203 1.692 .785 1.225 2.925 .548

Minimum 1 1 1 2 1 1

Maximum 2 5 3 6 6 3

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 27 73.0 73.0 73.0

Laki-laki 10 27.0 27.0 100.0

Total 37 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 11 29.7 29.7 29.7

Batak 13 35.1 35.1 64.9

Melayu 2 5.4 5.4 70.3

Karo 9 24.3 24.3 94.6


(72)

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 19 51.4 51.4 51.4

Kristen Katolik 7 18.9 18.9 70.3

Kristen Protestan 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 2 5.4 5.4 5.4

SMA 21 56.8 56.8 62.2

D3 4 10.8 10.8 73.0

S1 7 18.9 18.9 91.9

S2 3 8.1 8.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Belum bekerja 4 10.8 10.8 10.8

PNS 9 24.3 24.3 35.1

Wiraswasta 4 10.8 10.8 45.9

Pensiunan 6 16.2 16.2 62.2

Ibu rumah tangga 14 37.8 37.8 100.0


(73)

katskor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 17 45.9 45.9 45.9

cukup 14 37.8 37.8 83.8

baik 6 16.2 16.2 100.0

Total 37 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak tahu 25 67.6 67.6 67.6

tahu 3 4 10.8 10.8 78.4

tahu 4 5 13.5 13.5 91.9

tahu 5 3 8.1 8.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pendidikan terakhir * katskor Crosstab

Count

katskor

Total

kurang cukup baik

Pendidikan terakhir SMP 1 1 0 2

SMA 10 8 3 21

D3 1 1 2 4

S1 4 2 1 7

S2 1 2 0 3


(74)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.458a 8 .708

Likelihood Ratio 5.239 8 .732

Linear-by-Linear Association .008 1 .930

N of Valid Cases 37

a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.


(75)

Responden Jenis kelamin Suku Agama Pendidikan Pekerjaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 Skor total Katskor

1 1 1 1 3 5 0 1 1 1 1 0 4 2

2 2 1 1 3 2 0 1 1 1 1 1 5 2

3 1 2 3 2 5 0 0 1 1 0 0 2 1

4 1 2 3 5 5 5 1 1 1 0 0 8 3

5 1 2 1 3 5 0 1 1 1 1 0 4 2

6 1 1 1 3 5 5 1 1 1 0 1 9 3

7 1 2 2 3 3 0 0 1 1 0 1 3 1

8 1 1 1 3 5 0 1 1 1 0 0 3 1

9 1 5 1 5 2 0 1 1 1 0 0 3 1

10 1 5 1 4 1 0 0 1 1 1 0 3 1

11 1 2 1 3 4 0 1 0 0 1 0 2 1

12 2 2 2 3 2 3 0 0 0 1 0 4 2

13 1 4 2 3 1 0 0 1 0 0 0 1 1

14 2 4 2 5 2 0 1 0 0 0 0 1 1

15 1 2 3 4 3 5 1 0 0 1 0 7 3

16 1 4 3 6 2 4 1 1 0 0 0 6 2

17 2 4 3 5 2 0 0 0 0 0 0 0 1

18 1 1 1 6 5 0 1 1 0 0 0 2 1

19 1 3 1 3 4 4 0 1 1 0 1 7 3

20 1 4 3 3 5 0 0 1 1 0 0 2 1


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 17 45.9 45.9 45.9

cukup 14 37.8 37.8 83.8

baik 6 16.2 16.2 100.0

Total 37 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak tahu 25 67.6 67.6 67.6

tahu 3 4 10.8 10.8 78.4

tahu 4 5 13.5 13.5 91.9

tahu 5 3 8.1 8.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pendidikan terakhir * katskor

Crosstab

Count

katskor

Total

kurang cukup baik

Pendidikan terakhir SMP 1 1 0 2

SMA 10 8 3 21

D3 1 1 2 4


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.458a 8 .708

Likelihood Ratio 5.239 8 .732

Linear-by-Linear Association .008 1 .930

N of Valid Cases 37

a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.


(3)

1 1 1 1 3 5 0 1 1 1 1 0 4 2

2 2 1 1 3 2 0 1 1 1 1 1 5 2

3 1 2 3 2 5 0 0 1 1 0 0 2 1

4 1 2 3 5 5 5 1 1 1 0 0 8 3

5 1 2 1 3 5 0 1 1 1 1 0 4 2

6 1 1 1 3 5 5 1 1 1 0 1 9 3

7 1 2 2 3 3 0 0 1 1 0 1 3 1

8 1 1 1 3 5 0 1 1 1 0 0 3 1

9 1 5 1 5 2 0 1 1 1 0 0 3 1

10 1 5 1 4 1 0 0 1 1 1 0 3 1

11 1 2 1 3 4 0 1 0 0 1 0 2 1

12 2 2 2 3 2 3 0 0 0 1 0 4 2

13 1 4 2 3 1 0 0 1 0 0 0 1 1

14 2 4 2 5 2 0 1 0 0 0 0 1 1

15 1 2 3 4 3 5 1 0 0 1 0 7 3

16 1 4 3 6 2 4 1 1 0 0 0 6 2

17 2 4 3 5 2 0 0 0 0 0 0 0 1

18 1 1 1 6 5 0 1 1 0 0 0 2 1


(4)

26 2 1 1 3 2 3 1 0 1 0 1 6 2

27 1 3 1 2 5 0 1 1 1 1 0 4 2

28 1 2 3 5 4 0 0 0 1 0 1 2 1

29 2 4 3 5 2 3 1 1 1 0 0 6 2

30 1 4 2 3 3 4 1 1 1 1 1 9 3

31 1 4 2 4 4 0 0 1 1 1 1 4 2

32 1 2 1 3 5 0 1 1 1 1 0 4 2

33 1 2 1 4 5 4 1 1 1 0 0 7 3

34 1 2 3 3 5 3 1 1 1 0 0 6 2

35 2 1 1 3 3 0 0 1 1 0 1 3 1

36 1 1 1 3 5 0 0 1 1 0 1 3 1

37 1 1 1 3 5 0 0 1 1 0 0 2 1

Ket:

Jenis kelamin : 1=Perempuan Agama :1=Islam Pendidikan:1=SD Pekerjaan:1=Belum bekerja Katskor:1=Kurang

2=Laki-laki 2=Kristen katolik 2=SMP 2=PNS 2=Cukup

Suku : 1=Jawa 3=Kristen protestan 3=SMA 3=Wiraswasta 3=Baik

2=Batak 4=Hindu 4=D3 4=Pensiunan

3=Melayu 5=Budha 5=S1 5=IRT

4=Karo 6=S2


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Melalui Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

11 103 130

Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

0 39 78

Pengaruh Ergonomi Organisasi terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

7 64 179

Pengaruh Quality of Work Life terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

7 55 167

Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Rawat Inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

3 74 164

Analisis Implementasi Pemenuhan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Berbasis Kepmenkes RI No.1087/Menkes/SK/VIII/2010 di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I BB Medan

36 299 178

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Melalui Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran - Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Melalui Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Melalui Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

0 0 9

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Melalui Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

0 0 10