PERAN GALATAMA DALAM SEPAK BOLA INDONESIA

BAB IV PERAN GALATAMA DALAM SEPAK BOLA INDONESIA

A. Peran Galatama Dalam Pembinaan Sepak Bola

Pola pembinaan sepak bola nasional mengenal adanya sistem utama dan ekstra dalam sepak bola. Sistem utama dibagi menjadi tiga sub sistem yaitu wadah utama, pengelola sepak bola, sarana utama. Ketiganya saling berhubungan erat dan tidak terpisahkan satu sama lain. Klub Galatama dan Perserikatan dalam tingkat sejajar berada dalam sub sistem wadah utama. Pengurus, pelatih , wasit, pemain, pers, penonton berada dalam satu sub sistem pengelola sepak bola. Sub sistem sarana utama diisi oleh pendidikan dan pelatihan, pertandingan, peraturan, lapangan dan peralatan. Semuanya menyatu dalam satu sistem utama yang bersama-sama bekerja dengan sistem ekstra. Sistem ekstra dibagi atas dua sub sistem, subjek dan aktivitas. Terdapat instansi-instansi pemerintah, kelompok masyarakat, perusahaan-perusahaan, dan lembaga penelitian olahraga dalam sub sistem subjek. Segala kegiatan pendukung semacam sepak bola pelajar, Galakarya

dan Galanita berada dalam sub sistem aktivitas 103 . Galatama dalam posisi tersebut tidak hanya sekedar sekumpulan klub yang

menggelar kompetisi reguler untuk meraih prestasi lewat gelar juara, namun juga memikul kewajiban yang lebih utama sebagai bagian dari pembinaan sepak bola nasional. Pembinaan sepak bola merupakan upaya jangka panjang yang hasilnya tidak bisa dirasakan secara instan. Sebagai salah satu unsur pokok dalam sub

103 PSSI, 1982, Konsep Pola Pembinaan Sepak Bola Nasional, Jakarta: PSSI, halaman 12

xcvii xcvii

dini 104 .

1. Pembinaan Melalui Kompetisi Reguler

Sejak kehadirannya dalam persepakbolaan Indonesia, Galatama membawa beberapa contoh pembinaan yang baru. Klub memiliki jadwal rutin dan pola latihan yang disesuaikan dengan sistem kompetisi yang digelar oleh Galatama. Kompetisi dengan sistem home away mengharuskan setiap klub untuk saling bertemu dan membuat jumlah pertandingan yang banyak. Untuk itu perlu kesiapan dari setiap klub menjelang sebuah laga digelar agar mendapatkan hasil maksimal. Jadwal latihan yang rutin akan membuat tim lebih siap dalam pertandingan.

Ada dua kompetisi dalam Galatama, kompetisi liga dan piala liga. Kompetisi liga adalah suatu bentuk kompetisi reguler yang diadakan oleh Galatama diikuti oleh anggotanya. Kompetisi liga menggunakan sistem klasemen dan home away, dengan sistem poin yang diperoleh dari tiap pertandingan. Klub yang memiliki poin tertinggi di akhir klasemen berhak menyandang gelar juara kompetisi. Piala liga memiliki kesamaan dengan kompetisi liga, bedanya tidak menggunakan sistem turnamen round robin, atau biasa dikenal dengan sistem

104 Ibid , hal 15 104 Ibid , hal 15

Pembinaan semacam ini membawa efek positif di tim nasional. Pemain akan memiliki pengalaman tanding yang cukup sebagai bekal untuk memperkuat tim nasional. Kebugaran dan kondisi fisik pemain lebih terjaga karena pola latihan rutin. Atas dasar inilah pembinaan dalam Galatama dirasakan lebih efektif dibandingkan dengan Perserikatan, sehingga tidak heran jika banyak pemain Galatama yang memperkuat tim nasional. Sejak Galatama bergulir, pemain- pemainnya selalu mejadi prioritas bagi PSSI, karena tidak ada pilihan lain yang memiliki pola latihan teratur dan sistem kompetisi yang panjang. PSSI membutuhkan pemain yang siap secara mental maupun fisik untuk bertanding kapanpun dan dalam agenda turnamen manapun.

Selain mendukung faktor fisik dan pengalaman, sistem kompetisi Galatama juga mirip dengan sistem kejuaraan tingkat internasional yang dikuti oleh PSSI. Kejuaraan semacam Merdeka Games, Annie Cup, SEA Games, Pra Olimpiade, King’s Cup mempunyai sistem kompetisi yang sama atau kombinasi keduanya. Nilai positifnya adalah para pemain Galatama yang memperkuat PSSI di ajang internasional sudah terbiasa dengan pola kompetisi yang hampir sama.

2. Pembinaan dan Pembibitan Pemain Usia Dini

Pembinaan secara terpadu tidak terlepas dari pembinaan usia dini. Ketentuan dalam Galatama mewajibkan setiap klub memiliki tim yunior, sebagai usaha regenerasi internal pemain. Jayakarta merupakan salah satu klub dengan Pembinaan secara terpadu tidak terlepas dari pembinaan usia dini. Ketentuan dalam Galatama mewajibkan setiap klub memiliki tim yunior, sebagai usaha regenerasi internal pemain. Jayakarta merupakan salah satu klub dengan

terlebih dahulu tergabung sejak pertengahan tahun 1970-an 105 . Dalam pembinaan dan pembibitan usia dini dikenal dalam 4 tahapan

berdasarkan jenjang usia. Kelompok anak-anak (usia 8 – 12 tahun ), yang menitikberatkan pembinaan dalam menciptakan berbagai permain dengan bola untuk merangsang motivasi keikutsertaan sebanyak mungkin dari anak-anak dengan ekspetasi hasil mendapatkan anak-anak yang potensial untuk dikembangkan menjadi pemain yang baik. Kelompok remaja (usia 12 -16 tahun), yang mengimplementasikan aspek lebih dalam tentang sepak bola dan merangsang kecintaan terhadap permainan sepak bola. Ekspetasi yang diharapkan dari pembinaan kelompok remaja adalah menciptakan pemain yang ingin serius meningkatkan diri dalam keterampilan bermain bola.

Pembinaan usia dini semacam ini tentu memberikan peran secara keseluruhan bagi sepak bola Indonesia, selain motif pribadi klub-klub Galatama sebagai langkah regenerasi. Tidak semua klub-klub Galatama memiliki sekolah sepak bola yang secara intensif memberikan pembinaan usia dini. Beberapa diantaranya klub yang memiliki sekolah sepak bola guna pembinaan usia dini

105 Wawancara dengan Memed Permadi, 25 Juli 2007 105 Wawancara dengan Memed Permadi, 25 Juli 2007

3. Klub sebagai pusat pembangkit kemajuan

Sebagai upaya lanjutan dari pembinaan usia dini, klub juga memiliki peran sebagai pusat kemajuan. Kelompok taruna atau lebih dikenal dengan tim yunior, merupakan bagian strategi pembinaan yang menitikberatkan pada pemantapan dan pematangan. Pada tahap yunior, pemain akan dipacu menimbulkan perasaan fanatik terhadap sepak bola dan menanamkan sikap bahwa tanpa latihan serius, pemain tidak akan sampai ke puncak kemampuan. Pemain mulai diarahkan untuk memilih sepak bola sebagai karir. Tahap akhir sebagai pemain adalah masuk dalam kelompok senior. Penggalangan prestasi menjadi strategi pembinaan yang utama di tahap ini. Pokok implementasi dalam tahap ini adalah menegakkan sikap mental juara dan memaksimalkan kemampuan pemain dalam kompetisi untuk

meraih prestasi. 107 . Semua klub yang tergabung di Galatama telah menjalankan fungsi ini, karena sesuai ketentuan Liga, klub diwajibkan memiliki tim yunior dan

senior untuk tergabung dalam Galatama.

B. Peran Galatama Dalam Meningkatkan Kesejahteran Pemain

Galatama selain menjadi upaya untuk membantu meningkatkan prestasi tim nasional, juga sempat menjadi tujuan baru pemain-pemain yang berasal dari Perserikatan karena menjanjikan bayaran yang lebih besar. Gaji yang lebih besar dibandingkan saat bermain di Perserikatan turut membawa kesejahteraan pemain

106 Wawancara dengan John Halmahera, 23 Juli 2007 107 Konsep Pola Pembinaan Sepak Bola Nasional, hal 69 106 Wawancara dengan John Halmahera, 23 Juli 2007 107 Konsep Pola Pembinaan Sepak Bola Nasional, hal 69

mengelola klub Galatama 108 . Besaran rata-rata gaji yang diterima pemain Pardedetex, Niac Mitra,

Warna Agung, KTB tentu lebih besar dari yang diterima pemain dari klub Cahaya Kita, BBSA Tama ataupun Tidar Sakti. Umumnya klub yang berani memberi gaji besar kepada pemain adalah yang ditopang oleh perusahaan besar. Pardedetex di awal kompetisi Galatama termasuk salah satu klub yang membayar tinggi gaji pemainnya. Tidak kurang 300 ribu sampai 500 ribu rupiah dikeluarkan Pardedetex untuk seorang pemain setiap bulan. Jika ada pemainnya yang mencetidak gol dan memberi kemenangan, Pardedetex akan memberi bonus mencapai 250 ribu rupiah. Di tempat lain, Warna Agung yang berada di bawah perusahaan cat, menggaji pemainnya 250 ribu sampai 400 ribu rupiah. Pada tahun 1986, KTB, klub asal Bogor, membayar 300 ribu sampai 600 ribu rupiah setiap bulan untuk seorang pemain. Klub-klub ‘kecil’ semacam BBSA Tama dan Cahaya Kita paling tinggi memberi gaji bulanan pemain sampai 300 ribu rupiah untuk seorang pemain. Secara rata-rata pemain mendapatkan bayaran yang lebih besar saat menjadi pemain Galatama dibandingkan saat masih berada di Perserikatan.

Tidak dapat dipungkiri Galatama turut meningkatkan kesejahteraan pemain saat masih memperkuat klub bersangkutan. Namun tidak ada jaminan

108 Wawancara dengan Ronny Pattinasarani, Iswadi Idris, Risdianto, 23 Juli 2007 108 Wawancara dengan Ronny Pattinasarani, Iswadi Idris, Risdianto, 23 Juli 2007

Jika sudah tidak ada ikatan sebagai pemain ada yang kemudian dijadikan karyawan pada perusahaan yang membawahi klub Galatama bersangkutan. Umumnya pemain yang sudah tidak terpakai di Galatama kembali ke Perserikatan atau memperkuat klub Galakarya. Pilihan terbaik adalah bergabung di Galakarya. Selain masih mendapat gaji dari bermain bola meski dalam jumlah kecil

dibandingkan Galatama, pemain akan mendapat status karyawan 110 .

C. Peran Galatama dalam Membantu PSSI Meraih Prestasi

Motif utama dibentuknya Galatama adalah sebagai jalan pintas untuk mewujudkan harapan PSSI dalam meraih prestasi di ajang internasional. Gelar juara memang bukanlah patokan tunggal untuk kesuksesan meraih prestasi, namun tetap menjadi tolak ukur yang paling sederhana. PSSI memberikan ekspetasi tinggi terhadap Galatama sebagai kunci utama dalam meraih prestasi dalam kejuaraan tingkat internasional. Hadirnya Galatama dalam persepakbolaan Indonesia tidaklah serta merta menghasilkan capaian prestasi secara instan seperti yang diharapkan. Perlu adanya sebuah proses bagi Galatama membantu sepak bola nasional ke arah prestasi.

1. Galatama Sebagai Sumber Utama Rekrutmen Pemain Nasional

Sebelum tahun 1979, praktis Perserikatan memiliki andil terbesar sebagai sumber pemain dalam tim nasional karena satu-satunya kejuaraan tingkat tertinggi

109 Wawancara Eduard Tjong 24, Oktober 2007 110 Wawancara Memed Permadi, 25 Juli 2007 109 Wawancara Eduard Tjong 24, Oktober 2007 110 Wawancara Memed Permadi, 25 Juli 2007

bermain untuk tim nasional pindah ke Galatama 111 . Pada tahun ketiga sampai enam Galatama tetap menjalankan perannya secara tunggal sebagai sumber

utama pemain nasional secara mandiri dengan mencetidak pemain hasil binaannya. Berikutnya baik Galatama dan Perserikatan kembali bersama-sama

sebagai sumber utama pemain nasional dalam porsi yang berimbang 112 .

2. Galatama Sebagai Wakil PSSI di Turnamen Internasional

Sebagai bagian dari Asosiasi Sepakbola Asia (AFC), PSSI diwajibkan untuk ikut serta dalam kejuaraan yang diselenggarakan di bawah AFC. AFC selain menggelar kejuaraan yang diikuti oleh tim nasional juga memberi kesempatan kepada klub-klub sepak bola negara anggota dalam kejuaraan antar klub Asia. AFC menyelenggarakan kejuaraan antar klub Asia sejak tahun 1967 bernama Asian Champions' Cup. PSSI sebagai anggota AFC wajib mengirimkan

wakil yang diambil dari Galatama 113 . Klub yang terpilih menjadi wakil PSSI dalam Asian Champions' Cup adalah juara kompetisi Galatama, dengan

memberikan klub terbaik diharapkan akan memberi hasil positif bagi pencapaian prestasi.

111 Wawancara dengan Ronny Pattinasarani, Iswadi Idris, Risdianto, 23 Juli 2007 112 Wawancara dengan Rudy William Keltjes, 25 Agustus 2007

113 www.rsssf.com/tablesa/as1.html

Gambar 3

Foto pertandingan KTB dalam kejuaraan Asian Champion’s Cup

Sumber : Pos Kota, 25 Juni 1986

Hasil yang diperoleh klub-klub Galatama dalam kejuaraan AFC berbeda di setiap turnamen. Catatan terbaik selama era Galatama dimiliki oleh klub KTB

(Yanita Utama) 114 . KTB berhasil mencapai semi final dan mengalahkan Al Ittihad, wakil dari Arab Saudi, dengan skor 1-0 di tahun 1986 115 . Capaian tersebut

merupakan rekor terbaik yang pernah diraih klub asal Indonesia di tingkat Asia. Belum ada klub Indonesia lain yang menyamai prestasi KTB di Asian Champions'

114 KTB terdaftar dalam Asian’s Champoins Cup dengan nama Yanita Utama. Yanita Utama kemudian dibubarkan lalu dibentuk klub baru dengan nama KTB dengan materi pemain

yang sama. 115 Wawancara dengan Sofyan Hadi, 24 Juni 2007

Cup (AFC Cup) sampai dengan tahun 2010 116 . Klub Galatama lain yang pernah bermain di Asian Champions' Cup adalah Niac Mitra, Pelita Jaya dan Arseto.

D. Peran Galatama Sebagai Landasan ke Arah Sepakbola Profesioanal

Konsep sepak bola profesional yang dituangkan lewat Galatama adalah langkah maju bagi persepakbolaan di Indonesia. Galatama memang belum bisa murni professional, oleh karena itu disebut dengan non-amatir atau semi professional. Kehadiran sepak bola professional murni di Indonesia belum mencapai bentuk yang sesungguhnya. Liga Indonesia yang menjadi gabungan dari Perserikatan dan Galatama sesungguhnya merupakan upaya penyelamatan klub- klub Galatama agar tetap eksis dan mengenalkan pembinaan profesional bagi Perserikatan. Sepakbola Indonesia patut berterima kasih kepada Galatama sebagai perwujudan konsep sepak bola professional, meski penerapannya belum sempurna. Setidaknya Galatama dapat dijadikan evaluasi bagi PSSI untuk perencanaan dan penerapan sepak bola professional yang lebih baik. 15 tahun Galatama dapat dijadikan pembelajaran bagi PSSI dan masyarakat pencinta sepak bola agar sepak bola professional dapat terwujud secara optimal di Indonesia

dengan tetap mengutamakan kepentingan sepak bola nasional 117 .

116 Sejak tahun 2004, Asian Champions' Cup beganti nama menjadi AFC Cup 117 Wawancara dengan Sofyan Hadi, 24 Juni 2007