Latar Belakang Pengarang Menggunakan Sistem Semiotik (Ikon, Indeks,

3. Latar Belakang Pengarang Menggunakan Sistem Semiotik (Ikon, Indeks,

dan Simbol) dalam Penyajian Cerita

Penulis yaitu Kusprihyanto Namma membuat beberapa cerita dalam kumpulan cerpen Samin dalam rentang waktu dari tahu n 1993 – 1998. Pada masa itu masih hangat-hangatnya kekuasaan Ord e Baru yang d ipimpin oleh Presiden Soeharto. M asa pemerintahan Orde Baru terjadi sistem pemerintahan yan g represif, banyak melakukan p embungkaman suara. Orang yang berani mengkritik pemerintah secara terang-terangan aka n dipenjara atau diasingkan, sehingga tidak

ad a yang berani melawan keku asaan pemerintah pada masa itu . Gerak rakyat dib atasi, suara mereka pun dibatasi. Hal itulah yang menggugah pengara ng untuk menulis kumpulan cerpen Samin . Ia ingin melaku kan kritik terhadap sistem pemerintahan Orde Baru melalui karyanya. Ia menyajikan kritik so sial melalui cerita yang sederhana, bahasa yang halus, serta menerapkan sistem simb ol karena ia tidak berani mela kukan kritik secara terang-terangan. Pengarang ingin pembaca sendirilah yang menafsirkan ap a yang sebenarnya ingin disamp aikan oleh pengarang melalui ku mpulan cerpen Samin .

Pengarang menuangkan ide cerita dengan bahasa sastra yang menarik, indah, namun menyiratkan makna yang dalam, dan tidak sesed erhana seperti yan g tertulis. Pengarang menerapka n sistem simbol (semiotik) dalam p enyampaian ide cerita untuk menyamarkan sindiran atau kritik terhad ap sistem pemerintahan Orde Baru . Pengarang menganggap orang-orang politik ad alah orang yang bodo h atau buta tentang b ahasa sastra. pengarang menggunakan lingkup setting yang lebih sempit, yaitu hanya berkisar tentang kehidupan desa atau kelurahan. Namu n Pengarang menuangkan ide cerita dengan bahasa sastra yang menarik, indah, namun menyiratkan makna yang dalam, dan tidak sesed erhana seperti yan g tertulis. Pengarang menerapka n sistem simbol (semiotik) dalam p enyampaian ide cerita untuk menyamarkan sindiran atau kritik terhad ap sistem pemerintahan Orde Baru . Pengarang menganggap orang-orang politik ad alah orang yang bodo h atau buta tentang b ahasa sastra. pengarang menggunakan lingkup setting yang lebih sempit, yaitu hanya berkisar tentang kehidupan desa atau kelurahan. Namu n

Terlepas dari fokus pengarang terhadap kritik po litik, pengarang juga membu mbui kumpulan cerpen Samin dengan kehidupan d esa yang sangat trad isiona l, sarat dengan keluguan-luguan masyarakatn ya, dan kepercayaan mereka dengan hal-hal yang berb au klenik. Hal tersebu t dimaksudkan pengarang untuk menunjukkan budaya Jawa yang sempat terabaikan karena hamp ir sebagian masyarakat Indonesia berkiblat pada kehidupan Barat dengan keglamouran dan kehidupan bebas yang mereka anut. Saat ini karya sastra juga terp engaruh d enga n kehidupan mod ern dan kebarat-baratan. Untuk memberikan keseimbangan dalam dunia sastra, pengarang memilih menyajikan cerita yang menyu gu hkan kehidupan desa dengan budaya-budaya mereka yang khas dan unik. Hal ini bertujuan agar pemuda-pemuda Ind onesia sebagai generasi bangsa mengetahui kebudayaan- kebuda yaan dari negara mereka sendiri, terutama kebud ayaan Jawa.

Samin menjadi judul kumpu lan cerpen ini karena pengarang sangat tertarik dan mengagumi masyarakat Samin. Pengarang menganggap masyarakat Samin merupakan sekelompok mas yarakat yang unik dan berani. Masyarakat ini terb entu k dari upaya perlawanan terhadap kolo nialisme Belanda yang d ianggap sewenang-wenang. Pengarang ingin menunjukkan b ahwa sebenarn ya masyarakat Samin bu kanlah masyarakat yang bodoh seperti anggapan masyarakat Indonesia saat ini. Justru masyarakat ini sangat pintar. Mereka pu ra-pura bodoh untuk membu at lawan (Belanda) merasa kesal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli sastra, dari ga ya penceritaan dan sudu t pandang yang d iamb il pengarang dalam penyajian kumpulan cerpen Samin dapat ditangkap bahwa pengarang, yaitu Kusprihyanto Namma menempatkan dirin ya sebagai orang Samin. Bukan hanya tokoh d alam cerita tersebut yang bersikap Samin, namun pengarang ju ga mengambil sudut p andang orang Samin dalam menu angkan id e ceritanya. Hal tersebut senada dengan yang diungkap kan oleh pengarang dalam pengantar buku kumpu lan cerpen Samin (2007: 4) b ahwa: “Samin memang selalu b erhadapan atau di seberang imperialisme dan Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli sastra, dari ga ya penceritaan dan sudu t pandang yang d iamb il pengarang dalam penyajian kumpulan cerpen Samin dapat ditangkap bahwa pengarang, yaitu Kusprihyanto Namma menempatkan dirin ya sebagai orang Samin. Bukan hanya tokoh d alam cerita tersebut yang bersikap Samin, namun pengarang ju ga mengambil sudut p andang orang Samin dalam menu angkan id e ceritanya. Hal tersebut senada dengan yang diungkap kan oleh pengarang dalam pengantar buku kumpu lan cerpen Samin (2007: 4) b ahwa: “Samin memang selalu b erhadapan atau di seberang imperialisme dan