Identifikasi dan Analisis Ikon, Indeks, Simbol untuk Menemukan Makna

1. Identifikasi dan Analisis Ikon, Indeks, Simbol untuk Menemukan Makna

Semiotik pada Kumpulan Cerpen Samin

a. Ikon

Ikon adalah tanda yang mirip dengan ob jek yang d iwakilinya. Ikon dapat diseb ut sebagai tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan ap a yang dimaksudkan. Kumpulan cerpen Samin memiliki 64 jenis ikon, yaitu :

1) kecut

a) Untuk instruksi pen yeragaman itu Pak Lurah benar-benar kecut. (cerp en Biru, hal.6)

b) Sementara itu Pak Lurah yang mendapat p engaduan Mbah Jo yo, seperti tak p eduli. Bahkan sempat menggertak M bah Jo yo agar tutup mulu t. Karena kalau orang-orang yang ia gebuki itu tid ak terima ia bisa kena hukuman atas dasar penganiayaan. Tentu Mbah Jo yo kecut. Meski begitu ia tetap menjaga Pund hen peliharaannya. (cerpen Pundhen , hal. 25)

Kata ”kecut” biasa digunakan untuk menunjukkan rasa yang b isa did eteksi oleh ind era pengecap atau lidah. Pada ku tipan tersebut, kata “kecut” digunaka n untuk menggambarkan p erasaan. Kecut ad alah rasa yang ku rang nikmat dan menimbulkan getir pada lidah, jadi d alam hal ini perasaan yang kecut menand akan perasaan yang kurang menyenangkan. Kata “kecut” ju ga dapat d iartikan sebagai taku t, merasa ngeri, atau gentar (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 231). Kata “kecu t” pada cerpen Biru dan cerpen Pundhen menggambarkan kead aan tokoh yang berarti tokoh merasa gentar atau takut. Pada cerpen Biru , pak Lurah gentar terhadap perintah Pak Camat untuk men yampaikan instruksi penyeragaman terhad ap warga. Pada cerpen Pundhen, Mbah Jo yo merasa sed ikit takut atau gentar ketika orang-orang yang ia gebuki mengadukann ya.

2) Sementara Pak Camat mu lai meluncurkan kalimat-kalimat yang kurang sed ap didengar. (cerpen Biru, hal. 6) “Sed ap” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 462) berarti enak, nyam an, d an senang u ntuk menggambarkan perasaan pad a umumnya. Rasa sedap biasanya bisa dirasakan oleh indera pengecap, yaitu lidah. Pada kutipan terseb ut, kata “sedap ” digunakan untuk menggambarkan suara atau pembicaraan yang diterima oleh telinga. Sedap merupakan rasa yang nikmat, sebaliknya kurang sedap merupakan rasa yang tidak menyenangkan b ahkan buruk. Ungkapan “ kurang sed ap didengar” menandakan b ahwa u cap an Pak Camat kurang men yenangkan atau menyakitkan hati pendengarnya.

3) Pak Camat merasa tertampar. M atanya mencorong tajam. (cerpen Biru, hal. 6 ) Kata “tampar” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 522) diartikan dengan memukul menggunakan telap ak tangan. Tampar merup akan kontak fisik, yaitu pemukulan tangan terhadap wajah yang menimbu lkan rasa sakit. Awalan ter- pada kata “tertampar” berarti ketidaksengajaan. Pada kutipan tersebut, kata “tertampar” di sini hanyalah perumpaan. Tidak ada kontak fisik yang terjadi. To koh Pak Camat merasa tertampar karena ucapan Pak Lurah. Kata “tertamp ar” dalam hal ini menandakan b ahwa tokoh Pak Camat merasa tersakiti atau tertohok setelah mendengar ucap an Pak Lurah yang bertolak-belakang dengan pendapatnya dan terkesan menyindir.

4) Lalu yang putih jad i hitam, yang hitam jadi putih. Kacau semuanya. (cerpen Biru, hal. 6) Hitam merupakan warna yang gelap dan pekat. Warna hitam biasa digunakan untu k melambangkan sesuatu yang buruk. Sebaliknya, warna putih merupakan warna yang bersih tanpa noda. Warna putih biasa digunakan untu k menandakan suatu kebaikan. Pada kalimat tersebut, 4) Lalu yang putih jad i hitam, yang hitam jadi putih. Kacau semuanya. (cerpen Biru, hal. 6) Hitam merupakan warna yang gelap dan pekat. Warna hitam biasa digunakan untu k melambangkan sesuatu yang buruk. Sebaliknya, warna putih merupakan warna yang bersih tanpa noda. Warna putih biasa digunakan untu k menandakan suatu kebaikan. Pada kalimat tersebut,

5) “Saya tak tahu apa namanya, yang jelas kita berada dalam sebuah sistem. Kalau tak ingin terlemp ar, kita mesti berputar seirama sistem tersebut!” jawab Pak Lurah dip lomatis. (cerpen Biru, hal. 8)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 495), “sistem” ad alah sekelompok bagian-bagian alat dan sebagain ya, yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud tertentu atau sekelompok dari pendapat, peristiwa, kep ercaya an, dan sebagainya yang disu su n dan diatu r baik-baik. “Sistem” yang dimaksud dalam kutipan tersebu t berarti sebu ah tatanan atau peraturan yang sudah menjadi kesepekatan bersama. “Berputar seirama sistem” berarti harus mampu menepati peraturan yang berlaku dan tidak menolak atau membangkang, karena akan b erakibat buru k. Orang yang melanggar aturan akan mendapat hukuman dan juga akan dijau hi oleh warga yang tidak setuju .

6) Ia biarkan saja su asana yang beku itu . (cerpen Biru, hal. 8)

Kata “beku” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 81) diartikan menjadi kental atau keras. Beku biasanya digunakan untuk menunjukkan zat cair yang mengeras karena didinginkan. Kata “beku” dalam kutipan tersebut menunjukkan kondisi yang kaku dan bisu, di mana tidak ada seorang pun yang berb icara atau b ercanda.

7) Ternyata mereka antara yang patuh dan tidak terjad i konflik yang serius. Mereka yang tidak patuh menuduh yang patuh sebagai penjilat. (cerpen Biru , hal. 8)

“Jilat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 205) diartika n seb agai b eberapa hal, yaitu mengulurkan lidah untuk merasai, mencolet, mencari muka, dan sebagainya. Kata “jilat” dalam kutipan di atas berarti berbuat sesuatu untuk mendapat pujian d ari atasan atau mencari muka.

Kata “penjilat” dalam kutipan tersebu t menand akan sosok yang rela melakukan apapun untuk menarik perhatian seseo rang atau mendapatkan pujian d ari orang yang kedudu kannya leb ih tinggi darin ya.

8) Apalagi Pak Camat sudah memperingatkan kembali, kelurahannya paling jelek pelaksanaan instruksi. Maka, tidak bisa tidak, Pak Lu rah mulai memainkan kuku p ancanaka. (cerp en Biru, hal. 9)

Kuku pancanaka adalah kuku d ari tokoh wayang Werkud ara yang merupakan senjata yang tajam d an mematikan (Puji Waskito, 1999:148). Pada kutipan tersebut, “kuku pancanaka” merupakan perumpamaan yang melambangkan senjata, kekuatan, dan kekuasaan. Ungkapan “memainkan kuku pancanaka” berarti menunjukkan kekuatan dan kekuasaan. Kekuatan dan kekuasaan yang dimaksu d dalam cerpen Biru yaitu senjata yan g berupa kekuasaan sebagai lurah untuk membu at para warganya patuh pada instruksinya.

9) Tumbuh

a) Karena ketaku tannya ia lantas menumbuhkan ketaku tan la in yang lebih besar kepada orang lain. (cerpen Biru, hal. 10)

b) Perseteruan itu sebenarn ya tumbuh sejak aku masih kecil.(cerpen Samin , hal. 28)

Kata “tumbuh” dalam Kamus Besar Bahasa Indo nesia (Suharso dan Ana Retno ningsih, 2005: 594) diartikan timbul, sedang b erkembang menjadi besar, sempurna, dan sebagainya. Menumbuhkan b erarti menjadikan atau menyeb abkan tumbuh, dapat juga berarti menimb ulkan. Tumbuh biasanya digu nakan untuk makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, d an b inatang. Tumbuh berarti bertamb ah tinggi, b erat, dan besar. Pertu mbuhan menunjukkan perubahan fisik dari makhluk hidup. Pada cerpen Biru, kata “menumbuhkan” dipadukan dengan kata “takut” menjadi “menumbuhkan ketaku tan” yang berarti menimbulkan rasa takut pada orang lain atau membu at rasa takut pada orang lain menjadi leb ih besar. Pada cerp en Samin, kata “tumbuh” menunjukkan bahwa perseteruan yang terjad i di dalam cerita sudah timbul sejak tokoh masih kecil sampai Kata “tumbuh” dalam Kamus Besar Bahasa Indo nesia (Suharso dan Ana Retno ningsih, 2005: 594) diartikan timbul, sedang b erkembang menjadi besar, sempurna, dan sebagainya. Menumbuhkan b erarti menjadikan atau menyeb abkan tumbuh, dapat juga berarti menimb ulkan. Tumbuh biasanya digu nakan untuk makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, d an b inatang. Tumbuh berarti bertamb ah tinggi, b erat, dan besar. Pertu mbuhan menunjukkan perubahan fisik dari makhluk hidup. Pada cerpen Biru, kata “menumbuhkan” dipadukan dengan kata “takut” menjadi “menumbuhkan ketaku tan” yang berarti menimbulkan rasa takut pada orang lain atau membu at rasa takut pada orang lain menjadi leb ih besar. Pada cerp en Samin, kata “tumbuh” menunjukkan bahwa perseteruan yang terjad i di dalam cerita sudah timbul sejak tokoh masih kecil sampai

10) “Daripada dibisukan, Pak Samin mem ilih bisu. Katanya, itu lebih terhormat!” jelas aktivis huku m. (cerpen Biru, hal. 10) Pernyataa n tersebut senada dengan yang diungkapkan dalam kutipan berikut: “Begitu dib irukan pagar rumahnya, Pak Samin memilih mati.

Katanya, itu lebih terhormat d aripada dimatikan!” kata aktivis hukum yang menyambut kedatangan Pak Lurah. (cerp en Biru, hal. 11)

Bisu biasa digunakan untu k menunjukkan cacat fisik, yaitu orang yang tida k mampu berbicara. “Dibisukan” berarti d ibuat menjadi bisu. Pada cerpen Biru kata “dibisukan” berarti dibungkam agar tidak memberontak. Hal ini serupa dengan kata “dimatikan”. “Dimatikan” berarti dibuat mati, atau dibatasi geraknya atau bahkan tid ak boleh bergerak karena

khawatir akan memberontak

dan dianggap membahayakan. Hal ini sering terjadi pada masa Orde Baru di mana orang yang menyuarakan sesuatu yang tidak sejalan d engan pemerintahan p ada masa itu akan dijatuhi hukuman atau bahkan d iasingkan.

11) “Begini Pak, saya tidak setuju, dengan instruksi birunisasi itu. Su ngguh, instruksi itu sangat memberatkan warga!” ucap Pak Lu rah berapi-api. (cerpen Biru, hal. 10)

Api merupakan sebuah benda alam yang menyala dan memiliki panas yang membara. “Api” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 49) berarti panas dan cahaya berasal dari sesuatu yang terbakar. Kata “berapi-api” dalam kutipan tersebut menunjukkan sebuah semangat yang membara atau menunjukka n energi yang lebih.

12) Jawaban itu benar-benar mengagetkan. Bagaimana tidak, Pak Samin yang segar-bugar, dan wajahnya yang b ercaha ya, mati semend adak itu. (cerpen Biru , hal. 11 )

Cahaya merupakan sebuah energi yang dapat membuat sekitarnya terang atau cerah. Cahaya biasanya dikaitkan dengan benda-benda yang mampu memancarkan sinar atau memberi penerangan, seperti lamp u, matahari, bulan, dan sebagainya. “Bercahaya” dalam Kamu s Besar Bahasa Ind onesia (Suharso d an Ana Retnoningsih, 2005: 100) b erarti memancarkan cahaya, bersinar, atau berkilau. Pad a kutipan tersebut kata “b ercahaya” digunakan untu k menggamb arkan kondisi wajah seseorang. “Wajah yang bercahaya” menunju kkan kejernihan yang terp ancar dari air mu ka. “Wajah yang bercahaya” dapat diartikan sebagai wajah yang cerah, bersih, ceria, dan mampu memb erikan perasaan senang bagi orang di sekelilingnya.

13) Meski begitu, cu kup b anyak perempu an yang bersedia jadi istrinya, baik janda maupun p erawan. Namun, Mun terlanjur dimakan sumpahnya sendiri: mau kawin kalau sudah punya sep eda. (cerpen Mun , hal. 12)

Pernyataa n ”dimakan sump ahnya sendiri” berarti toko h ”M un” sangat memegang teguh sumpah yang telah ia ucapkan, sehingga ia akan menaati sumpahnya itu dan tidak mu ngkin mengingkarinya apapun yang terjadi.

14) ”Priiiiiiit!” pelu it p etugas jaga melengking tajam. (cerpen Mun, hal. 15) Melengking adalah suara yang tinggi. Biasanya digu nakan untu k menunjukkan suara yang dikeluarkan oleh o rang atau binatang. Kata ”melengking” pada kutip an tersebut digunaka n untu k menggambarkan suara yang dihasilkan o leh peluit yang ditiup oleh p etugas jaga. ”Peluit yang melengking tajam” berarti suara peluit yang ditiu p oleh petugas jaga mengeluarka n suara yang tinggi dan kecil.

15) Yang d itanya bungkam. Matanya bulat tajam. (cerp en Mun , hal. 16)

Mata adalah bagian tubuh yang mampu menampakkan ekspresi. Mata yang bulat tajam berarti mata tidak b erked ip atau nyaris melotot. Ungkapan ”matan ya bulat tajam” menunjukkan bahwa tokoh tidak gentar atau tetap teguh dengan pendap atnya.

16) ”Pukul saja!” sela yang lain. ”Ayo kita permak ramai-ramai!” ajak salah seorang. (cerp en Mun, hal. 16) ”Permak” dalam Kamus Besar Bahasa Indo nesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 375) berarti mengubah d an memperb aiki baju, celana, dan sebagain ya. Kata ”permak” dalam pernyataan tersebut lebih cond ong pada mengu bah bentuk. Objek yang dipermak d alam cerp en Mu n adalah tokoh ”Mun”. ”Permak” yang dimaksud oleh toko h ”seseorang” dalam hal ini adalah menghajar tokoh ”Mun”.

17) Di samping suka bermain di areal tebu dan mengisap air manisnya, Agung juga suka memandang kembang-kembang tebu yang menyemb ul laksana mata tomb ak. Kembang-kembang yang kep erak-perakan itu, di mata Agung tampak sangat ind ah. Apalagi bila angin berhembus sepoi, kembang-kembang itu seperti menari, tak henti-henti. Agung selalu berdecak kagum. (cerpen Kembang Tebu, hal. 18)

Pada pernyataan di atas, pengarang menggamb arkan kembang tebu sep erti layakn ya sosok manusia yang mampu menari. M enari adalah gerak halus yang indah. Kembang-kembang tebu yang dikatakan menari, maksudnya bergerak luwes sesuai hembusan angin dan memberikan efek indah bagi toko h Agung.

18) Jalan kampung yang biasanya lengang, tiba-tiba dipecahkan oleh raungan truk. (cerpen Kembang Tebu, hal. 18 ) Truk ad alah kend araan yang besar d an mengelu arkan suara yang keras. “Raungan tru k” yang dimaksudkan dalam kutipan terseb ut adalah truk mengeluarkan suara yang keras d an berisik, sehingga kampung yang biasanya sepi menjad i ramai.

19) Wanita harus kembali ke dapur, mengabdi sepenuhnya p ada anak dan suami. (cerpen Kembang Tebu, hal. 19) Dapur adalah tempat untuk memasak. Dapur selalu d ekat kaitannya dengan seo rang perempuan, karena hamp ir sebagian besar waktu seorang wanita dihabiskan di dapur. Dapur menjadi simbol pekerjaan ru mah tangga. “Kembali ke dapu r” merupakan ungkapan yang berarti b ahwa 19) Wanita harus kembali ke dapur, mengabdi sepenuhnya p ada anak dan suami. (cerpen Kembang Tebu, hal. 19) Dapur adalah tempat untuk memasak. Dapur selalu d ekat kaitannya dengan seo rang perempuan, karena hamp ir sebagian besar waktu seorang wanita dihabiskan di dapur. Dapur menjadi simbol pekerjaan ru mah tangga. “Kembali ke dapu r” merupakan ungkapan yang berarti b ahwa

20) Kegiatan mahasiswa macam apapun tak ada yang diikutinya. Bu atnya, kegiatan semacam itu hanya buang-buang tenaga dan waktu . (cerpen Kembang Tebu , hal. 19)

Buang berarti melemp arkan barang ke suatu tempat (sampah) karena sudah tidak membutu hkann ya lagi atau dianggap sudah tidak berguna. “Bu ang-buang waktu d an tenaga” berarti menggunakan waktu dan tenaga untuk melakukan sesuatu yang tidak bergu na atau tidak menghasilkan sesuatu yang berguna.

21) “Itulah sebabnya Bap ak memanggilmu pu lang. Kamu mesti tahu persoalan ini d an tidak men yalahkan Bapak, kalu kamu terpaksa putu s kuliah!” (cerp en Kembang Tebu, hal. 21)

Putus biasanya digunakan untuk menunjukkan berakhirnya hubungan atau terpisahn ya sesuatu yang pada awalnya b ersatu. “Pu tu s kuliah” berarti b erhenti ku liah atau tidak melanjutkan kuliah. Dalam cerpen ini, tokoh “Agung” terpaksa harus menghentikan stu dinya (kuliah) karena ayahnya tidak mampu membiaya i kuliahnya lagi.

22) Riak

a) Agung mahasiswa yang melulu belajar. Ia tak pernah mengetahui riak- riak yang muncul d i sekitarnya. (cerpen Kembang T ebu, hal. 21)

b) Kampungku adalah kamp ung yang tenang. Seperti telaga yang berada di sunyi pegunu ngan. Ketenangannya bahkan tak pernah menghasilkan riak atau o mbak. Sesekali, memang, dipecahkan cipak ikan. Atau selembar d aun yang jatu h karena tak sanggup menahan berat embu n. Namun sesud ah itu kemb ali sunyi. Kemb ali dihuni suara bu rung, cengkrik, lenguh kerbau, ko kok ayam, p enggeret, serta teriakan- teriakan petani bekerja.(cerpen Samin, hal. 28)

“Riak” dalam Kamus Besar Bahasa Ind onesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 428) berarti gerakan mengomb ak di p ermukaan air atau ombak dalam air. Riak menunjukkan gerakan yang memecahkan

sesuatu yang tenang. Kata “riak” digu nakan untu k menggambarkan keadaan atau suasana berarti b ahwa ada sesu atu hal yang terjadi dan mengakib atkan suasana yang awalnya tenang menjadi tidak beraturan. “Riak” dalam kutipan tersebut mengarah pada hal yang negatif atau sesuatu yang buruk. Pernyataan “riak-riak yang muncul di sekitarnya” maksudnya kegemp aran di sekitarnya. Tokoh “Agung” dalam cerpen Kembang Tebu karena terlalu memusatkan d iri pada studinya, ia tidak mempedulikan berbagai masalah yang terjadi di sekitarnya. Pernyataan “ketenangannya b ahkan tak pernah menghasilkan riak atau omb ak” maksudnya suasana d esa sebagai setting tempat cerpen Samin sangat tenang dan tid ak pernah terjadi kerusuhan atau keributan.

“Cipak ikan” merupakan gerakan ikan yang mengakibatkan gelomb ang p ada air. Gelombang yang diakibatkan oleh cip ak ikan kecil dan hanya sebentar. “Cip ak ikan” dalam kutipan tersebu t menunjukka n keributan atau peristiwa yang mengakibatkan keributan kecil, namun cepat red a. “Selembar daun” adalah benda yang sangat ringan. Embun juga ringan. Pernyataan “Selembar daun yang jatuh karena tak sanggup menahan berat embun” maksud nya hampir sama dengan perumpamaan pengarang melalui “cipak ikan”, yaitu kecelakaan kecil atau bencana kecil yang sanggu p diatasi dan tidak membawa pengaruh besar.

23) Dulu ia malah mencib ir orang-orang yang turu n ke jalan menuntu t ha k- haknya. Orang-orang itu dinilainya hanya cari perhatian. Agung mulai menyadari bahwa mahasiswa tak seharusnya hanya melahap buku. (cerpen Kembang Tebu , hal. 21)

Ungkapan “turun ke jalan” berarti melaku kan aksi demonstrasi. Demonstrasi biasa disebut dengan istilah “turun ke jalan” karena aksi demonstrasi b iasa dilaku kan di jalan-jalan raya. Ungkapan “melahap buku” bukan berarti tokoh benar-benar memakan buku, namun berarti bahwa tokoh teru s menerus b elajar. Orang diibaratkan “melahap buku” karena sangat asyik dan menikmati membaca buku.

24) Hati Agung tiba-tiba mengeras. Bagai batu. Tangannya meremas kemarahannya send iri. tiba-tiba pu la darahn ya memomp a aroma kebencian yang sangat dahsyat. (cerpen Kembang Tebu, hal. 21)

Pernyataa n di atas menggambarkan kemarahan tokoh “Agung”. Ungkapan “hati yang mengeras” menunjukkan bahwa tokoh benar-benar gondok dan menahan kekesalan di dadanya.

25) Pak Kromo mendadak sadar, bahwa ia sedang membangunkan harimau lapar. (cerpen Kembang Tebu, hal. 21-22) Harimau yang lapar b iasan ya menjadi sangat beringas d an tidak tenang. Ungkapan “membangunkan harimau lap ar” yang ditu jukan p ada tokoh Agu ng berarti memancing kemarahan Agu ng dan membu atnya emosi.

26) Pak Kromo mesti mengerem kemarahan anaknya yang mulai merambati ubun-ubun. (cerp en Kembang Tebu, hal. 22) Ubun-ubun ad alah bagian tubu h manusia yang terletak di ujung kepala. Pernyataa n “kem arahan yang merambati ubun-ubun” berarti kemarahan yang sud ah tidak mampu dikontro l atau sudah sampai batas.

27) Sebelum mencapai Pundhen, jantung M bah joyo berd egup kencang. Sebab ia melihat sep eda motor terparkir sembarangan di mulut kuburan. (cerpen Pundhen, hal. 23)

“M ulut” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 329) diartikan seb agai rongga atau lubang tempat gigi dan lidah pada manu sia, atau dapat juga diartikan seb agai lubang. Mulut merupakan bagian lu ar atau pintu sebelum makanan masuk ke dalam tubuh. “Mulut kuburan” dapat diartika n sebagai p intu atau gerb ang kuburan.

28) Mbah Jo yo berjingkat-jingkat menyelidiki. M atanya yang masih tajam mencari-cari sesuatu yang mencurigakan. (cerpen Pundhen, hal. 24)

Kata “tajam” biasa digunakan u ntuk menggamb arkan bend a atau senjata yang beru jung lancip, seperti pisau, gunting, dan sebagainya. Tajam berarti mudah mengiris atau berkemampuan. Kata “tajam” dalam Kata “tajam” biasa digunakan u ntuk menggamb arkan bend a atau senjata yang beru jung lancip, seperti pisau, gunting, dan sebagainya. Tajam berarti mudah mengiris atau berkemampuan. Kata “tajam” dalam

29) Dengan geram, M bah Jo yo memb akar pakaian yang tertinggal. Dari dalam ap i yang berkobar Mb ah jo yo melihat bayang-bayang Ki Tunggul tersenyum masam. (cerpen Pundhen , hal. 24)

Masam merupakan rasa yang dapat dideteksi oleh ind era pengecap. Masam merupakan rasa yang ku rang menyenangkan dan membuat tubuh sed ikit b ergidik. Pada ku tipan tersebut kata “masam” digunakan untuk menggambarkan senyum tokoh. “Sen yum masam” berarti senyum yang berasal dari suasana hati yang kurang menyenangkan dari tokoh. Ada unsu r keterpaksaan ketika tokoh tersenyum d an p ihak lain yang melihatnya akan kurang merasa senang juga.

30) Sungguh! Pada hakekatnya tak ada yang berub ah. Kecuali orang-orang kampung kam i yang tak lagi b ertani atau berkebu n. Tapi ada yang jadi maling, gali, makelar, sopir, kuli bangunan, p edagang bakso, pelacur, dan aneka ragam pekerjaan untu k mengisi perutnya. (cerpen Pundhen, hal. 27)

“M engisi perut” merupakan idiom yang berarti makan. M akan merupakan kebu tuhan yang b ersifat primer dalam kehidupan makhluk hidup. “M encari pekerjaan untu k mengisi peru t” maksudnya melakukan pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhan hid up sehari-hari.

31) Mereka tak pernah menempatkan alam-lingkungan sebagai musuh yang harus ditaklu kkan. Namun menganggap bu mi yang mereka injak sebagai sahab at yang mesti diolah u ntuk menemani langkah menyusuri kehidupan yang menunggu di depan. (cerp en Samin, hal. 28)

Musuh adalah lawan atau saingan bertarung. Musuh adalah so so k yang tidak disu kai, dan orang biasanya berlaku jahat d an buruk terhadap mu suhnya. Ia b ahkan akan merusak atau menghancurkan musuh mereka. Sebaliknya, sahabat adalah sosok teman yang sangat dekat. Pada umumnya, seseorang akan bersikap hangat dan menya yangi sahab atnya. Pernyataa n ”mereka tak pernah menempatkan alam-lingku ngan sebagai Musuh adalah lawan atau saingan bertarung. Musuh adalah so so k yang tidak disu kai, dan orang biasanya berlaku jahat d an buruk terhadap mu suhnya. Ia b ahkan akan merusak atau menghancurkan musuh mereka. Sebaliknya, sahabat adalah sosok teman yang sangat dekat. Pada umumnya, seseorang akan bersikap hangat dan menya yangi sahab atnya. Pernyataa n ”mereka tak pernah menempatkan alam-lingku ngan sebagai

32) Katanya, ”Suara warga janganlah dibeli. Tap i suarakanla h ap a yang ingin dikatakan warga!” (cerp en Samin, hal. 29) ”Suara” dalam kutipan tersebut adalah pend apat d an keinginan rak yat. ”Suara rakyat janga n dib eli” maksud nya rakyat jangan d iim imng- imingi dengan harta sehingga patuh dan mengikuti keinginan pemerintah, walaupun berlawanan dengan hati nu raninya. Kalimat ”su arakanlah ap a yang ingin dikatakan warga” maksudnya pemerintah seharu snya mau mendengarkan pendap at warga dan menyampaikannya pada pihak lain, kemudian mengambil tindakan untuk kepentingan bersama.

33) ”Sekarang, kalau saatnya pemilihan, berbaik hati d engan warga. Bermanis mu ka. Tapi setelah berku asa warga ditelantarkan begitu saja...” (cerpen Samin , hal. 30)

”M anis” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 309) berarti rasa seperti rasa gu la, elok, mungil, sangat menarik hati (u ntuk menggambarkan muka, senyu m, perkataan, dan seb againya). Kata ”manis” biasanya digunakan untuk menggambarkan rasa yang bisa dirasakan oleh indera pengecap atau lidah. Manis adalah rasa yang enak dan banyak disu kai. Ungkapan ”bermanis muka” maksudnya berb aik hati dan bersikap lu nak untuk menarik hati orang lain.

34) Tentu sikap Pak Rekso yang melawan aru s itu mend apat cemoohan warga yang han ya b erpikir sesaat. (cerpen Samin, hal. 30) ”Arus” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 54 ) b erarti gerakan air yang mengalir atau aliran udara (listrik) yang melalui suatu benda. Arus biasanya berjalan satu arah dan sejalur. ”Melawan arus” maksudnya berjalan ke arah yang lain. Tokoh ”Pak Rekso ” dikatakan melawan aru s berarti ia memiliki pemikiran sendiri 34) Tentu sikap Pak Rekso yang melawan aru s itu mend apat cemoohan warga yang han ya b erpikir sesaat. (cerpen Samin, hal. 30) ”Arus” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 54 ) b erarti gerakan air yang mengalir atau aliran udara (listrik) yang melalui suatu benda. Arus biasanya berjalan satu arah dan sejalur. ”Melawan arus” maksudnya berjalan ke arah yang lain. Tokoh ”Pak Rekso ” dikatakan melawan aru s berarti ia memiliki pemikiran sendiri

35) Mbah Lurah, yang panas ku pingnya mendengar kata-kata Pak Rekso yang dia nilai sok suci itu , menyeb ut Pak Rekso sebagai Samin. (cerpen Samin, hal. 30)

Kuping atau telinga adalah organ tubuh manusia yang digunakan untuk mendengar atau menangkap suara dari luar. Kata “panas kuping “ menunjukkan ketid aksukaan to koh mendengar ucap an lawan bicaranya. Ucapan tokoh lain tersebut membuatnya risih dan membuatnya tidak nyaman, sakit hati, atau marah.

36) Dan lolosnya calo n-calon bermodal kantong. (cerpen Samin, hal. 31)

Kantong merupakan bagian dari pakaian atau tas yang digunaka n orang u ntuk menyimpan uang atau harta b erharga lainnya. Ungkapan ”bermodal kanto ng” dalam kutipan tersebut berarti bahwa dalam mencapai sesuatu yang d iinginkannya tidak dengan usaha namun dengan menggunakan uang atau harta. Mereka menggunakan uang untuk mendapatkan jabatan. Uang tersebut dapat digunakan untuk men yo gok warga agar memilih dirinya, dan sebagainya.

37) Ia sama sekali tak punya potongan pemb ero ntak. (cerpen Samin, hal. 31) Potongan sama artinya dengan bagian. Kata ”potongan” dalam kutipan tersebut menunjukkan b ahwa tidak ada bagian d ari diri tokoh yang menunjukkan bahwa tokoh adalah seo rang pemberontak.

38) Sup aya perkampungan kelihatan dari kejauhan. Sup aya kesucian

senantiasa memayungi si empunya rumah. (cerpen Samin, hal. 32)

Payu ng adalah alat yang digunakan u ntuk melindungi diri dari panas atau hujan. Ungkapan ”Kesucian yang memayu ngi” maksud nya kesucian itu mampu memberikan perlindungan kep ada pemilik rumah d ari hal-hal yang buruk.

39) Kubuka telinga. Kubuka semu a indera. Agar nadi-nadiku menyaksikan keheningan yang dib angun Guru. Kesaksianku kesaksian hamb a. Dengu s napasnya pu n menjad i sangat bermakna. (cerpen Ja wa, hal. 33)

Telinga adalah organ tubu h manu sia yang berguna u ntuk mendengar. ”Membu ka telinga” berarti mendengarkan dengan baik. Manusia memiliki lima indera. Ind era penglihatan (mata), indera pendengar (telinga), indera pengecap (lidah), indera penciuman (hidung), dan indera peraba (ku lit). ”M embuka semua ind era” berarti menggunaka n kelima indera untuk menerima dan meresapi hal-hal di sekitarnya. Mengacu pada hal tersebu t membuka semua indera b erarti tokoh berusaha menghayati ajaran gurunya. Hamba adalah sebutan untu k seseorang yang mengabdi. Tokoh ”Aku” dalam cerpen Jawa menyebut dirin ya sebagai ”hamba” menunjukkan bahwa ia mengabdi pad a guru nya d an akan setia pada guru nya tersebut.

40) Mungkin memang benar jiwaku tidur bertahun-tahun. Karena setiap hal telah menjadi hambar. Ketika ada kejahatan, b ukannya ingin menegakkan kebenaran atau keadilan. Namun malah menghindar. (cerpen Jawa, hal. 34)

Hambar biasanya dapat dirasakan oleh ind era p engecap atau lidah. ”Hambar” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 163) berarti tak ada rasanya atau tawar. Kata ”hambar” dalam pernyataan di atas maksudnya hidupnya tidak memiliki sesuatu yang berarti atau tidak menemui sesuatu yang menarik yang membu at hidupnya lebih berwarna.

41) Atau ketika melihat penindasan, kesewenang-wenangan, pemerkosaan, bukannya berpikir b agaimana cara mengatasin ya. Namun malah menutup mata. (cerpen Jawa, hal. 34)

Ungkapan ”menutup mata” yang d imaksud dalam pernyataan di atas b ukan benar-benar kegiatan menu tup mata, namun sebuah perumpamaan. Orang yang menutup mata tid ak akan me lihat hal-hal di sekitarnya. Sesuatu yang terlihat han yalah kegelapan. ”Menu tup mata” yang dimaksud dalam p ernyataan terseb ut adalah tidak mau tahu u rusan yang terjad i di sekitarn ya. To koh tidak peduli d engan penind asan, kesewenang-wenangan, dan pemerko saan yang terjadi di sekitarnya.

42) Guru mulai membuka mata. M emand angku tajam. Tak tahan aku menatapn ya. (cerpen Jawa, hal. 35) Kata “tajam” biasa diguna kan untuk menggambarkan benda atau senjata yang beru jung lancip, seperti pisau, gunting, dan sebagainya. Tajam berarti mudah mengiris atau b erkemampuan. Benda yang tajam juga dap at menusuk. Kata “tajam” dalam pernyataan tersebu t digunakan untuk menggamb arkan cara p andang seseorang. “M emand ang tajam ” berarti pandangannya lurus dan kuat seakan menu suk ya ng dipandang.

43) Seandainya kau terlahir sebagai o rang Palestina, belum tentu engkau mengagu mi tanah Jawa seperti kekagumanmu saat ini. Jawa adalah area misterius. Untuk menguak misteri itu kau mesti mengarifi sejarah!” (cerpen Ja wa, hal. 35)

”Arif” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 52) berarti bijaksana, cerdik atau pand ai, berilmu, paham, mengerti. Ungkapan ”Mengarifi sejarah” dalam kutipan tersebut maksudnya mampu memaham i dan menjadikan sejarah sebagai salah satu pedoman dalam menjalani hidup.

44) ”Setelah Singosari yang banjir darah itu, mu ncullah M ajapahit yang juga menelan b anyak nyawa. Lalu untuk memasu ki peradab an Demak, berapa nyawa lagi haru s dikorbankan. Tak terhitu ng. Tak terhitung!” (cerpen Ja wa , hal. 35)

”Banjir” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 75) berarti air yang b anyak dan menga lir deras. ”Banjir darah” berarti banyak darah yang mengalir. Maksud nya terjadi peristiwa yang membu at banyak orang terluka ata u meninggal. Ungkapan ”menelan banyak nyawa” maksudnya membu at banyak nyawa menghilang atau banyak orang yang meninggal. Pernyataan di atas menunjukka n bahwa dalam p erubahan kekuasaan atau masa kepemimpinan kerajaan di tanah Jawa pada masa du lu terjadi peperangan atau perseteruan yang membu at banyak orang meninggal.

45) ”Jangan sampai tanah ini tertetesi darah anak-anaknya sendiri. Jangan sampai. Lebih baik damai daripada perang. Dan apa untungn ya perang dengan saud ara send iri!” (cerpen Jawa , hal. 36)

”Anak-anak” yang dimaksud d alam pernyataan tersebut adalah generasi bangsa atau pemuda dari tanah Jawa (Indonesia). ”Tertetesi darah anak-anaknya send iri” maksudnya mengorbankan generasi bangsa atau pemuda tanah Jawa (Indonesia) dalam perebutan kekuasaan.

46) Bap ak Kuncung yang semu la bertahan pada prinsipn ya untu k tidak memberikan barang mainan yang berbau kekerasan, akhirn ya mengalah. Dibuatkanlah sep ucuk bedil untuk ku ncung. (cerp en Bedil, hal. 39)

Bau adalah sesu atu yang d apat tercium oleh ind era penciu man (hid ung). Berbau b erarti memilki bau. ”Berbau kekerasan” berarti memiliki bau kekerasan, maksudnya termasuk ke dalam b arang yang dapat mengakib atkan perkelahian atau keru suhan.

47) Di teve, perang bukan lagi sebagai permainan ya ng penuh keriangan, tetapi menjadi perang, su ngguh-su nggu h. Darah tercecer di mana-mana. Nyawa melayang seperti daun yang luruh dalam badai. (cerpen Bedil, hal. 40)

Bad ai merupakan angin ribut yang bisa menghancurkan dan menerbangkan benda-benda b erat sekalipun. Daun adalah bagian tumbuhan yang ringan dan mudah gugur karena tertiup angin, apalagi terkena badai. Bad ai tentunya mampu membuat banyak sekali dau n berguguran dan menerbangkann ya. Pernyataan ”nyawa melayang seperti daun yang lu ruh dalam badai” berarti banyak sekali n yawa yang melayang atau banyak sekali orang yang mati d alam p erang tersebut.

48) ”Berkali-kali kami teriak minta to long, tapi tak seorang pun datang menolong. Bahkan rotan-rotan itu makin keras memu kuli kami. Bapak, kami bukan napi. Kami hanya ingin menyu arakan hati. Tapi kami mesti berhadapan dengan rotan, tameng, sepatu, peluru karet, gas air mata. Tak

ad a yang bisa kami perbu at selain lari!” (cerpen Bedil, hal. 41)

”Suara hati” maksudnya suara atau pendapat yang berasal dari hati nurani. ”Ingin menyuarakan hati” maksud nya ingin mengungkap kan pendapat yang b erasal d ari hati nu rani atau keinginan yang terpendam.

49) Aku mencob a tab ah. Semu anya mesti dihad api dengan dada yang lapang. Malahan dari peristiwa ini, aku banyak memetik p elajaran. (cerpen Bed il, hal. 42)

Lapang berarti luas. Ungkapan ”dada yang lapang” pad a kutipan tersebut maksudnya sabar. Memetik berarti mengamb il sesuatu dengan mematahkan tangkainya. Memetik b iasa digunakan untu k bunga atau buah. Pada kutipan tersebut, ”memetik” dipadukan dengan kata ”pelajaran” menjadi ”memetik pelajaran” yang dapat d iartikan mengambil pelajaran dari suatu peristiwa.

50) Lagi-la gi Patrem mengangguk. Ia memang tak ingin berlama-lama dengan Denmas Bei yang doyan ngomong. (cerpen Patrem, hal. 44)

Do yan merupakan sinonim dari kata suka. Biasanya digunakan untuk mengu ngkapkan kesu kaan pada makanan. ”Doyan ngomong” berarti tokoh sangat suka b erbicara atau cerewet.

51) Namun malam harinya, tatkala pikirannya berpu tar-putar mengenai lowongan kerja, ia jadi kepingin untuk mencob a p eruntungan su rat saktinya Denmas Bei. (cerpen Patrem, hal. 44)

Pikiran merupakan akal yang ad a di dalam otak yang berupa alat vital manusia untuk menentu kan arah hid up. Pikiran juga sering disamaartikan dengan o tak yang berfu ngsi untuk berp ikir atau memecahkan masalah. ”Pikiran berputar-putar” berarti tokoh sedang berpikir dan mengingat-ingat beberapa hal yang ada d i dalam otaknya (pikirannya).

52) Harapan akan kerja lagi membayang di pelupuknya. (cerpen Patrem, hal. 45) Pelupuk atau kelopak mata merupakan bagian luar d ari mata. ”M embayang di pelupuk” berarti sud ah sangat dekat dan d apat diraih dengan mudah.

53) Sebagai korban PHK, sebagai penganggu ran yang mesti menghid up i anak- istri, biaya tersebut bukanlah b iaya yang murah. Mencekik bahkan. (cerpen Patrem, hal. 46)

Menurut Suharso dan Ana Retnoningsih dalam Kamus Besar Bahasa Ind onesia (2005 : 105), ”mencekik” berarti memegang dan mencekam leher, meraih hingga tak dap at bernapas, mematikan, menindas. Kata ”mencekik” dalam pernyataan tersebut berarti menyiksa (secara batin) dan membu at tokoh merasa keberatan dengan biaya yang diminta untuk pembu atan SKKB.

54) Nanti, bila hal yang membuatnya u ringan-uringan itu telah terselesaika n, Emak akan kembali seperti sed iakala. Menjadi ibu yang baik bagi anak- anaknya. M engelus kami dengan kelembu tan. Memberi nasihat-nasihat yang mened uhkan. Dan terutama melindu ngi kami dari semua ancaman. (cerpen Dom, hal. 49)

Teduh berarti terlind ung dari sinar matahari, terhind ar dari terik matahari. Teduh memberikan ketenangan. Pernyataa n ”nasihat-nasihat yang tedu h” pada kutipan tersebu t berarti nasihat yang mamp u memberikan ketenanga n dan rasa aman.

55) ”Kau yang p aling mud a, otakmu masih encer. Pikirkanla h bagaimana mengatasi Emak. Kalau aku rasa baik, tentu aku dukung!” (cerpen Dom, hal. 49)

”Encer” sama dengan cair. Benda yang bersifat cair memiliki sifat fleksibel, dapat menyesu aikan wadah yang ditempati, dan dapat menerobos melalui celah-celah kecil. Kata ”encer” dipadukan dengan kata ”otak”, yaitu organ tu buh manusia yang digunakan untuk berpikir. ”Otak encer” maksudnya pandai. Orang yang pandai akan mamp u memecahkan berbagai masalah yang sulit sekalipu n, seperti benda cair yang bersifat fleksibel dan mampu menerobo s melalui celah sekecil apapun.

56) ”Yang katanya kita menganggapnya gila. Yang katanya, kita mau menelantarkannya. Sementara Emak telah memeras keringat selama berpuluh-pulu h tahun untuk membesarkan kita. (cerpen Dom, hal. 49)

”Peras” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 372) berarti memijit atau menekan sesuatu supaya keluar airn ya. Keringat juga merupakan zat cair, namun peras di sini bukan berarti to koh b enar-benar memeras keringat. Ungkapan ”memeras keringat” yang dimaksud dalam kutipan di atas adalah mengeluarkan banyak keringat atau bekerja keras.

57) Aku yang merasa disindir. Tanggap. Tap i aku harus menjawab apa. Emak tidak lagi sekedar uring-uringan. Ia lebih dari itu. Emak seakan-akan punya tenaga lain yang siap meledak. Itu dapat dilihat dari kobaran api di matanya. (cerp en Dom, hal. 50 )

”M eledak” berarti meluap atau meletus karena sudah tidak mampu menampung atau memiliki muatan yang terlalu banyak. Kata ”meledak” dalam kutipan tersebut dip adu kan d engan tenaga, maksudnya tokoh ”Emak” memiliki tenaga lain yang sangat banyak atau menggebu-gebu. Kobaran api biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang membara. Sesuatu yang d igambarkan memb ara pad a p ernyataan tersebut

ad alah semangat atau kekuatan tokoh ”Emak”.

58) Emak menggeram. Su aranya memenuhi perkampungan. (cerpen Dom, hal. 50) ”Penuh” artinya terisi semua, tidak menyisakan ruang koso ng lagi. Kata ”memenuhi” yang dimaksu d dalam kutipan d i atas adalah mengisi kampung dengan suara to koh ”Emak”. M aksudnya, suara Emak sangat keras dan membu at hampir semua penghuni kampung mampu mendengarnya.

59) Emak sud ah bangun. Kemarahannya yang sementara ditimbun tidur; memuncak. (cerpen Dom, hal. 52 ) ”Ditimbun” artin ya tertutupi o leh sesuatu yang bentuknya berupa tumpukan. Sesuatu yang ditimbu n biasanya tidak namp ak atau tidak mampu bergerak. Pernyataan ”kemarahannya yang sementara d itimbu n tidur” pad a kutipan tersebut maksudnya kemarahan Emak dapat redam sejenak oleh tid urnya.

60) Dan Emak dengan senyu mnya yang dingin, melakukan kebuasannya tanpa mengucap sepatah kata pun. (cerp en Dom, hal. 52) ”Dingin” adalah kata untuk menggamb arkan kond isi suhu yang rendah. Kata ”dingin” jika dikaitkan d engan sifat seorang bisa berarti seseorang itu tid ak b erperasaan. Pernyataan ”Senyum yang dingin” artinya senyu m yang tid ak berp erasaan atau senyu m yang bukan disebab kan perasaan toko h sedang senang. Buas sama artinya d engan liar atau galak. Kebuasan yang d ilaku kan Emak maksudnya sikap kasar Emak yang tidak terkontrol baik perbuatan maupun p erkataann ya.

61) Selanjutnya, kami dan orang kampu ng hanya dudu k sebagai p enonton. Menyaksikan rumah dan harga diri kami dirobek-robek. (cerp en Dom, hal. 52)

Merob ek ad alah perbu atan yang merusak. Kata ”Robek” biasanya digunakan untuk kertas atau benda lain yang tip is. Pernyataan ”Harga diri dirobek-robek” maksudnya tingkah Emak merusak harga diri toko h ”kami” (anak-anaknya). Bisa juga diartikan tingkah Emak memb uat anak- anaknya malu dihadap an warga kampung yang lain.

62) Ketika Mbah Karyo meminta seseorang di antara kami yang memperbolehkan tubuhnya dihu ni tu yu l, meletuslah kegadu han. (cerpen Tuyul , hal. 55)

Meletus artinya pecah atau meledak. ”Meletus” biasanya digunakan untuk bend a-benda seperti balon, bom, ban, dan sebagainya. Benda yang meletus biasanya menimb ulkan suara yang keras. Pernyataan ”meletuslah kegaduhan” maksudnya terjadi kegadu han atau keributan yang sangat berisik dan menggemparkan.

63) Begitu warga kamp ung kami mewakilkan Pak Sofyan, Mb ah Karyo langsung b ekerja. M erap al mantra. Lalu mengelilingi tubuh Pak Sofyan yang mandi keringat. (cerpen Tuyul, hal. 55)

Mandi ad alah membasuh tubuh dengan air. Mandi biasanya membu tuhkan air yang cukup banyak sehingga mampu membasahi selu ruh tubuh. ”Mandi keringat” berarti tokoh Pak Sofyan mengeluarka n Mandi ad alah membasuh tubuh dengan air. Mandi biasanya membu tuhkan air yang cukup banyak sehingga mampu membasahi selu ruh tubuh. ”Mandi keringat” berarti tokoh Pak Sofyan mengeluarka n

64) Teru s terang, menyaksikan kemanusiaanmu aku menjadi sakit. Pura-pura suci, tapi semakin tipis rasa malu mu ! (cerpen Tuyul, hal. 56)

Tipis b erarti memiliki ketebalan yang minim. Kata ”tipis” biasa digunakan untuk benda seperti buku, kertas, dan seb againya yang berbentuk tiga dimensi. Benda yang tip is biasanya memiliki ukuran atau volume yang lebih sedikit dibandingkan dengan b enda-benda yang tebal. Kata ”tip is” dip adukan dengan kata ”malu”, berarti rasa malu yang dimilki tokoh semakin sedikit atau semakin kecil.

b. Indeks

Indeks merup akan tanda yang memiliki hu bu ngan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya. Ind eks disebu t juga tanda seb agai bukti. Indeks yang terdapat pada kumpulan cerpen Samin berupa mimik wajah yang menunjukkan perasaan tokoh dan deskripsi alam untu k menunjukkan keadaan alam sekitar sebagai setting tempat cerita. Pada ku mpulan cerpen Samin, terdapat beberapa indeks yang b erupa sikap tubuh atau ekspresi to koh yang menunjukkan kemarahan tokoh, yaitu:

1) Pak Camat merasa tertamp ar. Matanya mencorong tajam. (cerpen Biru, hal. 6)

2) Petugas jaga mukanya merah padam. Ia b egitu geram. Kemarahan si petugas jaga itu diam-diam telah menu lari teman-temann ya. (cerpen Mun, hal. 15)

3) ”Kalau ad a kepentingan dengan Bapak sebaiknya me nemui di kantor saja!” pintu itu pu n dibanting dengan keras. (cerpen Pundh en , hal. 25)

4) ”Pergi kalia n. Tak ada tontonan di sini!” bentak Emak yang mendadak muncul dengan kemara han. Matanya mencorong tajam. Mukan ya merah padam. (cerpen Dom, hal. 50 )

5) Emak sudah bangu n. Kemarahannya yang sem entara ditimbun tid ur; memuncak. Emak jad i betul-betul garang. M atanya melo tot. Tangannya mengepal. Wajahn ya semerah ap i. Kami bergidik dan mu ndur ke belakang. (cerp en Dom, hal. 52)

Beb erapa indeks di atas berupa keadaan mimik wajah to koh yang berfungsi menunjukkan perasaan tokoh. Mata merupakan bagian tubu h manusia yang menu njukkan perasaan, sep erti perasaan sedih, senang, marah, dan sebagain ya. Kata “menco rong” pada kutipan tersebut dapat diartikan sebagai terbuka lebar atau membelalak. Orang yang marah biasan ya matanya meloto t atau membelalak. Pernyataa n “matanya mencoro ng tajam” menandakan bahwa tokoh sedang marah. Mu ka merah padam bisa disebabkan beberapa hal, yaitu menunjukkan rasa malu atau menunjukkan rasa marah. Muka merah padam yang dialami oleh to koh dalam beberapa judul cerpen tersebut disebab kan karena to koh sedang marah. Hal ini diperkuat dengan p ernyataan sebelumnya maupun sesudahnya.

Pada cerpen Pundhen, pengarang tidak menggunaka n mimik wajah tokoh untuk menunjukkan kemarahan, tetapi melalu i sikap atau perilaku tokoh. Perilaku ”membanting pintu” dengan keras dapat menunjukkan beberapa hal, yaitu seseo rang sed ang terburu-buru atau seseorang sedang dalam keadaan marah. Berd asarkan pernyataan di atas, toko h Bu Lurah membanting pintu dengan keras karena ia merasa kesal dan tidak suka dengan kedatangan Mbah Jo yo. Hal ini dapat dilihat melalui pernyataan sebelumnya, yaitu :

”Ada keperluan apa? Bapak sedang tidak ada di rumah!” suara itu sungguh sengit. (cerpen Pundhen , hal. 25)

Kata ”sengit” di sini menunju kkan bahwa to koh ”Bu Lu rah” berbicara dengan judes atau kasar. Ini menunjukkan bahwa tokoh ”Bu

Lurah” sedang dalam su asana kurang baik, atau ia memang tidak menyukai kedatangan Mbah Joyo.

Indeks yang berupa deskripsi tentang setting tempat dalam kumpulan cerpen Samin, yaitu:

1) Agung tak menjawab . Tangannya menud ing kembang-kembang teb u yang melenggak-le nggok di atas kehijauan yang menghampar. Indah sekali. Di atas langit biru membentang. Di bawah, batang-batang co klat tebu dengan d aunnya yang hijau. Kembang-kembang tebu menari di antara bentangan warna yang sama memikatn ya. (cerpen Kembang Tebu, hal. 18)

Kutipan tersebut menggambarkan keindahan dari keb un tebu di desa Agu ng. pengarang berusaha menunjukkan keindahan dan keelokan kebun tebu dengan permainan kata-katanya. Kalimat “kembang-kembang tebu yang melengagak-le nggok d i atas kehijauan yang menghampar” menunjukkan keadaan kembang-kembang tebu yang bergerak tertiup angin. Kalimat “di atas langit biru membentang” pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa hari cerah. Paragraf tersebut mencerita kan keindahan kebun tebu di siang hari. Di saat langit cerah, dan angin berhembus sepoi-sepoi membuat kembang tebu bergerak-gerak seirama tiupan angin.

2) Kebun tebu telah habis ditebang. Kemb ang-kembang tebu tak lagi b isa dipandang. Kini yang membentang, cuma tonggak-tonggak tebu, menantang langit. Kelancipannya menu njukkan kegersangan. (cerpen Kembang Tebu , hal. 19)

Kutipan tersebut menggambarkan kondisi kebun tebu setelah penebangan. pengarang menunjukkan bahwa yang tersisa han ya to nggak- tonggak tebu yang tak lagi memiliki dau n.

3) Untuk membersihkan tanah bekas kebun tebu itu, dilakukanlah pembakaran. Langit seakan mandi d arah. Kampu ng b erselimut kabu t. Asap mengepu ng dan membumbung. (cerpen Kembang Tebu , hal. 19)

Kutipan tersebut menunjukkan peristiwa p embakaran di kebun tebu. Pernyataa n “langit yang bermandi darah” maksudnya langit seakan berwarna merah karena biasan api yang memb akar kebun tebu. Pernyataan “kampung berselimut kabut” menunjukkan bahwa pembakaran tersebu t menghasilkan asap yang te bal hingga menyerupai kabut.

4) Kampungku adalah kampung yang tenang. Seperti telaga ya ng berada di su nyi pegunungan. Ketenangann ya bahkan tak pernah menghasilkan riak atau ombak. Sesekali, memang, dipecahkan cip ak ika n. Atau selemb ar daun yang jatuh karena tak sanggup menahan berat embun. Namun sesudah itu kembali sunyi. Kembali dihuni suara burung, cengkrik, lenguh kerbau, kokok ayam, penggeret, serta teriakan-teriakan petani bekerja. (cerpen Samin , hal. 28)

Pengarang mencerita kan keadaan setting atau latar cerita di awal. Ia menggambarkan suasana d esa yang tenang dan d amai d enga n menggunakan bahasa yang indah dan banyak melibatkan perumpaan. Pernyataan di atas menunju kkan su asana desa yang tenang. W alau pu n terkadang ad a sedikit keributan, akan segera reda, kembali tenang dan damai.

5) ”Tanah ini sangat subur Guru. Sawah memb entang, gunung menjulang di mana-mana. Kebu n-kebun luas menghijau , hu tan menghampar. Poho n- pohon rindang di pedesaan. Mata air yang tak ada habis-habisn ya. Gu ru, aku tak bisa menguraikan lebih jauh mengenai kesuburan tanah ini. Seandainya ad a yang menanam batu , batu itu akan tumbuh. Guru bisa melihat sendiri. Betapa d amainya tanah ini. Gunung yang biru di kejauhan. Kehijauan yang membentang. Sungai mengalir. Kicau burung. Gemersik hutan. Su ara satwa!” (cerpen Ja wa , hal. 35)

Pengarang menunjukkan keindahan dan kesu buran tanah Jawa lewat penuturan tokoh di atas. Pernyataan ”Kebun-kebun lu as menghijau, hutan menghampar. Poho n-pohon rind ang d i pedesaan. M ata air yang tak ad a habis-habisnya” menunjukkan keindahan tanah Jawa. Kalimat ”seandainya Pengarang menunjukkan keindahan dan kesu buran tanah Jawa lewat penuturan tokoh di atas. Pernyataan ”Kebun-kebun lu as menghijau, hutan menghampar. Poho n-pohon rind ang d i pedesaan. M ata air yang tak ad a habis-habisnya” menunjukkan keindahan tanah Jawa. Kalimat ”seandainya

1) Melihat perubahan b apaknya yang seperti itu , Agung mengernyitkan d ahi. (cerpen Kembang Tebu , hal. 20)

2) Pak Carik mengeru tkan dahi. Seperti sedang berpikir, namun tidak memberi komentar apa-apa. (cerpen Pundh en , hal. 24) “M engernyitkan dahi” merup akan gerak mengerutkan dahi. Orang mengerutkan dahi bisa disebabkan banyak hal. Mengerutkan dahi karena terserang gatal, karena faktor kebiasaaan, menunjukkan seseorang dalam kondisi b ingung atau sedang b erpikir keras. Kegiatan “mengernyitkan dahi” yang dilakukan tokoh “Agung” dalam cerpen Kembang Tebu berarti tokoh sedang berpikir karena merasa b ingung dengan perubahan sikap bapaknya. Kegiatan “mengerutkan dahi” yang dilakukan toko h “Pak Carik” dalam cerpen Pundhen menunjukkan bahwa tokoh sedang berpikir. Hal tersebut diterangkan dalam kalimat berikutn ya.

c. Simbol

Simb ol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau p erjanjian yang telah d isepakati o leh masyarakat. Kumpulan cerp en Samin memiliki 4 6 je nis simb ol, yaitu:

1) Biru sebagai judul cerpen Berdasarkan hasil wawancara dengan pengarang, “biru” yang dimaksud dalam cerpen tersebut adalah sebuah perumpamaan dari warna yang melambangkan seb uah partai, yaitu warna kuning. Warna ku ning ini menjadi warna partai Golkar p ada masa Orde Baru. Pada masa itu, keku atan Golkar sangat b erpengaruh d alam pemerintahan. Semu a p egawai negeri diwajibkan untuk memilih partai Go lkar dalam pemilu, sehingga Golkar selalu menang dalam pemilihan umum. Selama 32 tahun, Ind onesia dipimpin oleh So eharto sebagai Presiden. Hal ini sesuai dengan

Sund awa Putra (http://labpolunsil.b lo gspot.com/

2011/03/konsolidasi-birokrasi-pasca- pemilukada.html, d iundu h pada tanggal 12 oktober 2011) bahwa Orde Baru adalah o rde yang paling banyak menggu nakan kekuatan b irokrasi seb agai po ndasi u ntuk melanggengkan sistem kekuasaan. Pada waktu itu, selain militer Orde Baru juga melakuka n kuningisasi pada institusi pelayanan masyarakat. Pand angan yang terb entu k pada waktu itu adalah bila d ia seorang PNS, bisa dipastikan dia ad alah pendukung fanatik Golkar.

2) Mengangguk

Menurut Kamu s Besar Bahasa Indonesia (2005: 41 ), menganggu k

ad alah menggerakkan kepala ke bawah u ntuk memberi hormat atau mengiakan. Ada beberapa gerakan mengangguk yang d ilakukan oleh tokoh dalam beberapa judul cerpen, yaitu:

a) “Tak usah ke Kabupaten, P ak!” kata Pak Lurah jerih. “Kenap a?” Pak Camat d engan suara sengit. “Tak apa-apa!” jawab Pak Lurah lunglai. “Kalau begitu sampaikan instru ksi itu ke wargamu!” perintah Pak Camat. Pak Lu rah mengangguk. (cerpen Biru, hal.7)

b) ”Lihat, Mbah! Buru ng-burung itu terb ang menjauh, begitu senapan ini ditembakkan. M engapa begitu? Karena mereka ingin selamat!” Mbah Jo yo menelan ludah. Pahit sekali. ”Manu sia pun juga begitu,” lanjutn ya. ”Paham maksud kami, Mbah?” Dengan berat Mbah Jo yo menganggukkan kep ala. (cerp en Pundhen, hal. 26)

c) ”Jangan sampai tanah ini tertetesi darah anak-anaknya sendiri. Jangan samp ai. Lebih b aik d amai daripada perang. Dan apa untungnya perang dengan saudara sendiri!” Aku mengangguk. Entah anggukan yang ke berapa. (cerpen Jawa, hal. 37) c) ”Jangan sampai tanah ini tertetesi darah anak-anaknya sendiri. Jangan samp ai. Lebih b aik d amai daripada perang. Dan apa untungnya perang dengan saudara sendiri!” Aku mengangguk. Entah anggukan yang ke berapa. (cerpen Jawa, hal. 37)

e) ”Benarkah kamu Tu yul yang berkeliaran d i kampung sini?” tanya Mbah Karyo berwibawa. Yang ditan ya menga ngguk. (cerpen Tuyul, hal. 55)

f) Ketika kami utarakan maksud mengundang ked atangann ya, M bah Karyo mengangguk-angguk. (cerp en Tuyul, hal. 54)

”M engangguk” yang dilakukan tokoh dalam beberapa cerpen yang telah disebutkan di atas bukan seked ar gerakan tanp a arti, namun sebagai bahasa nonverbal sebagai respon pernyataan yang diutarakan tokoh lain. Setting kumpu lan cerpen Samin adalah kehidupan masyarakat Jawa. Menganggukkan kepala dalam masyarakat Jawa sebagai bahasa nonverb al berarti persetu ju an atau mengiyakan sesuatu yang telah disebu tkan seb elu mnya. “M engangguk ” yang dilakukan oleh Pak Lurah dalam cerpen Biru menunjukka n persetujuan atau kesa nggupan. To koh “Pak Cam at” meminta Pak Lurah untu k menyampaikan instruksi ke warga. Pak Lurah menjawab dengan anggukan kepala yang berarti ia akan melaksanakan perintah Pak Camat. Begitu pula dalam judul cerpen yang lain, mengangguk yang dilakukan oleh tokoh merupakan ungkapan persetu juan atau mengiyakan pernyataan sebelu mnya.

3) “Apakah instruksi itu dipraktekkan seb egitu kaku? Kita bisa menjadi robot karenanya!” deb at Ketua RW III. (cerpen Biru, hal. 8 ) “Ro bot” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 432) diartikan sebagai alat berupa orang-orangan yang dapat bergerak atau berbuat seperti manusia dan d ikendalikan oleh mesin. Robot diprogram sehingga berlaku sesuai instruksi. Ia p atu h terhadap tuannya karena tidak punya pemikiran sendiri. Robot bergerak sangat kaku karena tid ak memiliki organ-organ sep erti manu sia. Ia bergerak sesuai perintah tuannya. Kata “robot” dalam kutipan terseb ut melambangkan perilaku manusia yang p atuh terhadap instruksi atasan dan 3) “Apakah instruksi itu dipraktekkan seb egitu kaku? Kita bisa menjadi robot karenanya!” deb at Ketua RW III. (cerpen Biru, hal. 8 ) “Ro bot” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 432) diartikan sebagai alat berupa orang-orangan yang dapat bergerak atau berbuat seperti manusia dan d ikendalikan oleh mesin. Robot diprogram sehingga berlaku sesuai instruksi. Ia p atu h terhadap tuannya karena tidak punya pemikiran sendiri. Robot bergerak sangat kaku karena tid ak memiliki organ-organ sep erti manu sia. Ia bergerak sesuai perintah tuannya. Kata “robot” dalam kutipan terseb ut melambangkan perilaku manusia yang p atuh terhadap instruksi atasan dan

4) Menggeleng

Menggeleng adalah menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Secara bahasa no nverb al menggeleng digunakan u ntuk mengungkapkan penolakan atau tidak. Ada b eberap a gerakan menggeleng yang d ilaku kan oleh tokoh d alam beb erapa judul cerpen, yaitu:

a) “Rumahnya sudah dicat biru apa b elum?” pancing Pak Lurah. Si tamu menggeleng kepala. ( cerpen Biru, hal. 9)

b) ”Ibu ! Ibu! Kampung kita kedatangan pahlawan!” teriakn ya sambil berlari d i loro ng-loro ng kampung. Tentu sikapnya itu diikuti kawan- kawan seb ayanya, sementara orang-orang tua han ya geleng-geleng kepala. (cerp en Bedil, hal. 40)

c) ”Sudah bawa surat p engantar RT?” Patrem menggeleng. (cerpen Patrem , hal. 45)

Menggelengkan kepala b isa disebab kan ban yak hal, antara lain seb agai gerak dalam olahraga, karena kebiasaan, dan sebagai bahasa nonverbal. ”M enggeleng” yang d ilaku kan oleh toko h dari beberapa judul cerpen di atas jika dilihat dari konteksnya berfungsi sebagai resp on atau jawaban dari pernyataan dari tokoh sebelumnya. Setting kumpu lan cerpen Samin adalah kehid up an masyarakat Jawa. ”Menggeleng” dalam masyarakat Jawa d apat berfungsi sebagai bahasa nonverbal yang b erarti penolakan atau tidak. ”Menggeleng” yang dilakukan to koh dalam cerpen Biru dan cerpen Patrem berarti tidak atau belum. Pada cerp en Bedil, toko h geleng-geleng kepala yang berarti melakukan gerakan menggelengkan kepala lebih dari satu kali. ”Geleng-geleng kepala” yang dilakukan toko h dalam cerp en Bedil tid ak dilakukan untuk merespon pernyataan, namun dilakukan untuk mengekspresikan keheranan. Tokoh merasa heran dengan tingkah Kuncung dan kawan-kawannya.

5) Julukan Samin sebagai nama to koh

Masyarakat Samin adalah keturunan para p engiku t Samin Soero sentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana dia mengo barkan semangat perlawanan terhadap Beland a dalam bentuk lain di luar kekerasan. Bentu k yang dilakukan adalah meno lak memb ayar pajak, menolak

pemerintah kolo nial (http://rinangxu. wordpress.com/2006 /12/07/samin-anarchy-reb el-budaya/,

13 Juli 2011 ). M asyarakat Samin adalah masyarakat yang memiliki ciri- ciri khusus yang menjadi id entitas mereka dalam p enamp ilan sehari-hari yang berb eda dengan masyarakat lain di sekitarnya.

Orang pada umumnya mengidentifikasikan orang Samin sebagai orang yang bodoh dan menolak pembaru an. Namun seb enarnya masyarakat Samin timb ul dari u saha penolakan p emerintahan kolonial Belanda yang d ianggap semena-mena. Ajaran ini diawali oleh tokoh yang bernama Samin Suro sentiko yang menentang pemerintah Belanda denga n tidak mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh Belanda. Akibatnya, terb entuklah masyarakat Samin yang memiliki peraturan sendiri yang hingga se karang masih me njadi p anutan mereka. Masyarakat Samin terkenal dengan kelugu an dan kejuju ran mereka dalam menjalani hidup. Masyarakat Samin memang terkesan tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lain karena adat-istiadat yang mereka junjung.

Pada cerp en Biru to koh “Pak Samin” meru pakan to koh yang menjunjung warisan b ud aya leluhu r dan berani menolak instruksi pemerintah karena ia merasa instruksi yang dib erikan tidak sesuai d engan hati nu raninya. Pada cerpen Samin Pak Rekso disebut sebagai “Samin ” karena tokoh “Mb ah Lurah” menganggap Pak Rekso bodoh dan berani menentang pemilihan Lurah. pengarang menampilkan tokoh “Samin ” seb agai simbol d ari tokoh yang berani menentang kebijakan politik pad a masa itu. Bukan karena tokoh “Samin” (Pak Rekso) bodoh, justru pengarang berusaha menyampaikan b ahwa Samin bukan lambang kebodohan. Samin ju stru sangat cerdas, ia melakukan tindakan pura-pura Pada cerp en Biru to koh “Pak Samin” meru pakan to koh yang menjunjung warisan b ud aya leluhu r dan berani menolak instruksi pemerintah karena ia merasa instruksi yang dib erikan tidak sesuai d engan hati nu raninya. Pada cerpen Samin Pak Rekso disebut sebagai “Samin ” karena tokoh “Mb ah Lurah” menganggap Pak Rekso bodoh dan berani menentang pemilihan Lurah. pengarang menampilkan tokoh “Samin ” seb agai simbol d ari tokoh yang berani menentang kebijakan politik pad a masa itu. Bukan karena tokoh “Samin” (Pak Rekso) bodoh, justru pengarang berusaha menyampaikan b ahwa Samin bukan lambang kebodohan. Samin ju stru sangat cerdas, ia melakukan tindakan pura-pura

Kalau ia menunju kkan sikap menentang, seb enarn ya itu bukan bentuk penentangan, namun wujud wewaler. Elinga sajroning eling aja mung eling sajroning lali ( cerpen Samin, hal. 31).

6) Sepeda Sepeda adalah kendaraan roda dua yang bergerak dengan cara dikayuh. Seped a dalam cerpen Mun merupakan titik pokok permasalahan dalam cerpen tersebut. Sepeda menjadi sumber p ermasalahan dan inti cerita. Pengarang menampilkan seped a d alam cerpen ini untu k menyimbolkan kesenjangan sosial yang terjadi saat ini. Seiring kemajuan tekno logi yang menghadirkan kendaraan yang canggih seperti sep eda mo tor, mobil, pesawat, seped a menjad i alat trasnspo rtasi yang dianggap kuno dan kurang berkelas. Hanya rakyat kelas mene nga h ke bawah yang masih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.

7) Dan yang p aling penting ia sudah tidak grogi kalau ada yang minta bonceng. Si Parti sudah sering ngandol di boncengan Mun. Tentu o rang yang me lihat suit-su it me nggoda. Tapi Mun pasang tampang ”landak” sementara si Parti terus menunduk karena hatinya geronjalan tak karuan. (cerpen Mun, hal. 14 )

Landak ad alah binatang yang kulitnya berduri. Ia mempertahankan diri d ari musu h dengan menegakkan du ri-durinya yang tajam dan menusuk. Kata ”landak” dalam pernyataan d i atas dijadikan perumpamaan untuk menunjukkan tampang (wajah) seseorang. Pernyataan ”pasang tampang land ak” maksudnya tokoh ”M un” tetap tenang dan tidak memedulikan ejekan orang lain.

”M enunduk” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 598) berarti kepala atau muka co ndong ke depan dan ke bawah. M enundu k secara bahasa tubuh (bahasa nonverbal) dapat diartikan sebagai u ngkapan rasa malu atau takut. ”M enundu k” yang ”M enunduk” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 598) berarti kepala atau muka co ndong ke depan dan ke bawah. M enundu k secara bahasa tubuh (bahasa nonverbal) dapat diartikan sebagai u ngkapan rasa malu atau takut. ”M enundu k” yang

8) Pertama, ia tak mau masuk jalan sepeda yang sempit dan jelek mu tu asp alnya, dan seperti sep eda-sepeda lain ia melenggang santai di jalur utama yang hotmik. Kedua, ia tak lagi mematuhi traffic-light, meski menyala merah M un tetap nyelo nong masu k, dan tak ada polisi yang menegur. (cerpen Mun, hal. 15 )

Traffic light atau lampu lalu lintas merupakan rambu-rambu lalu- lintas yang terdiri dari tiga warna, yaitu merah, kuning, dan hijau. M erah menunjukkan bahwa kendaraan harus berhenti, kuning menunjukkan persiapan jalan atau berhenti, dan hijau menu njukkan kendaraan boleh berjalan. Pad a cerpen Mun, to koh ”Mun” tetap melaju dengan sepedanya meskipun lampu lalu-lintas men yala merah. Hal tersebut berarti to koh ”M un” telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan lalu-lintas.

9) Di kampung kam i, soso k M bah Jo yo , begitu dikenal. Sesepu h itu sebelum lewat tengah malam belum mau memejam kan mata. Selalu b egitu. Sejak muda ia sudah terb iasa tirakat. Melekan sampai jau h malam. Mencari wangsit, katanya. (cerp en Pundhen, hal. 23)

Memejamkan mata merupakan kegiatan menutup mata, namun juga bisa b erarti menunju kkan orang tid ur. Pada pernyataan di atas, ”memejamkan mata” merupakan kata la in untuk mengu ngkapkan tidur.

10) Trad isi itu sudah turun temurun kami warisi, tanpa mengerti lebih jau h sejarah p ermulaannya. Yang jelas ritual seperti itu diyakini untuk mbuang sengkala. (cerpen Pundhen, hal. 23)

Sengkala berarti musib ah atau sesuatu yang buru k. Ungkapan ”mbuang sengkala” berarti menghindari musibah atau menghindari sesuatu yang buruk yang terjadi.

11) Meski usian ya sudah kepala tujuh, namun Mb ah Jo yo masih tangkas dan kuat. Berjalan d engan ringan, walaupun malam sangat gelap. (cerpen Pundh en , hal. 23)

Kepala merupakan bagian teratas dari tubuh manusia. Kepala juga bisa berarti pemimpin atau yang mem impin. Ungkapan ”kepala tujuh” berarti diawali atau dipimpin oleh angka tujuh. Pernyataan ”u sianya sudah kepala tujuh” dalam kutip an tersebut berarti bahwa to koh telah beru sia 70-an.

12) Pasti ada orang yang berbuat jahat. Batin Mb ah joyo. Lalu ia mengingat- ingat siapa yang mati Selasa Kliwo n. Biasanya anggota tubuh dan kafan orang yang mati di hari itu dijadikan incaran penjahat untuk dijadikan ajimat sesat. (cerp en Pundhen, hal. 23)

Selasa Kliwon merup akan hari yang d ikeramatkan oleh masyara kat Jawa. Hari tersebut d ipercaya oleh orang Jawa mengandung mistik. Orang sering melaku kan ritual-ritual yang berkaitan dengan klenik saat hari Selasa Kliwo n.

13) ”Begini lho Nak carik, sa ya ini mau melaporkan kejadian tadi malam p ad a Pak Lu rah. Semalam Pundhen kita itu d ibuat kurang ajar orang. M asak Pundhen yang kita sucikan kok dibuat mesum. Apa tidak mencoreng wibawa kamp ung kita. Kalau mau begituan kan bisa di rumah. Atau kalau itu barang colongan, ’kan bisa nyewa penginapan.”(cerp en Pundhen, hal 23)

Kata ”kurang ajar” dan ”begituan” pada kutipan di atas b erarti sama, yaitu untuk mengungkapkan p erilaku mesum. Kata-kata tersebut digunakan tokoh untu k mengu ngkapkan perilaku mesu m dengan lebih sopan dan tid ak terkesan vulgar.

”Barang colongan” berarti mengambil barang yang bukan milikn ya, atau mengamb il sesuatu secara semb arangan. Barang yang dimaksud pada kutipan tersebut adalah wanita. Ungkapan ”barang co longan” dalam pernyataan di atas berarti wanita yang bukan m iliknya (istrinya) atau b isa berarti juga wanita tuna su sila.

14) Menginjak halaman Pak Lurah, hati Mbah Joyo berdesir. Ada firasat aneh yang ia tangkap. Namun, kep alang basah, Mbah Jo yo nekat mengetuk pintu. (cerpen Pundhen, hal. 25)

”M engetu k p intu” merupakan kegiatan yang biasa dilakukan orang untuk menandakan kedatangan atau meminta permisi untuk masuk ke suatu ru ang atau rumah. M engetuk pintu juga dapat menjadi tanda bahwa seseorang mencari atau memiliki u rusan dengan orang yang ada di dalam ruangan atau rumah. Pernyataan di atas menu njukkan b ahwa tokoh ”M bah Jo yo” mengetuk pintu rumah Pak Lurah b ermaksud untuk bertamu dan bertemu dengan Pak Lurah.

15) Mendengar pengaku an seperti itu M bah Joyo kehilangan konsentrasinya. Ia kembali hidup di alam wadag. (cerpen Pundh en, hal. 27)

Wad ag yaitu sesuatu yang nyata atau bersifat ragawi. Alam wadag berarti alam nyata atau realita. Pernyataan ”Ia kembali hidup d i alam wadag” berarti tokoh ”Mbah Joyo” kembali d ihad ap kan pad a kenyataan atau pada sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

16) Adapu n Mb ah Joyo dikab arkan memilih mati mo ksa sep erti Prabu Jayab aya. Mati beserta raganya. (cerpen Pundhen, hal. 27)

Moksa sering juga disebut nirwana, berarti pembebasan, saat atman lepas dari ikatan punarb awa atau samsara. Karena itu seseorang yang bisa mencapai moksa tak akan lagi menitis ke bumi, atmann ya sudah menyatu dengan Hyang Tunggal. Bagi orang-orang Bali

ad a tiga moksa, yaitu p embebasan yang masih meninggalkan badan kasar (jasmani) ketika mati, mo ksa yang tidak lagi meninggalkan jasad, namun cu ma menyisakan abu, dan moksa yang tidak menyisakan apa pun, hilang sirna

http ://rare- ango n.blogspot.com/2010/08 / moksa.html). M ati moksa yang dilakukan Mbah Joyo adalah je nis moksa yang kedua, yaitu mati tanpa meninggalkan jasad. Ini nampak dalam kalimat berikutnya. Berdasarkan pemap aran tersebut, dapat diketahui bahwa to koh “Mbah Joyo ” beragama Hindu atau masih terpengaru h agama Hindu.

17) Sesu mbar Mbah Lurah memang menggidikkan. Membu at takut siapa pu n. Hingga tak seo rang pun yang berani dadi jago. (cerp en Samin, hal. 28)

“Dadi jago” maksud nya menjad i yang d ijago kan. Kata “dadi jago ” pada cerpen Samin berarti menjadi calon untu k pemilihan Lurah beriku tnya.

18) Warga kembali dihadap kan p ada keharusan memb erikan suara. Sebab, kata M bah Lurah, pemilihan Lurah merup akan pesta demokrasi. (cerpen Samin , hal. 29)

“Suara” adalah sesuatu yang dikelu arkan manusia melalui mu lut sehingga d apat didengar o leh orang lain. Jika dikaitkan dengan suatu pemilihan umum, suara berarti pendapat. “M emberikan suara” maksudnya mengikuti pemilihan dan memilih calon untuk dijadikan lurah.

“Pesta” dalam Kamus Besar Bahasa Ind onesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 377) berarti perayaan, perjamuan makan minum, bersuka ria, dan sebagainya. Pesta biasa dilakukan jika memperingati hari tertentu dan bersifat masal (melibatkan banyak o rang). Demokrasi adalah pemerintahan yang b erasaskan dari rakyat, oleh rakyat, u ntu k rakyat. Artinya suara rakyat sangat dipentingkan untuk menentu kan keb ijakan pemerintahan. Pesta demo krasi berarti p eristiwa di mana semu a rakyat berhak mengeluarkan aspirasi dan pendapatnya untuk perkembangan pemerintahan berikutn ya. Ungkapan “p esta demokrasi” yang dimaksud dalam cerpen Samin berarti ikut serta dalam pemilihan Lurah.

19) Mbah Lurah yang diam-diam kuatir tidak b isa menang telak, melancarkan gerakan siluman. (cerpen Samin, hal. 29) Silu man merup akan makhluk yang tidak terlihat dan berhati jahat. “Siluman” dalam Kamu s Besar Bahasa Indonesia (Su harso dan Ana Retnoningsih, 2005: 491) berarti makhluk halus seperti manusia yang tidak kelihata n atau b ersifat gaib. Ungkapan “gerakan silu man” dalam pernyataan tersebu t berarti bahwa tokoh menggunakan cara yang licik dan tidak diketahui oleh pihak lain.

20) Dengan menugasi kaki tangann ya bergerilya dari rumah ke rumah membagikan amplop rezeki. (cerpen Samin, hal. 29)

Terd apat ju ga dalam kutipan b erikut ini:

“Sekarang, kalau saatnya pemilihan, berbaik hati dengan warga. Bermanis muka. Tapi setelah b erkuasa, warga ditelantarkan begitu saja. Malah kalau nguru s surat-su rat dip ersu lit. Baru lancar kalau

ad a amplop. Pemilihan lurah jangan d isamakan dengan sekarang membu ang amplop, besok menarik amplop !” (hal. 30)

“Amplop” merupakan simbol yang biasanya digunakan o rang untuk seju mlah uang yang diberikan kepada o rang lain. Biasanya “amplop” berkonotasi negatif, yaitu sejumlah uang yang diberikan secara diam-diam untuk alasan tertentu atau sogokan untuk mengikuti ap a yang diinginkan pemberi.

21) Orang-orang mulai memandangnya nyinyir. Ada yang bilang, Pak Rekso sok keminter. Sok ngerti politik. Padahal makannya cuma gaplek. Tiwul. Nasi jagung. Jangan ba yem. Lauk kerupuk.(cerpen Samin, hal. 30)

Gaplek, tiwul, nasi jagung, jangan bayem merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi o leh orang desa. Kerupuk merupakan lauk yang sangat sederhana. Berlauk keru pu k bisa d iartikan sebagai kebiasaan orang yang kurang mampu, karena tidak mampu membeli lauk yang layak. Pernyataa n “Padahal makannya cuma gaplek. Tiwul. Nasi jagung. Jangan bayem. Lau k kerupuk” menunjukkan bahwa tokoh “Pak Rekso” merupakan o rang desa yang bukan dari golongan berada, sehingga masyarakat merasa Pak Rekso tid ak pantas jika b erani menentang pemilihan Lurah.

22) Mbah Lurah, kini memang jatu h miskin. Dia tidak lagi bisa mencari pulihan. Orang-orang di kampu ngku menyebutnya kalah main. (cerpen Samin , hal. 30)

Pulih adalah keadaan kembali membaik dari sesuatu yang buruk atau sembuh dari sakit. Kata ”p ulihan” dalam cerita ini berarti sesuatu yang dapat digunakan untu k memp erbaiki kead aaannya dan membu atnya menjadi lebih baik. ”Pu lih” yang dimaksud dalam cerpen Samin adalah pulih dari kemiskinan atau kebangkrutan.

Main hampir sama artinya dengan berjudi, yaitu bermain d engan menggunakan taru han atau mempertaruhkan sesuatu. Orang yang kalah Main hampir sama artinya dengan berjudi, yaitu bermain d engan menggunakan taru han atau mempertaruhkan sesuatu. Orang yang kalah

23) Selama tata-cara pemilihan, tak berubah, berarti tak pernah ada perub ahan. Yang berubah Cuma wayang-wayangnya. Begitu prinsip Pak Samin. (cerpen Samin, hal. 31)

“Wa yang” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retno ningsih, 2005: 638) berarti gambar atau tiruan orang yang dibuat dari kulit, kayu, d an sebagainya untuk memp ertunjukkan suatu lakon. Wayang tidak bisa b erd iri send iri. Pertunjukkan wayang memerlukan dalang sebagai penggerak dan pengatur cerita. “Wayang ” dalam pernyataan tersebut maksud nya tokoh-tokoh yang dicalonkan dalam pemilihan umum. Pengarang mengibaratkan mereka seb agai wayang karena menganggap tokoh-tokoh politik itu seb agai p elakon yang digerakkan o leh d alang d an aturan tertentu. Dalang yang d imaksud dalam cerpen tersebut ad alah sistem negara.

24) Guru

Guru ad alah orang yang mengajarkan ilmu. Berdasarkan wawancara dengan pengarang, ”guru ” yang dimaksud dalam cerpen Ja wa

ad alah guru spritu al dari tokoh ”Aku” atau lebih mengarah ke du kun. Gu ru di sini mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang bersifat spiritu al atau kebatinan. ”Guru” dalam cerp en Jawa bersifat misterius d an gaib. Ia berhati bersih d an telah meninggalkan nafsu duniawi. Hal ini nampak p ada kutipan:

Usia Guru tak bisa kutebak. Mungkin tigaratus tahun. Mungkin serib u tahun. Beliau tak pernah memperso alkan usia. Di wilayah mana Guru hidup, banyak orang yang umurnya ribuan tahun. Tak mengenal apapu n selain menjaga keseimbangan hid up. Keikhlasa n Usia Guru tak bisa kutebak. Mungkin tigaratus tahun. Mungkin serib u tahun. Beliau tak pernah memperso alkan usia. Di wilayah mana Guru hidup, banyak orang yang umurnya ribuan tahun. Tak mengenal apapu n selain menjaga keseimbangan hid up. Keikhlasa n

25) Saben-saben ganti raja Tanah Jawa banjir nyawa (hal. 33) Pernyataa n d i atas merupakan peribahasa bahasa Jawa yang artinya setiap ganti raja, tanah Jawa banjir nyawa. Banjir n yawa d i sini maksudnya adalah menjatuhkan banyak korban, atau banyak yang mati. Banyakn ya korban itu disebabkan o leh peperangan, p erebutan keku asaa n, perang sau dara, dan sebagainya. Sejak zaman dahu lu, tanah Jawa memang memiliki banyak sejarah kerajaan yang mengu asai tanah Jawa. Kerajaan Jawa diawali oleh berdirinya kerajaan Mataram ku na kemudian beralih ke keku asaa n kerajaan Kediri, Singo sari, Majapahit, Demak, hingga kerajaan Mataram. Setiap pergantian Raja atau pengu asa kerajaan, terjad i perang yang menimbu lkan banyaknya korban jiwa.

Filo sofi inilah yang kemu dian membuat pengarang merenung dan kemudian mengaitkannya ke masa orde baru. Waktu itu tanah Jawa secara sempit dan Indonesia secara luas dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pengarang menganggap Soeharto sudah menyeru pai Raja bagi tanah Jawa (Ind onesia), karena ia berkuasa sangat lama sekitar 32 tahun. Selain itu ia juga memiliki wibawa yang sangat kuat d an ditaku ti oleh rakyat maupun oleh negara lain. Jika d ikaitkan d engan era Orde Baru, dap at dilihat p ada masa jatu hnya p emerintahan Soeharto . Upaya penjatuhan Presiden Soeharto, diwarnai dengan reformasi yang penu h d engan perseteruan dan mengakib atkan banyak o rang meninggal.

26) Guru tersenyum. Keteduhan mengalir dari wajahnya yang memancarkan caha ya. Selalu, aku tak kuasa menatap matanya yang terpejam sempurna. Entahlah. Kekuatan semacam apa yang tersembunyi d i balik pandangannya. Sep erti matahari. Sep erti aura raja rimba. (cerpen Ja wa, hal. 33)

Tersenyum ad alah gerak b ibir yang menunjukkan bahwa tokoh ingin menunjukkan simpati kepad a orang lain atau senang. Matahari Tersenyum ad alah gerak b ibir yang menunjukkan bahwa tokoh ingin menunjukkan simpati kepad a orang lain atau senang. Matahari

”Raja rimba” adalah sebu tan lain untuk harimau yang memiliki keku atan lebih darip ada binatang lain, sehingga selalu d isebut sebagai raja rimb a. Harimau ad alah simbol kekuatan dan keperkasaan. Ungkapan ”seperti aura raja rimba” yang terdapat pada kutipan tersebut berarti terlihat kuat d an tegas.

27) ”Sudah terlampau lama engkau tidur, sekarang bangunlah!” ”Aku tidur hanya dua samp ai empat jam sehari Guru!” ”Itu tidur b adan. Jiwamu tertidur bertahun-tahun, sekarang bangu nlah! Jangan biarkan dirimu terpasung!” (cerpen Ja wa, hal. 34)

”Pasung” menurut Kamus Besar Bahasa Ind onesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 362) adalah alat u ntuk menghukum orang, berupa kayu apit atau berlubang d ipasang di kaki, tangan atau leher. Terp asung adalah keadaan terhimpit dan tidak mampu bergerak. Kata ”terpasung” dalam pernyataan di atas menunju kkan kead aan yang terkurung, sehingga tidak mampu melakukan apa-ap a atau mengeluarkan ide dan pendapatnya. Tokoh di sini tid ak benar-benar terpasung. To koh ”Guru” menyamakan kead aan tokoh dengan kond isi terp asung karena ia tidak melakukan hal-hal yang berguna selama ini.

28) ”Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung. Sayang pengetahuanmu tentang tanah p ijakanmu sangat terbatas, sehingga tak mampu menangkap sasmita langitmu. Sesu ngguhnya, semua tanah itu d itakdirkan indah. Gurun p asir atau kutub utara-selatan pun mempunyai keindahan tersendiri. Artinya; engkau jangan tertipu o leh mata!” (cerpen Jawa, hal. 35)

Mata adalah bagian tubuh manu sia maupun binatang yang berfungsi u ntuk melihat. ”Mata” yang d imaksud dalam pernyataan di atas

ad alah penglihatan atau sesuatu yang terlihat. Ungkapan ”tertip u oleh mata” pada kutipan tersebut maksud nya tertipu oleh sesu atu yang nampak.

Bisa juga diartikan melihat sesuatu hanya seked ar permukaannya saja, tidak mengkaji secara lebih dalam.

29) ”Beri pengertian pada yang lain. Bahwa kedamaian lebih menentramkan. Kalau suara tak ada yang mendengar, jangan memakai jalan kekerasan. Ingat; wong Jawa matine yen dipangku. Ambillah rasanya ka lau ternyata hatinya sudah seperti batu, lebih baik diam. Karena diam itu emas. Siapa tahu dari kesiaman itu akan melahirkan Musa!” (cerp en Jawa, hal. 37)

”Wong Ja wa matine yen dipangku” merupakan ungkapan bahasa Jawa yang berarti orang Jawa matinya ketika dip angku. Ini maksudnya, orang Jawa lemah terhadap kebaikan orang lain. Mereka akan luluh o rang sikap baik orang lain. Orang Jawa sangat suka dipuji dan dijunjung, sehingga untuk d ap at menaklukkan hati orang Jawa lebih baik d engan berbuat baik kepadanya. Batu merupakan benda yang keras. Ungkapan ”hati yang sep erti batu” pad a kutipan tersebut berarti memiliki hati yang keras dan tidak mudah luluh.

30) Mengingat Guru,

mengingat

keikhlasannya,

ketenangan dan kebersahajaa nnya, tidak bisa tid ak; aku mesti menyamp aika n pesan- pesannya. Maka sebisa-bisaku , aku belajar pada sungai-su ngai hulu, tentang bagaimana mencapai muara. (cerpen Jawa , hal. 37)

”Hulu” dalam Kamu s Besar Bahasa Ind onesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 171) berarti kepala, bagian atas, ujung, atau permulaan. ”Hulu” yang d imaksud dalam pernyataan di atas ad ala h seb uah permulaan atau awal. ”Muara” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 327) berarti tempat sungai jatu h ke sungai atau ke laut. Muara adalah pertemu an antara sungai dan laut. Muara juga bisa diartikan sebagai akhir d ari aliran sungai. Air sungai yang mengalir dari hulu hingga samp ai ke muara tentunya memiliki b anyak rintangan, sep erti adanya batu, pasir, kayu, dan sebagainya.

Pernyataa n ”belajar pada sunga i-su ngai hulu , tentang bagaimana mencapai mu ara” dap at d iartikan belajar dari hal kecil atau dari awal Pernyataa n ”belajar pada sunga i-su ngai hulu , tentang bagaimana mencapai mu ara” dap at d iartikan belajar dari hal kecil atau dari awal

31) Kuncu ng juga ingin gaya koboi. Mencabut p istol, memutarkan di kelingking. Lalu teriak ”Do r! Dor! Dor!” sambil berlari di kerapatan kebun jagung. (cerpen Bedil, hal. 38)

Koboi ad alah figur yang berasal dari Amerika. Koboi memiliki pakaian yang khas dengan topi dan cela na jeans. Kobo i juga identik dengan kuda sebagai kendaraan, dan pistol sebagai senjata. Koboi terkenal sangat lihai memainkan pistol mereka.

32) Kelompok lawan yang tak menduga diserang sedemikian cepat, banyak yang tewas. Beberapa di antara mereka terpaksa menyerah, dengan mengangkat tangan. (cerpen Bedil, hal. 39)

Mengangkat tangan adalah gerakan meluruskan tangan ke atas. Mengangkat tangan bisa disebabkan berbagai hal. Sebagai bahasa nonverbal mengangkat tanga n digunakan u ntuk menu njukkan sikap menyerah dari peperangan atau p erseteruan. ”Mengangkat tangan” yang dilakukan toko h dalam pernyataan tersebut menu nju kkan bahwa toko h menyerah dalam permainan perang-perangan. Ini juga d ijelaskan dalam kalimat sebelumnya.

33) Kuncu ng terhenyak. Ternyata anak-anak muda yang ia tolong itu pecu ndang yang ta k sanggu p berhadapan dengan sistem negara. M aka tak aneh, kalau kemudian keikhlasan dan kemanusiaan Kuncung jadi bumerang. Ia dituduh melindungi orang-orang yang hendak melakukan makar. Mau tak mau, Kuncung mesti berhadapan dengan pihak yang berwajib. (cerpen Bedil, hal. 41)

Bum erang adalah senjata dari suku Aborigin yang digu nakan dengan cara dilempar ke musuh atau sasaran dan dapat kembali ke pelemparnya. Kata ”bumerang” pad a pernyataan di atas menunjukkan serangan balik ke pemiliknya. M aksudnya keikhlasan dan kemanusiaan Kuncu ng malah menjad i malap etaka untuk dirinya send iri atau menimbulkan hal yang buruk pada dirinya. ”Pihak yang b erwajib” adalah Bum erang adalah senjata dari suku Aborigin yang digu nakan dengan cara dilempar ke musuh atau sasaran dan dapat kembali ke pelemparnya. Kata ”bumerang” pad a pernyataan di atas menunjukkan serangan balik ke pemiliknya. M aksudnya keikhlasan dan kemanusiaan Kuncu ng malah menjad i malap etaka untuk dirinya send iri atau menimbulkan hal yang buruk pada dirinya. ”Pihak yang b erwajib” adalah

34) Satu persatu b arang yang dipunyai dilego dengan harga bantingan.(cerpen Bed il , hal 43) Memb anting b erarti menjatuhkan b end a ke bawah dengan sangat keras. ”Harga bantingan” merupakan id iom yang bia sa digu nakan masyarakat untuk menunjukkan harga yang turun atau diturunkan d ari harga sebelu mn ya d engan sangat murah.

35) Banyak PHK di mana-mana. W ong cilik ju ga yang paling merasakan. (cerpen Patrem, hal. 44) ”Wo ng cilik” sama artinya dengan rakyat kecil. Kecil menunjukkan ukuran yang minim dan ringan. Kecil juga b isa diartikan seb agai sesu atu yang kurang p enting atau tid ak berkemampuan. Pada cerpen Patrem, ”wong cilik” berarti o rang yang tidak mampu atau rakyat biasa.

36) ”Rasanya mau nggantung saja!” (cerpen Patrem, hal. 44) ”Nggantung” merupakan kata yang terp engaru h oleh b ahasa Jawa yang maksudnya melakukan gantu ng diri. ”Nggantung” meru pakan kata yang biasa orang gu nakan untu k mengungkap kan bunuh diri denga n cara menggantung diri. Ini biasa d ilakukan oleh orang-orang yang sedang putus asa karena didera b eban b erat. Pada cerpen tersebut, to koh ”Patrem ” merasa putus asa karena baru di PHK, sehingga ia merasa ingin bunuh diri saja.

37) Untuk sementara Patrem b isa menarik napas longgar. (cerp en Patrem, hal. 44) Menarik nap as merupakan kegiatan yang biasa dilakukan o rang untuk menenangkan diri atau berusaha membuang hal-hal yang mengganggu di hati agar toko h merasa lega. ”Menarik nap as lo nggar ” pada kutipan tersebut berarti toko h merasa lega karena b eb an yang mengganggu sudah terselesaikan.

38) Dom

Dom atau jarum adalah bend a kecil ya ng digunakan untuk sarana menjahit. ”Dom” yang seb enarnya ingin disampaikan pengarang tidaklah sesederhana itu atau bu kan sekadar benda kecil yang digu nakan u ntuk menjahit. Hal yang seb enarnya ingin disampaikan pengarang melalui ”dom” adalah sindiran terhadap Daerah Operasi Militer (DOM ). DOM dib entu k sejak tahun 1989 yang pada b ertujuan untuk mengamankan situasi dari tindakan su atu gerakan, yang disebut pemerintah sebagai GAM (Gerakan Aceh Merd eka). Sejak op erasi tersebut dib erlakukan, ternyata telah terjadi b erbagai bentuk penyimpangan, seperti tindak kekerasan atau penyiksaan d an pembantaian peradaban religius yang sudah berab ad-abad dib angun

(http://jaringankomunikasi. blo gspot.com/2008/10/ dom-aceh-1989-1998.html, 13 Agustus 2011)

39) Sebenarnya kam i su dah dapat berd iri dengan kaki sendiri. M encari sesuap nasi sendiri. (cerpen Dom, hal. 49) Kaki adalah b agian tu bu h manusia yang merup akan tonggak dasar tubuh manusia. Dengan kaki manusia d apat berdiri, berjalan, dan berlari. Pernyataa n ”d ap at berdiri d engan kaki sendiri” pada ku tipan tersebut berarti tidak membutuhkan topangan dari orang lain atau bersifat mand iri. ”Nasi” merup akan simbol kebu tuhan pokok manusia, yaitu pangan. Ungkapan ”dap at mencari sesuap nasi sendiri” berarti d apat mencari makan dengan u saha sendiri atau sudah memiliki pendapatan sendiri.

40) Namun, Emak selalu men yangsikan kemampuan kami. Dia menganggap kami anak-anak ingusan yang menghapus ingus saja mesti lewat tangan Emak. (cerpen Dom, hal. 49)

”Anak-anak ingusan” adalah simbol untu k menunjukkan a nak- anak yang masih kecil atau di bawah umur. Anak-anak kecil p ada umumnya masih keluar ingus. Jadi ”anak-anak ingusan” menjadi sebutan untuk anak-anak di bawah u mur yang masih membu tuhkan bimbingan orang tua. Tokoh ”Emak” selalu beranggap an bahwa anak-anaknya masih butuh bimb ingannya, p adahal sebenarn ya mereka telah dewasa.

41) ”Bagaimana cara kita mengatasi Emak?” kelu hku. Kang Prawiro mengangkat pundak. Sedang Yu Sumi, seperti biasanya mengamb il napas d alam-dalam dan menghembusnya perlahan.(cerpen Dom , hal. 49)

Mengangkat pu ndak bisa disebabkan beb erap a hal, antara la in, untuk o lahraga, karena p egal, atau untuk mengungkapkan bahasa nonverbal. Seb agai b ahasa no nverb al ”mengangkat pundak” digunaka n untuk mengekspresikan ketidaktahuan. Ketid aktahuan ini bisa disebabkan karena orang benar-benar tidak tahu atau karena ia malas menjawab . Pada pernyataan tersebut tokoh ”Kang Prawiro” mengangkat pundak karena ia tidak tahu atau tid ak punya ide cara mengatasi Emak.

42) ”Emak tidak lagi sekadar menjadi ibu, ia lebih dari itu. Emak juga menjadi Bapak. Emak mempunyai fungsi, sebagai ibu sekaligus menjadi ayah!” (cerp en Dom, hal. 51)

Ibu adalah sebutan untuk orangtua perempuan. Ibu adalah sosok wanita yang pada umu mnya melahirkan anak, merawat keluarga, dan melakukan p ekerjaan rumah tangga. Ayah adalah sebutan untuk orangtua laki-la ki. Seorang ayah p ada umu mnya bertu gas menjadi kepala rumah tangga yang mencari nafkah untu k keluarga. Pada kutipan tersebut, toko h ”Emak” harus berperan ganda menjad i ibu yang merawat anak-anaknya dan menjadi ayah yang menafka hi keluarga. Akibatnya berdampak buru k terhadap psiko lo gis Emak d an lu nturnya sisi kewanitaan Emak. Hal tersebut d apat d ilihat dalam ku tipan berikut:

M engap a baru kami sadari tentang peran ganda Emak itu. Mengapa sejak d ulu-dulu tidak kami sadari bahwa peran ganda akan membawa dampak buruk. Karena secara psikologis, Emak yang harus menafkahi dan menghidup i kami, sudah sewajarn yalah berposisi sebagai laki-la ki; yang tegar dan garang dalam mengarungi gelomb ang kehidupan. Dengan demikian soso k kewanitaan - sadar atau tidak – kadang d ilenyap kan. (hal. 51)

Sebenarnya istilah ”peran ganda Emak” adalah simb ol yang digunakan pengarang untu k mengungkapkan kondisi p emerintahan masa Sebenarnya istilah ”peran ganda Emak” adalah simb ol yang digunakan pengarang untu k mengungkapkan kondisi p emerintahan masa

o leh

Atang

Setiawan (http://www.javanewso nline.com/index, d iu nduh pada tanggal 12 Oktober 2011) bahwa militer mempunya i peluang untu k menerima tanggung jawab baru d alam rangka konsep dwifungsi ABRI, yaitu menjadi kepala daerah maupun anggota DPR/MPR yang dijabat bukan melalui prosedur pemilihan umum.

43) Emak adalah sentral atau (bahkan) nyawa bagi keluarga kami. (cerpen Dom , hal. 51) Sentral merupakan pu sat, sesuatu yang p enting. Begitupun nyawa. Nyawa ad alah sesuatu yang p aling p enting d ari b agian makhlu k hidup, karena tanpa adanya nyawa makhluk hidup tidak akan hidup. ”Emak seb agai sentral” dalam pernyataan di atas maksudnya Emak meru pakan sosok yang utama d alam keluarga. Keb eradaannya sangat dibutuhkan dalam keluarga. Ungkapan ”Emak sebagai nyawa” berarti Emaklah yang bekerja untu k menghid up i keluarga.

44) Sebenarnya kampu ng kami berada di tengah ibu kota kabupaten. Tidak di pucuk gu nung atau di pinggir hujan jati. Meski begitu, pola berpikir penduduk kampu ng kami jau h d ari moderen. (cerpen Tuyul, hal. 53)

Daerah di pucuk gunu ng atau di pinggir hujan jati merupakan daerah yang terpencil atau jauh dari peradab an kehidupan modern. ”Pu cuk gunung dan pinggir hujan jati” dijadikan pengarang seb agai pengganti kata terp encil. Pernyataan ”tidak d i pucuk gunung atau di p enggir hujan jati” pada kutipan tersebu t berarti daerah yang menjadi setting cerpen

Tuyul bukanlah daerah yang terpencil, namun pemikiran masyarakatnya masih kurang moderen. Mereka masih percaya dengan takhayul atau hal- hal yang bersifat mistik.

45) ”Sesungguhnya kau manu sia, lebih tuyul darip ad a kami yang Tu yu l!” (cerpen Tu yul, hal. 56) Tu yu l ad alah makhlu k halus yang bisa d ipekerjakan oleh manusia untuk mencuri. Kata ”tu yul” yang pertama d alam kutipan di atas maksudnya sindiran kepada manusia yang sebenarnya berperilaku leb ih buruk darip ada tuyul, yaitu mencuri uang atau harta tanpa kira-kira. Apalagi para pejabat yang telah mengorup si uang negara d engan semena- mena.

46) Kejadian seperti itu sama sekali di luar dugaan. Karenan ya kami hanya diam. Terkesima. Tak hab is pikir kenapa buntutnya jadi begitu. Kenapa kami diberondo ng hakikat-hakikat penyad aran. (cerpen Tuyul, hal. 56)

Buntut adalah bagian tubu h yang terletak di belakang. Buntut biasa digunakan orang u ntuk menunjukkan hal yang mengikuti sesuatu atau akhir dari suatu peristiwa. ”Buntu t” yang d imaksud dalam kutipan tersebut

ad alah akhir dari peristiwa yang telah disebu tkan seb elu mnya, yaitu akhir dari p eristiwa interogasi terhadap tuyul.