Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Pemilik Usaha

Responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes yang sampai periode penelitian masih berproduksi. Tabel 7. Identitas Pemilik Usaha CV. Nilam Kencana Jaya

No Uraian Responden

1. Nama

Nurdin

2. Umur (th)

4. Jumlah anggota keluarga (orang)

Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam Produksi

Lama mengusahakan Alasan usaha

20 Memperoleh keuntungan

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Data Primer Pemilik usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya bernama bapak Nurdin berumur 55 tahun dan sudah berkeluarga. Jenjang pendidikan yang ditempuh tidak tinggi yaitu tamat SMP namun ini berarti bahwa pendidikan dasar sembilan tahun sudah ditempuh. Jumlah anggota keluarga bapak Nurdin berjumlah 5 orang, sedangkan jumlah anggota keluarga yang aktif berjumlah 3 orang. Lama usaha adalah 20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam ini sudah lama diusahakan sehingga pemilik usaha memiliki pengalaman dalam memproduksi minyak nilam.

2. Sejarah Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya

Usaha penyulingan minyak nilam pertama kali diusahakan di Desa Legok pada tahun 1989. Salah seorang warga Desa Legok yaitu Bapak Nurdin membawa benih nilam dari daerah Purwokerto sebanyak 3 kg. Lalu Bapak Usaha penyulingan minyak nilam pertama kali diusahakan di Desa Legok pada tahun 1989. Salah seorang warga Desa Legok yaitu Bapak Nurdin membawa benih nilam dari daerah Purwokerto sebanyak 3 kg. Lalu Bapak

Mulai awal berdiri sampai sekarang, usaha ini banyak mengalami kemajuan, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Semula hanya memilki tiga unit penyulingan dan kini telah memiliki hingga lima unit penyulingan. Usaha penyulingan ini pun pada tahun 2010 berubah menjadi sebuah CV dan berubah nama menjadi “Nilam Kencana Jaya”, sehingga kini usaha tersebut lebih dikenal dengan nama “CV. Nilam Kencana Jaya”.

Usaha penyulingan ini termasuk usaha berskala menengah namun masih bersifat tradisional, karena dalam melakukan proses produksinya masih bersifat sederhana dan semua kegiatannya dikerjakan oleh tenaga manusia. Modal usaha yang digunakan untuk melaksanakan operasional perusahaan berasal dari pengusaha sendiri atau bekerjasama dengan pengusaha/agen penampung yang membeli minyak nilam hasil produksi. Tenaga kerja yang digunakan seluruhnya berasal dari Kecamatan Bantarkawung, yaitu dari desa setempat dan tetangga desa yang masih menganggur.

Usaha penyulingan minyak nilam ini semula dikenal dari pembicaraan penduduk bahwa usaha penyulingan ini memberikan hasil yang menguntungkan. Hal tersebut mendorong penduduk lain untuk mendirikan usaha yang sama, sehingga usaha tersebut mulai berkembang di desa lain yaitu Desa Terlaya, Pangebatan, Tambak Serang, Bojong Neros, dan Dukuh Gempol. Dalam perkembangannya, pabrik-pabrik yang telah berdiri itu tidak mampu beroperasi dengan baik dan akhirnya gulung tikar. Pabrik yang semula banyak berdiri di beberapa tempat di Kecamatan Bantarkawung kini hanya

Terlaya. Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya usaha ini dalam berkembang, yaitu adanya keterbatasan modal dan ketergantungan kepada alam dalam pengeringan nilam. Modal usaha penyulingan minyak nilam di CV. Nilam Kencana Jaya berasal dari modal sendiri, yaitu modal yang digunakan berasal dari uang yang disisihkan dari hasil penerimaan sebelumnya. Namun, jika keadaan mendesak CV. Nilam Kencana Jaya memperoleh modal dari hasil pinjaman dari agen penampung yang berada di Garut.

3. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam usaha penyulingan minyak nilam di CV. Nilam Kencana Jaya adalah nilam kering. Nilam tersebut dibeli dari petani / pengepul nilam yang mengantarkan sendiri nilamnya ke CV. Nilam Kencana Jaya, sehingga pengusaha cukup di rumah / pabrik saja karena penjual yang akan mendatangi mereka. Petani nilam berasal dari daerah di Kecamatan Bantarkawung sendiri atau berasal dari luar yaitu dari Kecamatan lain seperti Kecamatan Salem. Nilam yang dibeli terdiri dari dua macam, yaitu nilam kering dan nilam basah. Harga nilam basah setiap kg sebesar Rp 1.000,- . Sedangkan nilam kering dibeli dengan harga seriap kg sebesar Rp 3.000,-. Harga tersebut akan berbeda ketika musim panen tiba, harga nilam basah setiap kg sebesar Rp 500,-. Sedangkan nilam kering dibeli dengan harga setiap kg sebesar Rp 2.500,-. Nilam basah perlu melalui proses pengeringan terlebih dahulu. Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur nilam basah di bawah bangunan yang atapnya terbuat dari seng atau viber karena akan memiliki kandungan minyak nilam yang lebih tinggi. Pengeringan nilam nilam basah tidak dilakukan dengan menjemur daun dibawah sinar matahari langsung agar minyak nilam yang terkandung di dalam daun tidak mudah menguap. Penjemuran nilam basah biasanya membutuhkan waktu sektar 4 hari hingga menjadi nilam kering.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang bekerja di usaha penyulingan minyak nilam CV.

Dimana tenaga kerja dibedakan menjadi empat yaitu tenaga kerja keluarga, tenaga penyuling, operasional dan biasa. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga pemilik usaha yang aktif dalam usaha penyulingan miyak nilam. Tenaga penyuling adalah tenaga kerja yang bekerja khusus sebagai penyuling dalam proses produksi penyulingan minyak nilam. Tenaga kerja operasional adalah tenaga kerja yang bertugas sebagai pembantu umum yang bekerja di pabrik, bentuk kerjanya biasanya mereka bertugas dalam kebersihan lingungan pabrik, selain itu menimbang dan mencatat bahan baku nilam yang datang dari pengiriman petani nilam. Penentuan upah didasarkan dari pembagian kerja dalam usaha penyulingan minyak nilam. Tenaga kerja biasa adalah tenaga kerja yang bertugas di dalam menjemur nilam basah dan bertugas dalam pembuatan bibit berupa stek nilam yang nantinya bibit tersebut akan dibudidayakan oleh para petani nilam.

Jumlah dari tenaga kerja yang ada di CV. Nilam Kencana Jaya ini bersifat tidak tetap karena pada saat musim biasa atau tidak panen jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan hanya sekitar 20 orang saja dan proses produksi pun hanya menggunakan 2 buah ketel. Setiap satu ketel untuk satu kali proses penyulingaan minyak nilam dibutuhkan 2 orang tenaga penyuling. Sedangkan ketika musim panen tiba tenaga kerja yang dibutuhkan akan bertambah, karena pada saat itu proses produksi mulai menggunakan seluruh ketel yang dimiliki yaitu berjumlah 5 buah ketel. Selain itu dalam proses penjemuran daun nilam basah juga dibutuhkan tenaga kerja biasa yang lebih banyak.

5. Peralatan

Peralatan yang diperlukan dalam proses penyulingan minyak nilam di CV. Nilam Kencana Jaya adalah tungku, ketel, pipa penyalur, kolam pendingin, wadah penampung, gayung, corong, kain monel, kran, ganco, timbangan, skop, drum 250 liter dan jerigen 20 liter. Adapun fungsi dari masing-masing peralatan tersebut antar lain :

1. Tungku berfungsi untuk menopang ketel dan tempat untuk pembakaran bahan bakar.

2. Ketel berfungsi untuk menampung bahan baku nilam kering dan air. Kemudian untuk dimasak di atas tungku.

3. Pipa Penyalur berfungsi untuk menyalurkan uap ke kolam pendingin dan kemudian untuk disalurkan ke wadah penampung.

4. Kolam Pendingin berfungsi untuk mendinginkan pipa penyalur, sehingga uap yang lewat melalui pipa penyalur akan terjadi proses pengembunan yaitu perubahan bentuk uap menjadi air dan minyak nilam. Air dan minyak nilam tersebut seterusnya akan mengalir dan ditampung pada wadah penampung.

5. Wadah Penampung berfungsi untuk menampung minyak sulingan melalui pipa penyalur hasil dari pemasakan proses penyulingan minyak nilam.

6. Gayung dan Corong berfungsi untuk mengambil minyak nilam hasil sulingan dari wadah penampung untuk dimasukkan ke dalam jerigen menggunakan corong.

7. Kain Monel berfungsi untuk menyaring antara minyak nilam dengan air, sehingga akan diperoleh minyak nilam murni.

8. Kran berfungsi untuk membuka dan menutup saluran air yang digunakan pada saat pengisian air ke dalam ketel.

9. Ganco berfungsi untuk memasukkan dan mengeluarkan nilam dari dalam ketel.

10. Timbangan berfungsi untuk menimbang nilam dari petani dan sekaligus dipisah menjadi 50 kg per ikatan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pada saat akan melalukan proses pemasakan sehingga tidak perlu melakukan penimbangan lagi.

11. Skop berfungsi untuk membuang abu sisa pembakaran proses penyulingan minyak nilam.

12. Drum 250 liter dan Jerigen 20 liter berfungsi untuk mengemas minyak nilam yang akan dikirim ke agen penampung di Garut atau Purwokerto. Pada tempat penyulingan minyak nilam harus didirikan bangunan seperti rumah untuk naungan dan dibutuhkan pula satu unit mobil sebagai 12. Drum 250 liter dan Jerigen 20 liter berfungsi untuk mengemas minyak nilam yang akan dikirim ke agen penampung di Garut atau Purwokerto. Pada tempat penyulingan minyak nilam harus didirikan bangunan seperti rumah untuk naungan dan dibutuhkan pula satu unit mobil sebagai

6. Proses Penyulingan Minyak Nilam

Mula-mula nilam kering ditimbang terlebih dahulu, yaitu kurang lebih seberat 400 kg. Daun-daun tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ketel pengolah yang sudah berisi air sehingga posisi daun berada di atas air karena antara keduanya dipisahkan oleh sebuah plat berpori. Dengan cara seperti ini daun tidak bercampur menjadi satu dengan air dan daun tidak menjadi gosong. Jika semuanya sudah siap kemudian di lakukan pembakaran di dalam tungku sebagai awal dimulainya proses penyulingan. Bahan bakar yang digunakan adalah karet / ban bekas atau kayu bakar.

Pembakaran ini akan menguapkan air sehingga uap air naik dengan membawa minyak yang dikandung dalam nilam di atasnya. Uap campuran antara air dan minyak tersebut dialirkan melalui pipa penyalur ke dalam wadah penampung yang terbuat dari bahan stainless steel dengan melewati kolam pendingin. Kolam pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap sehingga terjadi pengembunan dan yang keluar tidak hanya berupa uap saja. Tetes-tetes embun yang terbentuk akan mengalir ke dalam ember penampung. Jadi ember penampung berisi campuran air dan minyak nilam tetapi bukan berupa larutan, karena minyak nilam tidak bisa larut dalam air. Perbedaan bobot jenis antara kedua cairan tersebut menyebabkan keduanya terpisah dengan posisi minyak nilam di atas air, karena minyak nilam mempunyai bobot jenis yang lebih ringan.

Selanjutnya minyak nilam dari ember penampung diambil menggunakan gayung untuk dipindahkan ke dalam jerigen. Proses pemisahan dilakukan menggunakan kain monel. Kain monel digunakan untuk memisahkan minyak nilam dengan air yang masih terbawa ketika pemindahan, sehingga akan diperoleh minyak nilam secara murni. Proses tersebut akan tuntas diambil minyaknya dalam jangka waktu 12 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Skema Penyulingan Minyak Nilam

7. Pemasaran

Minyak nilam yang dihasilkan dari proses penyulingan nilam memilki konsumen yang potensial di luar negeri. Hal ini karena Indonesia belum memilki teknologi untuk mengolah minyak nilam menjadi barang jadi, seperti parfum, komestika, dan sabun. Minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya ini dibeli oleh agen penampung minyak nilam yang berasal dari Garut dan Puewokerto. Daerah tersebut bersedia menampung semua minyak nilam yang dihasilkan, berapapun jumlahnya, sehingga ada jaminan pemasaran. Minyak nilam yang dihasilkan CV. Nilam Kencana Jaya dijual dengan cara minyak nilam dikirim menggunakan mobil ke dareah-daerah tersebut. Dimana nantinya minyak yang telah dibeli tersebut akan dijual pada eksportir atau akan langsung diekspor sendiri ke luar negeri. Beberapa negara tujuan ekspor minyak nilam adalah Jepang, Singapura, Ameraika dan Perancis.

Bak Penampungan Air

Air Mendidih

Minyak Nilam

Pipa Penyalur

Kolam Pendingin

Plat BeRpori

Air

Tungku

Daun Nilam

Kunci

Nilam

Pipa Air Masuk

Pipa Air keluar

8. Analisis Usaha

a. Biaya

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi penyulingan minyak nilam, baik biaya yang benar- benar dikeluarkan atau tidak benar-benar dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel .

1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam usaha penyulingan minyak nilam yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk minyak nilam yang dihasilkan. Besar biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011 No. Jenis Biaya

Jumlah (Rp)

Persentase (%)

1. Penyusutan alat

2. Bunga modal investasi

Jumlah Biaya Tetap

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa biaya tetap terdiri dari penyusutan dan biaya bunga modal investasi. Biaya yang terbesar adalah biaya penyusutan yakni Rp 35.722.350,- yang terdiri dari penyusutan ketel pengolah, jerigen 32 kg, drum 120 kg, pipa penyalur, kolam pndingin, timbangan, tungku, ember penampung, skop, gancu, gayung, corong, kain monel dan mobil.

Biaya bunga modal investasi sebesar Rp 23.898.385,5. Biaya ini merupakan biaya yang dikorbankan karena memilih usaha penyulingan minyak nilam daripada disimpan di bank. Saat penelitian berlangsung (tahun 2011) suku riil di bank yang berlaku adalah 6 % per tahun. Biaya bunga modal investasi diperhitungkan dengan mengalikan suku bunga bank yang berlaku dengan sejumlah modal

2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses penyulingan minyak nilam yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan. Biaya variabel usaha penyulingan minyak nilam di CV. Nilam Kencana Jaya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Biaya Variabel Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011

No

Jenis Biaya

Jumlah (Rp) Persentase (%)

1. Biaya Perawatan

2. Biaya Bahan Baku :

a. Nilam Kering

b. Nilam Basah

3. Biaya Bahan Bakar :

a. Kayu Bakar

b. Karet

Biaya Tenaga Kerja Biaya Listrik Biaya Transportasi Biaya Lain-lain

Total Biaya Variabel

2.300.052.000 100 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 3, 4, 5, dan 8 Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui besarnya biaya variabel yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian bahan baku penyulingan berupa nilam. Satu kali proses penyulingan rata-rata dibutuhkan nilam kering sebanyak 400 kg per unit penyulingan dengan pengeluaran sebesar Rp 1.908.450.000,- selama tahun 2011.

Bahan bakar merupakan biaya terbesar kedua yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp 182.490.000,-. Biaya bahan bakar yang dikeluarkan adalah pembelian kayu bakar dan karet / ban bekas. Upah tenaga kerja merupakan biaya terbesar ketiga yang harus dikeluarkan. Tenaga kerja yang ada meliputi tenaga kerja keluarga, pemasak/penyuling, tenaga kerja operasional, dan tenaga kerja biasa.

Transportasi untuk distribusi pengiriman minyak nilam ke agen penampung minyak nilam Rp 16.000.000,-

Biaya lain-lain adalah biaya makan dan minum bagi tenaga kerja. Selama satu tahun proses penyulingan dikeluarkan sebesar Rp 9.150.000,- Biaya variabel lain yang relatif kecil dikeluarkan adalah biaya perawatan ketel, pipa penyalur dan kolam pendingin yaitu sebesar Rp 4.280.000,- serta biaya listrik untuk penerangan yaitu sebesar Rp 657.000,- selama satu tahun yaitu tahun 2011.

3. Biaya Total Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya biaya total untuk proses produksi usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel

10 berikut. Tabel 10. Biaya Total Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011 No Jenis Biaya

Jumlah (Rp)

Persentase (%)

1 Biaya Tetap

2 Biaya Variabel

Total Biaya

100 Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1, 3, 4, 5 dan 8 Berdasarkan Tabel 10, biaya usaha penyulingan minyak nilam sebesar Rp 2.359.672.735,5 selama tahun 2011. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 59.620.735,5 dan biaya variabel sebesar Rp 2.300.052.000,-.

b. Penerimaan

Penerimaan usaha penyulingan minyak nilam merupakan perkalian antara total produk yang terjual dengan harga per kg. Penerimaan dari usaha penyulingan minyak nilam hanya berasal dari minyak nilam yang dihasilkan. Berikut ini adalah tabel penerimaan usaha penyulingan minyak nilam yang diperoleh CV. Nilam Kencana Jaya per bulan pada tahun 2011.

Kencana Jaya Per Bulan di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Bulan

∑ Ketel

Frek. Produk

si Minyak

(kg)

Harga/ kg (Rp)

Penerimaan (Rupiah)

3.159.822.000 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 3 dan 9 Berdasarkan Tabel 11 di atas, diketahui bahwa penerimaan selama

satu tahun yaitu tahun 2011 sebesar Rp 3.159.822.000,-. Adapun dalam satu kali proses penyulingan rata-rata dihasilkan 6 kg minyak nilam, dengan harga pada tahun 2011 bervariasi yaitu antara Rp 295.000,- sampai Rp 310.000,- per kilogram. Harga tersebut tergantung dari permintaan dan penawaran minyak di luar negeri.

Penerimaan terbesar berturut-turut diperoleh pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Hal tersebut disebabkan karena pada keempat bulan tersebut merupakan bulan panen nilam. Akan tetapi pada bulan Agustus CV. Nilam Kencana Jaya hanya melakukan produksi penyulingan minyak nilam satu kali dalam sehari dikarenakan bertepatan dengan bulan puasa. Bulan panen biasanya dimulai pada bulan Mei, selain itu juga pada bulan Mei merupakan bulan kemarau/tidak turun hujan. Sehingga para petani Penerimaan terbesar berturut-turut diperoleh pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Hal tersebut disebabkan karena pada keempat bulan tersebut merupakan bulan panen nilam. Akan tetapi pada bulan Agustus CV. Nilam Kencana Jaya hanya melakukan produksi penyulingan minyak nilam satu kali dalam sehari dikarenakan bertepatan dengan bulan puasa. Bulan panen biasanya dimulai pada bulan Mei, selain itu juga pada bulan Mei merupakan bulan kemarau/tidak turun hujan. Sehingga para petani

5 ketel untuk digunakan seluruhnya dalam produksi penyulingan minyak nilam. Selain bulan penen tersebut CV. Nilam kencana Jaya hanya menggunakan 2 ketel dalam melakukan produksi penyulingan minyak nilam.

c. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh dari penerimaan usaha penyulingan minyak nilam yang diperoleh CV. Nilam Kencana Jaya merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan penerimaan usaha penyulingan minyak nilam yang diperoleh CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes dapat dilihat dari Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Keuntungan Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Penerimaan dari penjualan minyak nilam(Rp) Biaya total (Rp)

Keuntungan (Rp)

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 1, 3, 4, 5, 8 dan 9

Berdasarkan Tabel 12 di atas, diketahui penerimaan selama satu tahun yaitu tahun 2011 proses penyulingan adalah Rp 3.159.822.000,- dengan biaya total sebesar Rp 2.359.672.735,5 maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 800.149.264,5.

d. Profitabilitas

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha penyulingan minyak nilam. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha penyulingan minyak nilam. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Biaya total (Rp) Keuntungan (Rp)

Profitabilitas

33,90 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 10 Berdasarkan Tabel 13 profitabilitas yang diperoleh dari usaha penyulingan minyak nilam adalah sebesar 33,90%. Usaha penyulingan minyak nilam ini termasuk dalam kriteria profitabel, karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.

e. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Besar efisiensi usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Efisiensi Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam

Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Penerimaan dari penjualan minyak nilam(Rp) Biaya total (Rp)

Efisiensi usaha (R/C ratio)

1,34 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 11 Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio sebesar 1,34 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan dalam usaha penyulingan minyak nilam akan didapatkan penerimaan 1,34 kali dari biaya yang telah dikeluarkan dalam usaha penyulingan minyak nilam. Usaha penyulingan minyak nilam ini termasuk dalam kriteria efisien, karena memiliki nilai efisiensi lebih dari satu.

f. Risiko Usaha

Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keutungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993). Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dari usaha penyulingan minyak nilam yang diperoleh CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes dapat dilihat dari Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Risiko Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana

Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Keuntungan (Rp) Simpangan baku Risiko usaha/Coevisien Variasi Batas bawah keuntungan (Rp)

1,03651 -71.548.098,89

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 12 Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya selama satu tahun adalah sebesar Rp 800.149.264,5. Berdasarkan perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usaha penyulingan minyak nilam, yaitu sebesar Rp 69.113.608,72,-. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan usaha usaha penyulingan minyak nilam berkisar Rp 69.113.608,72,-. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingkan antara besarnya simpangan baku terhadap keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien variasi dari usaha penyulingan minyak nilam sebesar 1,03651. Hal ini menujukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam tesebut berisiko, karena nilai koefisien Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 12 Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya selama satu tahun adalah sebesar Rp 800.149.264,5. Berdasarkan perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usaha penyulingan minyak nilam, yaitu sebesar Rp 69.113.608,72,-. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan usaha usaha penyulingan minyak nilam berkisar Rp 69.113.608,72,-. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingkan antara besarnya simpangan baku terhadap keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien variasi dari usaha penyulingan minyak nilam sebesar 1,03651. Hal ini menujukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam tesebut berisiko, karena nilai koefisien