sesungguhnya yang dilaporkan peneliti. Validitas interpretatifdidapatkan berdasar sudut pandang, pemikiran, tujuan dan pengalaman yang dipahami dan dilaporkan
oleh peneliti. Validitas teoritikal didasarkan pada seberapa besar sebuah teori atau penjelasan teoritikal yang diperoleh melalui penelitian sehingga dapat dipercaya
dan dipertanggungjawabkan.
Reliabilitas keandalan adalah persyaratan penting yang harus dimiliki oleh suatu sistem pengukuran. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah sistem
pengukuran dapat menghasilkan nilai yang sama terhadap perubahan waktu,
misalnya akibat meregangya pegas.
2. 6. Photodetektor
Photodetektor atau detektor cahaya adalah sebagai alat penerima komunikasi optik. Fotodetektor mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Keluaran dari
penerima adalah sinyal elektrik yang memenuhi spesifikasi dari pengguna kekuatan sinyal, level impedansi, bandwidth, dan parameter lainnya.
Bentuk sistem fotodetektor termasuk dalam alat penerima yang sesuai, biasanya adalah semikonduktor photodioda yang berasal dari komponen optik
gelombang cahaya ke alat fotodetektor. Optoelektronika membuat secara luas mengenai penggunaan energi
tranducer. Dalam tranducer, seperti dalam mata kita, cahaya diubah menjadi arus listrik oleh phodetektor photosensor. Prinsip kerja photodetektor adalah
mendeteksi sinyal cahaya yang datang dan mengubahnya menjadi isyarat listrik yang berisi isyarat informasi yang dikirim. Arus listrik tersebut kemudian
diperkuat untuk selanjutnya diolah sehingga dapat ditampilkan atau dikeluarkan pada rangkaian elektronika.
Detector cahaya, secara khusus photodiode, dapat dipandang sebagai inverse dari light emitting diode LED. Disini madukan ke peranti adalah daya optic dan
keluaran dari peranti berupa sinyal listrik. Prinsip operasi dari photodiode ini merupakan fenomena fisika sebagaimana yang terjadi pada LED. Detektor cahaya
menyerap photon cahaya dan menghasilkan electron, yaitu electron yang dapat menghasilkan arus listrik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan hasil yang optimum penggunaan photodiode sebagai transducer, secara khusus untukaplikasi system komunikasi optic, maka detector
cahaya harus memiliki fitur fitur sebagai berikut:
1. Sensitivitas, kepekaan terhadap cahaya yang datang. Peranti detector cahaya
harus sangat sensitive. Arus listrik yang dihasilkan harus sebesar mungkin dalam merespon daya optic masukan. Karena detector cahaya ini selektif
terhadap panjang gelombang responnya terbatasi oleh rentang panjang gelombang, maka sensitifitas ini harus bernilai besar pda daerah panjang
gelombang operasi. 2.
Responsitivitas, merupakan perbandingan arus keluar dengan cahaya masuk. Waktu respon terhadap Sinyal optic masukan harus cepat. Detektor cahaya
harus mampu menghasilkan arus listrik meski pulsa optic masukan berlangsung dalam waktu yang cepat. Hal ini akan memungkinkan untuk
menerima data dengan laju bit tinggi.
3. Untuk system penerimaan data analog, detector cahaya harus memiliki
hubungan masukan-keluaran yang linier. Hal ini diperlukan untuk menghindari distorsi Sinyal keluaran.
4. Derau dalam internal noise yang dibangkitkan oleh peranti harus sekecil
mungkin agar peranti dapat mendeteksi Sinyal optic masukan sekecil mungkin. 5.
Effisiensi, merupakan perbandingan jumlah lubang elektron yang terjadi terhadap foton yang masuk. Bila jumlah lubang elektron yang terjadi
mendekati banyaknya jumlah foton yang masuk maka lebih baik. 6.
Respon time atau rise time, merupakan kecepatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan arus terhadap cahaya yang masuk.
7. Bandwidth, berpengaruh terhadap respon time.
Beberapa karakteristik penting lainnya, misalnya keandalan, stabilitas, dan kekebalan terhadap pengaruh lingkungan.
2. 7. Rugi – rugi Daya pada Serat Optik akibat Pembengkokan Pada Serat
Energi atau daya yang dibawa oleh cahaya akan mengalami pelemahan rugi- rugiloss akibat terjadinya kebocoran atau karena kurangnya kejernihan bahan
serat optik. Besaran pelemahan energi sinyal informasi dari serat optik yang biasa
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan perbandingan antara daya pancaran awal terhadap daya yang diterima dinyatakan dalam deci-Bell dB disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu absorpsi,
hamburan scattering dan lekukan bending losses. Dengan susunan bahan yang tepat maka akan didapatkan attenuasi pelemahan yang kecil. Attenuasi adalah
pelemahan energi sehingga amplitudo gelombang yang sampai pada penerima menjadi lebih kecil dari pada amplitudo yang dikirimkan oleh pemancar.
Bending yaitu pembengkokan serat optik yang menyebabkan cahaya yang merambat pada serat optik berbelok dari arah transmisi dan hilang. Sebagai
contoh, pada serat optik yang mendapat tekanan cukup keras dapat menyebabkan ukuran diameter serat optik menjadi berbeda dari diameter semula, sehingga
mempengaruhi sifat transmisi cahaya di dalamnya. Rugi-rugi akibat pelengkungan serat optik dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1 Macro bendingpembengkokan makro Rugi-rugi macro bending terjadi ketika sinar atau cahaya melalui serat
optik yang dilengkungkan dengan jari-jari lebih lebar dibandingkan dengan diameter serat optik, sehingga menyebabkan rugi-rugi seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.7. Pembengkokan Sinar Di Dalam Inti Serat Optik Dengan
Variasi Sudut Datang
Berdasarkan prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya, jika sudut datang lebih kecil dari sudut kritis, maka mode cahaya tidak dipantulkan secara sempurna
melainkan lebih banyak dibiaskan keluar dari inti serat optik. Sedangkan untuk sinar yang membentuk sudut datang lebih besar dari sudut kritis, sebagian besar
mode cahaya akan dipantulkan kembali masuk ke dalam selubung seperti halnya prinsip pemantulan total. Kondisi ini mengakibatkan perubahan mode. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
radiasi optik dari lengkungan serat tergantung kekuatan medan dan kelengkungan jari-jari.
2 Micro bending pembengkokan mikro Pembengkokan mikro terjadi karena ketidakrataan pada permukaan batas
antara teras dan selongsong secara acak atau random pada serat optik karena proses pengkabelan ataupun ketika proses penarikan saat instalasi seperti terlihat
pada Gambar 2.7.
Gambar 2.8. Peristiwa Rugi-Rugi Akibat Pembengkokan Mikro
2. 8. Sensor Beban dengan Serat Optik Mikrobending