xxxi
gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya
arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung
melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib.
Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hidup selain dari sisi material. Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas
hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam memikirkan cara mengukur kualitas hidup:
1. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia
untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi manusia.
2. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara
“kegiatan dan kedirian” functionings dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi tersebut capabilities. Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti:
tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti: melek huruf, berpartisipasi dalam politik
3. Pendekatan ketiga, dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang
adil, berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat Siglitz, 2011: 70-71
2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
Universitas Sumatera Utara
xxxii
Secara umum, faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar Siagian: 2012: 114, yaitu:
1. Faktor internal, yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu
yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi: a.
Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan b.
Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi c.
Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.
d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.
e. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress,
kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f.
Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,
kendaraan dan modal kerja. 2.
Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin,
meliputi: a.
Terbatasnya pelayanan sosial dasar b.
Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha
sektor informal.
Universitas Sumatera Utara
xxxiii
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak
mendukung sektor usaha mikro. e.
Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal
g. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
h. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana
i. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material
j. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
k. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting
dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi teknologi dan ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang
tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah, polusi air dan udara.
2.2 Keluarga Pemulung 2.2.1 Keluarga