cxxxiv
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai Pengaruh Pekerjaan Orang
Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Berikut ini kesimpulan yang dapat
dirumuskan oleh penulis yaitu: 1.
Melalui hasil perhitungan KP = �
�� 2
. 100 diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar 46,2. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan
pengaruh terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal sebesar 46,2
dan sisanya 53,8 ditentukan oleh variabel lain. 2.
Hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di dapat hasil 0,68 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product
moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi dengan demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap
perkembangan anak.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat saran oleh penulis untuk diberikan atau diajukan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
cxxxv
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan hak-hak anak secara psikologis diluar
membatu mereka secara finansial, karena hal ini cukup berpengaruh bagi perkembangan mereka kelak baik perkembangan sosial maupun perkembangan
kepribadian 2.
Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan setiap perubahan yang dialami anak-anak mereka baik secara langsung maupun tidak. Perubahan-perubahan setiap anak
berbeda-beda begitu juga dengan cara mengatasinya, sehingga butuh perhatian khusus terutama perubahan-perubahan yang kelak berdampak pada perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian anak.
Universitas Sumatera Utara
xxvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia. Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,
dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia Siagian,2012:1. Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian
khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama
penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni
kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau
lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau
sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia.
Universitas Sumatera Utara
xxvii
Menurut Mencher dalam Siagian,2012:5 mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi
daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
2.1.1. Aspek-aspek Kemiskinan
1. Kemiskinan itu multi dimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi
kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial,
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan
sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan
meningkatkan kualitas hidup. 2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung
Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang
mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi
kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan
membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
xxviii
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang diperoleh sekelompok yang
bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk
mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga
mustahil untuk diukur Siagian, 2012: 13 Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan Siagian, 2012:14,
seperti: a.
Miskin b.
Sangat miskin c.
Sangat miskin sekali Demikian halnya dengan BKKBN dalam Siagian, 2012:14 sering mengklasifikasikan
kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti: a.
Prasejahtera b.
Sejahtera 1 c.
Sejahtera 2 4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif
Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan rural poverty, kemiskinan perkotaan urban poverty dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang
mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kotanya. Kondisi desa dan kota itu merupakan
Universitas Sumatera Utara
xxix
penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah.
2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan
Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menyatakan secara akurat, bahwa
orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan Siagian,
2012:20, yakni: 1.
Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan untuk
melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya
sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi, faktor-faktor
produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi,
melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan
modal.
Universitas Sumatera Utara
xxx
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh
aset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh
tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi. 3.
Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian atara lain menyimpulkan bahwa waktu
mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan
anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai
ekonomis. 4.
Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan
akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya
mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak
bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian
mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah, dan seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.
5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki
keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung
Universitas Sumatera Utara
xxxi
gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya
arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung
melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib.
Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hidup selain dari sisi material. Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas
hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam memikirkan cara mengukur kualitas hidup:
1. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia
untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi manusia.
2. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara
“kegiatan dan kedirian” functionings dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi tersebut capabilities. Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti:
tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti: melek huruf, berpartisipasi dalam politik
3. Pendekatan ketiga, dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang
adil, berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat Siglitz, 2011: 70-71
2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
Universitas Sumatera Utara
xxxii
Secara umum, faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar Siagian: 2012: 114, yaitu:
1. Faktor internal, yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu
yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi: a.
Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan b.
Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi c.
Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.
d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.
e. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress,
kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f.
Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,
kendaraan dan modal kerja. 2.
Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin,
meliputi: a.
Terbatasnya pelayanan sosial dasar b.
Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha
sektor informal.
Universitas Sumatera Utara
xxxiii
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak
mendukung sektor usaha mikro. e.
Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal
g. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
h. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana
i. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material
j. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
k. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting
dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi teknologi dan ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang
tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah, polusi air dan udara.
2.2 Keluarga Pemulung 2.2.1 Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai
ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada
Universitas Sumatera Utara
xxxiv
didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-
organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. Khairuddin,1997:4 Menurut Iver dan Page dalam Kairuddin, 1997: 3 dikatakan : “family is a group defined
by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of children”.
Sedangkan menurut A.M. Rose “ a family is a group of interacting person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and
for adoption” Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan adopsi
yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang
terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Su’adah,2005:22-23
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga.
Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi: 1.
Keluarga merupakan hubungan perkawinan. 2.
Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan
Universitas Sumatera Utara
xxxv
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun
tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga Su’adah, 2005: 22. Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian keluarga,
dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial Khairuddin, 1997:3.
Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang pendidikan individual maupun
pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak
tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh Tirtaraharja, 2000: 169.
Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah
dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia. Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan
tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut
Universitas Sumatera Utara
xxxvi
menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga Gerungan, 2004: 195
Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak dalam Khairuddin,1997:19 yaitu : 1.
Keluarga Inti Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah
2. Keluarga Besar Extended Family yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu
generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya.
Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, Ahmadi, 2007:222 yaitu:
1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial
2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras
3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-
tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu 4.
Besarnya keluarga terbatas 5.
Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial 6.
Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota 7.
Adanya aturan-aturan sosial yang homogen Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh
individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.
Universitas Sumatera Utara
xxxvii
Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan- peranan sosial yaitu:
1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang
memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu
2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah,
kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan 3.
Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah
keluarga makin lama makin sedikit Ahmadi,2007:223 Menurut Horton dalam Su’adah, 2005: 109, fungsi-fungsi keluarga meliputi :
1. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.
2. Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak. 3.
Fungsi afeksi Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah remaja, secara garis besar adalah:
a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan, dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
xxxviii
b. Memberi ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian
penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak c.
Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil
d. Membimbing dan mengendalikan perilaku
e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk
membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini
secara alami f.
Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan,
mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah
g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga
h. Memberi teladan
Perkembangan anak-anak juga memiliki keterkaitan pada keadaan sosio-ekonomi. Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak,
apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas, ia mendapatkan kesempatan yang lebih luas
untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak dapat prasarananya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status sosio-ekonomi serba
cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih
Universitas Sumatera Utara
xxxix
mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer manusia Gerungan, 2004: 196. Secara umum hal ini dianggap benar, namun
tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak. Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor,
diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah. Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit
orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah Anwas, 2013: 117
Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap
atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai tanah, sawah, dll, ketidakmampuan mengelola ekonomi rumahtangga, perilaku konsumtif, dan lain-
lain. Berdasarkan hal ini maka permasalahan ekonomi keluarga Departemen Sosial RI, 2009:42- 43 diantaranya meliputi:
a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak, sehingga daya beli
rendah b.
Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun, ternak c.
Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumahtangga, pengeluaran lebih besar daripada pemasukan dari segi keuangan
d. Perilaku konsumtif, yaitu senang berbelanja secara berlebihan sehingga menghabiskan
sebagian keuangan rumahtangga, bahkan berbelanja secara kredit, menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan
Universitas Sumatera Utara
xl
e. Terbatas akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial
f. Tidak memiliki keterampilan atau keahliankejuruan kerja
g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumahtempat tinggal, peralatan rumahtangga,
kendaraan dan sumber daya lainnya.
2.2.2 Pemulung
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu. Di dalam kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu
hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan ciri dalam kelompok itu.
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial, seperti kemiskinan, tuna wisma serta
menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokkan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera
tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan
mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah warga, tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan
barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut dengan istilah pemulung.
Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of Place paguyuban berdasarkan tempat tinggal, di mana kelompok sosial terbentuk ketika
masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat
Universitas Sumatera Utara
xli
tinggal yang sama. Berdasarkan teori Gemeinschaft terdiri suatu kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi
pada kelompok pemulung. Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang.
http:ekatasia.blogspot.com200906bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January
2014 pukul 11.50 WIB Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri,
masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak
menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan
komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat
dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir
dapat diminimalisasikan oleh pemulung. Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari dan
mengumpulkan sampah yang
kemudian sampah-sampah tersebut akan dijual kembali, berikut beberapa definisi pemulung:
1 Pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan
mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual
Universitas Sumatera Utara
xlii
2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Jadi
memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas limbah yang terbuang sebagai sampah untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang
pekerjaannya memulung, yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada
pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain 3
Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang
dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang bekas lainnya
http:www.scribd.com
Ada dua jenis pemulung: pemulung lepas, yang bekerja sebagai wirausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang
bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang
pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung,
biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri
daur ulang .
Berdasarkan penjelasan di atas, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah
dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah.
2.3 Perkembangan Anak 2.3.1 Perkembangan Anak
Universitas Sumatera Utara
xliii
a. Anak