Analisis pengaruh pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas Bank
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI NIM
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Aminuddin, SH, MAg NIP. NIP .
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : , dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah, Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Suhendra,S.Ag, MM Ketua Sekretaris
\
Pof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
(4)
i
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
NIM
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH, MAg
NIP.
NIP .
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(5)
ii
Hari ini kamis tanggal
Januari tahun dua ribu sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Muhamad Ziqri dengan NIM :
dengan judul
“ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK”. Memperhatikan
kemammpuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta
Januari
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH.M.ag
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
(6)
iii
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM :
,
dengan judul skripsi
“Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah,
Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
. Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
September
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB
Suhendra,S.Ag, MM
Ketua
Sekretaris
Pof. Dr. Ahmad Rodoni
(7)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama
:
MUHAMAD ZIQRI
Tempat & Tgl Lahir :
JAKARTA,
FEBRUARI
Alamat
:
LENTENG AGUNG
Gg. FILLAR,
KEL. LENTENG AGUNG, KEC. JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN (
)
Handphone
:
(
)
Jenis Kelamin
:
LAKI-LAKI
Agama
:
ISLAM
Motto Hidup
:
“
HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID”
II. Pendidikan
MI AL-ISLAMIYAH JAKARTA
:
-
MTS AL-MUKHLISHIN BOGOR
:
-
MAN JAKARTA
:
-
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
:
-
III. Pengalaman Organisasi
-
: Ketua Osis MTS Al-Mukhlisin
-
: Paskibra
(8)
v
ABSTRACT
The objective of the research is to analyze empirical data about the influence of
Murabahah,
Mudharabah
and
Musyarakah
towards
Profitability
(ROE)
simultaneously.Sample of the research was taken from all of the population of BUS
(Bank Umum Syariah / Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia
(BI) from
to
period.The statistical method employed in this research is
Multiple-Regression test. Based on the cultivation of data, the result indicates that
there is a significant influence of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas
both Murabahah and Musyarakah do not influence upon Profitability (ROE)
significantly.
(9)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah secara simultan terhadap Profitabilitas (ROE).Sampel yang
digunakan dari populasi terdaftar di bank sentral (BI) dari tahun
sampai
dengan
. Metode statistik yang digunakan adalah metode Regresi
berganda.Hasil statistik menunjukkan bahwa Mudharabah mempengaruhi
Profitabilitas (ROE) secara signifikan. Murabahah dan Musyarakah tidak
mempengaruhi Profitabilitas (ROE) secara signifikan.
Kata kunci : Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Profitabilitas
(ROE)
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmatnya
telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita
panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang
benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah SWT.
Skripsi ini berjudul
“Analisis Pengaruh Murabahah, Mudharabah,
dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
” Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik,
pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat
berguna bagi pembaca.
Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan
sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang
dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun
skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya :
.
Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual,
maupun material untuk menjalankan skripsi ini.
.
Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah.
.
Bpk Indoyama Nasarrudin, SE, MAB selaku ketua jurusan manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif
Hidayatullah
.
Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik
Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk,
ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini.
.
Bpk Aminuddin SH, M.Ag., selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
(11)
viii
.
Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik,
Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani
mahasiswa.
.
Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Special thanks to Purwo Yudo Wibowo, SE.
.
Elyza Martiarini, S.Pd dan keluarga, yang tak henti-hentinya mendorong
semangat dan menjadi inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat serta
dibukakan jalan yang baik di setiap langkahnya.
Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, Desember
(12)
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi... i
Lembar Bukti Ujian skripsi... ii
Lembar Bukti Ujian Komprehensif... iii
Daftar Riwayat Hidup ...
iv
Abstract ...
v
Abstrak ...
vi
Kata Pengantar ...
vii
Daftar Isi ...
ix
Daftar Tabel ...
xi
Daftar gambar...
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah...
B.
Batasan Masalah ...
C.
Perumusan Masalah ...
D.
Tujuan Penelitian ...
E.
Manfaat Penelitian ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori ...
B.
Murabahah ...
C.
Mudhrabahah ...
D.
Musyarakah ...
E.
Pengertian Pendapatan ...
F.
Pengertian Propitabilitas ...
G.
Kerangka Pemikiran ...
H.
Penelitian Terdahulu ...
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(13)
x
B.
Metode Penentuan Sampel ...
C.
Pengumpulan Data ...
D.
Metode Analisis ...
.
Analisis Statistik ...
a.
Uji F ...
b.
Uji T ...
c.
Uji Koefisien determinasi ...
.
Analisis asumsi Klasik ...
a.
Uji Normalitas Data ...
b.
Uji Autokolerasi ...
c.
Uji Multikolineritas ...
d.
Uji Heteroskedastisitas ...
.
Analisis Regresi Berganda ...
E.
Operasional Variabel ...
BAB
IV PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...
B.
Pengolahan dan Analisis Deskriptif...
C.
Uji Asumsi Klasik ...
.
Uji Normalitas Data ...
.
Uji Multikolinearitas ...
.
Uji Autokorelasi ...
.
Uji Heteroskedastisitas ...
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan...
B.
Implikasi ...
C.
Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
... xiii
(14)
xi
DAFTAR TABEL
NO
Keterangan
Halaman
.I
ROE ...
Murabahah ...
Mudharabah...
Musyarakah...
Hasil Uji Multikolineraitas...
Hasil Uji Autokorelasi...
Anova (Uji F)...
Coefficient (Uji t)...
Uji Koofisien determinasi...
(15)
xii
DAFTAR GAMBAR
NO
Keterangan
Halaman
kerangka Pemikiran
Grafik Uji Normalitas Data
Grafik Uji Heterokedastisitas
(16)
ABSTRACT
The objective of the research is to obtain empirical data about the influence of
Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE) either partially
and simultaneously.
Sample of the research was taken from all of the population of BUS (Bank Umum Syariah
/ Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia (BI) from
to
period.
The statistical method employed in this research is two-stage least regression, T
test, F
testand Coefficient of Determination.
Based on the cultivation of data, the result indicates that there is a significant influence
of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas both Murabahah and Musyarakah do
not influence upon Profitability (ROE) significantly.
(17)
i DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ... . Pengertian Bank Syariah ... . Fungsi Bank Syariah ... . Produk-Produk Bank Syariah ... . Karakteristik dan Persyaratan Transaksi
Perbankan Syariah ... B. Murabahah ... C. Mudhrabahah ... D. Musyarakah ... E. Pengertian Pendapatan ... F. Pengertian Propitabilitas ... G. Kerangka Pemikiran ...
(18)
ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian ... B. Metode Penentuan Sampel ... C. Pengumpulan Data ... D. Metode Analisis ... . Analisis Statistik ... a. Uji F ... b. Uji T ... c. Uji Koefisien determinasi ... . Analisis asumsi Klasik ... a. Uji Normalitas Data ... b. Uji Autokolerasi ... c. Uji Multikolineritas ... d. Uji Heteroskedastisitas ... . Analisis Regresi Berganda ... E. Operasional Variabel ...
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... . Sejarah Singkat Bank Muamalat... . Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif... . Pengolahan Data ...
(19)
iii
. Analisis Deskriptif Variabel ... C. Uji Asumsi Klasik ... . Uji Normalitas Data ... . Uji Multikolinearitas ... . Uji Autokorelasi ... . Uji Heteroskedastisitas ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... B. Implikasi ... C. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat disangkal bahwa uang merupakan alat yang sangat penting bagi kebutuhan manusia. Saat ini lembaga-lembaga keuangan sengaja berdiri agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
(Human Needs). Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
sebagai Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur) dengan pihak yang membutuhkan dana (debitur).
Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari prinsipnya. Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.
Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank tersebut.
(21)
Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest
margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur
bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi, tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga dari pemberian kredit yang dilakukan.
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah.
Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan.
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (Intermediary institution), yaitu menyerap dana dari
(22)
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle).
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, telah muncul pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Keinginan ini kemudian ditampung dengan dikeluarkannya Undang-undang No. Tahun sekalipun belum dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan dengan memakai istilah “bagi hasil”. Baru setelah Undang-undang No. Tahun itu diubah dengan Undang-undang No. Tahun , istilah yang dipakai lebih terbuka. Dalam Undang-undang No. Tahun disebut dengan tegas istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan prinsip syariah. Karena operasinya berpedoman ketentuan-ketentuan Syariah Islam, karenanya bank Islam disebut pula “Bank Syariah”.
Berdasarkan Undang-undang No. Tahun , bank dalam melakukan kegiatannya tidak hanya memperhatikan prinsip syariah saja tetapi juga harus memperhatikan rambu-rambu ketentuan Bank Indonesia (BI) atas terjadinya usaha yang dilakukan oleh bank. Penetapan rambu-rambu ketentuan dari BI bertujuan agar bank sebagai financial
intermediary institution yang melakukan kegiatan usaha pembiayaannya
(23)
Seperti Bank Konvensional, Bank Syariah juga memberikan jasa-jasa pembiayaan. Jasa-jasa-jasa pembiayaan yang diberikan Bank Syariah jauh lebih beragam daripada jasa-jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank Konvensional. Mengenai jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank Islam bukan saja pembiayaan dalam bentuk apa yang disebut dalam istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi juga memberikan jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga pembiayaan
(multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian barang
oleh nasabah bank kepada bank Islam yang bersangkutan dengan cicilan, pembelian barang oleh bank Islam kepada perusahaan manufaktur dengan pembayaran di muka, penyertaan modal (equity participation atau venture
capital).
Jasa-jasa perbankan Islam yang terkait dengan jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Syariah dikemas dalam produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, salah satunya adalah pembiayaan murabahah.
Pembiayaan murabahah merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Sedangkan pola pelayanannya dengan memakai jenis pembelian berdasarkan pesanan. Pada perjanjian murabahah atau mark-up, bank membiayai pembelian barang atau asset
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambah suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain,
(24)
penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit.
Selain itu mudharabah dan musyarakah merupakan instrumen yang menarik di bank syariah. Mudharabah dan musyarakah umumnya digunakan untuk kerjasama antara bank dengan para nasabahnya yang menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan di awal akad. Para pengusaha yang ingin melakukan akad tersebut hendaknya mengetahui tentang prosedur-prosedur yang ada di dalam akad untuk menghindari dari nisbi.
Mudharabah dan musyarakah yang ditawarkan bank syariah amatlah cocok dibandingkan dengan pemberian kredit yang ada di bank konvensional, karena dengan sistem profit loss sharing dan revenue
sharing serta adanya ketentuan-ketentuan usaha atau managemen yang
diberikan oleh bank diharapkan untuk kepuasan dan transparasi.
Transparansi bagi bank syariah bersifat mutlak dan harus
dilakukan. Dengan adanya transparansi yang benar-benar transparan
diharapkan akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah. Salah satu
implementasi transparansi dalam operasional bank syariah adalah
pembuatan laporan bagi hasil kepada semua deposan secara rutin setiap
bulan. Dalam laporan bagi hasil antara lain dilaporkan berapa jumlah
pendapatan yang diterima bank dalam satu bulan, yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap berapa nominal hasil investasi yang akan diterima
(25)
Dalam laporan bagi hasil, pengertian pendapatan adalah
pendapatan riil, yaitu pendapatan yang benar-benar secara tunai telah
diterima bank dari hasil penanaman dalam aktiva produktif, baik yang
berupa pendapatan margin, pendapatan nisbah, maupun pendapatan sewa.
Seperti yang diketahui, bahwa aktiva produktif bank syariah secara garis
besar ada tiga macam, yaitu piutang yang akan menghasilkan margin,
pembiayaan yang akan menghasilkan bagi hasil dan ijarah yang akan
menghasilkan pendapatan sewa.
PSAK tentang akuntansi perbankan syariah yang dalam
pelaksanaannya diperjelas dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
(PAPSI), dalam beberapa paragraf yang mengatur metode pengakuan
pendapatan menyatakan bahwa pengakuan pendapatan atas aktiva
produktif yang performing menggunakan accrual basis. Accrual basis merupakan salah satu metode pengakuan pendapatan yang akan mengakui
adanya pendapatan dalam periode timbulnya hak meskipun nasabah pada
kenyataannya pada periode yang dimaksud belum melakukan pembayaran.
Metode accrual basis diterapkan untuk pengakuan pendapatan atas
aktiva produktif yang performing, yaitu aktiva produktif yang mempunyai
kualitas lancar dan dalam perhatian khusus. Sedangkan untuk aktiva
produktif non performing, yaitu aktiva produktif dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, dan macet diterapkan metode cash basis.
Penerapan metode accrual basis dalam pengakuan pendapatan atas
(26)
perbedaan jumlah pendapatan yang tercantum dalam pelaporan keuangan.
Dalam hal ini adalah laporan laba rugi dengan pendapatan yang tercantum
dalam laporan bagi hasil yang dimaksud dengan pendapatan adalah
pendapatan yang benar-benar secara cash diterima oleh pihak bank.
Sedangkan pendapatan yang tercantum dalam laporan laba rugi mencakup
baik pendapatan yang secara cash telah diterima oleh bank maupun
pendapatan yang timbul karena adanya proses akrual.
Oleh karena itu, tingginya minat nasabah untuk melakukan akad
murabahah, mudharabah dan musyarakah di bank syariah, tentunya akan
memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan bank syariah. Dari
pendapatan-pendapatan tersebut kiranya bank dapat mengetahui seberapa
besar profit yang dihasilkan bank syariah.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, timbul keinginan penulis dalam menyusun sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK “
B. Identifikasi Masalah
. Apakah pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah dapat mempengruhi profitabilitas Bank secara parsial?
. Bagaimana profitabilitas bank atas pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara simultan?
(27)
C. Batasan Masalah
Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada
“Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
. Seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan bank dari pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah ?
. Seberapa besar pengaruh pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarkah terhadap tingkat profitabilitas ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
. Untuk mengetahui profitabilitas yang dihasilkan dari pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah .
. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan Murabahah, Mudaharabah dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas.
Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini adalah sebagai berikut:
(28)
. Bagi pihak Bank, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip perekonomian syariah yang sesuai dengan syariat Islam serta dapat menghasilkan profit, khususnya melalui produk Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah.
. Bagi Regulator, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan dunia perbankan syariah di Indonesia.
. Bagi Akademis/Peneliti, yaitu menambah pemahaman mengenai perbankan syariah terutama konsep Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah, serta dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi dari pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah.
. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam menanamkan modal di perbankan syariah.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
. Pengertian Bank Syariah
Di dalam Undang-Undang Nomor Tahun Pasal - Perubahan atas UU No. tahun tentang Perbankan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki konsep sendiri yakni bank syariah, yang memiliki prinsip operasional yang berbeda dengan prinsip operasional bank konvensional.
Bank Islam menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio ( ) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist, yaitu menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan mengikuti praktek-praktek usaha yang dilakukan zaman Rasulullah SAW.
(30)
Bank syariah adalah bank yang menjual produk-produknya dengan tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam bentuk bagi hasil (ujrah) berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank dengan nasabah, masing-masing pihak menyediakan informasi secara lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad, tidak ada eksploitasi terhadap pihak lain serata tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT. (Slamet Haryono, : )
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono, : ). Definisi lainnya menyebutkan bahwa bank Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana bank untuk perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain sesuai dengan syariat Islam tanpa menggunakan sistem bunga. (Adhim, : )
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, bank syariah atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandsaskan Al-qur’an dan Al- Hadits,
(31)
atau dengan kata lain dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran uang yang operasionalnya dengan prinsip syariat islam.
Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah syariah, menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
. Fungsi Bank Syariah
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-based income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
. Produk-Produk Bank Syariah
Pada umumnya produk-produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Produk Penghimpun Dana b. Produk Penyaluran Dana
(32)
c. Produk Jasa
a. Produk penghimpun dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunana dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
) Prinsip wadiah
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dalam wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut
) Rekening tabungan.
Bank menerima simpanan dari nasabah dengan jasa penitipan dana. Bank mendapatkan izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Keuntungan dari penggunaan dana akan dibagi dengan nasabah yang pembagiannya telah disepakati di awal. Bank juga menjamin pembayaran kembali semua simpanan nasabah.
) Rekening investasi umum
Produk ini menggunakan prinsip Mudaharabah Mutlaqah, dimana bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal.
(33)
) Rekening investasi khusus
Produk ini menggunakan prinsip Mudharabah Muqayyadah, dimana bank menerima pinjaman dari pemerintah atau nasabah korporasi, bentuk investasi dan pembagian keuntungan dinegosiasikan kasus per kasus.
b. Produk Penyaluran Dana ) Akad Bagi Hasil
a) Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
b) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan. Pada umumnya transaksi ini dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menetukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
(34)
) Akad Jual Beli a) Murabahah
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (Bitsaman Ajil) maupun sekaligus.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
b) Ba’i Salam
Secara etimologi Salamberarti Salaf (dahulu). Bai' as salamadalah akad jual-beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati.
Dalam teknis perbankan syariah, salam berarti pembelian yang dilakukan oleh bank dari nasabah dengan pembayaran di muka dengan
(35)
jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Harga yang dibayarkan dalam salam tidak boleh dalam bentuk utang melainkan dalam bentuk tunai yang dibayarkan segera. Tentu saja bank tidak bermaksud hanya melakukan salamuntuk memperoleh barang. Barang itu harus dijual lagi untuk memperoleh keuntungan.
c) Bai’ Istishna
Bai' Istishna' adalah akad jual-beli antara pemesan/ pembeli
(Mustashni') dengan produsen/ penjual (Shani') dimana barang yang akan diperjual belikan harus dibuat lebih dulu dengan kriteria yang jelas. Istishnahampir sama dengan bai' salam, bedanya hanya terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera, sedang pada istishna pembayarannya boleh di awal, di tengah atau di akhir, baik sekaligus ataupun secara bertahap.
) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertidak sebagai penjual jasa sementara nasabah serbagai pembeli.
c. Produk Jasa . Rahn
Rahn adalah satu jenis transaksi tabaru', karena apa yang diberikan
Rahin (pemilik barang) untuk murtahin (pemegang barang) bukan atas imbalan akan sesuatu, ia termasuk transaksi (uqud) 'ainiyah, di mana tidak dianggap sempurna kecuali bila sudah diterima 'ain al ma'qud. Dan akad
(36)
(transaksi) jenis ini ada lima, yaitu hibah, i'arah, ida', qard dan rahn. Tabaru' itu tidak sempurna kecuali dengan qard.
Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan tambahan. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani kebutuhan nasabah guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif, seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bank atau lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut.
. Wakalah
Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, di mana pihak pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama. Dalam aplikasinya pada perbankan Syariah,
Wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri (L/C ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain.
. Kafalah
Istilah Kafalah adalah memasukkan tanggung jawab seseorang ke dalam tanggung jawab orang lain dalam suatu tuntutan umum, dengan kata lain menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab orang lain yang berkaitan dengan masalah nyawa, utang atau barang. Meskipun demikian penjamin yang ikut bertanggung jawab
(37)
tersebut tidak dianggap berutang, dan utang pihak yang dijamin tidak gugur dengan jaminan pihak penjamin.
. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalam hal ini ada tiga pihak, yaitu pihak yang berutang
(muhil atau madin), pihak yang memberi utang (muhal atau da'in) dan pihak yang menerima pemindahan (muhal 'alaih). Di pasar keuangan konvensional praktek hawalah dapat dilihat pada transaksi anjak piutang
(factoring). Namun sebagaimana diuraikan di atas, kebanyakan ulama tidak memperbolehkan mengambil manfaat (imbalan) atas pemindahan utang/ piutang tersebut.
. Ju’alah
Ju'alah adalah suatu kontrak di mana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/ pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi Bank, Informasi Usaha dan sebagainya. Prinsip ini juga digunakan oleh Bank Indonesia dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Prinsip ini digunakan oleh bank dalam menwarkan jasa dengan fee sebagian dari imbalannya.
(38)
. Qard Al- Hasan
Yaitu pinjaman dana bank kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Bank sama sekali dilarang untuk menerima manfaat apapun.
. Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau pertukaran valuta asing, di mana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik atau dengan mata uang asing lainnya.
. Karakteristik dan persyaratan transaksi perbankan syariah a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan
saling ridha
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (Thayyib)
c. Uang hanya berfungsi sebagi alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas
d. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, haram e. Tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of
money), karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip Al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk)
f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar, untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain, tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad,
(39)
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (Ta’alluq)
dalam satu akad.
g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), dan rekayasa penawaran (ikhtiar),
h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
i. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun akitivitas sosial yang bersifat nonkomersial
j. Transaksi syariah komersial dilakukan antara lain berupa ). Investasi untuk mendapatkan bagi hasil
). Jual beli untuk mendapatkan laba
). Pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
B. Murabahah
Murabahah adalah kesepakatan untuk transaksi jual beli antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli terhadap barang sebesar harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati dan dengan informasi yang lengkap dan transparan (jujur) diantara dua pihak. (Slamet Haryono, )
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagi tambahannya. (Syafi’i Antonio, )
(40)
Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waku pembayaran, harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. (Ahmad Rodoni, : )
Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank di tambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (bitsaman ajil) maupun sekaligus.
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
(41)
komoditi/ barang dengan harga lumpsum tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil keuntungan dari penjualan tersebut.
Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqih ialah akad jual beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang.
a. Landasan Syariah Al-qur’an Surat Al-baqarah
Artinya : …”Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba…”
Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi R.A. bahwa rasulullah SAW. Bersabda “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
(42)
Muqaradhah (Mudharabah), dan mencapur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual’ (HR Ibnu Majah)
b. Syarat-syarat Murabahah
) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan ) Kontrak harus bebas dari riba
) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. c. Rukun-rukun Murabahah
) Penjual ) Pembeli
) Barang yang diperjual-belikan ) Harga dan
) Ijab-qabul d. Teknis Perbankan
Dalam teknis perbankan Murabahah dilakukan jika nasabah ingin membeli barang yang di inginkan kemudian bank membeli barang tersebut dari suplier. Setelah barang tersebut cocok, terjadilah akad muarabahah dengan kesepakatan margin yang telah disepakati. Berikut skema Murabahah dalam perbankan syariah.
(43)
Murabahah
C. `Mudharabah
(Adiwarman Karim ) yang dimaksud dengan mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa arab sebelum Islam. Ketika nabi Muhammad berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah dengan khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktek Mudharabah ini diperbolehkan, baik menurut Al-Qur’an ,As-Sunnah mapun Ijma’.
Dalam buku yang berjudul Bank Dan Lembaga keuangan Lainnya, karangan professor Ahmad Rodoni menerjemahkan mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal
(shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (Mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Selanjutnya transaksi ini
(44)
tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam manajemen proyek sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak berhati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya ( ), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Mudharabah juga dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Mudharabah bersal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan suluruh ( ) modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntangan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, bukan akibat si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
(45)
a. Landasan Syariah
Secara umum landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadits berikut ini Allah berfirman dalam surat Al- Muzammil.
t
βρ
y
z#
u
u
ρ
t
βθ
/Ø
t
ƒ
’
û
Ú‘
F
{
$
#
t
βθ
ó
t
G6
t
ƒ
Β
≅
Ò
s
ù
«
!
$
#
) ﻞﻣﺰﳌﺍ : ٢٠ (artinya “……dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…”( : )
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Ayat tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha yang telah diperintahkan Allah SWT.
#
s
Œ*
s
ù
M
u
Š
Ò
%
ο
4
θ
n
=
Á
9
$
#
(
#
ρ
±
t
F
Ρ
$
$
s
ù
’
û
Ú‘
F
{
$
#
(
#
θ
ó
t
G/
$
#
u
ρ
Β
≅
Ò
s
ù
«
!
$
#
) ﺔﻌﻤﳉﺍ : ١٠ (“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT…”( )
}
§
Š
s
9
Ν6‹
n
=
t
ã
y$
o
Ψ
_
β
r
&
(
#
θ
ó
t
G;
s
?
ξ
Ò
s
ù
Β
Ν6
/‘
)
ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ
: ١٩٨ (
“Tiada ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu…”( : )
Surah al-jum’ah: dan al-baqarah: sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha
(46)
Hadits nabi Muhammad SAW yang artinya “ diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak, jika menyalahi peraturan tersebut maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan Rasulullah pun memperbolehkannya “ (HR Tabrani).
Sementara hadits nabi Muhammad SAW. bersabda , dalam hadits kudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “ Allah SWT telah berfirman saya menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lainnya, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut (HR. Abu Daud, Subulussalam )
b. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yakni
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudahrib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
(47)
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma Syi’ta (lakukan sesukamu) dari
shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
) Mudaharabah Muqayyadah
Mudarabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah Mutlaqah. Si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si Shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
Adapaun dari sisi pembiayaan, mudharabah biasanya diterapkan untuk bidang-bidang berikut.
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b) Investasi khusus disebut juga mudaharabah muqayyadah, yaitu sumber invesatsi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. Mudharabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.
c. Rukun-rukun Mudharabah
rukun dalam akad Mudharabah adalah :
) Pelaku ( pemilik modal dan pelaksana usaha)
Jelaslah bahwa rukun akad mudharabah sama dengan rukun akad jual beli. Dalam mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal ( Shahibul Maal), sedangkan
(48)
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (Mudharib atau A’mil).
Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada. ) Objek Mudharabah ( modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modal sebagai objek mudharabah dan pelaksana usaha menyerahkan modalnya juga sebai objek mudharabah. Adapun modal yang diserahkan berbentuk uang atau barang yang telah dirinci berapa harganya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini akad mudharabah pun tidak sah.
Para fuqaha sebetulnya tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah (Al-Kasani, Al-Badai’, vol. , hal ) namun para ulama mazhab hanafi memperbolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh Mudharib dan shahibul maal ( Ibnu Qudamah, Al-mughni, vol. , hlm. .)
) persetujuan akad kedua belah pihak ( Ijab- Qabul)
Persetujuan kedua belah pihak merupakan kosekuensi dari prinsip
An-Taraddin Minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
(49)
) Nisbah Keuntungan.
Nisbah keuntungan merupakan rukun mudharabah yang khas, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya , sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Teknis Perbankan
Aplikasi mudharabah dalam dunia perbankan, bank selaku pemilik dana (Shahibul Maal) mempercayakan uangnya kepada nasabah (Mudharib) untuk dikelola dalam suatu usaha.Pendapatan atau keuntungan dari usaha tersebut dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disetujui diawal akad.
(50)
PERJANJIAN BAGI HASIL
SKEMA AL – MUDHARABAH
D. Musyarakah
Dalam fiqih muamalah Musyarakah atau (syirkah) dari segi bahasa bermakna penggabungan dua bagian atau lebih, yang tidak bisa dibedakan lagi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’ musyarakah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan mencari keuntungan. (Taqiyyudin An-Nabhani, )
PROYEK / USAHA
BANK (Shahibul Maal)
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
KEAHLIAN MODAL %
NASABAH (Mudhorib)
Nisbah X %
Nisbah Y %
Pengambilan Modal Pokok
(51)
Dalam fiqih muamalah disebutkan pula musyarakah (syirkah) berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya.
ﹸ
ﻁ ﹶﻼﺧِﻹﺍ
ﻱ ﹶﺃ
ﹸ ﻂ ﹾﻠﺧ
ﺪﺣﹶﺃ
ﻦﻴﻟﺎﻤﹾﻟﺍ ﹺ
ﺮﺧﻵﺎﹺﺑ
ﹸ ﺚ ﻴﺤﹺﺑ ﹶ
ﻻ ﻥﺍﺰﺘﻤﻳ
ﻦﻋ
ﺎﻤﹺﻬﻀ ﻌﺑ
Musyarakah adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf. (Dasuqi, Asy-Syarh Al-Kabir Ma’a Ad-Dasuqi, juz II. )
ﻲﻫ
ﹾ
ﻥﹶﺫﹺﺇ
ﻲﻓ
ﻑ ﺮﺼ ﺘﻟﺍ ﺎﻤﻬﹶﻟ
ﺎﻌﻣ ﺎﻤﻬﺴﹸﻔﻧﹶﺍ ﹶ ﺃ ﻱ ﹾ ﻥﹶﺃ ﹶ ﻥﹶﺫﹾﺄﻳ ﱡ
ﻞﹸﻛ
ﺪﺣﺍﻭ
ﻦﻣ
ﹺ
ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ
ﻪﹺﺒﺣﺎﺼ ﻟ
ﻲﻓ
ﹾ
ﻥﹶﺃ
ﻑ ﺮﺼ ﺘﻳ
ﻲﻓ
ﹴ
ﻝﺎﻣ
ﺎﻤﻬﹶﻟ
ﻊﻣ
ِ ﺀﺎﹶﻘﺑﹺﺇ
ﻖﺣ
ﻑ ﺮﺼ ﺘﻟﺍ ﱢ
ﻞﹸﻜﻟ
ﺎﻤﻬﻨﻣ
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana ( atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (Syirkah Al Inan) sebagai sebuah badan hukum (legal entity). Setiap pihak memiliki bagian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka dan mempunyai hak
(52)
mengawasi (voting right) perusahaan sesuai dengan proporsinya. Untuk pembagian keuntungan, setiap pihak menerima bagian keuntungan secara proporsional dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan merugi, maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal.
Dalam teknis perbankan, Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani Murdiyati, Dirut BMSI).
a. Landasan syariah
Landasan syariah musyarakah terdapat dalam Al-Qur’an ( : )
Μγ
s
ù
!
%
Ÿ
2
u
°
’
û
]
=
W
9
$
#
)
ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ
: ١٢ (
artinya : ...“ maka mereka berserikat pada sepertiga...”
Kemudian terdapat dalam surat Shaad
β
)
u
ρ
#
V
x
.
z
Β
!
$
s
Ü
n
=
ƒ
:
$
#
‘
ó6
u
‹
s
9
Νκ
Õè
t
/
4
’
n
?
t
ã
Ùè
t
/
ā
ω
)
t
$
#
(
#
θΖ
t
Β
#
u
(
#
θ=ϑ
t
ã
u
ρ
M
≈
y
s
=≈
Á
9
$
#
!
≅‹=
s
%
u
ρ
$
Β
Νδ
) ﺹ : ٢٤ ( artinya : ...“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang ynag berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh...Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
(53)
dalam surah An-nisa : perkongsian terjadi secara otomatis (jabr karena waris, sedangkan dalam Surat Shaad : terjadi atas dasar akad (ikhtiyari)
Hadits
ﻦﻋ
ﻲﹺﺑﹶﺃ ﹶ
ﺓﺮﻳﺮﻫ
ﻲﺿ ﺭ
ُ ﷲﺍ ﹶ
ﻝﹶﺎﻗ
: ﱠ ﻥﹺﺇ َ ﷲﺍ ﹸ
ﻝﻮﹸﻘﻳ ﺎﻧﹶﺃ ﹸ ﺚ ﻟﺎﹶﺛ ﹺ
ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ
ﻢﹶﻟﺎﻣ
ﻦﺨﻳ
ﺎﻤﻫﺪﺣﹶﺃ
ﻪﺒﺣﺎﺻ
ﺪﻳ
ِ ﷲﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹺ
ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ
ﻢﹶﻟﺎﻣ ﹸ
ﻥﻭﺎﺨﺘﻳ
Dikatakan dari Abu hurairah, Rasulullah SAW, bersabda , “ sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘ aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya” “(HR Abu Daud)
ﺪﻳ
ِ ﷲﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹺ
ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ
ﻢﹶﻟﺎﻣ ﹸ
ﻥﻭﺎﺨﺘﻳ
Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidaklah berkhianat (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Ijma
Umat Islam sepakat bahwa musyarakah dibolehkan. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.
b. Jenis-jenis Musyarakah ) Musyarakah Amlak
Musyarakah Amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa adanya akad. Musyarakah ini dibagi macam :
(54)
) Musyarakah Ikhtiary
Musyarakah Ikhtiary adalah kerjasama yang muncul karena adanya kontrak dari dua orang yang bersekutu.
) Musyarakah Jabar
Musyarakah Jabar adalah kerjasama yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya.
) Musyarakah Uqud
Musyarakah Uqud merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya. Musyarakah ini dibagi menjadi yaitu :
) Musyarakah Inan
Musyarakah Inan adalah persekutuan antara dua orang dengan harta masing-masing. Dengan kata lain, ada dua orang yang melakukan persekutuan dengan masing-masing harta mereka untuk bersama-sama mengelola dengan kemampuannya masing-masing. Kemudian keuntungan dibagi di antara mereka. Musyarakah ini dinamakan Inan karena kedua belah pihak yang melakukan persekutuan tersebut sama-sama ikut mengelola.
) Musyarakah Abdan
Musyarakah Abdan adalah persekutuan antara dua orang untuk menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara-bersama-sama. Kemudian keuntungan dibagi di antara keduanya dengan menetapkan persyaratan tertentu.
(55)
) Musyarakah Mufawadhah
Musyarakah Mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang sebagai gabungan bentuk persekutuan yang telah disebutkan di atas.
Musyarakah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama/ persekutuan antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. (Syafi’I Antonio, : ).
) Musyarakah Wujuh
Musyarakah Wujuh adalah kontrak antara dua atau orang lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik secara ahli dalam ambisi. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
) Musyarakah Mudharabah
Musyarakah Mudhrabah disebut juga Qiradh. Yaitu apabila pihak dengan harta melebur untuk melakukan suatu persekutuan/ kerjasama. Dengan kata lain, ada seseorang yang memberikan hartanya kepada pihak lain yang dipergunakan untuk berbisnis, dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan.
c. Rukun-rukun Musyarakah ) Para Pihak
(56)
Dalam hal ini Bank dan pihak-pihak yang ingin menyetujui akad Musyarakah.
) Ijab Qabul
Setelah para pihak telah jelas dengan akad musyarakah, selanjutnya ijab Qabul dilakukan untuk mengikat para pihak.
) Maal (harta/ Modal) ) Kegiatan Usaha ) Keuntungan/ hasil d. Teknis Perbankan
Aplikasi musyarakah dalam perbankan bank dengan nasabah melakukan kesepatan kerjasama dengan memberikan masing-masing kontribusi dan pembagian keuntungan berdasarkan porsi-porsi dan telah disepakati diawl akad
(57)
E. Pengertian Pendapatan
Diakui bahwa tujuan utama perusahaan itu adalah memperoleh laba, laba atau profit dapat tercapai bila diperoleh pendapatan. Pendapatan adalah hasil prestasi suatu perusahaan yang memperoleh imbalan yang pada umumnya disebut penjualan (Hadiwidjaya dan Rivai, : ). Yang dimaksud penjualan disini adalah semua transaksi penjualan baik penjualan barang atau pendapatan barang.
PROYEK USAHA
Bank Syariah
Parsial
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil keuntungan Sesuai porsi kontribusi
Modal
Nasabah Parsial: Asset value
(58)
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan itu merupakan tukar (imbalan) nilai barang atau jasa. Nilai tukar dalam satuan uang yang diterima setelah dipotong dengan perhitungan yang menyangkut transaksi sehingga dapat dimengerti bahwa pendapatan dari suatu transaksi adalah nilai nettonya.
Menurut Hadiwidjaya ( : ) bank seperti bank umum bekerja dalam bidang
a) Penghimpunan dana dari masyarakat b) Pemberian kredit
c) Pemberian jasa lainnya.
Adapun sebagai imbalan dari kegiatan bidang usaha itu bank umum swasta memperoleh beberapa pendapatan di antaranya adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha pemberian kredit.
Menurut Baridwan ( ) dalam Rina ( : ) definisi pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha, atau pelunasan hutang atau kombinasi dari keduanya selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Pendapatan juga didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli (Niswonger, : )
(59)
Menurut Soemarso ( ) dalam Rina ( : ) ada empat kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat diakuinya pendapatan, yaitu :
) Pada saat penjualan, yaitu pendapatan diakui saat barang diserahkan kepada pembeli.
) Pada saat pembayaran diterima, yaitu pendapatan diakui pada saat pembayaran atas penjualan telah diterima.
) Pada saat bagian produksi diselesaikan, yaitu pendapatan diakui dan dicatat sesuai dengan bagian-bagian kontrak yang telah diselesaikan. ) Pada saat produksi selesai, yaitu pendapatan diakui pada saat produksi
telah selesai.
Menurut Hasibuan ( ) pendapatan bank bersumber dari : a) Bunga kredit yang disalurkan
b) Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran
c) Penjualan buku cek, bilyet giro, dan sebagainya d) Save Deposit Box
e) Komisi dan Provisi f) Call Money Market
Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang berasal dari aktivitas atau kegiatan perusahaan, tentunya pendapatan yang besar akan menghasilkan profit yang besar pula.
(60)
. Prinsip margin
Sistem margin yang digunakan bank syariah merupakan sistem dimana dilakukannya akad perjanjian antara bank dengan nasabahnya. Margin yang ditentukan bank hendaknya disepakati oleh nasbah. Ini dimaksudkan agar menghindari riba dan mempunyai rasa kepuasan antara bank dan nasabah.
Margin bank syariah digunakan dalam melakukan akad jual beli dan jasa, seperti murabahah, isthisna, salam , hawalah, kafalah, dan lain sebagainya.
. Prinsip bagi hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu:
(61)
a) Pengertian Profit Sharing
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit
secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/ hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.
(62)
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
b) Pengertian Revenue Sharing
Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing
adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods)
dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan
(sales revenue).
Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.
Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya
(63)
(gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.
Berdasarkan definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti
revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan keuntungannya (profit).
Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh bank.
Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank.
Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
(64)
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
F. Pengertian Profitabilitas
Menurut Zainul Arifin dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Manejemen Bank Syariah” Menjelaskan bahwa Net Income yang dihasilkan oleh suatu bank dapat dipengaruhi oleh faktor yang dapat dihasilkan (controlebel faktur). Contoh faktor yang dapat dikendalikan ini adalah faktor yang dapat dipengaruhi kebijakan bank seperti segmentasi pasar pengendalian pendapatan. Sedangkan faktor yang tidak bisa dikendalikan adalah faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja bank seperti kondisi ekonomi persaingan dan lain-lain yang bersifat eksternal.
Profitabilitas menunjukan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning, tetapi juga faktor yang mempengaruhi ketersediaan kualitas earning. Keberhasilan bank yang didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan rasio yang berbobot sama, rasio tersebut terdiri dari rasio perbandingan laba dalam dua bulan terakhir tarhadap volume usaha dalam periode bulan (Mudrajat ; )
(65)
Mandala manurung ( ) mendefiniskan profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Sri Sudarsi ( : ) menyatakan profitabilitas adalah merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Menurut Denda Wijaya ( : ) rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisa alat alat untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan, selain itu profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan laba ( Hasibuan, : ).
Sawir ( : ) mengunkapkan tujuan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menganalisa laba selama periode tertentu. Juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional usahanya.
Rasio profitabilitas adalah alat untuk mengukur keefektifan dan kesuksesan manajemen dalam menghasilkan suatu laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan menganalisa laporan keuangannnya, dan dari hasil analisa tersebut akan dapat tercermin kemampuan bank dalam memperoleh laba.
Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal inti atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi
(66)
yang sebenarnya (real), maka posisi modal / assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut (Slamet Riyadi )
Adapun rasio profitabilitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih penting dibandingkan hanya masalah laba. Karena laba besar saja bukan merupakan uluran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan sebuah modal yang bekerja didalam untuk menghasilkan rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui pengetahuan bank dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas menejemen dalam menjalankan operasional perusahaan
Adapun yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas adalah Return On Equity yang merupakan indikator untuk mengukur kemampuan manejemen dalam mengelola modal yamg tersedia untuk mendapatkan keuntungan tersisih semakin tinggi rasio ini semakin baik perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas, jadi informasi ROE yang mengidentifikasi tingkat kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk memperoleh pendapatan bersih, akan di respon oleh investor, baik
secara positif maupun negatif.( Harahap : ) Return on Equity adalah ukuran yang lebih penting karena
merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka ( Jaenul Arifin ). Penggunaan ROE sebagai variabel lebih dikarenakan sampai saat ini bank
(67)
syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang.
ROE yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih . ROE dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Net Income di bagi total Equity).
(68)
G. Kerangka Pemikiran
Gambar Kerangka Pemikiran
Bank Syariah
Murabahah Mudharabah Musyarakah
Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
Terdapat Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
(69)
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan-laporan keuangan bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dengan tingkat persentase profitabilitas yang sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari pusat kepustakaan BI. Persentase profitabilitas telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia, yaitu Return On Equity (ROE). Bank syariah yang mempunyai ROE besar dapat menjadi acuan seberapa besar tingkat penentuan bagi hasil yang akan dilakukan.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel non probability dimana metode ini menetapkan bahwa setiap elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan sebagai sampel untuk penelitian.
Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini :
1. Bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
(1)
terhadap ROE. Sedangkan variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE, berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE, berarti diperoleh bahwa pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank. Tingkat pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank (Efrida : 2007).
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul maal dengan nasabah selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan kesepakatan pembagian keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit yang diberikan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (Dewi : 2008) . Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati oleh nasabah, berarti semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) yang dihasilkan (Abu Bakar : 2009)
Revenue Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan pendapatan yang diterima, sedangkan Profit Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan keuntungan bersih yang diterima (netto), tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang akan dibagikan kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang akan dikeluarkan dari operasional mudharib. Jadi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan
(2)
(3)
Lampiran No.
ROE
Tahun Triwulan
BANK MUAMALAT
BANK SYARIAH MANDIRI I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
(4)
MURABAHAH
Tahun triwulan
BANK MUAMALAT
BANK SYARIAH MANDIRI I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
(5)
Lampiran No.
MUDHARABAH
Tahun triwulan
BANK MUAMALAT
BANK SYARIAH MANDIRI I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
(6)
MUSYARAKAH
Tahun triwulan
BANK MUAMALAT
BANK SYARIAH MANDIRI I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III