a. Variabel Murabahah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value α 0.990 0.05 artinya 0.990 lebih besar daripada
0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa variabel Murabahah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
b. Variabel Mudharabah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value α 0.034 0.05 artinya 0.034 lebih kecil
daripada 0.05 yang berarti signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Mudharabah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
c. Variabel Musyarakah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value α 0.228 0.05 artinya 0.228 lebih besar
daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Musyarakah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
. Uji koofisien determinasi R
TABEL Uji Koofiensi Determinasi R
Model Summary
b
,520
a
,271 ,186
,32797 ,271
3,215 3
26 ,039
Model 1
R R
Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate R Square
Change F
Change df1
df2 Sig. F
Change Change Statistics
Predictors: Constant, X3, X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Koofisiensi determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Besarnya nilai adjusted R
2
sebesar 0.186 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent sebesar
18,6, sedangkan sisanya 81,4 dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
. Hasil Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independent Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dengan
variabel dependennya ROE dinyatakan dengan persamaan model regresi yaitu:
Y= - X
Y= ROE X = Mudharabah
Dari hasil analisis hubungan variabel Murabahah, Mudharabah, Musyarakah terhadap ROE diperoleh hasil bahwa hanya variabel
mudharabah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh signifikan
terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE, berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE, berarti diperoleh bahwa pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang
mempengaruhi tingkat profitabilitas ROE bank. Tingkat pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas ROE bank Efrida : 2007. Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul
maal dengan nasabah selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan kesepakatan pembagian
keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit
yang diberikan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas Dewi : 2008
. Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati
oleh nasabah, berarti semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi pula pendapatan yang
diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas ROE yang dihasilkan Abu Bakar : 2009
Revenue Sharing
adalah sistem
pembagian keuntungan
berdasarkan pendapatan yang diterima, sedangkan Profit Sharing adalah
sistem pembagian keuntungan berdasarkan keuntungan bersih yang diterima netto, tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah
lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang akan dibagikan kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang
akan dikeluarkan dari operasional mudharib. Jadi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan dengan
profit sharing. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas
ROE.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pemerintah Indonesia,
dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 miliar Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa
maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan
sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105