bagian bawah selebar 0,2 cm x 0,3 cm sesuai Visum et Repertum Nomor 4702VIUPMXII2010 Tanggal 3 Desember 2010 atas nama Andi Rianto SP.
2.
Dakwaan
Atas perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, maka terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 Ayat 1
KUHP.
3. Tuntutan
Tuntutan pidana JaksaPenuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pematang Siantar tanggal 4 Januari 2012 sebagai berikut:
a. Menyatakan terdakwa Fatori SIK terbukti
secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “Penganiayaan” sebagaimana dalam Surat Dakwaan melanggar
Pasal 351 Ayat 1 KUHP; b.
Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Fatori SIK dengan pidana penjara selama 8 delapan bulan dengan
perintah Terdakwa supaya ditahan; c.
Menyatakan barang bukti berupa: - 1 satu pasang sarung tinju warna merah merek “Rocky”:
Dirampas untuk dimusnahkan; d.
Menetapkan supaya Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00 lima ribu rupiah;
4. Pertimbangan Hakim
Universitas Sumatera Utara
Bahwa sebelum menjatuhkan putusan terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan ;
Hal-hal yang memberatkan : Terdakwa sebagai Pimpinan tertinggi di Polresta Pematang Siantar seyogianya
mengayomi dan memberi contoh yang baik dengan cara menghindari perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Hal-hal yang meringankan : a.
Terdakwa sopan dipersidangan. b.
Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya serta menyesalinya. c.
Terdakwa dan saksi korban dipersidangan telah saling memaafkan. d.
Terdakwa belum pernah dihukum.
Putusan Pengadilan Negeri P. Siantar
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Pematang Siantar Nomor: 315PIDB2011PN.PMS, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana penjara
selama 8 bulan dengan perintah supaya terdakwa ditahan.
Putusan Pengadilan Tinggi Medan
Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 226PID2012PTMDN, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana penjara
selama 4 empat bulan dengan perintah pidana tersebut tidak perlu dijalani dijalani oleh terdakwa, kecuali sebelum lewat masa percobaan selama 8 delapan
bulan terdakwa atas putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dipersalahkan melakukan sesuatu tindak pidana.
Putusan Mahkamah
Universitas Sumatera Utara
Memperhatikan Pasal 351 ayat 1 KUHP, serta peraturan lain yang berhubungan dengan perkara ini;
a. Menyatakan bahwa Terdakwa FATORI SIK,
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “PENGANIAYAAN”;
b. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap
terdakwa FATORI SIK, dengan pidana penjara selama 2 dua bulan; c.
Menyatakan barang bukti berupa: - 1 satu pasang sarung tinju warna merah merek “Rocky”.
Dirampas untuk dimusnahkan. d.
Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.
5. Analisis Kasus
a. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri
Pematang Siantar Nomor: 315PIDB2011PN.PMS, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana penjara selama 8 bulan dengan perintah supaya
terdakwa ditahan. b.
Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 226PID2012PTMDN, terdakwa FATORI SIK
dijatuhkan pidana penjara selama 4 empat bulan dengan perintah pidana tersebut tidak perlu dijalani dijalani oleh terdakwa, kecuali sebelum lewat
masa percobaan selama 8 delapan bulan terdakwa atas putusan hakim
Universitas Sumatera Utara
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dipersalahkan melakukan sesuatu tindak pidana.
c. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung
Nomor: 1992 KPid2012, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana kepada Terdakwa FATORI SIK dengan pidana penjara selama 2 dua
bulan. Menurut penulis, hukuman yang dijatuhkan dari awal banding sampai
kasasi sudah pantas diterima oleh Fatori SIK. Karena terdakwa mengakui dan menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan nya, serta terdakwa juga dicopot
jabatan nya sebagai Kapolresta Pematang Siantar dan di mutasikan di Polda Sumatera Utara dengan tidak ada jabatan lagi. Hal ini lah yang menjadi
pertimbangan penulis untuk mengatakan hukuman pidana penjara 2 dua bulan sudah pantas untuk terdakwa Fatori SIK. Karena pasti atas kejadian tersebut,
Fatori akan bisa berfikir dua kali sebelum melakukan tindak pidana kekerasan atau tindak pidana lainnya mengingat terdakwa adalah Polisi yang tugasnya
sebagai pelindung dan panutan masyarakat bukan sebagai pelaku tindak pidana.
Unsur Barang Siapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah siapa saja yang berkedudukan sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukannya;
Menimbang bahwa dalam perkara ini yang disangka atau diduga sebagai pelaku adalah terdakwa FATORI,SIK yang identitas lengkap telah dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
oleh Majelis Hakim dan ternyata sama dengan identitas terdakwa yang termuat dalam surat dakwaan oleh karenanya unsur barang siapa telah terpenuhinya;
Unsur Melakukan Penganiayaan
Menimbang, banhwa Undang-Undang tidak memberi pengertian atau penjelasan apa yang dimaksud dengan penganiayaan, namun Menurut
Yurisprudensi Penganiayaan diartikan dengan “ sengaja menyebabkan perasaan tidak enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka”.
Menimbang, bahwa menurut Memorie van Teolichting kata “Dengan Sengaja” opzettelijk 9 kata ini terdapat dalam banyak Pasala-Pasal KUHPidana
adalah sama dengan willens en wetens” artinya dikehendaki dan diketahui; Menimbang, bahwa apakah dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak
enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka ada pada diri terdakwa dalam hal ini terhadap saksi korban Andi rianto siahaan? Majelis akan mempertimbangkan
sebagai berikut: Menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan, berawal dari
perintah terdakwa kepada Briptu Rudianto ajudannya pada tanggal 29 Nopember 2010 agar tahanan bernama andi irianto siahaan di pindahkan ke
ruangan 2, lalu perintah tersebut diteruskan kepada Kasat Tahanan dan Barang Bukti Tahti saksi Rusli Sarmauli Simbolon kemudian saksi Rusli Sarmauli
Simbolon menyampaikan kepada korban agar nanti pindah ruangna ke ruang 2, namun korban tidak mau pindah.
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa besok harinya sekitar pukul 16.00 WIB ketika para tahanan sedang olah raga sore, Briptu Rudianto menjumpai Rusli Sarmauli
Simbolon lagi dan mengatakan “ kenapa andi Irianto Siahaan belum dipindahkan?” “perintah Bapak Kapolres harus dilaksanakan”, lalu saksi Rusli
Sarmauli Simbolon menyuruh tahanan untuk mengangkati sebagian alat-alat pengendalian massa Dalmas yang ada di ruangan kamar 2, dan mengatakan
kepada korban Andi Irianto bahwa setelah selesai olahraga sore, pindah keruangan tahanan 2, namun korban tidak tidak mau dengan mengatakan “saya
tidak mau, mengapa saya harus pindah?, kemudian saksi Rusli Sarmauli Simbolon menjumpai Briptu Rudianto dan mengatakan bahwa Andi Irianto tidak mau
pindah ruangan; Menimbang, bahwa tidak berapa lama kemudian terdakwa turun dari
ruangan kerjanya dan langsung menuju ruangan olahraga dan mengatakan “mana orangnya yang tidak mau pindah” lalu saksi Rusli Sarmauli Simbolon menunjuk
ke arah korban, kemudian terdakwa langsung meninju saksi korban dan mengenai bibir sebelah bawah dan selanjutnya meminta sarung tinju dari saksi Marupa
Sotarduga Siahaan dan memakainya ditangan sebelah kiri kemudian langsung meninju korban beberapa kali dengan menggunakan kedua tangannya sambil
mendorong tubuh korban ke dinding dan korban pun terduduk di lantai, dalam keadaan emosi terdakwa mengucapkan kata-kata kepada korban “disini ada atura,
ikuti aturan disini, bukan kau yang mengatur disini, makanya kau jangan bikin masalah diluar sana yah, saya yang berkuasa disini biar tau kau, jangan macam-
macam kau ya”, kemudian terdakwa memukul karung apsir dan baerkata : “ ini
Universitas Sumatera Utara
baru uppercut, saya pernah ikut polda tinju” dan terdakwa pun keluar meninggalkan ruang olah raga tahanan;
Menimbang, bahwa setelah kejadian tersebut kemudian terdakwa memerintah polisi jaga untuk memanggil dokter agar korban diperiksa, dan dokter
Saiden Saragih didampingi oleh perawat Anita Br Turnip melakukan pemeriksaan terhadap korban dimana tekanan darah koraban normal, namun korban
mengatakan perut dan kepalanya sakit, dan ketika perut korban mau diperiksa dengan cara menekan perutnya, korban mengatakan “jangan-jangan sakit”, lalu
dokter mau menyuntik korban untuk menghilangkan rasa sakit akan tetapi korban tidak mau.
Menimbang, bahwa dari tindakan terdakwa yang memerintah polisi jaga agar menyuruh dokter untuk memeriksa saksi korban, adalah suatu tindakan yang
dapat dimaknai bahwa terdakwa telah menyadari perbuatannya yaitu akibat pukulannya tersebut akan menyebabkan rasa sakit yang memerlukan pengobatan
medis. Menimbang, bahwa ternyata tiga hari setelah terdakwa memukul saksi
korban yaitu pada tanggal 2 Desember 2011, saksi korban akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah untuk di visum, dan hasil Visum et repertum No.
4702VIUPMVERXII2010, yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. Juliana K.R Saragih, dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota
Pematang Siantar adalah sebagai berikut : Hasil pemeriksaan :
Universitas Sumatera Utara
- Bengkak pada kepala bagian belakang sebelah kanan kira 1 cm x 0,5 cm x
0,5 cm -
Luka lecet pada bibir bawah bagian dalam kira-kira 0,2 cm x 0,3 cm Kesimpulan :
Perubahan-perubahan pada tubuh korban disebabkan oleh karena adanya luka paksa tumpul
Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut diatas, maka unsur dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka
telah terpenuhi pula; Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
pembelaan terdakwa dan Penasehat Hukum terdakwa yang pada pokoknya memohon agar Majelis yang memeriksa dan mengadili perkara ini menyatakan
bahwa terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan dengan alasan sebagai berikut :
Pembelaan Terdakwa Intinya:
1. Bahwa tuntutan Jaksa Penuntut Umum tidak memenuhi unsur Pasal 351
1 KUHP 2.
Bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan keterangan 1 satu orang saja dan visum dilakukan setelah 3 hari kejadian
3. Bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan kepentingan sepihak diluar
hukum, baik dari tekanan dari pejabat atas ataupun media yang seolah-olah membenarkan keterangan korban
Universitas Sumatera Utara
4. Bahwa perbuatan terdakwa dilakukan terhadap orang yang telah
melakukan berapa kali pidana, dan tidak punya sopan santun terhadap pejabat negara, menekan pimpinan.
Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Intinya:
1. Bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak mencantumkan secara lengkap
keterangan saksi dan fakta. Saksi Dr. Saiden Saragih yang diberikan dibawah sumpah.
2. Bahwa saksi Marupa Sotarduga Siahaan telah dnyatakan keterangannya
dipenyidikan di cabut 3.
Bahwa yang perlu dibuktikan bukan hanya akibat yang dirasakan namun harus dibuktikan juga apa yang menimbulkan rasa sakit atau cedera tersebut.
4. Bahwa yang melihat terdakwa meninju bibir korban hanyalah saksi Suarto
dan Roy Pratama Nainggolan, dan keterangan tersebut sangatlah subjektif mengingat kedua saksi tersebut adalah rekan saksi korban sesama tahana sel
Polres 5.
Bahwa visum dilakukan setelah 3 tiga hari kejadian dan tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan berbagai hal termasuk melukai diri sendiri
dengan tujuan tertentu. 6.
Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa haruslah didasarkan pada minimal 2 dua alat bukti dan keyakinan, dan dari fakta dipersidangan
terdakwa tidak melakukan penganiayaan berhubung pukulan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
terdakwa hanya pada bagian lengan tidak menimbulkan rasa sakit, atau menyebabkan cedera.
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan terdakwa dan penasihat hukum terdakwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan sekaligus sebagai berikut:
Menimbang, bahwa tuntutan Jaksa tidak memenuhi unsur Pasal 351 ayat 1 KUHP, hal ini tidak perlu dipertimbangkan lagi, karena telah diuraikan dalam
pertimbangan unsur diatas, dan telah pula terpenuhi; Menimbang, bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan keterangan satu
orang saja, dan visum dilakukan setelah 3 hari dari kejadian. Menimbang, bahwa dari semua keterangan saksi-saksi yang disengar
dipersidangan bahwa ketika terdakwa melakukan pemukulan terhadap saksi korban saksi-saksi mana melihat secara langsung peristiwa tersebut dan visum
yang dilakukan terhadap saksi korban dilakukan 3 hari kemudian, hal tersebut dilakukan karena saksi korban berada dalam sel dan tentunya untuk dapat keluar
dari sel harus memenuhi beberapa syarat yang membutuhkan waktu, dan dari hasil visum menunjukkan bahwa bengkak pada kepala dan luka lecet pada bibir adalah
bersesuaian dengan keterangan saks-saksi yang melihat langsung peristiwa tersebut oleh karenanya visum tersebut dapat diterima;
Menimbang, bahwa Tuntutan Jaksa hanya berdasarkan kepentingan sepihak diluar hukum, berdasarkan tekanan dari Pejabat atas ataupun media yang
seolah-olah membenarkan keterangan korban; Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung tidak ada fakta yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh media atau orang lain dalam perkara ini ;
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa terdakwa melakukan perbuatan terhadap orang yang telah melakukan beberapa kali pidana dan orang tersebut tidak memiliki sopan
santun terhadap pejabat negara; Menimbang, bahwa terdakwa melakukan perbuatannya yaitu dengan cara
memukul saksi korban dengan alasan saksi korban yang telah melakukan beberapa kali perbuatan pidana, alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena
tindakan terdakwa dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan perbuatan saksi korban yang di tahan di dalam sel, dan dalam fakta jelas terlihat, bahwa terdakwa
melakukan pemukulan terhadap saksi korban adalah karena saksi korban tidak melaksanakan perintahnya yaitu pindah ruangan;
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan Penasihat Hukum terdakwa hal tersebut telah di pertimbangkan sekaligus kecuali yang menyatakan bahwa dari
fakta dipersidangan terdakwa tidak melakukan penganiayaan berhubung pukulan yang dilakukan terdakwa hanya pada bagian lengan tidak menimbulkan rasa sakit
atau menyebabkan cedera. Menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan bahwa yang
dituju oleh terdakwa bukanlah lengan saku korban dan dalam pertimbangan unsur-unsur sudah lengkap diuraikan dibagian mana yang dipukul oleh terdakwa
dan telah pula di nyatakan dalam visum et repertum atau nama saksi korban Andi Irianto Siahaan;
Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa pembelaan terdakwa dan Penasihat Hukum
terdakwa tidak beralasan dan haruslah ditolak;
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa dari uraian tersebut diatas, maka Majelis berkesimpulan bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi dakwaan Jaksa
Penuntut Umum; Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah
trpenuhi maka terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum, maka pengadilan akan
menjatuhkan hukuman kepada terdakwa yang dirasa pantas dan adil sesuai dengan perbuatannya;
Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung tidak ditemukan alasan yang dapat menghapuskan kesalahan terdakwa atau alasan pema’af maka
terdakwa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya; Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum yang menuntut agar terdakwa
dijatuhi hukuman penjara selama 8 delapan bulan dengan perintah supaya terdakwa ditahan, Majelis Hakim tidak sependapat, karena hukuman yang
demikian terhadap terdakwa sangat berat mengingat, akibat perbuatannya tersebut terdakwa telah mendapat sanksi kedinasan berupa mutasi dan demosi dan
pemukulan yang dilakukan terdakwa terhadap saksi korban Andi Irianto Siahaan tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi mempunyai kaitan dengan perintah terdakwa
selaku pimpinan di Ploresta yang memerintahkan saksi korban dipindahkan ruangannya, namun saksi korban tidak mau dan bahkan sebelumnya saksi korban
pernah mengucapkan kata-kata tidak pantas terhadap terdakwa di depan anggota
Universitas Sumatera Utara
polisi lainnya dimana saksi korban berkata “ini muka Fatori” sambil meninju karung pasir, yang juga memicu emosi terdakwa;
Menimbang, bahwa dihubungkan pula dengan tujuan pemidanaan adalah bukan merupakan suatu balas dendam melainkan untuk membuat seseorang
menjadi jera atau tidak melakukannya lagi; Menimbang, bahwa oleh karena tujuan pemidanaan bukan semata-mata
balas dendam, namun untuk pembelajaran dan untuk memberikan efek jera, maka hukuman yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa nantinya, Majelis berpendapat
sudah adil dan pantas untuk kesalahan terdakwa; Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum agar
terdakwa segera ditahan, Majelis Hakim juga tidak sependapat, mengingat selama persidangan berlangsung terdakwa sangat proaktif dan tidak ada menunjukkan
perilaku yang dapat menghambat persidangan dan Majelis Hakim pula meyakini bahwa tugas dan jabatan terdakwa menjadi jaminan untuk melarikan diri;
Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini yaitu 2 dua buah sarung tinju, karena barang bukti tersebut
dipergunakan terdakwa untuk melakukan kejahatan maka terhadap barang bukti tersebut Majelis Hakim berpendapat akan dirampas untuk dimusnahkan;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah serta akan dijatuhi pidana maka sebagaimana diatur dalam
Pasal 222 KUHAP, kepadanya pula dibebankan untuk membayar biaya perkara; Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan putusan terlebih dahulu akan
dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan;
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang memberatkan Terdakwa sebagai pimpinan tertinggi di Polresta Siantar seyogianya mengayomi
dan memberi contoh yang baik dengan menghindari perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Hal-hal yang meringankan 1.
Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya serta menyesalinya. 2.
Terdakwa dan saksi korban dipersidangan telah saling memaafkan 3.
Terdakwa belum pernah dihukum Setelah membaca kronologis dari kasus tersebut penulis berkesimpulan
bahwa kasus yang dialami oleh Andi dan Fatori berdasarkan isu yang berkembang dikarenakan profesi dari Andi sebagai wartawan. Sehingga membuat Fatori
langsung cepat emosi dan geram karena dari sikap Andi yang langsung menolak dipindahkan keruangan kamar tahanan dan langsung memukulnya dengan
menggunakan sarung tinju Rocky di tangan sebelah kirinya. Kenyataan yang sering terjadi, memang benar bahwa wartawan sering
menerbitkan pemberitaan yang berlebihan dari fakta kasus yang terjadi. Sehingga wartawan sering menjadi sasaran pemukulan dan penganiayaan oleh orang-orang
yang merasa terganggu atas aib mereka yang ditulis secara berlebihan bahkan tidak jarang dipalsukan pemberitaan tentang mereka. Tetapi, bukan berarti semua
wartawan melakukan hal yang seperti itu. Tergantung dari masing-masing pihak wartawan itu sendiri, apakah dia menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik
jurnalistik atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan