PROFIL INFORMAN PENYAJIAN DATA

46

BAB III PENYAJIAN DATA

A. PROFIL INFORMAN

Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mempunyai usaha pembuatan makanan tradisional tempe yang ada di Debegan, para responden ini dipilih karena mempunyai usaha yang berhubungan dengan jaringan sosial pengusaha makanan tradisional yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha. Keberlangsungan usaha ada beberapa jenis yaitu keberlangsungan permodalan, keberlangsungan sumber daya manusia, keberlangsungan produksi dan keberlangsungan pemasaran, yang menitik beratkan dan bersumber pada tiga kata kunci yang tersirat dalam definisi keberlangsungan usaha yaitu memenuhi kebutuhan, mengembangkan sumber daya dan melindungi sumber daya. Di samping itu juga keberlangsungan usaha berkaitan dengan jaringan sosial ini dibuktikan bahwa melalui hubungan individu satu dengan individu yang lain mampu meningkatkan beberepa aspek yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha tersebut. Dalam pengkajian keberlangsungan usaha ada beberapa jenis yaitu keberlangsungan permodalan, keberlangsungan sumber daya manusia, keberlangsungan produksi dan keberlangsungan pemasaran, yang menitik beratkan dan bersumber pada tiga kata kunci yang tersirat dalam definisi keberlangsungan usaha yaitu memenuhi kebutuhan, mengembangkan sumber daya dan melindungi sumber daya. Di samping itu juga keberlangsungan usaha berkaitan dengan jaringan commit to users 47 sosial ini dibuktikan bahwa melalui hubungan individu satu dengan individu yang lain mampu meningkatkan beberepa aspek yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha tersebut. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan maximum variation sampling atau sampel variasi maksimum . Dalam hal ini peneliti memilih informan dari keseluruhan pengusaha makanan tradisional yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap sehingga kemungkinan pilihan responden dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti memperoleh data. Drs. Y. Slamet, MSc., 2006 : 65 Orang-orang yang dipilih menjadi responden adalah berdasarkan pada jenis klasifikasi status usaha, status jenis kelamin, dan status usia. Dimana pada status pengusaha besar memiliki jumlah 10 karyawan, sedangkan status pengusaha menengah memiliki jumlah 5 karyawan, dan status pengusaha kecil memiliki 3 karyawan. Penjelasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bapak Wagiyo, umur 45 tahun, seorang pengusaha tempe yang mempunyai karyawan 5 orang di Desa Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 1 kwintal per hari, menurut bapak Wagiyo dalam wawancara di rumahnya kebutuhan akan modal awal didapat dari warisan orangtua dan istrinya. Sedangkan menurutnya keahliannya membuat tempe didapatkan dari orangtuanya. Keberlangsungan usahanya meliputi aspek produksi, sumber daya commit to users 48 manusia danpemasaran. Jika semua aspek dapat berjalan dengan baik maka usaha akan berjalan dengan baik pula 2. Bapak Supriyadi, umur 40 tahun, seorang pengusaha tempe yang mempunyai karyawan 10 orang di Desa Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 3 ton kg kedelai per bulan. Menurut bapak supriyadi dalam wawancara yang dilakukan di tempat usahanya menyatakan kebutuhan modal pertama warisan dari orangtua, untuk mengembangkan usahanya ia meminjam modal ke bank dan apabila mendapat pesanan disesuaikan dengan kemampuan. Sedangkan untuk jaringan sosial menurutnya ialah usaha yang dilakukan dalam pengembangan usaha berupa permodalan, sumber daya manusia, produksi dan pemasaran. 3. Bapak Joko, umur 50 tahun, seorang pengusaha tempe yang mempunyai karyawan 5 orang di Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 50 kg kedelai per hari. Menurutnya jaringan sosial pengusaha tempe mempunyai peranan dalam memperluas usahanya. Untuk masalah permodalan diperoleh dari warisan orangtua dan untuk mencukupi kebutuhannya ia meminjam dari bank. Menurutnya jaringan sosial pengusaha tempe adalah pengembangan usaha yang telah ditekuninya meliputi modal, produksi maupun usaha pemasarannya serta keberlangsungan usahanya meliputi pengembangan produk maupun sumber daya manusia. 4. Ibu Sumimah, umur 65 tahun, seorang janda pengusaha tempe yang tidak mempunyai karyawan di Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 150 kg kedelai per bulan, ia melakukan usaha pembuatan tempe hanya sendirian commit to users 49 dan usahanya diwariskan dari suaminya sedangkan dalam mengembangkan usahanya ia meminjam kepada tetangga atau koperasi. Jika mendapatkan pesanan disesuaikan dengan kemampuan dirinya. 5. Ibu Darso, umur 70 tahun seorang janda pengusaha tempe yang bekerja dengan 1 orang anaknya di Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 210 kg kedelai per bulan. Menuurutnya jaringan sosial pengusaha tempe merupakan keberlangsungan usaha dari usaha yang dilakukannya meliputi kebutuhn akan modal, keberlangsungan usaha maupun pemasarannya. 6. Bapak Daliyo, umur 35 seorang pengusaha tempe yang mempunyai karyawan 3 orang di Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 500 kg kedelai per bulan, menurutnya jaringan sosial berhubungan dengan kebutuhan akan modal usaha, keberlangsungan usaha maupun usaha pemasaran terhadap hasil usaha. 7. Bapak Suhar, umur 30 tahun seorang pengusaha tempe yang mempunyai karyawan 5 orang di Debegan, perusahaan tempe mempunyai omset sekitar 50 kg kedelai per hari. Modal pertama dari usahanya diperoleh dari pinjaman kepada saudara dan modal dari istrinya, sedangkan dalam usaha mengembangkan usahanya ia melakukan pinjaman modal ke Bank atau Koperasi.

B. Keberlangsungan Usaha Pengusaha Makanan tradisional di Debegan