Pengukuran interferensi pada access point (AP) untuk mengetahui quality of service (QAS)

(1)

PENGUKURAN INTERFERENSI PADA ACCESS POINT (AP)

UNTUK MENGETAHUI QUALITY of SERVICE (QoS)

NURMALIA

205091000026

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : Nurmalia NIM. 205091000026

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Viva Arifin.MMSi Arini, MT

NIP. 19730810 200604 2 001 NIP. 19760131 200901 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Informatika

Yusuf Durachman, M.Sc, MIT NIP. 19710522 200604 1 002


(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Pengukuran Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui Quality of Service (QoS)” telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, tanggal 28 April 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Informatika

Jakarta, 28 April 2010

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Herlino Nanang, MT Yusuf Durachman, M.Sc, MIT

NIP. 19731209 200501 1 002 NIP. 19710522 200604 1 002

Pembimbing I Pembimbing II

Viva Arifin, MMSi Arini, MT

NIP. 19730810 200604 2 001 NIP. 19760131 200901 2 001 Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Teknik Informatika

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Yusuf Durachman, M.Sc, MIT NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 19710522 200604 1 002


(4)

iv

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 28 April 2010

Nurmalia


(5)

v

ABSTRAK

NURMALIA, Pengukuran Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui Quality of Service. Di bawah bimbingan VIVA ARIFIN dan ARINI.

Wireless merupakan teknologi yang berkembang pada saat ini, karena medianya tidak membutuhkan kabel sebagai media transmisi. Pada kesempatan ini penulis menggunakan Access Point yang merupakan Device dari wireless itu sendiri untuk mengetahui bagaimana terjadinya sebuah interferensi apabila menggunakan dua buah access point yang sama dengan frekuensi yang sama. Pada jaringan Wireless bisa menimbulkan sebuah interferensi yang merupakan pengganggu terberat dalam dunia wifi, interferensi adalah sesama sinyal gelombang radio yang beroperasi pada frekuensi, interval, dan area yang sama. Pengukuran Interferensi akan dilakukan melalui enam buah percobaan melalui sebuah implementasi yang telah di design pada sebuah topologi infrastruktur, dimana dari design topologi itu dilakukan pengukuran interferensi yang dilihat dari Quality of service dengan dilakukan tiga buah pengukuran yaitu, pengukuran bandwidth, pengukuran signal, dan pengukuran noise.

Selain Metode Pengumpulan Data, penulis menggunakan Metode Operational of Construct yaitu berupa design framework yang dipaparkan melalui alur-alur penelitian yang dikejakan oleh penulis. Berdasarkan hasil pengujian untuk melihat kualitas pelayanan dari access point tersebut bandwidth yang dihasilkan kecil dikarenakan jumlah signal-to-noise ratio yang kecil, sedangkan signal dan noise pada setiap percobaan, persentase paling tertinggi adalah 61%.


(6)

vi

memberikan hidayah dan anugrah dalam setiap langkah penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Melalui proses penulisan tugas akhir ini hingga selesai, penulis mengambil judul ”PENGUKURAN INTERFERENSI PADA ACCESS POINT (AP) UNTUK MENGETAHUI QUALITY of SERVICE (QoS)”, sebagai salah satu mata kuliah dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang telah membantu dan mendorong penulis, diantaranya :

1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Yusuf Durachman M.Sc, MIT, selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika.

3. Ibu Viva Arifin MMSI dan Ibu Arini MT, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis hingga penulisan tugas akhir ini selesai. 4. Bapak Herlino Nanang MT dan Bapak Yusuf Durachman M.Sc, MIT,


(7)

vii

5. Bapak Rusdin selaku Kepala Yayasan Sekolah SMA Islam Cakra Nusantara yang lelah mengijinkan saya melakukan penelitian disekolah ini.

6. Kedua Orang Tua, Kakak, dan Adik Tersayang yang selalu memberikan penulis semangat

7. Sahabat-sahabat tercinta Kiki, Uswah, Dian, Iqbal, Haryo, Raihan, Tommy, Dimas, Imam, Rosa, Ario, Husin, Setianingrum, dan teman-teman TI/A, TI/B, dan SI angkatan 2005 program Non Reguler, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat doa dan dukungannya. 8. Dan seluruh pihak yang telah membantu penyusunan laporan tugas akhir

ini.

Demikian selesainya laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan saran dan masukan untuk penyempurnaan penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi. Semoga ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin

Jakarta, April 2010


(8)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Tujuan ... 3

1.4.2. Manfaat ... 4

1.5. Metodologi Penelitian ... 5

1.5.1. Metode Pengumpulan Data ... 5


(9)

ix

1.6. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pengertian Pengukuran ... 8

2.2 Pengertian Interferensi ... 8

2.3 Arsitektur Protokol TCP/IP ... 9

2.3.1 Lapisan-lapisan TCP/IP ... 9

2.3.1 Cara Kerja TCP/IP ... 11

2.4 Model OSI ... 13

2.4.1 Application ... 13

2.4.2 Presentation ... 13

2.4.3 Session ... 14

2.4.4 Transport ... 14

2.4.5 Network ... 14

2.4.6 Data link ... 14

2.4.7 Physical ... 14

2.5 Jaringan Wireless ... 15

2.6 Teknologi Jaringan Wi-Fi ... 16

2.7 Sinyal Propagasi ... 17

2.7.1 Line of Sight ... 18

2.7.2 Fresnel Zones ... 19

2.7.3 Perhitungan Link Budget ... 20


(10)

x

2.9.1Topologi Ad-Hoc (Mode Ad-Hoc) ... 25

2.9.2Topologi Infrastruktur (Mode Infrastruktur) ... 25

2.10 Komponen Utama Jaringan Wireless ... 26

2.10.1 Access Point ... 26

2.10.2 Wireless LAN Device ... 27

2.10.3 Mobile/Desktop PC ... 27

2.10.4 Ethernet LAN ... 28

2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi ... 28

2.12 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wi-Fi ... 29

2.12.1 Keunggulan jaringan Wi-Fi ... 29

2.12.2 Kelemahan jaringan Wi-Fi ... 30

2.13 Quality of Service (QoS) ... 30

2.13.1 Pengujian Bandwidth ... 31

2.13.2 Pengujian Noise ... 34

2.13.3 Pengujian Signal ... 35

2.14 Perangkat Lunak Pendukung ... 36

2.14.1 EdrawNet Diagram ... 36

2.14.2 Network Stumbler ... 37


(11)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.1.1. Observasi ... 41

3.1.2. Studi literatur ... 41

3.2. Metode Operasional of Construct ... 42

3.3. Mekanisme Kerja Penelitian ... 44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46

Interferensi pada Access Point ... 46

Perancangan ... 49

Implementasi ... 50

Pengujian pada Access Point ... 61

BAB V PENUTUP ... 119

5.1. Kesimpulan ... 119

5.2. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN A


(12)

xii

Gambar 2.2. Interferensi pada Layer TCP/IP ... 15

Gambar 2.3. Line of sight ………19

Gambar 2.4. Fresnel zone ………...… 19

Gambar 2.5. Jangkauan area antena directional... 24

Gambar 2.6. Jangkauan area Antena omnidirectional ... 24

Gambar 2.7. Ad Hoc ... 25

Gambar 2.8. Infrastruktur ... 26

Gambar 2.9. Access Point dari produk, Symaster,Linksys, D-link ... 27

Gambar 2.10. WLAN Card ... 28

Gambar 2.11. Tampilan awal EDrawNetDiagram ……….……... 37

Gambar 2.12. Tampilan Awal Network Stumbler ………..…..… 38

Gambar 2.13. Masuk ke Halaman Awal Network Stumbler ……….39

Gambar 2.14. Tampilan awal WirelessMon ………....…..40

Gambar 3.1. Design Framework Methodology ...43

Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan Penelitian ...45

Gambar 4.1. Design Topologi Jaringan Infrastruktur ...50

Gambar 4.2. Router Wireless D-Link DIR 615 ………..…….……51

Gambar 4.3. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Belakang ...51

Gambar 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Depan ...52

Gambar 4.5. Local Area Connection ………..……….53

Gambar 4.6. Mengisi Internet Protocol (TCP/IP) ...54

Gambar 4.7. Tampilan awal masuk ke konfigurasi D-Link ...54

Gambar 4.8. Masuk ke Internet Connection ...55

Gambar 4.9. Setup DHCP ...56

Gambar 4.10. Wireless Setting ...57

Gambar 4.11. Masukkan SSID dan WEP ...58

Gambar 4.12. Network Setting ...59


(13)

xiii

Gambar 4.14. Percobaan 1 ...62

Gambar 4.15. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 1...62

Gambar 4.16. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...63

Gambar 4.17. Koneksi ke Dlink 01 ...64

Gambar 4.18. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...65

Gambar 4.19. Bandwidth di WirelessMon ………...………..66

Gambar 4.20. Percobaan 2 ...67

Gambar 4.21. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 2...67

Gambar 4.22. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...68

Gambar 4.23. Koneksi ke Dlink 01 ...69

Gambar 4.24. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...70

Gambar 4.25. Bandwidth di WirelessMon …...……….71

Gambar 4.26. Percobaan 3 …………....………..72

Gambar 4.27. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 3....72

Gambar 4.28. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...73

Gambar 4.29. Koneksi ke Dlink 01 ...74

Gambar 4.30. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...75

Gambar 4.31. Bandwidth di WirelessMon ………....…………...76

Gambar 4.32 Percobaan 4 ………....………..77

Gambar 4.33. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 4 ...77

Gambar 4.34. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...78

Gambar 4.35. Koneksi ke Dlink 01 ...79

Gambar 4.36. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...80

Gambar 4.37. Bandwidth di WirelessMon ...81

Gambar 4.38. Percobaan 5 ...82

Gambar 4.39. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 5...82

Gambar 4.40. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...83

Gambar 4.41. Koneksi ke Dlink 01 ...84

Gambar 4.42. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...85

Gambar 4.43. Bandwidth di WirelessMon ………...………….86


(14)

xiv

Gambar 4.49. Bandwidth di WirelessMon ...91

Gambar 4.50. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink02 ...92

Gambar 4.51. Koneksi ke Dlink02 ...93

Gambar 4.52. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...94

Gambar 4.53. Bandwidth di WirelessMon ...95

Gambar 4.54. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...96

Gambar 4.55. Koneksi ke Dlink 02 ...97

Gambar 4.56. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...98

Gambar 4.57. Bandwidth di WirelessMon ………....…………...99

Gambar 4.58. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...100

Gambar 4.59. Koneksi ke Dlink 02 ...101

Gambar 4.60. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...102

Gambar 4.61. Bandwidth di WirelessMon ...103

Gambar 4.62. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...104

Gambar 4.63. Koneksi ke Dlink 02 ...105

Gambar 4.64. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...106

Gambar 4.65. Bandwidth di WirelessMon ...107

Gambar 4.66. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...108

Gambar 4.67. Koneksi ke Dlink 02 ...109

Gambar 4.68. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...110

Gambar 4.69. Bandwidth di WirelessMon ...111

Gambar 4.70. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...112

Gambar 4.71. Koneksi ke Dlink 02 ...113

Gambar 4.72. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ...114


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Chanel Jaringan Wireless 2.4 GHz... 16

Tabel 2.2. Pengujian Signal ... 36

Tabel 4.1. Perangkat Keras (Hardware) yang digunakan ... 47

Tabel 4.2. Perangkat Lunak (Software) yang digunakan ... 48

Tabel 4.3. Perangkat Lunak (Software Aplikasi) ... 49

Tabel 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 ... 52

Tabel 4.5. Enam Buah Percobaan ... 61

Tabel 4.6. Bandwidth Pada Dlink01 Pada Shannon ... 115

Tabel 4.7. Bandwidth Pada Dlink02 Pada Shannon ...115

Tabel 4.8. Bandwidth yang di dapat dari WirelessMon ... 116

Tabel 4.9. Pengujian Signal ...116

Tabel 4.10. Pengujian Signal Dlink01 ...117


(16)

xvi

Komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data dari adapter wireless.

Antena

Bagian sistem transmisi atau penerimaan yang dirancang untuk meradiasikan atau menerima gelombang elektromagnetik.

Bandwidth

Perbedaan dalam Hertz antara frekuensi batas (atas dan bawah) suatu spektrum.

Bridge

Sebuah IS yang digunakan untuk menghubungkan dua LAN yang menggunakan protokol LAN serupa. Bridge bekerja sebagai saringan alamat, mengambil paket-paket dari satu LAN yang ditujukan untuk tujuan pada LAN lain dan meneruskan paket-paket itu. Bridge tidak mengubah isi paket-paket itu dan tidak menambahkan apa pun kedalam paket. Bridge bekerja pada lapisan 2 pada model OSI

Chanel

Pembagian lebar pita frekuensi pada jaringan wireless atau untuk mudahnya chanel itu ibarat pembagian lajur lalu lintas jalan raya misalnya ada lajur khusus pejalan kaki, lajur pengendara sepeda motor,


(17)

xvii

lajur mobil, lajur busway dan lainnya agar tidak terjadi keruwetan lalu lintas. Berikut tabel Chanel jaringan wireless 2.4 GHz.

Derau (Noise)

Sinyal tak diinginkan yang bergabung dengan dan karenanya mendistrosi sinyal yang dimaksudkan untuk transmisi dan penerimaan. End System (ES, Sistem Akhir)

Sebuah perangkat yang terhubung kesalah satu jaringan internet yang digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi atau layanan-layanan pengguna akhir.

Frekuensi

Laju osilasi siyal dalam hertz. Gain (Antena)

Rasio intensitas radiasi dalam arah tertentu, terhadap intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena tersebut diradiasikan secara isotropik.

Interferensi

Interferensi adalah sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah yang cukup besar.


(18)

xviii

terhubung ke jaringan-jaringan berbeda. Internet

Kumpulan jaringan penyambungan-paket yang dihubungkan melalui router.

Internet Protocol (IP)

Protokol pengantar jaringan yang memberikan layanan kesinambungan sepanjang beberapa jaringan penyambungan paket.

Intranet

Sebuah internet yang digunakan oleh organisasi tunggal yang menyediakan aplikasi-aplikasi internet utama, terutama World,Wide,Web. Intranet bekerja dalam organisasi untuk kepentingan dalam dan ada sebagai internet terasing, swasembada, atau dapat memiliki tautan ke Internet.

Kanal

Jalur tunggal untuk memancarkan sinyal listrik . Catatan : kata jalur harrus di tafsirkan dalam artian luas untuk mencakup pemisahan oleh pembagian frekuensi atau pembagian waktu. Istilah kanal dapat mengartikan jalur satu-arah atau dua-arah.


(19)

xix Lapisan aplikasi

Lapisan 7 model OSI. Lapisan ini menentukan antar-muka sistem dengan penggunanya.

Lapisan fisik

Lapisan 1 dari model OSI. Berkenaan dengan aspek-aspek listrik, mekanis, dan pewaktuan transmisi sinyal melalui medium.

Lapisan jaringan

Lapisan 3 dari model OSI. Bertanggung jawab untuk membuat rute data melalui jaringan komunikasi.

Lapisan presentasi

Lapisan 6 dari model OSI. Memperhitungkan pemilihan sintaks sekutu untuk mewakili data dan untuk transformasi data aplikasi ke dan dari sintaks sekutu tadi.

Lapisan sesi

Lapisan 5 dari model OSI. Mengelola sambungan logika (sesi) antara dua proses atau penggunaan yang berkomunikasi.

Lapisan transpor

Lapisan 4 dari model OSI. Memberikan pemindahan data yang handal, transparan di antara titik-ujung.

MAC (Medium Access Control, kontrol akses medium)

Untuk jaringan broadcast, metode penentua perangkat mana yang memiliki akses ke medium transmisi pada setiap saat.


(20)

xx Pengukuran

Ukur adalah pengukur, ukuran, atau sudah tentu, sedangkan pengukuran adalah proses atau cara perbuatan melakukan sebuah pengukuran.

Quality of Service (QoS)

Hasil kolektif dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan.

Router

Sebuah IS yang digunakan untuk menghubungkan dua jaringan yang mungkin serupa atau tidak. Router menggunakan protokol internet yang ada dalam tiap router dan tiap sistem akhir pada jaringan. Routing bekerja pada lapisan 3 pada model OSI

SSID (Service Set Identification)

Istilah yang digunakan untuk penyebutan nama jaringan wireless atau sama seperti nama workgroup pada jaringan yang menggunakan kabel. Anggota jaringan wireless harus memiliki SSID yang sama agar dapat saling berkomunikasi.


(21)

xxi Transmission Control Protocol (TCP)

Protokol dengan menggunakan pendekatan hubungan komunikasi connection oriented, dimana terdapat sebuah virtual circuit yang digunakan selama proses komunikasi berlangsung.

TCP/IP

Sekelompok protocol untuk mengatur komunikasi data pada jaringan komputer melalui internet.


(22)

1 1.1 Latar Belakang

Menurut Priyambodo (2005) Komunikasi tanpa kabel/nirkabel

(wireless) telah menjadi kebutuhan dasar atau gaya hidup baru masyarakat informasi. LAN nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-Fi menjadi teknologi alternatif dan relatif lebih mudah untuk diimplementasikan di lingkungan kerja (SOHO/ Small Office Home Office), seperti di perkantoran, laboratorium komputer, dan sebagainya. Instalasi perangkat jaringan Wi-Fi lebih fleksibel karena tidak membutuhkan penghubung kabel antar komputer. Tidak seperti halnya Ethernet LAN (Local Area Network)/jaringan konvensional yang menggunakan jenis kabel koaksial dan kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) sebagai media transfer. Komputer dengan Wi-Fi Device dapat saling terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau space dengan syarat jarak jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio dari masing-masing komputer.

Menurut Onno (2003) Pada jaringan Wireless bisa menimbulkan sebuah interferensi yang merupakan pengganggu terberat dalam dunia wifi. Interferensi adalah sesama sinyal gelombang radio yang beroperasi pada frekuensi, interval, dan area yang sama, akibatnya device client akan mengalami error saat menerjemahkan kode informasi yang sama.


(23)

2

Interferensi bisa menurunkan kinerja access point dalam memancarkan dan menerima sinyal, access point akan kehilangan daya, dan beberapa database bisa hilang, akibatnya terjadi error pada bit-bit informasi yang sedang dikirim, dan client penerima menemukan error

tersebut sehingga menyebabkan delay atau penundaan pengiriman meskipun akan dikirim lagi data-data yang error, oleh karena itu kita harus melakukan penghematan daya yang kita miliki.

Interferensi dapat terjadi pada sinyal bluetooth, telepon tanpa kabel (Cordless), Microwave, dan alam juga bisa menimbulkan interferensi seperti hujan lebat, pepohonan, dan matahari(dalam skala yang kecil).

Jika terjadi interferensi, maka dapat dipastikan penurunan Quality of Service pada kinerja access point. Untuk mengukur Quality of Service, penulis menggunakan tiga buah pengukuran yaitu pengukuran bandwidth, pengukuran signal, dan pengukuran noise. Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan masalah yang ditemukan dalam sebuah jaringan wireless.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis tertarik untuk melakukan uji coba disebuah sekolah, karena itu penulis mengambil judul Pengukuran Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui Quality of Service (QoS).

1.2 Rumusan Masalah

Atas dasar Latar belakang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang di bahas untuk Skripsi ini adalah bagaimana mengukur


(24)

interferensi pada sebuah access point dengan dilakukan enam buah percobaan sehingga dapat diketahui Quality of Service.

1.3 Batasan Masalah

Melihat ruang lingkup masalah yang sangat luas. Untuk itu perlu diadakan batasan masalah agar penelitian lebih terarah. Dengan demikian permasalahan penelitian ini di batasi pada :

1.Penggunaan Router Wireless D-Link DIR-615 sebagai alat untuk memonitoring sebuah interferensi.

2.Keamanan Jaringan Wireless yang digunakan Router Wireless D-Link DIR-615 adalah pengamanan yang sudah di setting di alat tersebut yaitu menggunakan WEP (Wired Equivalent Privacy) 64 bit (10hex digits). 3.Penggunaan Software Network Stumbler dan WirelessMon untuk proses

monitoring.

4.Pada penelitian ini penulis membuat Topologi Infrastruktur.

5.Mengetahui performa access point setelah terkena interferensi dengan dilakukan tiga buah pengujian, yaitu pengujian bandwidth, signal, dan noise.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan access point yang baik agar terhindar dari sebuah interferensi yang dapat menurunkan tingkat kualitas dari access point tersebut.


(25)

4

1.4.2 Manfaat

a. Bagi Mahasiswa :

1. Mahasiswa mampu memahami apa yang di maksud oleh interferensi pada sebuah access point yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

2. Mahasiswa dapat mengetahui sebuah performance dari sebuah access point.

3. Menyiapkan diri agar dapat menyesuaikan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi pada masa yang akan datang.

b. Bagi Institusi Perguruan Tinggi

1. Sebagai sarana wacana ilmu pengetahuan dan teknologi dan evaluasi program, khususnya program studi Teknik Informatika konsentrasi Networking di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Bagi Pengguna (User)

1. Pengguna dapat memilih access point mana yang baik digunakan sebagai media penghubung pada jaringan wireless.

2. Pengguna dapat mengetahui kualitas alat tersebut dilihat dari parameter QoS (Quality of Service).


(26)

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Berikut penjelasan kedua metode tersebut :

1.5.1 Metode Pengumpulan data

Merupakan metode yang digunakan penulis dalam melakukan analisis data dan menjadikannya informasi yang akan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi.

a.Studi Lapangan

Metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan atau datang langsung ke lokasi tempat penelitian.

b. Studi Literatur

Metode pengumpulan data melalui perbandingan hasil karya tulis dengan menggunakan tema yang sama, namun berbeda maksud dan tujuan. Dan dengan menggunakan referensi dari judul-judul yang terkait menggunakan media buku dan elektronik.

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode yang digunakan pada penelitian skripsi ini adalah Operational of Construct yaitu berupa Design Framework Methodology.


(27)

6

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mensajikan dalam 5 bab yang digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan diuraikan secara singkat teori tentang interferensi, jaringan wireless, dan QoS untuk melihat performansi pada router

wireless tersebut yang akan di analisis untuk penyusunan dan tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan dibahas mengenai pemaparan metode yang digunakan dalam pengumpulan data maupun pengembangan sistem, metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Operational of Construct yang berupa design framework methodology pada jaringan wireless yang dilakukan pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai proses analisis data untuk melakukan pengukuran Interferensi pada access point untuk mengetahui Quality of Service (QoS). Dimana dalam bab ini kita membuat design, mengkonfigurasikan router wireless, melakukan


(28)

perhitungan terhadap bandwidth, Signal, dan noise, dan tahap terakhir proses analisis setelah seluruh data di monitoring.

BAB V PENUTUP

Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan memberikan saran untuk pengembangan keamanan wireless yang lebih baik lagi.


(29)

8 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengukuran

Ukur adalah pengukur, ukuran, atau sudah tentu, sedangkan pengukuran adalah proses atau cara perbuatan melakukan sebuah pengukuran. (KBBI :2008)

2.2 Pengertian Interferensi

Interferensi adalah dari sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah yang cukup besar. (Stallings, 2001:111).

Penyebab terjadinya interferensi pada jaringan lain yaitu interferensi yang disebabkan pada jaringan wireless lain yang bekerja pada band frekuensi yang sama, sedangkan interferensi yang terjadi pada jaringan kita sendiri terjadi jika kita menggunakan frekuensi yang sama lebih dari satu kali, menggunakan channel yang tidak mempunyai cukup jarak/ spasi antar channelnya, atau menggunakan urusan frekuensi hopping yang tidak benar, dan interferensi yang terjadi dari sinyal out-of-band disebabkan oleh sinyal yang kuat di luar frekuensi band yang kita gunakan, misalnya pemancar AM, FM, atau TV(Onno,2006:229)


(30)

2.3Arsitektur Protokol TCP/IP

Arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protokol yang dilaksanakan pada jaringan penyambungan paket eksperimental, ARPANET, yang dibiayai oleh DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency), dan umumnya di rujuk sebagai paket protokol TCP/IP. Paket ptotokol ini terdiri dari sekumpulan besar protokol yang telah diterbitkan sebagai standar Internet dan IAB (Internet Architecture Board). (Stallings, 2007:76).

2.3.1 Lapisan-lapisan TCP/IP

Dalam istilah umum, komunikasi dapat dikatakan melibatkan tiga agen : aplikasi, komputer, dan jaringan. Contoh aplikasi termasuk perpindahan berkas dan surat elektronik. Aplikasi-aplikasi yang kita bahas disini adalah aplikasi-aplikasi tersebar yang melibatkan pertukaran data antara dua sistem komputer. Aplikasi-aplikasi ini, dan yang lainnya, berjalan pada komputer-komputer yang sering kali dapat mendukung aplikasi berganda secara simultan. Komputer terhubung ke jaringan, dan data yang hendak dipertukarkan dipindahkan menggunakan jaringan dari satu komputer ke komputer lain. Maka, perpindahan data dari satu aplikasi ke yang lain pertama-tama melibatkan perpindahan data ke komputer tempat aplikasi berada lalu memindahkan data ke aplikasi tujuan dalam komputer.(Stallings, 2007:76).


(31)

10

Sambil menginggat konsep-konsep ini, kita dapat mengorganisasikan tugas komunikasi ke dalam lima lapisan yang relatif berdiri sendiri :

a) Lapisan fisik (physical layer)

Mencakup antarmuka fisik antara sebuah perangkat transmisi data (misal workstation, komputer) dan media transmisi atau jaringan. Lapisan ini berurusan menentukan karakteristik media transmisi, sifat sinyal, laju data, dan masalah-masalah terkait lainnya.

b) Lapisan akses jaringan (network access layer)

Berurusan dengan pertukaran data antara sistem akhir (server, workstation, dan lain-lain) dan jaringan yang terhubung. Komputer pengirim harus menyediakan alamat komputer tujuan kepada jaringan, sehingga jaringan dapat merutekan data ke tujuan yang sesuai. Komputer pengirim dapat menggunakan layanan-layanan tertentu, seperti prioritas, yang mungkin disediakan jaringan.

c) Lapisan internet (internet layer)

Pada kasus-kasus ketika dua perangkat terhubung ke jaringan-jaringan berbeda, diperlukan prosedur-prosedur untuk memungkinkan data melewati banyak jaringan yang saling terhubung. Ini adalah fungsi Lapisan internet. Internet protokol (IP, Protokol Internet) digunakan pada


(32)

lapisan ini untuk menyediakan fungsi perutean melalui banyak jaringan. Protokol ini diimplementasikan tidak hanya pada sistem akhir tetapi juga dalam router. Router adalah pengolah yang menghubungkan dua jaringan dan fungsi utamanya adalah meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lain dalam rutenya dari sistem akhir sumber menuju tujuan.

d) Lapisan host-to-host, atau transport (transport layer)

Seperti yang akan kita lihat, mekanisme penyediaan keandalan pada dasarnya terpisah dari sifat aplikasi. Maka, masuk akal untuk mengumpulkan mekanisme-mekanisme itu dalam lapisan bersama yang digunakan bersama oleh semua aplikasi, lapisan ini disebut dengan lapisan transport layer.

e) Lapisan aplikasi (application layer)

Berisi logika yang diperlukan untuk mendukung berbagai aplikasi pengguna. Untuk tiap jenis aplikasi berbeda, seperti perpindahan berkas, modul terpisah diperlukan khusus untuk aplikasi tersebut.

2.3.2Cara Kerja TCP/IP

Agar jelas bahwa fasilitas komunikasi keseluruhan dapat terdiri dari banyak jaringan, tiap jaringan penyusun biasanya


(33)

12

disebut subjaringan (subnetwork). Sejenis protokol akses jaringan, seperti misalnya logika Ethernet, digunakan untuk menghubungkan komputer ke subjaringan. Protokol ini memungkinkan host mengirimkan data menyeberangi subjaringan ke host lain atau, dalam kasus host pada subjaringan lain, ke sebuah router. IP diimplementasikan di semua sistem akhir dan router. IP bertugas sebagai penerus untuk memindahkan suatu blok data dari satu host, melalui satu atau lebih router, ke host lain. TCP diimplementasikan hanya di sistem-sistem akhir. TCP mengawasi blok-blok data untuk menjamin semua blok terkirim dengan andal ke aplikasi yang sesuai.

Agar komunikasi berhasil, tiap entitas dalam sistem keseluruhan harus memiliki alamat unik. Sebenarnya, diperlukan dua tingkat pengalamatan. Tiap host dalam satu subjaringan harus memiliki alamat internet global unik. Hal ini memungkinkan data dikirimkan ke host yang benar. Tiap proses dalam host harus memiliki alamat yang unik dalam host itu. Hal ini memungkinkan protokol host-to-host (TCP) mengirimkan data ke proses yang benar. Alamat-alamat yang disebut belakangan ini disebut juga sebagai port. (Stallings, 2007:78).


(34)

2.4Model OSI

Model rujukan Open Systems Interconnection (OSI) di kembangkan oleh International Organization for Standardlization (ISO) sebagai model arsitektur protokol computer dan sebagai bingkai kerja untuk pengembangan standar-standar protokol. Model OSI terdiri dari tujuh lapisan:

Gambar 2.1. Model OSI (Sumber : Danny, 2009 : 35) 2.4.1 Application

Menyediakan akses ke lingkungan OSI untuk pengguna dan juga menyediakan layanan-layanan informasi tersebar.

2.4.2 Presentation

Menyediakan kemandirian kepada proses-proses aplikasi dari perbedaan pada penyajian data (sintaks).


(35)

14

2.4.3 Session

Menyediakan struktur kendali untuk komunikasi antar aplikasi; membentuk, mengelola, dan memutuskan sambungan (sesi) antar aplikasi yang berkerja sama.

2.4.4 Transport

Menyediakan perpindahan data andal, transparan antar titik akhir menyediakan pemulihan galat dan kendali aliran ujung ke ujung.

2.4.5 Network

Menyediakan kemandirian kepada lapisan-lapisan atas dari teknologi transmisi dan penyambungan data yang digunakan untuk menghubungkan sistem bertganggung jawab membentuk, mengelola, dan memutuskan sambungan.

2.4.6 Data link

Menyediakan perpindahan data andal menyebrangi tautan fisik mengirimkan blok-blok (bingkai-bingkai) dengan pensinkronan, kendali galat, dan kendali aliran yang diperlukan. 2.4.7 Physical

Berurusan dengan transmisi aliran bit tidak terstruktur melalui media fisik; berurusan dengan ciri-ciri mekanis, elektris, fungsional, dan prosedural terhadap akses ke media fisik. (Stallings, 2007:82).


(36)

Gambar 2.2. Interferensi pada Layer TCP/IP (Sumber : Danny, 2009 : 36)

2.5 Jaringan Wireless

Komunikasi tanpa kabel/nirkabel (wireless) telah menjadi kebutuhan dasar atau gaya hidup baru masyarakat informasi. LAN nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-Fi menjadi teknologi alternatif dan relatif lebih mudah untuk diimplementasikan di lingkungan kerja (SOHO/ Small Office Home Office), seperti di perkantoran, laboratorium, komputer, dan sebagainya. Instalasi perangkat jaringan Wi-Fi lebih fleksibel karena tidak membutuhkan penghubung kabel antar computer. Tidak seperti halnya Ethernet LAN (Local Area Network)/ jaringan konvensional yang menggunakan jenis kabel koaksial dan kabel UTP (unshield twisted pair) sebagai media transfer. Computer dengan Wi-Fi Device dapat saling terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau


(37)

16

space dengan syarat jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio dari masing-masing komputer. (Priyambodo, 2005:1).

Chanel pada wireless merupakan Pembagian lebar pita frekuensi pada jaringan wireless atau untuk mudahnya chanel itu ibarat pembagian lajur lalu lintas jalan raya misalnya ada lajur khusus pejalan kaki, lajur pengendara sepeda motor, lajur mobil, lajur busway dan lainnya agar tidak terjadi keruwetan lalu lintas. Berikut tabel Chanel jaringan wireless 2.4 GHz, ditunjukkan pada tabel 2.3 (Wahidin, 2008:31)

Tabel 2.1 Chanel Jaringan Wireless 2.4 GHz

(Sumber: Wahidin, 2008:31)

2.6 Teknologi Jaringan Wi-Fi

Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah satu standar Wireless Networking tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan. Teknologi Wi-Fi memiliki standar, yang ditetapkan oleh sebuah institusi internasional yang bernama Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE), yang secara umum sebagai berikut:

a. Standar IEEE 802.11a yaitu Wi-fi dengan frekuensi 5 GHz yang memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.

Chanel Frekuensi (Mhz) Chanel Frekuensi (Mhz)

1 2412 8 2447

2 2417 9 2452

3 2422 10 2457

4 2427 11 2462

5 2432 12 2467

6 2437 13 2472


(38)

b. Standar IEEE 802.11b yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang memiliki kecepatan 11 Mbps dan jangkauan jaringan 100 m.

c. Standar IEEE 802.11g yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.

Teknologi Wi-fi yang Akan diimplementasikan adalah standar IEEE 802.11g karena standar tersebut lebih cepat untuk proses transfer data dengan jangkauan jaringan yang lebih jauh serta dukungan vendor (perusahaan pembuat hardware). Perangkat tersebut bekerja di frekuensi 2.4 GHz atau di sebut sebagai pita frekuensi ISM (Industrial, Scientific, and Medical) yang juga digunakan oleh peralatan lain, seperti microwave open, cordless phone, dan bluetooth. (Priyambodo, 2005:2).

2.7 Sinyal Propagasi

Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi. Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya. Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal.

Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah free space propagation loss. Free space loss dihitung dengan rumus.


(39)

18

Jadi free space loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz :

FSL (dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1) = 32.45 + 67.6 + 0

= 100.05 dB (Sunggiardi, 2006:49). 2.7.1 Line of Sight

Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio pengirim dan penerima merupakan hal paling penting, ada dua jenis LOS yaitu:

a.Optical LOS – kemampuan untuk saling melihat antara satu tempat dengan tempat lainnya

b.Radio LOS – kemampuan radio penerima untuk ‘melihat’ sinyal yang dipancarkan

Untuk menentukan Line of Sight, teori Fresnel Zone harus diterapkan. Fresnel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang membentuk jalur sinyal RF.

WaveRider masih dapat bekerja pada kondisi Line of Sight minimal 60% dari Fresnel Zone pertama ditambah 3 meter yang bebas dari gangguan atau halangan.


(40)

Gambar 2.3. Line of sight (Sumber : Sunggiardi, 2006:53).

2.7.2 Fresnel Zones

Gambar 2.4. Fresnel zone (Sumber : Sunggiardi, 2006:54).


(41)

20

Pada saat terjadi gangguan di Fresnel Zone pertama, akan banyak terjadi berbagai masalah yang akan berakibat di menurun-nya unjuk kerja, Masalah utamanya adalah :

1. Reflection

a. gelombang yang merambat diluar kurva

b. Multipath fading terjadi pada saat gelombang yang kedua tiba yang menyebabkan penurunan kwalitas sinyal

2. Refraction

a. gelombang yang merambat di dalam kurva bergerak membentuk sudut

b. frequency yang kurang dari 10GHz tidak berpengaruh terhadap hujan besar atau kabut.

c. Pada 2,4 GHz, redamannya 0.01 dB/Km untuk keadaan hujan 150mm/hr

3. Diffraction

a. gelombang merambat disekitar gangguan menuju ke bagian bayang-bayang

2.7.3 Perhitungan Link Budget

Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth).


(42)

Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan propagasi

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.

b. Rugi-rugi propagasi

Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan, dan perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit. Kombinasi statistik dan teori elektromagnetik membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih teliti. c. Fading

Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang nilainya tergantung pada


(43)

22

kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik sebesar 15 dBm.

d. Noise

Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.

2.8 Antena

Antena dapat didefinisikan sebagai konduktor elektrik atau suatu sistem konduktor elektrik yang digunakan baik untuk meradiasikan energi elektromagnetik atau untuk mengumpulkan energi elektromagnetik. Untuk transmisi suatu sinyal, energi listrik frekuensi radio dari pemancar diubah menjadi energi elektromagnetik oleh antena dan diradiasikan ke lingkungan sekeliling (atmosfer, ruang ankasa, air) untuk penerimaan sinyal, energi elektromagnetik yang menjalari antena diubah menjadi energi elektrik frekuensi radio dan dimasukkan ke penerima. (Stallings, 2007:102).

Pada komunikasi dua arah, antena yang sama dapat dan sering digunakan baik untuk transmisi dan penerimaan. Hal ini dapat dilakukan karena antena apapun memindahkan energi dari lingkungan sekeliling ke terminal penerima masukan dengan efisiensi yang sama saat antena


(44)

memindahkan energi dari terminal pemancar keluar ke lingkungan sekeliling, dengan anggapan frekuensi yang sama digunakan pada kedua arah. Dengan kata lain, ciri-ciri antena pada dasarnya sama baik antena sedang mengirim ataupun menerima energi elektromagnetik.

Antena mengubah getaran listrik dari radio menjadi getaran elektromagnetik yang disalurkan melalui udara. Ukuran fisik dari radiasinya akan setara dengan panjang gelombangnya. Semakin tinggi frekwensinya, antena-nya akan semakin kecil, Kedua perangkat radio harus bekerja di frekwensi yang sama, dan antena akan melakukan dua pekerjaan sekaligus, mengirim dan menerima sinyal.

Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan sistem yang akan kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya. Ada dua jenis antena secara umum:

2.8.1 Antena Directional

Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth, yaitu punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya jauh dan tidak bisa menjangkau area yang luas, contohnya : antena Yagi, Panel, Sektoral dan antena Parabolik 802.11b yang dipakai sebagai Station atau Master bisa menggunakan jenis antena ini di kedua titik, baik untuk Point to Point atau Point to Multipoint.


(45)

24

Gambar 2.5 Jangkauan area antena directional (Sumber : Siwacak, 2008)

2.8.2 Antena Omni Directional

Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu 3600 dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani area yang luas, Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang terlalu luas sehingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan menyebabkan interferensi.

Gambar 2.6 Jangkauan area Antena omnidirectional (Sumber : Siwacak, 2008)


(46)

Dalam hal ini penulis menggunakan antena Directional yang terdapat pada access point yang digunakan.

2.9 Topologi Jaringan Wireless

Kaidah atau aturan untuk menghubungkan unsur-unsur penyusun jaringan atau dikenal dengan istilah topologi pada jaringan wireless terdiri atas:

2.9.1 Topologi Ad-Hoc (Mode Ad-Hoc)

Dalam topologi ini komputer dihubungkan secara langsung tanpa melalui perantara atau untuk lebih mudahnya topologi ini mirip dengan model koneksi peer to peer pada jaringan konvensional.

Gambar 2.7. Ad Hoc 2.9.2 Topologi Infrastruktur (Mode Infrastruktur)

Komunikasi antar client anggota jaringan dalam topologi ini di jembatani oleh alat yang bernama access point.


(47)

26

Gambar 2.8. Infrastruktur

Penulis menggunakan topologi infrastruktur untuk melakukan pengujian interferensi.

2.10 Komponen Utama Jaringan Wireless

Terdapat empat komponen utama untuk membangun jaringan wireless:

2.10.1 Access Point

komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data dari adapter wireless. Access Point mengonversi sinyal frekuensi radio menjadi sinyal digital atau sebaliknya. Komponen tersebut bertindak layaknya sebuah hub/switch pada jaringan Ethernet. Satu Access Point secara teori mampu menampung beberapa sampai


(48)

ratusan klien. Walaupun demikian, Access point direkomendasikan dapat menampung maksimal 40-an klien.

Gambar 2.9. Access Point dari produk, Symaster,Linksys, D-link (Sumber : S’To, 2007 : 39)

2.10.2 Wireless LAN Device

komponen yang dipasangkan di Mobile/Desktop PC. 2.10.3 Mobile/Desktop PC

komponen akses untuk klien, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association), sedangkan Desktop PC harus ditambahkan PCI (Peripheral Componen Interconnect) Card, serta USB (Universal Serial Bus) Adapter.


(49)

28

Gambar 2.10. WLAN Card (Sumber : Thomas Kuther, 2006)

2.10.4 Ethernet LAN

Jaringan kabel yang sudah ada (bila perlu).

Pada Komponen utama jaringan wireless penulis hanya menggunakan access point sebagai media pedukung pada proses penelitian.

2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi

Pancaran sinyal yang ditransmisikan pada jaringan Wi-Fi menggunakan frekuensi secara bebas sehingga dapat di tangkap oleh komputer lain sesama user Wi-fi. Untuk mencegah user yang tidak berhak masuk kedalam jaringan, ditambahkan system pengamanan, misalnya WEP (Wired Equivalent Privacy). Jadi, user tertentu yang telah memiliki otorisasi saja yang dapat menggunakan sumber daya jaringan Wi-Fi. Keamanan jaringan Wi-Fi secara umum terdiri dari NonSecure dan Share key (Secure).


(50)

a. Non Secure/ Open: computer yang memiliki Wi-Fi dapat menangkap transmisi pancaran dari sebuah Wi-Fi dan langsung dapat masuk ke dalam jaringan tersebut.

b. Share Key: untuk dapat masuk ke jaringan Wi-Fi diperlukan kunci atau password, contohnya sebuah network yang menggunakan WEP.

Selain pengamanan yang telah dituliskan diatas, masih terdapat cara lain agar jaringan Wi-Fi dapat berjalan dengan baik dan aman, antara lain: a. Membeli access point dengan fasilitas password bagi administrator-nya sehingga user dapat dengan mudah mengacak-acak jaringan.

b. Selain menggunakan WEP, dapat ditambahkan WPA (Wi-Fi Protected Access).

c. Membatasi akses dengan mendaftarkan MAC Address dari computer klien yang berhak mengakses jaringan.

Pada Keamanan dari wireless tersebut penulis menggunakan Wired Equivalent Privacy (WEP) yang sudah di setting pada access point tersebut.

2.12 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wi-Fi 2.12.1 Keunggulan jaringan Wi-Fi :

a. Biaya pemeliharaan murah b. Infrastuktur berdimensi kecil c. Pembangunannya cepat


(51)

30

e. Mendukung portabilitas 2.12.2 Kelemahan jaringan Wi-Fi

a. Biaya peralatan mahal b. Delay yang sangat besar

c. Kesulitan karena masalah propagasi radio d.Mudah untuk terinterferensi.

e. Kapasitas jaringan kecil karena keterbatasan spectrum (pita frekuensi yang tidak dapat diperlebar).

f. Keamanan/kerahasiaan data kurang terjamin

2.13 Quality of Service (QoS)

Dewasa ini, jaringan-jaringan tumbuh semakin kompleks. Beragam tipe data (Voice, Video, and Dokumen) dibawa dari satu poin ke poin lain dengan kapasitas besar. Trafik yang tinggi tanpa didukung infrastruktur yang memadai dapat menimbulkan permasalahan pada performa dan sumber daya jaringan. QoS atau Quality of Service diakui menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan ini.

QoS sangat membantu menjaga dan meningkatkan kapabilitas jaringan, apakah itu jaringan-jaringan kompleks, jaringan perusahaan kecil, Internet Service Provider (ISP), atau jaringan-jaringan enterprise. QoS memberikan jaminan dan layanan yang lebih baik terhadap trafik-trafik jaringan dalam beragam teknologi, termasuk jaringan frame relay,


(52)

ATM, Ethernet dan 802.1, dan SONET. Software Cisco IOS memberi dukungan penuh terhadap layanan-layanan QoS.

Sasaran utama QoS tidak lain memberikan layanan jaringan yang lebih baik dan dapat di prediksi, dengan penanganan dedicated bandwidth, jitter, dan latensi yang terkontrol, juga karakteristik-karakteristik loss. QoS mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui sejumlah tool untuk manajemen kongesti (kemacetan) jaringan, traffic shaping jaringan, setting policy jaringan, dan lain-lain.

Untuk melihat kualitas yang dihasillkan oleh access point dilakukan tiga pengujian. Dan pengujian tersebut dilakukan berdasarkan standarisasi ITU dan IEEE 802.

2.13.1 Pengujian Bandwidth

Pengujian Bandwidth dilakukan dengan menggunakan Rumus Bandwidth Nyquist dan Kapasitas Shannon.

a. Bandwidth Nyquist

Untuk memulai, mari kita lihat kasus suatu kanal yang bebas derau, dalam lingkungan ini, batasan laju data hanyalah bandwidth sinyal. Perumusan batasan ini, menurut nyquist, dinyatakan bahwa bila laju transmisi sinyal adalah 2B, maka suatu sinyal dengan frekuensi-frekuensi yang tidak lebih besar daripada B sudah cukup untuk membawa laju sinyal. Kebalikannya juga benar: bila dimiliki bandwidth B, laju sinyal tertinggi yang dapat dibawa adalah 2B. Batasan ini adalah akibat


(53)

32

interferensi intersimbol, seperti yang dihasilkan distorsi tundaan. Hasilnya berguna dalam pengembangan skema-skema penyandian digital-ke-analog.

Perhatikan bahwa dalam paragraph sebelumnya, kita merujuk kepada laju sinyal. Bila sinyal-sinyal yang hendak dipancarkan berupa biner (hanya memiliki dua nilai), maka laju data yang dapat didukung oleh B Hz adalah 2B bps. Contohnya, misalkan suatu kanal suara sedang digunakan, melalui modem, untuk memancarkan data digital. Anggap bandwidth 3100 Hz. Maka Kapasitas, C, dari kanal adalah 2B = 6200 bps. Sinyal-sinyal dengan lebih dari 2 tingkat dapat digunakan; yaitu, tiap unsur sinyal dan melambangkan lebih dari satu bit. Sebagai contohnya, bila digunakan empat kemungkinan tingkat tegangan sebagai sinyal-sinyal, maka tiap unsure sinyal dapat melambangkan dua bit. Dengan pensinyalan multitingkat, perumusan Nyquist menjadi

C = 2B log2 M

Dengan M adalah banyak unsur sinyal diskrit atau tingkat tegangan. Maka, untuk M=8, sebuah nilai yang digunakan beberapa modem, bandwidth B = 3100 Hz memberikan kapasitas C = 18.600bps.

Jadi, untuk suatu bandwidth, laju data dapat ditinggkatkan dengan cara meningkatkan banyak unsur sinyal yang berbeda. Namun,


(54)

cara ini meningkatkan beben penerima. Bukannya membedakan satu atau dua kemungkinan unsur sinyal selama tiap waktu sinyal, penerima harus membedakan satu dari M kemungkinan sinyal. Derau dan hambatan-hambatan lain pada jalur transmisi akan membatasi nilai praktis M.

b. Rumus Kapasitas Shannon

Rumus Nyquist menunjukkan bahwa, bila hal-hal lain sebanding, menggandakan bandwidth juga menggandakan laju data. Sekarang perhatikan hubungan antara laju data, derau, dan laju galat. Keberadaan derau dapat merusak satu atau lebih bit. Bila laju data ditingkatkan, maka bit menjadi makin “pendek” seiring waktu, sehingga making banyak bit yang dipengaruhi suatu pola derau tertentu. Oleh karena itu, pada tingkatan derau tertentu, making tinggi laju data, making tinggi pula laju galat.

Ke semua konsep ini dapat dihubungkan dengan rapi dalam sebuah rumus yang dikembangkan oleh matematikawan Claude Shannon. Seperti yang telah kita gambarkan, making tinggi laju data, making besar kerusakan yang disebabkan derau tak diharapkan. Untuk tingkatan derau tertentu, kita harapkan bahwa kekuatan sinyal yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan menerima data dengan benar ditengah keberadaan derau. Parameter penting yang terkait dalam penalaran ini adalah perbandingan sinyal-terhadap-derau (signal-to-noise ratio, SNR,


(55)

34

atau S/N), yaitu perbandingan daya dalam sinyal terhadap daya terkandung dalam derau yang ada pada suatu titik tertentu dalam transmisi. Umumnya, perbandingan ini diukur pada sebuah penerima, karena pada titik inilah usaha mengolah sinyal dan menghapus derau tak diharapkan dilakukan. Agar mudah, perbandingan ini sering dilaporkan dalam decibel:

SNRdB = 10 log10 daya sinyal/daya derau

Rumus ini menyatakan banyak, dalam decibel, sinyal asli melebihi tingkat derau. SNR tinggi berarti sinyal bermutu tinggi.

Perbandingan sinyal terhadap derau penting dalam transmisi data digital karena menentukan batas atas laju data yang dapat dicapai. Hasil perhitungan Shannon adalah kapasitas kanal terbesar, dala bit per detik, mematuhi persamaan

C = B Log2 (1 + SNR)

Dengan C adalah kapasitas kanal dalam bit per detik dan B adalah bandwidth kanal dalam Hertz.. (Stallings, 2007:28)

2.13.2 Pengujian Noise

a.Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang diperlukan dan mulai lakukan pengujian noise / interferensi, pergunakan setting default

b.Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang tertangkap dari station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai good (sekitar 40 % – 60 %) atau bahkan lebih, maka dipastikan


(56)

station tersebut beroperasi melebihi EIRP dan potensial menimbulkan gangguan bagi station yang sedang kita bangun, pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS / station eksisting tersebut, Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat sensitifitas radio (biasanya adalah sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya – 100 dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise.

2.13.3 Pengujian Signal

a.Perhitungan standar signal strenght adalah 0 % – 40 % poor, 40 % - 60 % good, 60 % - 100 % excellent, apabila signal strenght yang diterima adalah 60 % akan tetapi noisenya mencapai 20 % maka kondisinya adalah poor connection (60 % - 20 % - 40 % poor), maka sedapat mungkin signal strenght harus mencapai 80 %.

b.Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error rate – bisa dilihat dari persentasi jumlah RTO dalam continous ping) diatas 3 % – 7 % (dilihat dari utility Planet maupun Wave Rider), good berkisar antara 1 % - 3 % dan excellent dibawah 1 %, PER antara BTS dan station client harus seimbang.

c.Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk memperhatikan station lawan atau BTS kita, pada prinsipnya


(57)

36

signal strenght, tingkat noise, PER harus imbang untuk mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan.

d.Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah permasalahan di atas tidak bisa diatasi, misalkan dengan memindahkan station ke tempat lain, memutar arah pointing ke BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3 titik (repeater) dll. http://pardabuan.blogspot.com/2009_06_01_archive.html,

Tabel 2.2. Pengujian Signal

Range Keterangan

0 – 40 % Poor

40 % - 60 % Good

60 % - 100 % Excellent

2.14 Perangkat Lunak Pendukung 2.14.1 EdrawNet Diagram

Merupakan sebuah piranti lunak yang dapat digunakan untuk mendesign jaringan. Didalam EdrawNet Diagram memiliki tools-tools yang dapat digunakan untuk mendesign jaringan.


(58)

Gambar 2.11. Tampilan awal EDrawNetDiagram

2.14.2 Network Stumbler

NetStumbler merupakan tool yang komplit yang dapat berfungsi untuk mendeteksi sinyal wireless yang berada dalam jangkauan device wireless kita, bahkan bisa menangkap sinyal yang lebih jauh dari pada yang dapat ditangkap oleh device wireless standar.

AP yang terdeteksi oleh NetStumbler dengan masing masing AP diawali dengan simbol Kunci Gembok (indikator bahwa AP tersebut memiliki system security WEP/WPA) dan dibedakan dengan warna yang menunjukkan jangkauan dari AP tersebut. Hijau berarti sinyal bagus, Kuning berarti sinyal kurang


(59)

38

bagus, Merah berarti sinyal sangat lemah sekali. Ini dapat kita buktikan dengan melihat grafik dari sinyal tersebut dengan cara mengklik pada Tree Menu [Channel] untuk meng-expand sub menu, klik pada nomor channel, dan klik MAC address dari AP yang ingin kita lihat grafiknya.

Jika ada 2 AP yang berada dalam channel yang sama yaitu channel 6 (2.437 Ghz) yang berarti bahwa kemungkinan untuk terjadi interferensi sangat besar. Sehingga jika kita adalah seorang Network Administrator, sangat disarankan untuk merubah channel yang kita gunakan antara channel 1 (2.413 Ghz) atau 11 (2.462 Ghz). Karena untuk koneksi nirkabel, channel 1, 6, 11 adalah channel yang paling bagus. Tetapi jika ketiga channel tersebut tidak memungkinkan, kita tetap bisa menggunakan channel lainnya.


(60)

Gambar 2.13. Masuk ke Halaman Awal Network Stumbler

2.14.3 WirelessMon

WirelessMon adalah sebuah perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk memantau status nirkabel WiFi adapter dan mengumpulkan informasi tentang jalur akses nirkabel terdekat dengan hotspot secara real time. WirelessMon dapat masuk kedalam informasi yang dikumpulkan ke dalam sebuah file, selain itu juga menyediakan grafik komprehensif tingkat sinyal dan real time IP dan 802.11 WiFi statistik.


(61)

40


(62)

41 3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam melakukan analisis data dan menjadikannya informasi yang akan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi, diantaranya :

3.1.1 Observasi

Observasi (Jogiyanto, 2008:89) merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Pada kesempatan ini penulis melakukan pengambilan data di sebuah laboratorium sekolah untuk memperoleh proses terjadinya sebuah interferensi pada access point dimulai dari menyiapakan alat yang dibutuhkan untuk dilihat performa dari access point tersebut setelah terkena interferensi. Dalam hal ini observasi di buktikan melalui surat keterangan penelitian pada lab sebuah sekolah yang ada pada lampiran 3.1.2 Studi Literatur

Studi Literatur (Jogiyanto, 2008:121) merupakan salah satu bentuk metodologi penelitian yang menggunakan sebuah karya tulisan dari setiap masing-masing penulis yang memiliki kemiripan judul yang akan diteliti. Dalam proses pencarian dan perolehan data tersebut penulis mendapat referensi melalui perpustakaan, internet. Setelah menemukan referensi tersebut penulis menggunakan referensi tersebut sebagai acuan untuk


(63)

42

membuat landasan teori, metodologi penelitian, dan pembahasan yang terkait pada judul yang penulis ambil. Dan referensi-referensi apa saja yang digunakan oleh penulis dapat dilihat pada Daftar Pustaka. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis belum pernah menemukan penelitian yang mengambil objek yang sama dengan yang penulis lakukan. Banyak sistem-sistem yang dikembangkan dengan menggunakan Wireless, namun tidak mengambil objek Pengukuran Interferensi. Penelitian tersebut antara lain pembuatan antena wajanbolic untuk Line of Sight (LoS) yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz untuk jaringan wireless LAN dan Aplikasi Set Colouring untuk Alokasi Channel Wireless LAN oleh Molin Adiyanto, Institut Teknologi Surabaya 2008. Sedangkan untuk penelitian mengenai pengukuran interferensi, belum pernah penulis temukan sebelumnya.

3.2 Metode Operasional of Construct

Metode Operational of Construct adalah metode yang akan dilakukan untuk mengembangkan sebuah sitsem informasi, dalam hal ini metode Operational of Construct yang di gunakan adalah Design Framework Methodology, berikut ini adalah gambaran dari methodology tersebut


(64)

Gambar 3.1. Design Framework Methodology

Interferensi adalah dari sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah yang cukup besar.

Access Point (AP) merupakan titik akses yang bertugas menghubungkan komputer client yang telah dilengkapi dengan wireless adapter untuk membentuk sebuah jaringan tanpa kabel.

Interferensi pada Access Point merupakan gangguan yang terjadi pada access point dalam melakukan tugasnya.

Pada pengukuran interferensi ini dilihat dari Quality of Service (QoS), pada kesempatan ini penulis mengukur QoS menggunakan Bandwidth, Signal, dan Noise berdasarkan standar ITU dan IEEE 802.

Pengukuran Interferensi tersebut dilakukan pada enam buah percobaan, dan dilakukan sebuah perancangan infrastruktur sebelum dilakukan sebuah percobaan. Dimana setiap percobaan dibedakan jarak access point dengan client, pada penelitian ini client berupa netbook. Interferensi Pada

Access Point (AP)

Mengetahui Quality of Service

(QoS)

Bandwidth Signal


(65)

44

3.3 Mekanisme Kerja Penelitian

Pembuatan alur/proses penelitian dari tahap awal hingga selesai dengan menggunakan metode Operational of Construct, sehingga memudahkan proses perancangan system agar mudah untuk menganalisis, berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan penulis selama dalam masa penyusunan skripsi.


(66)

Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan Penelitian START

Metode Pengumpulan Data

Studi Lapangan Studi Literatur

Perumusan Kesimpulan Pembuatan Laporan

Interferensi pada Access Point (AP) Penentuan Judul Penelitian

Menentukan Batasan Masalah dan Perumusan Masalah

Metode Operasional of Construct

Design Framework Object Variabel

End

Mengetahui Quality of Service (QoS)

Bandwidth Signal


(67)

46 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan secara terperinci mengenai proses pengukuran interferensi pada access point, pembahasan ini dilakukan sesuai dengan metode pengembangan sistem yang digunakan, yaitu Design Framework.

Interferensi pada Access Point (AP)

Pada tahap ini penulis ingin mengidentifikasikan interferensi pada jaringan wireless, dengan menggunakan access point sebagai media dalam wireless, dan menentukan parameter yang digunakan untuk menentukan Quality of Service meliputi pengujian Bandwidth, Noise, dan Signal.

Pada wireless (access point) yang digunakan secara bersamaan dengan menggunakan frekuensi dan channel yang sama dan di setting dengan menggunakan keamanan yang sama juga yaitu Wired Equivalent Privacy (WEP). yang dilettakkan di daerah yang sama, hanya di bedakan saja tempat peletakkan ke dua access point tersebut pada jarak 30 meter antara ke dua access point tersebut, dan access point telah di setting menggunakan PC, untuk melihat interferensi yang akan terjadi digunakan notebook yang telah di instalkan software Network Stumbler dan Wirelessmon untuk menangkap access point tersebut.


(68)

Konsep yang diterapkan dalam penulisan ini mengacu pada interferensi yang terjadi pada jaringan wireless yang akan dimonitoring menggunakan software NetStumbler dan WirelessMon.Untuk melihat

Quality of Service (QoS).

Kebutuhan sistem (Analisis Perangkat) merupakan aktor penunjang untuk memperoleh hasil dari sebuah penelitian yang diinginkan dalam penulisan ini.

Adapun peralatan atau perangkat yang digunakan dalam penelitian dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yaitu :

a. Perangkat Keras

Perangkat Keras (hardware) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Perangkat Keras (Hardware) yang digunakan

No Perangkat Jumlah Keterangan

1 PC Server 2 Windows XP Sp 2:

a. CPU Pentium 3 Ghz b. Hardisk 80 GB 7200 RPM c. Monitor 14”

d. DVD RW 16x e. RAM 512 Mbytes 2 Notebook Client 1 Windows XP Sp 2 :

a. Intel Core 2 duo T6500, 2.1 Ghz

b. 250 GB (SATA) with

shock absorbers c. Monitor 14”

d. DVD Supermulti Double Layer Drive

e. 2GB DDR2 SDRAM

Memory


(69)

48

D-Link DIR-615 a. Operating Frequency :

2.4 GHz

b. Dimensions : 11.7 cm x 19.3 cm x 3.1 cm

c. Weight : 318 g

d. Network Connection : Wireless router + 4-port switch (integrated)

e. Standards Protocol : IEEE 802.3, IEEE 802.3u, IEEE 802.11b, IEEE 802.11g, IEEE 802.11n (draft)

f. Features : Firewall protection, NAT support,

auto-uplink (auto MDI/MDI-X), Stateful Packet Inspection (SPI), content filtering, VPN passthrough, parental control, Wi-Fi Protected Setup (WPS).

g. Others : System Requirements. Microsoft Windows 2000 SP4, Microsoft Windows XP SP2, Apple MacOS X 10.4, Microsoft Windows Vista.

b. Perangkat Lunak

Perangkat Lunak (Software) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Perangkat Lunak (Software) yang digunakan

No Software Keterangan

1 Windows XP Sp 2 Sistem Operasi yang

digunakan oleh PC Server dan Notebook Client


(70)

Perangkat Lunak (Software Aplikasi) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.3. Perangkat Lunak (Software Aplikasi)

No Software Keterangan

1 Edraw Network

Program aplikasi untuk membuat sebuah design jaringan

2 Netstrumbler 0.4.0

Software/Aplikasi pada jaringan wireless yang dapat melihat dan menangkap aktivitas dari sebuah access point.

3 Wirelessmon 2.0

Software/Aplikasi pada jaringan wireless untuk melihat dan menangkap aktivitas dari sebuah access point.

Perancangan

Penulis menggunakan software edraw network untuk merancang design topologi jaringan infrastruktur, maksud dari rancangan tersebut untuk memperlihatkan interferensi dari dua buah access point, topologi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.


(71)

50

Gambar 4.1. Design Topologi Jaringan Infrastruktur

Implementasi

Pada fase konstruksi penulis melakukan proses implementasi dan konfigurasi yang dilakukan pada sebuah ruangan dimana terdapat 2 buah access point yang di beri nama Dlink01 dan Dlink02, berikut ini proses konfigurasi dari Dlink DIR-615


(72)

Gambar 4.2. Router Wireless D-Link DIR 615 Dengan Spesifikasi Sebagai Berikut:


(73)

52

Gambar 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Depan

Tabel 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 Operating Frequency 2.4 GHz

Dimensions 11.7 cm x 19.3 cm x 3.1 cm

Weight 318 g

Network Connection Wireless router + 4-port switch (integrated) Standards Protocol IEEE 802.3, IEEE 802.3u, IEEE 802.11b, IEEE

802.11g, IEEE 802.11n (draft)

Features Firewall protection, NAT support, auto-uplink (auto MDI/MDI-X), Stateful Packet Inspection (SPI), content filtering, VPN passthrough, parental control, Wi-Fi Protected Setup (WPS)

Others System Requirements

Microsoft Windows 2000 SP4, Microsoft Windows XP SP2, Apple MacOS X 10.4, Microsoft Windows Vista

Langkah awal setting LAN pada PC yang akan dihubungkan dengan Access Point, dapat dilihat pada gambar 4.5


(74)

Gambar 4.5. Local Area Connection

Pilih Internet Protocol (TCP/IP), Isi Use the following IP address dengan default gateway 192.168.0.1 yang akan menjadi pembuka ke setting Access Point Dlink DIR-615 yang akan di konfigurasi lebih dulu sebelum dapat dikoneksikan. Dapat dilihat pada gambar 4.6


(75)

54

Gambar 4.6. Mengisi Internet Protocol (TCP/IP)

Setelah itu masuk ke browser mozilla isi address 192.168.0.1 maka akan keluar tampilan pada gambar 4.7


(76)

Tanpa menggunakan password, klik log in. Masuk ke tampilan awal setting internet untuk memulai melakukan sebuah konfigurasi. Dapat di lihat pada gambar 4.8

Gambar 4.8. Masuk ke Internet Connection

Lalu pilih Manual Internet Connection Setup, di Setting menggunakan Dynamic IP (DHCP), bukan IP Static untuk melakukan proses lebih lanjut. Lihat pada gambar 4.9.


(77)

56

Gambar 4.9. Setup DHCP

Setelah itu Setting Wireless, untuk menentukan SSID, Channel yang digunakan, dan standar IEEE, dapat di lihat pada gambar 4.10


(78)

Gambar 4.10. Wireless Setting

Lalu pilih Manual Wireless Network Setup, agar kita dapat melakukan setting pada kedua buah access point tersebut, dimana pada penelitian ini access point diberi nama Dlink01 dan Dlink02.


(79)

58

Gambar 4.12. Masukkan SSID dan WEP

Setting WEP hanya untuk menjaga keamanan pada wireless sequrity yang

Gambar 4.11. Masukkan SSID dan WEP

Setting WEP hanya untuk menjaga keamanan pada wireless sequrity yang terdapat pada access point. Disini peneliti menggunakan 64 bit (10hex digits). Dapat dilihat pada gambar 4.11


(80)

Setelah itu klik network setting, dapat dilihat pada gambar 4.12. pada tahap ini di setting range IP yang dapat digunakan oleh pengguna access point.


(81)

60

Setelah semuanya di setting dengan benar, di cek status keseluruhan. Hasil akhir dapat dilihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13. Status Akhir Konfigurasi

Setelah proses setting selesai mulailah dilakukan proses pengambilan data untuk melakukan pengujian quality of service dengan menggunakan parameter bandwidth, signal, dan noise.


(82)

Pngujian Pada Access Point

Pada tahap pengujian menggunakan Netstumbler 0.4.0 dan WirelessMon 2.1 yang dibuat dengan 6 Buah Percobaan. Berikut hasil percobaan di tunjukkan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Enam Buah Percobaan Percobaan Jarak Kedua

AP Jarak Laptop ke AP Channel Dlink01 Channel Dlink02

1 30 Meter 15 Meter 6 6

2 30 Meter 20 Meter 6 6

3 30 Meter 30 Meter 6 6

4 30 Meter 15 Meter 5 6

5 30 Meter 20 Meter 5 6

6 30 Meter 30 Meter 5 6

I. Dlink 01

Percobaan 1 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop ke Access Point 15 Meter, dan kedua Access point Menggunakan Channel yang sama, yaitu channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.


(83)

62

Gambar 4.14. Percobaan 1 a.Network Stumbler

Gambar 4.15. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 1

Keterangan :

Dari gambar 4.15 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 44, sedangkan pada Dlink02 bernilai = 35. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut yaitu pada Dlink01 bernilai = -50, sedangkan pada Dlink02 = -47. Gambar grafik 4.16 pada Dlink01 dan grafik 4.50 pada Dlink02


(84)

merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan pada gambar grafik 4.16

Gambar 4.16. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01

Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada percobaan 1 dengan menggunakan software WirelessMon.


(85)

64

b.WirelessMon

Gambar 4.17. Koneksi ke Dlink 01 Keterangan :

Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan gambar 4.17. diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght signal = -56 dBm dan persentase signal 42%. Gambar grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.18 dibawah ini :


(86)

Gambar 4.18. Grafik Signal Strenght pada Dlink01

Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada Dlink01 pada percobaan 1 dapat dilihat pada gambar 4.19. dibawah ini :


(87)

66

Gambar 4.19. Bandwidth di WirelessMon

Percobaan 2 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop ke Access Point 20 Meter, dan Menggunakan Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.


(88)

Gambar 4.20. Percobaan 2 a.Network Stumbler

Gambar 4.21. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 2

Keterangan :

Dari gambar 4.21 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai =19, sedangkan pada


(89)

68

Dlink02 bernilai = 36. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut yaitu pada Dlink01 bernilai = 0, sedangkan pada Dlink02 = -64. Gambar grafik 4.22 pada Dlink01 dan grafik 4.54 pada Dlink02 merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan pada gambar grafik 4.22

Gambar 4.22. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01

Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada percobaan 2 dengan menggunakan software WirelessMon.


(90)

b.WirelessMon

Gambar 4.23. Koneksi ke Dlink 01

Keterangan :

Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan gambar 4.23 diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght signal = -82 dBm dan persentase signal 10%. Gambar grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.24 dibawah ini :


(91)

70

Gambar 4.24. Grafik Signal Strenght pada Dlink01

Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada Dlink01 pada percobaan 2 dapat dilihat pada gambar 4.25


(92)

Gambar 4.25. Bandwidth di WirelessMon

Percobaan 3 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop ke Access Point 30 Meter, dan Menggunakan Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.


(93)

72

Gambar 4.26. Percobaan 3 a. Network Stumbler

Gambar 4.27. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 3

Keterangan :

Dari gambar 4.27 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 43, sedangkan pada


(94)

Dlink02 bernilai = 19. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut yaitu pada Dlink01 bernilai = -39, sedangkan pada Dlink02 = -56. Gambar grafik 4.28 pada Dlink01 dan grafik 4.58 pada Dlink02, merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan pada gambar grafik 4.28

Gambar 4.28. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01

Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada percobaan 3 dengan menggunakan software WirelessMon.


(95)

74

b. WirelessMon

Gambar 4.29. Koneksi ke Dlink 01

Keterangan :

Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan gambar 4.29 diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght signal = -60 dBm dan persentase signal 37%. Gambar grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.30 dibawah ini :


(96)

Gambar 4.30. Grafik Signal Strenght pada Dlink01

Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada Dlink01 pada percobaan 3 dapat dilihat pada gambar 4.31


(97)

76

Gambar 4.31. Bandwidth di WirelessMon

Percobaan 4 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop ke Access Point 15 Meter, dan Menggunakan Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432 dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.


(98)

Gambar 4.32. Percobaan 4 a. Network Stumbler

Gambar 4.33. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 4

Keterangan :

Dari gambar 4.33. dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai


(99)

78

SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 48, sedangkan pada Dlink02 bernilai = 47. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut yaitu pada Dlink01 bernilai = -48, sedangkan pada Dlink02 = -51. Gambar grafik 4.34 pada Dlink01 dan grafik 4.62 pada Dlink02, merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan pada gambar grafik 4.34

Gambar 4.34. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01

Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada percobaan 4 dengan menggunakan software WirelessMon.


(100)

b. WirelessMon

Gambar 4.35. Koneksi ke Dlink 01

Keterangan :

Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan gambar 4.35. yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght signal = -52 dBm dan persentase signal 47%. Gambar grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.36. dibawah ini :


(1)

mencapai lebih dari tingkat sensifitas radio (biasanya adalah sekitar -83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya -100dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise.

Jadi pada pengujian Noise dapat di simpulkan, percobaan yang dilakukan sebanyak 6 buah percobaan telah mengalami interferensi, berdasarkan data yang didapatkan oleh penulis.


(2)

119 BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Topologi Infrastruktur pada jaringan wireless yang telah dibangun, untuk melihat interferensi dari access point (AP) dengan menggunakan software Network Stumbler dan WirelessMon yang telah di analisis dan dilakukan pengujian dengan enam buah percobaaan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada enam buah percobaan, didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

a) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang dihitung menggunakan rumus shannon didapatkan pada Dlink01 sebesar 8072.285 MHz, pada percobaan kedua pada Dlink01 sebesar 3587.682 MHz, untuk lebih rinci pada setiap percobaan dapat dilihat pada tabel 4.5

b) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang dihitung menggunakan rumus shannon didapatkan pada Dlink02 sebesar 6457.828 MHz, pada percobaan kedua pada Dlink02 sebesar 6637.212 MHz, untuk lebih rinci pada setiap percobaan dapat dilihat pada tabel 4.6


(3)

c) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang didapat dari software WirelessMon pada Dlink01 sebesar 65 Mbits dan pada Dlink02 sebesar 65 Mbits, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.7

d) Signal : pada percobaan pertama signal yang didapat sebesar -56 dBm pada persentase 42% didapatkan keterangan Signal yang baik (Good), tapi dengan persentase yang sangat kecil pada Dlink01, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9

e) Signal : pada percobaan pertama signal yang didapat sebesar -55 dBm pada persentase 43% didapatkan keterangan Signal yang baik (Good), tapi dengan persentase yang sangat kecil pada Dlink02, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.10

f) Noise : pada percobaan yang dilakukan pada Dlink01 dan Dlink02, Menggunakan Netstrumbler, Noise yang di dapatkan pada dlink01 maupun dlink02 adalah sama yaitu -100, Seperti yang sudah dibahas pada landasan teori, pada pengujian noise pada point ke tiga yaitu : Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat sensifitas radio (biasanya adalah sekitar -83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya -100dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise.


(4)

121

2. Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan, secara umum signal yang dihasilkan pada setiap percobaan kurang baik akibat terkena interferensi.

3. Agar terhindar dari interferensi perlu diperhatikan cara instalasi yang baik pada jaringan wireless, agar tidak menemukan gangguan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan dari access point tersebut.

5.1 SARAN

1. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari access point agar terhindar dari interferensi, sebaiknya dilakukan proses instalasi WLAN yang baik.

2. Menggembangkan jaringan wireless lebih baik lagi, sehingga user tidak perlu menggunakan kabel sebagai jalur komunikasi pada zaman modern saat ini. 3. Pada saat melakukan proses pemasangan jaringan wireless sebaiknya

menggunakan teknik site survey, yaitu melakukan pengecekan lokasi sehingga tidak terjadi gangguan pada saat pemasangan alat wireless.


(5)

122

Priyambodo, Tri Kuntoro and Friends, “Jaringan Wi-Fi Teori dan Implementasi”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005

Purbo, Onno W,“Infrastruktur Wireless Internet”, Penerbit : Andi, Yogyakarta, 2003 Purbo, Onno W,“Internet Wireless & Hotspot”, Penerbit : Elex Media Komputindo,

Jakarta, 2006

Rafiudin, Rahmat, ” CISCO ROUTER konfigurasi Voice, Video, dan Fax”, Penerbit : Andi Offset, Yogyakarta, 2006

Sukamto, Rosa A, “Rapid Application Development (RAD), Prototyping”, 2009 Sutanta, Edhy, “Komunikasi Data & Jaringan Komputer”, Penerbit : Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2005

Stallings,William, “Komunikasi & Jaringan Nirkabel”, Penerbit : Erlangga, Jakarta, 2007 Stallings,William, “Komunikasi Data & Komputer”, Penerbit : Salemba Teknika, Jakarta,

2001

S’to, “Wireless Kung Fu Networking & Hacking”, Penerbit : Jasakom E-Learning, 2007 Sugeng, Winarno, ”Instalasi Wireless LAN”, Penerbit : Informatika Bandung, Bandung,

2005

1. http://pardabuan.blogspot.com/2009_06_01_archive.html Wahana Teknologi

Informasi dengan judul Prosedur Instalasi Wireless LAN diakses pada 5 November 2009 pukul 12.09 WIB

2. http://3.bp.blogspot.com/_ZsA5QZplN3E/SJmmg_8QI_I/s320/hal13.jpg diakses


(6)

123

3. http://3.bp.blogspot.com/_ZsA5QZplN3E/SJmmUUmK90I/s320/hal12.jpg

diakses pada 10 Desember pukul 19.05

4. http://www.itreviews.co.uk/graphics/normal/hardware/h441.jpg diakses pada 10

Desember pukul 19.08

5. http://www.epcos.com/web/generator/WLAN4,property=Data_en.jpg diakses