40
Ngentungan langse mendorong tirai dengan menghentakannya ke sisi kanan atau kiri
milesmeiseran gerakan kaki untuk melakukan transisi ke kanan ataupun ke
kiri
nyeleog gerakan maju ke depan dengan tubuh meliuk, dagu dan tangan yang mengikuti gerakan kaki miles
ngeseh nguncab perubahan dinamika gerak yangdiikuti akelerasi perubahan
gambelan
Kliwes Kekliwesan gerakan tubuh ke kanan atau ke kiri diikuti gerakan tangan, kaki dan dagu
Seledet gerakan mata
Tanjak gerakan kaki napak dilantai
Matetanganan gerakan tangan kanan menunjuk diiringi gerakan kepala
Nyegut gerakan mengangguk lanjutan dari gerak matetanganan
Ngotes oncer gerakan menepiskan oncer atau selendang
Ngotes kancut gerakan menggeser kancut ke belakang
2.
Igel Panyerita
Setelah igel pepeson berakhir, dilanjutkan dengan igel panyerita, yaitu tarian
ketika memasuki bagian cerita. Perbendaharaan gerak tarinya tidak banyak,
karena tokoh akan berdialog sehingga gerak tari yang dilakukan hanya kekliwesan , ngisi oncer, sambil mendengarkan dialog yang diucapkan oleh
tokoh lainnya.
41 Sesudah itu dilanjutkan dengan gerakan ngumbang gerakan berjalan .
3.
Igel Pekaad
Igel pekaad adalah tarian yang dilakukan ketika penari meninggalkan kalangan igel dan memasuki rangki. Istilah pekaad berasal dari kata kaad
yang berarti pergi, mendapat awalan pa menjadi pekaad yang berarti peristiwa perginya. Istilah pekaad dalam konteks igel pekaad berarti tarian yang
dilakukan ketika penari meninggalkan kalangan igel untuk beberapa tujuan seperti menunggu seseorang yang akan datang, melakukan perjalanan untuk
menghadap atau menemui seseorang, tergantung konteks yang dibawakan.
c. Style Gerak Tari Condong dalam drama tari Arja Ni Nyoman Candri
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di kediaman Ni Nyoman Candri di Desa Singapadu dikatakan bahwa karakter dari tari condong dalam arja ialah
memiliki karakter yang lebih keras dari Galuh. Karena di dalam perannya ini condong itu sebagai Emban Galuh yang nantinya memberikan tuntunan atau jalan keluar atau
juga memberikan solusi kepada Galuh, maka dari itu peran condong itu harus berkarakter lebih keras daripada Galuh. Ditanya mengenai gerak tari condong dalam
arja beliau mengatakan, pada dasarnya struktur gerak-gerak tari condong itu sudah memiliki pakem-pakemnya tersendiri. Mengenai style tari condong yang beliau
miliki. Beliau mengatakan ngeliwes adalah ciri khas dari tari condong beliau. Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menegaskan kembali bahwa
yang membedakan style gerak tari Condong Ni Nyoman Candri dalam tari Arja
42 dengan penari lainnya ialah cara beliau melakukan gerak mekliwesan.Mekliwesan
adalah gerakan berjalan kemudian membelokkan badan menuju arah yang berlawanan
Pada prinsipnya, gerak tari condong dalam tari Arja pada umunya sama. Hanya saja cara beliau melakukannya yang berbeda.Setiap peranan dalam tari Arja
pasti ada gerakan mekliwesan. Tetapi cara Candri melakukan gerakan ini yang berbeda.
Dengan apik dan lincah beliau dapat melak ukan gerakan mekliwesan ini dengan indah, sehingga orang yang menontonpun bisa menilai bahwa dengan gerakan
mekliwesan ini menjadi ciri khas Ni Nyoman Candri di dalam menarikan tari Condong dalam pengarjan.
Hal ini ditegaskan lagi oleh anak beliau Ni Made Lestari, yang peneliti wawancarai pada tanggal 2 Januari 2016. Ia juga mengatakan bahwa gerakan
mekliwesan itu yang membedakan dan menjadi ciri khas dari Ibunya. Ia juga mengatakan banyak orang yang latihan menarikan tari Condong pengarjaan kepada
ibunya tetapi belum ada yang bisa melakukan gerakan mekliwesan tersebut dengan baik.
Ni Nyoman Candri mengatakan “kekliwes gending pang nyak anut ajak baong,
setiap ngomong pasti mekliwesan nyak to mekliwesan baong ajak batis” artinya kekliwesan dalam nyanyian dengan kepalaleher supaya mau menyatu. Setiap
berbicara pasti mekliwesan baik itu mekliwesan leherkepala dan kaki.
43
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan video sebagai media pembelajaran di dalam mempelajari style gerak tari condong Ni Nyoman Candri ini sangat bermanfaat bagi kita di dalam
mempelajari style gerak tari condong beliau. Dimana style condong dari Ni Nyoman Candri ini ialah mekliwesan. Lebih tepatnya lagi ialah cara beliau melakukan gerakan
mekliwesan. Dari penggunaan video inilah niscaya tujuan dari pembelajaran ini akan dapat tercapai sesuai dengan yang kita harapkan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Narbuko dan Achmadi. 2009. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Suasthi Widjaja. 2007. Dramatari Gambuh Dan Pengaruhnya Pada Dramatari
Opera Arja . Yogyakarta : UGM Moleong,
Lexy J.
2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bandung
httpvideo pembelajaran, diakses pada 12 Mei pukul 19.00 wawancara :
narasumber : Ni Nyoman Candri
44 Foto 1 : Ni Nyoman Candri pada saat peneliti melakukan wawancara
Foto 2 : Ni Nyoman Candri berperan sebagai pemeran tokoh condong