o Meningkatnya daya serap porusitas, khususnya pada subpermukaan, yang dibarengi meningkatnya potensial untuk terjadinya bercak.
o Berkurangnya kepadatan subpermukaan, yang dapat dideteksi secara radiografis atau dengan translumination.
o Potensial remineralisasi, dengan meningkatnya resistensi untuk serangan asam lebih lanjut dengan penggunaan perawatan peningkatan
remineralisasi. Bila demineralisasi dan remineralisasi berlanjut, permukaan lesi akan kolaps
akibat terurainya apatit atau fraktur pada kristal yang sudah melemah, berakibat kavitasi permukaan. Plak kemudian dapat tertahan pada kedalaman kavitas, dan
fase remineralisasi kemudian akan menjaid lebih sulit dan kurang efektif. Kompleks pulpa dan dentin lalu lebih terlibat secara aktif. Sekali bakteri telah
masuk melalui email ke dalam dentin, dan menjadi penghuni permanen kavitas, mereka dapat berkembang di dalam dentin. Selain didukung oleh substrat
karbohidrat, bakteri juga memproduksi asam, untuk menguraikan hidroksiapatit di dentin yang lebih dalam. Tekstur dentin akan berubah, demikian pula dengan
warna dentin akan berubah menjadi gelap akibat produk-produk bakteri atau stain dari makanan dan minuman.
B. Faktor- Faktor yang Berpengaruh pada Perjalanan Karies
1. Faktor Substrat Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya
karies. Hasil penelitian Burt dan Ismail 1986 menyatakan adanya hubungan antara masukan karbohidrat dengan karies, konsumsi karbohidrat dengan
frekuensi yang tinggi akan menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering sehingga keasaman rongga mulut bertambah dan semakin banyak
email yang terlarut. Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam oleh bakteri
dan sintesa ekstra sel. Namun tidak semua karbohidrat memiliki derajat kekariogenikan yang sama. Sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltose
merupakan memiliki tingkat kariogenik yang tinggi, kemudian galaktosa, laktosa, dan karbohidrat kompleks. Sukrosa memiliki kemampuan
memfasilitasi produksi polisakarida ekstra seluler pada plak. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH
plak dengan cepat sampai pada level dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan bersifat asam selama beberapa waktu dan untuk kembali ke pH
normal dibutuhkan waktu 30-60 menit. Frekuensi asupan gula dan konsentrasi gula serta kelengketan malanan menjadi hal penting dalam kerentanan
timbulnya karies. Oleh karena itu, konsumsi gula yang terlalu sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email.
2. Faktor Mikroorganisme Agen Bakteri Streptococcus terutama golongan Streptococcus mutans
merupakan strain streptoocci yang paling dominan didalam lesi karies dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri ini memiliki beberapa karakteristik
penting yang dapat dikaitkan dengan proses terjadinya karies pada gigi. Patogenisitas S.mutans dalam menyebabkan kelainan utama di dalam
rongga mulut yaitu karies gigi, disebabkan kemampuannya mensintesis polisakarida ekstraseluler yang tidak larut yang merupakan prekursor plak
gigi. Kemampuan bakteri ini untuk mensintesis glukan ekstraseluler dari sukrosa dengan menggunakan enzimnya glucosyltransferase merupakan
faktor utama dalam virulensi karies. Glucosyltransferase yang disekresi oleh S. mutans sering berikatan
dengan pelikel pada permukaan gigi dan pada permukaan mikroorganisme lain. Glukan yang tidak larut disintesis oleh permukaan GtfB dan GtfC yang
terabsorpsi menyediakan sisi pengikatan spesifik untuk kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan bakteri satu sama lain, mengatur pembentukan biofilm
yang sangat erat. Jika biofilm tetap berada pada permukaan gigi dan dilindungi oleh
makanan berkarbohidrat terutama sukrosa, S. mutans sebagai bagian dari komunitas biofilm akan melanjutkan sintesis polisakarida dan memetabolime
gula menjadi asam organik. Jumlah yang tinggi dari polisakarida ekstraseluler meningkatkan stabilitas biofilm dan integritas struktural dan melindungi
bakteri terhadap pengaruh buruk dari antimikroba dan pengaruh lingkungan. Kemampuan S. mutans untuk memanfaatkan beberapa ekstra dan intraseluler
sebagai senyawa penyimpanan jangka pendek menawarkan keuntungan ekologis tambahan, bersamaan dengan peningkatan jumlah produksi asam dan
tingkat keasaman. Ketahanan lingkungan asam ini menyebabkan flora toleran terhadap asam yang tinggi, lingkungan dengan pH yang rendah dalam matriks
plak hasil demineralisasi pada enamel, demikian permulaan proses karies gigi. Oleh karena itu, polisakarida ekstraseluler dan pengasaman dari biofilm sangat
penting untuk pembentukan plak gigi kariogenik. Untuk terbentuk plak perlu perlekatan antara bakteri dengan host,
kemudian bakteri semakin berkolonisasi dan terbentuk biofilm. Berikut ini beberapa interaksi bakteri dengan host:
Bakteri Adhesin
Receptor
Streptococcus spp. Antigen III
Salivary agglutinin Streptococcus spp.
LTA Blood group reactive
glycoproteins Mutan streptococci
Glucan binding protein Glucan
S.Parasanguis lipoprotein
Fibrin pellicle A.naeslundii
fimbriae Proline-rich proteins
P.gingivalis protein
Fibrinogen P.lonhescheii
lectin Galactose
F.nucleatum protein
Co-aggreation with P.gingivalis
3. Faktor Host a. System imun
Komponen system imun rongga mulut berasal dari
Sekresi saliva: secretory IgA,protein,enzyme, elektrolite.
Crevicular fluid: IgG,IgM,IgA,protein, enzyme, elektrolite, polymorph, limfosit B, limfosit T, makrofag.
b. Penyakit sistemik
Penyakit Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang kronis, dengan tanda yang khas yaitu bertambahnya glukosa dalam darah dan dalam
urin. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pembentukan atau keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans di Pankreas
atau adanya kerusakan pada pulau Langerhans itu sendiri. Keadaan dan keparahan Diabetes Mellitus sangat erat hubungannya dalam menentukan
diagnosa perawatan yang akan dilakukan, serta usaha-usaha yang ditunjukkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
Diabetes Mellitus mungkin merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah karies. Diabetes Mellitus berkembang dari
adanya defisiensi dari produk insulin atau gangguan dalam penggunaan insulin. Pada Diabetes Mellitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek
dan adanya angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga bakteri anaerob mudah berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena
bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat membentuk asam, sehingga pH rendah bisa menyebabkan pelarutan progresif mineral enamel secara perlahan
dan membentuk fokus perlubangan.
c. Faktor Gigi dan Saliva Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai
host terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi ukuran dan bentuk gigi, struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur
yang dalam. Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik
resisten terhadap asam.
C. Klasifikasi Karies