28 hambatan kognitif mereka yang menyebabkan kesulitan dalam
memahami norma sosial dan berperilaku sesuai norma sosial yang ada. Sehingga mereka sulit dalam bersosialisasi dengan normal.
Implikasi kesulitan ini dalam pembelajaran adalah dengan menciptakan interaksi yang sehat antara siswa tunagrahita dengan
siswa yang normal dalam. Siswa tunagrahita belajar bersosialisasi dalam kelas inklusi, selain untuk membiasakan siswa tunagrahita
bersosialisasi, juga dapat sebagai sarana membangun empati dan sikap menghargai bagi siswa normal.
c. Gangguan bicara dan bahasa
Penelitian terhadap kemampuan bahasa dan bicara pada tunagrahita yang dilakukan oleh Eisenson dan Ogilvie 1963,
diketahui bahwa kecerdasan sebagai salah satu potensi yang dimiliki oleh setiap individu ternyata mempunyai nilai strategis dalam
memberikan sumbangan untuk meningkatkan perolehan bahasa dan kecakapan bicara disamping pengaruh faktor eksternal lain seperti
latihan, pendidikan, dan stimulasi lingkungan dalam Mohammad Efendi, 2006: 99. Menurut Smith 2009: 120 kesulitan bahasa dapat
menyebabkan kemampuan siswa disalahmengertikan dan diremehkan. Anak-anak dimanapun dan belajar bahasa apapun ternyata
melalui tahapan dan proses yang sama Endang Rochyadi, 2005: 22. Perbedaan antara anak normal dengan tunagrahita adalah jumlah
kosakata dan perkembangan yang dicapai. Penelitian tentang
29 kemampuan berbahasa anak tunagrahita dengan menggunakan ITPA
Illinoins Test of Psycholinguistic Abilities
oleh Robert Ingall pada
tahun 1987 dalam Endang Rochyadi, 2005: 23 menunjukkan bahwa:
1 Anak tunagrahita memperoleh keterampilan berbahasa pada
dasarnya sama seperti anak normal 2
Kecepatan anak tunagrahita dalam memperoleh jauh lebih rendah dari pada anak normal
3 Kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai
keterampilan bahasa yang sempurna 4
Perkembangan bahasa anak tunagrahita sangat terhambat dibandingkan anak normal, sekalipun pada MA yang sama.
Dengan kata lain anak tunagrahita mengalami defisit dalam keterampilan bahasa
5 Anak tunagrahita mengalami kesulitan tertentu dalam
menguasai gramatikal 6
Bahasa anak tunagrahita bersifat konkrit 7
Anak tunagrahita tidak dapat menggunakan kalimat majemuk, ia akan banyak menggunakan kalimat tunggal.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
sesungguhnya keterampilan berbahasa yang diperoleh tunagrahita memiliki proses
yang sama dengan anak normal. Tapi dengan kemampuan intelektual yang terbatas, membuat perkembangannya juga tidak dapat seoptimal
anak normal. Dalam pembelajaran harusnya penggunaan bahasa sangatlah diperhatikan oleh guru. Guru harus menggunakan kalimat-
kalimat tunggal sederhana yang memudahkan siswa dalam menyerap pelajaran.
d. Masalah kepribadian