50
a. Prinsip Umum
a. Prinsip Motivasi, guru harus sering memberikan motivasi positif bagi
anak agar bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. b.
Prinsip Latar Konteks, dalam pembelajaran guru memanfaatkan lingkungan sekitar sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c. Prinsip Keterarahan, dalam pembelajaran guru harus merumuskan tujuan
dan menyiapkan strategi, media, maupun metode yang tepat hingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
d. Prinsip Hubungan Sosial, selama proses pembelajaran guru
mengoptimalkan interaksi dari berbagai arah sehingga siswa belajar untuk bersosialisasi.
e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja, siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan percobaan dan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
f. Prinsip Individualisasi, guru memahami karakteristik dari tiap siswa
sehingga pembelajaran yang diberikan disesuaikan dan siswa akan mendapatkan pembelajran yang bermakna.
g. Prinsip Menemukan, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengeksplorasi sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan.
h. Prinsip Pemecahan Masalah, masalah yang diusung dalam pembelajaran
adalah masalah yang familiar dengan siswa sehingga siswa akan lebih mudah dalam menganalisa dan memecahkan masalah tersebut.
51
b. Prinsip khusus
Pada anak tunagrahita, mereka mengalami hambatan dalam bidang intelektual yang dapat mempengaruhi aspek-aspek perkembangan yang lain.
Anak tunagrahita selain kesulitan dalam intelektual mereka juga kesulitan dalam berperilaku adaptif sehingga sulit dalam berperilaku selayaknya
orang pada usianya. Prinsip pembelajaran yang diterapkan pada tunagrahita menurut Lay
Kekeh Marthan 2007: 182-184 antara lain: 1 prinsip kasih sayang, karena hambatan intelektual yang disandangnya anak tunagrahita sering
merasa kesulitan dalam memahami informasi yang dia terima, khususnya dalam hal akademik. Tugas yang diberikan guru, walaupun itu sangat
sederhana atau mudah anak sering merasa kesulitan, sehingga guru sering menjadi jengkel dan menganggapnya bodoh. Untuk itu dalam mengajar
anak tunagrahita guru perlu ekstra sabar dan penuh kasih sayang, serta jangan memaksakan materi pelajaran pada anak, karena anak mudah frustasi
pada hal-hal yang dianggapnya sulit dilakukan; 2 prinsip keperagaan, kesulitan pada anak tunagrahita dalam bidang akademik, pada khususnya
disebabkan oleh kesulitannya dalam berpikir abstrak. Dalam pembelajaran hendaknya siswa mengalami pengalaman langsung, dengan berada di situasi
atau lingkungan yang dimaksud atau dengan penggunaan alat peraga. Pembelajaran dikaitkan dengan pengalaman yang dialami anak didik,
misalnya lingkungan
tempatnya tinggal;
3 prinsip
habilitasi mengembangkan potensi anak, meski kemampuan tersebut terbatasdan
52 rehabilitasi usaha untuk mengembalikan kemampuan yang hilang atau
belum berfungsi secara optimal, meskipun mengalami hambatan dalam hal akademik, guru hendaknya mencari potensi lain dari anak tunagrahita.
Apabila potensi itu ditemukan guru dapat mengembangkannya seoptimal mungkin.
Pertimbangan penggunaan
pendekatan pembelajaran
bagi tunagrahita berdasarkan atas karakteristik dan pelaksanaan program
pembelajaran. Pertimbangan
pendekatan pembelajaran
juga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip khusus, yaitu Mumpuniarti. 2007: 53-56:
a. Prinsip Pendidikan Berbasis Kebutuhan Individu
Direncanakan bersama orang tua siswa, sehingga pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yang dirasa menjadi masalah.
b. Prinsip Penerapan Tingkah Laku
Dalam memberikan bimbingan diberikan per-
step
, dilakukan dengan menggunakan target. Apabila anak tidak mencapai target yang
diharapkan, maka waktu pelaksanaan diperpanjang, target dianalisis kembali, bila perlu dapat diuraikan menjadi bagian yang lebih sederhana.
c. Prinsip Relevan dengan Kehidupan Sehari-hari dan Keterampilan yang
Fungsional di Keluarga dan Masyarakat Prinsip pembelajaran yang dilakukan disekolah berdasarkan pada
kebutuhan yang ada dalam keluarga atau masyarakat. Keterampilan yang diajarkan berupa optimalisasi kemampuan, sehingga paling tidak anak
tunagrahita dapat merawat dirinya sendiri secara mandiri.
53 d.
Prinsip Berinteraksi Maknawi Secara Terus Menerus dengan Keluarga Interaksi perlu ada antara guru dengan orang tua siswa dalam
perkembangan yang
dicapai oleh anak tunagrahita, sehingga
perkembangan anak disekolah dapat terus dilanjutkan oleh orangtua dirumah. Dukungan orang tua dalam perkembangan keterampilan anak
didik sangat diperlukan dalam rangka terlaksananya pembelajaran yang bermakna.
e. Prinsip
Decelerating Behavior Decelerating behavior
diartikan sebagai pengurangan tingkah laku yang negatif. Banyak cara yang dapat dilakukan agar prinsip ini dapat berjalan
lancar misalnya dengan memberikan reward kepada anak bila mampu menahan sikap negatif, pemberian hukuman bila anak melakukan
perbutan negatif. Mencegah situasi atau hal-hal yang dapat memicu sikap negatif itu muncul.
f. Prinsip
Accelerating Behavior
Prinsip ini dilakukan dengan tujuan menciptakan kebiasaan dan mengoptimalkan kemampuan. Pengoptimalan kemampuan dilakukan
dengan cara penjelasan sederhana maupun dengan pemberian tugas. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan bagi anak tunagrahita adalah
dengan modifikasi tingkah laku. Penerapan modifikasi tingkah laku digunakan bagi pembelajaran tunagrahita, karena pendekatan tersebut memiliki beberapa
karakteristik. Karakteristik yang dikemukakan oleh Kazdin Mumpuniarti, 2007: 58 adalah 1 terfokus pada perilaku yang dapat diamati
observable
54
behavior
; 2 assesmen yang cermat terhadap perilaku yang akan diubah atau dikembangkan; 3 evaluasi terhadap perubahan tingkah laku; 4 menekankan
pada perubahan perilaku sosial yang bermakna. Strategi yang dilakukan menurut Muljono Mumpuniarti, 2007: 59-63adalah sebagai berikut:
1.
Reinforcement
, pemberian
reinforcement
tergantung pada kebutuhan, bila anak melakukan tindakan yang diharapkan diberikan pujian, atau pujian.
Sedangkan apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan harapan, guru dapat memberikan peringatan dengan mengerutkan kening, menggeleng,
dsb. 2.
Punishment,
hukuman dilakukan bila anak melakukan kesalahan, yang dengan pemberlakuan hukuman ini akan mengurangi frekuensi dari
perilaku negatif. 3.
Extinction,
yaitu mengabaikan perilaku anak didik bila sebelumnya telah diberikan
reinforcement
maupun
punishment.
4.
Shaping and Backward chaining,
mengajari anak sesuatu secara bertahap, tidak langsung mempelajari secara keseluruhan.
5.
Prompting and fading,
dorongan
prompt
yang dilakukan agar anak melakukan sesuatu, misalnya perintah untuk membuang sampah dapat
dihentikan bila anak sudah terbiasa melakukan hal itu
fading
. Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran
bagi tunagrahita pada dasarnya sama dengan pembelajaran pada anak normal. Hanya saja dengan keterbatasan intelektual yang disandangnya terdapat
beberapa perbedaan dalam pembelajaran. pembelajaran bagi tunagrahita harus
55 disesuaikan dengan kemampuannya. Pembelajaran dilakukan dengan
memberikan materi perbagian, dan diperlukan motivasi terus menerus dari guru sehingga dalam pembelajaran terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
positif.
C. Kerangka Pikir