Setelah surplus pada kuartal IV-2015, neraca pembayaran Indonesia kembali mengalami deisit

Indonesian Economic Review and Outlook 18 E. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

1. Setelah surplus pada kuartal IV-2015, neraca pembayaran Indonesia kembali mengalami deisit

Gambar 27 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016 Neraca Pembayaran Indonesia kembali mengalami deisit Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2016 Neraca Pembayaran Indonesia NPI pada kuartal-I 2016 mengalami deisit setelah pada kuartal lalu mengalami surplus. ■ NPI mengalami deisit sebesar USD 0,3 miliar pada kuartal I-2016 ■ Nilai ini lebih rendah 105,58 persen q-t-q dan 123,07 persen y-o-y ■ Merosotnya Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial menjadi penyebab deisit NPI ■ Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial turun 53,54 persen q-t-q dan 6,12 persen y-o-y. Adapun Neraca Tranksaksi Berjalan Mengalami Kenaikan Tipis ■ Saldo Neraca Tranksaksi Berjalan tercatat deisit USD 4,8 miliar. ■ Besaran deisit ini lebih kecil 5,88 persen dibandingkan kuartal lalu, akan tetapi deisit tersebut lebih tinggi 17,07 y-t-y. Gambar 28 Neraca Transaksi Berjalan Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016 Deisit Neraca Transaksi Berjalan Mengecil Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2016 Deisit Neraca Jasa-Jasa di kuartal I-2016 menurun. ■ Neraca Jasa-Jasa pada kuartal I-2016 tercatat deisit sebesar USD 1,15 miliar. ■ Deisit neraca jasa-jasa tersebut menurun 33,9 persen q-t-q, namun mengalami pengurangan 36,63 y-t-y. ■ Berkurangnya impor jasa-jasa berkurang 11,5 persen q-t-q menjadi salah satu penyebab penurunan deisi neraca jasa-jasa. ■ Akan tetapi pengurangan impor jasa-jasa tersebut juga diikuti oleh penurunan ekspor jasa-jasa berkurang 5,65 q-t-q Deisit Neraca Pendapatan Primer mengalami pendalaman sedangkan surplus Neraca Pendapatan Sekunder Menurun ■ Saldo Neraca Pendapatan Primer bersaldo negatif USD 7,56 miliar. ■ Deisit ini lebih tinggi 12,5 persen q-t-q dan 10,9 y-t-y. ■ Meningkatnya pembayaran bunga utang pada asing naik 91,6 persen q-t-q dan berkurangnya penerimaan investasi lebih rendah 47,22 persen q-t-q menjadi pemicu naiknya deisit Neraca Pendapatan Primer. ■ Neraca Pendapatan Sekunder tercatat surplus sebesar USD 1,23 miliar lebih rendah 10,87 persen q-t-q. ■ Turunnya saldo Penerimaan Pemerintah turun 9,59 persen q-t-q dan Penerimaan Personal 1,74 persen, q-t-q berkontribusi pada penurunan surplus Neraca Pendapatan Sekunder. Surplus Neraca Perdagangan Barang kuartal I-2016 semakin bertambah. ■ Neraca Perdagangan Barang tercatat bersaldo positif sebesar USD 2,7 miliar. ■ Surplus tersebut lebih tinggi 38,2 persen q-t-q, namun lebih rendah 11,43 y-t-y. ■ Peningkatan saldo Neraca Barang Lainnya menjadi motor kenaikan surplus meningkat 700,53 q-t-q. ■ Penurunan deisit Neraca Migas turun 13,38 persen q-t-q juga berkontribusi terhadap kenaikan surplus Neraca Perdagangan Barang. 19 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 29 Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016 Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial mengalami penurunan surplus Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2016 Saldo Neraca Investasi Portfolio menurun pada kuartal I-2016. ■ Neraca Investasi Portofolio berada pada USD 4,4 miliar, lebih rendah 8,42 persen q-t-q dan 47,8 persen y-t-y. ■ Berkurangnya klaim sektor swasta terhadap aset luar negeri berkurang 161,44 persen q-t-q menjadi salah satu penyebab turunnya Neraca Investasi Portofolio. ■ Peningkatan kepemilikan asing atas ekuitas swasta meningkat 145,11 persen q-t-q juga turun ambil andil dalam penurunan saldo Neraca Investasi Portofolio Neraca Investasi Langsung turun pada kuartal I-2016, adapun Neraca Investasi Lainnya bersaldo negatif. ■ Neraca Investasi Langsung berada pada level USD 2,7 miliar, lebih rendah 18,84 persen q-t-q dan 64,8 persen y-t-y. ■ Menurunnya investasi ekuitas ke dalam negeri turun 34,3 persen q-t-q menjadi salah satu penyebab merosotnya Neraca Investasi Langsung ■ Sementara itu Neraca Investasi Lainnya mengalami deisit USD 2,5 miliar, setelah pada kuartal IV-2016 surplus. ■ Saldo Neraca Investasi Lainnya tersebut lebih rendah 154,5 persen q-t-q. Indonesian Economic Review and Outlook 20 F. Indikator Krisis Gambar 30 Indeks Tekanan Pasar Valuta Asing, Juni 2000 – Juni 2016 Tekanan di pasar valuta asing melemah pada Februari 2016 Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2016, diolah Exchange Market Pressure Index merupakan indikator yang menggambarkan kondisi terkini tekanan pada pasar valuta asing valas. ■ Indeks ini disusun dari komposit tiga variabel yaitu nilai tukar rupiah terhadap USD, cadangan devisa, dan suku bunga JIBOR. ■ Semua data dalam frekuensi bulanan dan telah dinormalisasi menggunakan metode yang diterapkan oleh Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart 1998,1999. ■ Nilai indeks berada pada rentang skala 0 – 100, semakin mendekati 100 semakin besar tekanan yang diterima oleh pasar valas. ■ Adapun sebaliknya semakin mendekati 0, maka semakin kecil tekanan yang diterima oleh pasar valas. Pada Juni 2016 nilai EMPI mengalami penurunan menjadi 34,65 nilai skala, dengan nilai EMPI pada bulan sebelumnya sebesar 51,85. ■ Nilai EMPI pada Juni 2016 ini sangat jauh dari ambang batas pertama yaitu sebesar 63,67 persen. Kondisi ini mengindikasikan berkurangnya tekanan terhadap rupiah di pasar valas. ■ Apresisasi nilai tukar rupiah merupakan salah satu kontributor utama terhadap penurunan nilai EMPI terapresiasi 3,19 m-t-m. ■ Kenaikan cadangan devisa naik 5,98 persen m-t-m juga menjadi salah satu faktor pendukung penurunan nilai EMPI

2. Tekanan di Sektor Perbankan Menguat