72
Gejala konflik antara Kesbangpol Kemdagri dan BPK dapat dilihat dari reaksi Kesbangpol Kemdagri yang tidak rela diaudit
karena merasa dituding oleh BPK melakukan “permainan” dana bantuan OMS. Padahal menurut Kesbangpol Kemdagri tudingan itu
justru merupakan efek negatif dari ketidakpatuhan OMS penerima bantuan OMS terhadap sistemmodel laporan pertanggujawaban
kegiatan bantuan OMS yang dibuat Kesbangpol Kemdagri. Sementara gejala konflik antara Kesbangpol Kemdagri dan OMS
dapat dilihat dari reaksi OMS yang merasa dipersulit oleh Kesbangpol Kemdagri, dimana mekanisme pencairan dana bantuan
OMS yang baru dapat dilakukan bila seluruh kegiatannya dinyatakan selesai dilaksanakan dalam bentuk laporan tertulis yang
melampirkan kuitansi rincian penggunaan dana. Akibat konflik segitiga yang ditimbulkan oleh bantuan OMS itu, Kesbangpol
Kemdagri meminta Bappenas untuk melakukan “moratorium” sambil mengajak semua pihak untuk duduk bersama mencari solusi bila
masih ada keinginan untuk melanjutkan programbantuan OMS itu.
5.1.2. ProgramKegiatan Penanggulangan Terorisme
Berdasarkan temuan-temuan penelitian, ada empat kesimpulan umum yang dapat dikemukakan terkait programkegiatan
penanggulangan radikal teroris BNPT tahun 2011, yaitu: 1 tidak adanya blue print programkegiatan penanggulangan radikal
terorisme di masing-masing direktorat BNPT, membuat programkegiatan BNPT saling tumpang tindih dan kontradiksi;
2 pelaksanaan programkegiatan “pemberantasan teroris” tahun 2011 berupa penindakan masih terlihat lebih prioritasmenonjol
dibanding kegiatan “penanggulangan teroris” berupa deradikalisasi reedukasi, resosialisasi dan rehabilitasi; 3 tujuan pelaksanaan
programkegiatan penanggulangan radikal teroris tahun 2011 yaitu untuk menurunkan kadar dan minat gerakan teroris terutama
programkegiatan deradikalisasi belum tercapai; 4 tidak terdapat
73
hubungan signifikan antara manfaat dan tujuan dari pelaksanaan programkegiatan “penanggulangan” radikal teroris.
Berdasarkan data primer dan sekunder yang ada dapat dijelaskan bahwa tidak adanya blue print programkegiatan
penanggulangan radikal terorisme di masing-masing direktorat BNPT, tidak hanya menyebabkan kontradiksi dan saling tumpang
tindih antar programkegiatan direktorat BNPT, seperti kegiatan direktorat penindakan dan direktorat deradikalisasi terkait
pemulangan jenazah pelaku radikal teroris. Sebab lain yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian terkait tidak adanya
blue print programkegiatan penanggulangan radikal terorisme adalah pelaksanaan program kegiatan “pemberantasan teroris”
berupa kegiatan “penindakan kejar tangkap” terlihat lebih prioritasmenonjol dibanding dengan programkegiatan
“penanggulangan teroris” berupa pencegahan seperti reedukasi, resosialisasi dan rehabilitasi. Padahal kontradiksi, saling tumpang
tindih dan anggapan bahwa programkegiatan direktorat “X” lebih pentingprioritas dibanding direktorat “y” dapat menjebak BNPT
dalam polemik publik tentang dugaan adanya program tititpan dari pihak lain.
Di satu sisi para OMS mitra BNPT telah melaksanakan program kegiatan penanggulangan radikal teroris tahun 2011
berupa program deradikalisasi dengan kegiatan reedukasi, resosialisasi dan rehabilitasi sesuai perencanaan BNPT sehingga
dapat dikatakan berhasil. Bnamun di sisi lain sasaran dan tujuan politik sesungguhnya dari programkegiatan itu, yaitu “turunnya kadar
gerakantindakan teorisme atau hilangnya niatminat para napi teroris untuk kembali melakukan gerakantindakan teorisme” justru dapat
dikatakan belum tercapai untuk tidak mengatakan gagal sama sekali. Indikatornya ketidakberhasilan dari tujuan programkegiatan itu
adalah para napi radikal teroris di sejumlah Lapas tetap berniat akan melakukan kegiatan teroris bila di luar Lapas nanti masih terdapat
74
faktor-faktor pemicunya, seperti perlakuan tidak adil terhadap para teroris dan umat Islam di seluruh dunia dan di Indonesia.
Dilihat dari aspek sasaran dan tujuan kegiatanprogram deradikalisasi yaitu setidak-tidaknya berkurangnya niat dan potensi
radikal teroris dapat ditegaskan bahwa secara politik programkegiatan deradikalisasi BNPT tahun 2011 tidak tercapai.
Indikatornya, adalah bukan saja pengakuan para napi teroris yang tetap akanberniat melakukan tindakan terorisme sepanjang umat
Islam diperlakuan tidak adil baik di tingkat dunia maupun di Indonesia, tapi juga programkegiatan itu diakui oleh para napi teroris
bukanlah kehendakaspirasi usulanide mereka. Indikator lainnya yang juga perlu direnungkan adalah modus baru tindakan teroris
justru semakin banyak bermunculan di tengah-tengah dan masih dilaksanaannya programkegiatan deradikalisasi BNPT. Pelaku baru
dan organisasi baru radikal teroris terus bermunculan sepanjang tahun 2012 padahal BNPT masih tengah menggalakkan
programkegiatan deradikalisasi. Oleh sebab itu dapat ditegaskan kembali bahwa dari aspek
manfaat pelaksanaan programkegiatan penanggulangan radikalisme teroris BNPT tahun 2011 berupa pelaksanaan kegiatan reedukasi,
resosialisasi dan rehabilitasi, seperti latihan perbengkelan, latihan pembuatan kue, seminar workshop tentang ideologi, nasionalisme
dan wasantara, secara umum dapat dikatakan cukup berhasil. Indikatornya adalah meskipun pelaksanaan kegiatan deradikalisasi
masih diserahkan kepada pihak kedua mitra BNPT tapi oleh para napi radikal teoris dan keluarganya tetap menerima baik dan
mengakui kalo programkegiatan tersebut bermanfaat. Akan tetapi jika dilihat dari dari aspek pencapain tujuan
meksipun para napi dan keluarganya mengakui dan merasakan manfaat dari pelaksanaan programkegiatan “penanggulangan”
radikal teroris berupa program deradikalisasi dengan kegiatan reedukasi, resosialisasi dan rehabilitasi, seperti latihan
75
perbengkelan, latihan pembuatan kue, seminarworkshop tentang ideologi, nasionalisme dan wasantara, namun manfaat itu tetap tidak
dapat menghentikan niat para napi radiokal teroris untuk kembali melakukan tindakan terorisme. Karena itu programkegiatan tersebut
dapat disebut gagal karena aspek manfaat tidak serta merta menghilangkan keinginanniat para napi radikal teroris untuk kembali
melakukan gerakantindakan terorisme.
5.2. Rekomendasi 5.2.1. ProgramKegiatan Bantuan OMS