kembali dan mengantisipasi kerugian atas anjloknya harga saham. Pembelian saham dilakukan pada saat harga di pasar masih murah, jika ke depan harganya tinggi,
pemilik saham dapat menjual kembali sahamnya. Jika buyback tanpa RUPS diterapkan, maka yang menjadi korbannya adalah hak-hak pemegang saham
minoritas dilanggar. Namun, jika harga saham yang diperjualbelikan tidak turun drastis, pemilik saham minoritas juga memperoleh keuntungan.
E. Peralihan Pengawasan dari Bapepam-LK ke Otoritas Jasa Keuangan
Sejak 1 Januari 2013, pengawasan bursa yang tadinya dilakukan oleh Bapepam beralih ke Otoritas Jasa Keuangan. Bersamaan dengan bergabungnya Bapepam-LK
ke OJK, fungsi peyidikan yang berkaitan dengan pasar modal dan lembaga keuangan akan beralih ke OJK.
Ngalim Sadewa pejabat sementara Ketua Bapepam-LK mengakui, diperlukan proses cukup panjang untuk menangani kasus di pasar modal. Penentuan adanya
unsur pidana atau tidak, membutuhkan proses pemeriksaan. Jika ada unsur pidana , kasus itu akan ditangani langsung oleh ketua Bapepam-LK. Lebih lanjut Ngalim
mengatakan : “Di pasar modal, tujuan pidana bukan memenjarakan orang, karena ini sektor keuangan, jadi lebih fokus ke kerugian dari pelanggaran seseorang itu, dan
Universitas Sumatera Utara
mengupayakan terlebih dahulu upaya damai dengan menganjurkan membayar kerugian ”.
211
Tentang kelemahan Bapepam-LK selama ini, Ahmad Dani Daruri, pengamat pasar modal, presdir Center for Banking Crisis, mengatakan : “Bapepam-LK dan
BEI sebagai regulator masih lemah dalam pengawasan, dan kurang tegas terhadap perilaku emiten yang tidak trasnparan dan hal ini harus diperbaik”.
212
Direktur utama BEI, Ito Warsito, berharap OJk bisa memberikan solusi terhadap maraknya kasus sekuritas yang merugikan investor. Dan Yanuar Rizky, pengamat
pasar modal mengusulkan Lembaga Penjamin Dana Investor atau Investor Protection Fund
IPF dipercepat, hal ini penting agar kepercayaan investor untuk berbelanja produk sekuritas tetap terjaga. Ketua Asosiasi Emiten Indonesia AEI, Airlangga
Hartarto mengatakan kalangan emiten pasar modal sangat berharap OJK bisa lebih “super” dibanding pendahulunya, Bapepam-LK.
213
Yanuar Rizky pengamat pasar modal, meminta OJK terlebih dahulu memperbaiki system penyelesaian kasus yang selama ini dilakukan Bapepam-LK,
salah satunya adalah transparansi informasi mengenai penyelesaian kasus harus ditingkatkan.
214
211
Harian Kompas, tanggal 4 September 2012
Rudi Irawan Rusli, chairman Eurocapital Peregrine Securitas mengatakan agar OJK membuat standar pelayanan yang jelas dan terukur, seperti
212
http::www.tribunnews.combisnis20121217kasus-kasus-emiten-sebaiknya- diselesaikan-di-bapepam, diakses tanggal 20 Januari 2014
213
http::m.inilah.comreaddetail1851274ojk-agar -kasus anta-boga-tak-terulang, diakses tanggal 20 Januari 2014
214
http::.neraca.co.idarticle21532ojk-harus-mampu-untuk-tuntaskan, diakses tanggal 20 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
batasan maksimum waktu dalam merespon surat masuk, proses persetujuan dan perizinan dan berikut kriteria, syarat-syarat yang jelas dan transparan sehingga pelaku
pasar modal dapat mengantisipasi dan memenuhi persyaratan serta memperoleh kepastian.
Adapun kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten meliputi dugaan pelanggaran atas ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan,
transaksi material, keterbukaan pemegang saham tertentu, informasi atau fakta material yang harus segera diumumkan ke publik, penyajian laporan keuangan, dan
penggunaan dana hasil penawaran umum. Sedangkan kasus yang berkaitan dengan perdagangan efek, antara lain : dugaan pelanggaran manipulasi , perdagangan semu,
perdagangan orang dalam, dan penipuan. Sementara kasus yang berkaitan dengan pengelolaan investasi antara lain dengan pelanggaran pengelolaan reksa dana.
Contohnya adalah kasus reksa dana bodong Antaboga yang menyedot dana nasabah Rp. 1,5 Trilyun. Kasus ini bisa lolos dari pengawasan Bapepam-LK dan Bank
Indonesia.
215
215
http::investasi.kontan.co.idnewsbapepam-periksa-165-kasus-pelanggaran-pasar-modal, diakses tanggal 20 Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap kedua permasalahan di dalam penelitian ini, maka disimpulkan:
1. Pengaturan mengenai informasi atau fakta material menurut Pasal 1 butir 7
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan ada dua bentuk informasi atau fakta material. Pertama, informasi atau fakta
penting dan relevan mengenai peristiwakejadian. Kedua, fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon
pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Implikasi dari ketentuan yuridis tersebut adalah, pertama, informasi
atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwakejadian sudah dapat dikategorikan sebagai fakta material, karena tidak dirinci lebih lanjut
peristiwakejadian seperti apa yang akan disebut sebagai fakta material. Kedua, fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau
keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut terkategorikan sebagai fakta material. Berarti
kedua-duanya menurut ketentuan yuridis adalah fakta material. Ketentutan tentang dua fakta material ini terdapat dalam satu definisi seharusnya tidak
Universitas Sumatera Utara