ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

59

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta hasil penelitian. Analisa dan interpretasi data pada bab ini berkaitan dengan dengan masalah yang akan dijawab maupun variabel yang akan diteliti oleh peneliti serta berkaitan dengan analisa tambahan. IV.A. Gambaran Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah individu berusia 19-39 tahun yang melajang. Subjek didalam penelitian ini berjumlah 80 orang. Berdasarkan jumlah tersebut didapatkan gambaran subjek penelitian menurut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat pendapatan. IV.A.1. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Locus Of control Subjek yang diperoleh di lapangan terlebih dahulu digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu individu yang orientasinya lebih internal dan individu yang orientasinya lebih eksternal berdasarkan median empirik yang didapat dari skor yang diperoleh individu. Sehubungan dengan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling maka pengelompokan ini hanya berlaku pada sampel penelitian ini saja. Universitas Sumatera Utara 60 Skor tertinggi yang diperoleh dalam skala Locus of Control adalah 15 sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 3, dan nilai median dari skala Locus of Control adalah 8, seperti yang dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini: Tabel 6 Gambaran Skor Locus of Control N Valid 80 Missing Mean 8.56 Median 8.00 Std. Deviation 2.417 Minimum 3 Maximum 15 Rumusan pengelompokan individu ke dalam locus of control adalah sebagai berikut: Tabel 7 Pengkategorisasian Locus of Control X  8 Locus of Control Internal X 8 Locus of Control Eksternal Dari hasil skor yang diperoleh, didapatkan 41 subjek yang nilai skornya 8 atau kurang dari 8, yang mengindikasikan kelompok individu yang lebih berorientasi internal, dan 39 subjek yang nilai skornya diatas 8, yang mengindikasikan kelompok individu yang lebih berorientasi eksternal. Tabel 8 Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Locus Of Control Rentang Nilai Kelompok Frekuensi Persentase X  8 Internal 41 orang 51.25 X 8 Eksternal 39 orang 48.75 Jumlah 80 orang 100.0 Universitas Sumatera Utara 61 IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada bagian berikut ini : Tabel 9 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah N Persentase 19 – 25 64 80.0 26 – 32 13 16.25 33 – 39 3 3.75 Jumlah 80 100.0 Diagram 1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia 19-25 tahun 26-32 tahun 33-39 tahun usia Berdasarkan tabel 9 serta diagram 1 diatas dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek dengan usia 19-25 tahun sebanyak 64 orang 80,0, 26-32 tahun sebanyak 13 orang 16,25, dan yang paling sedikit adalah subjek yang berusia 33-39 tahun sebanyak 3 orang 3,75. IV.A.3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada bagian berikut ini : Universitas Sumatera Utara 62 Tabel 10 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah N Persentase Laki-laki 32 40.0 Perempuan 48 60.0 Jumlah 80 100.0 Diagram 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan jnskelamin Jika dilihat dari tabel 10 dan diagram 2, maka dapat disimpulkan bahwa subjek terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan yang berjumlah 48 orang 60,0, sedangkan yang lebih sedikit adalah subjek berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 32 orang 40,0 IV.A.4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan dari setiap subjek penelitian, penyebaran subjek dapat dilihat pada bagian berikut ini : Tabel 11 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah N Persentase SMU 44 55.0 D1 1 1.25 D3 7 8.75 Universitas Sumatera Utara 63 S1 27 33.75 S2 1 1.25 Jumlah 80 100.0 Diagram 3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan SMU D1 D3 S1 S2 tktpnddkan Berdasarkan tabel 11 dan diagram 3 dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki tingkat pendidikan SMU sebanyak 44 orang 55,0, D1 sebanyak 1 orang 1,25, D3 sebanyak 7 orang 8,75, S1 sebanyak 23 orang 33,75, dan S2 sebanyak 1 orang 1,25. IV.A.5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Berdasarkan status pekerjaan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada bagian berikut ini : Tabel 12 Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Jumlah N Persentase Tidak bekerja 45 56.25 Bekerja 35 43.75 Jumlah 80 100.0 Universitas Sumatera Utara 64 Diagram 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja stspkerjaan Berdasarkan tabel 12 dan diagram 4, maka dapat disimpulkan bahwa subjek terbanyak adalah subjek yang tidak bekerja dengan jumlah 45 orang 56.25, sedangkan yang lebih sedikit adalah subjek yang bekerja yaitu sebanyak 35 orang 43.75 . IV.A.6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh subjek penelitian, penyebaran subjek dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat pendapatan Tingkat Pendapatan Jumlah N Persentase Tidak Bekerja - 45 56.25 Bekerja Tinggi 2 2.5 Sedang 20 25.0 Rendah 13 16.25 Jumlah 35 100.0 Universitas Sumatera Utara 65 Diagram 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tinggi Sedang Rendah Missing tktpndapatan Jika dilihat dari tabel 13 dan diagram 5, maka dapat disimpulkan bahwa subjek terbanyak adalah subjek yang tidak memiliki pendapatan daripada subjek yang memiliki pendapatan. Namun, bila dilihat dari subjek yang memiliki pendapatan terlihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek dengan pendapatan sedang yang berjumlah 20 orang 25.0, kemudian subjek dengan pendapatan rendah sebanyak 13 orang 16.3, dan yang lebih sedikit adalah subjek dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 2 orang 2.5 . IV.B. Hasil Penelitian Utama IV.B.1. Hasil Uji Asumsi Penelitian Pengujian hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa independent t-test. Sebelum dilakukan analisa independent t-test maka terlebih dahulu diadakan uji normalitas sebaran dan uji homogenitas untuk melihat apakah penyebarannya sudah normal dan populasi sampel homogen atau tidak. Universitas Sumatera Utara 66 IV.B.1.a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap variabel menyebar secara normal. Distribusi subjek dikatakan tersebar secara normal apabila nilai probabilitas berada diatas 0,05 p0,05. Uji normalitas sebaran menggunakan tes one sample Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada variabel loneliness. Tabel 14 Hasil Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test Loneliness N 80 Normal Parametersa,b Mean 83.68 Std. Deviation 13.568 Most Extreme Differences Absolute .071 Positive .071 Negative -.070 Kolmogorov-Smirnov Z .635 Asymp. Sig. 2-tailed .815 a Test distribution is Normal. b Calculated from data . Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan bahwa variabel loneliness tersebar secara normal, hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Asymp. Sig 2- tailed yaitu sebesar 0,815 p0,05. IV.B.1.b.Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan One-Way ANOVA melalui Levene statistic. Sampel dinyatakan homogen apabila nilai probabilitas p lebih besar dari 0,05 p0,05. Pada uji homogenitas untuk variabel loneliness diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,022 p0,05, dengan demikian dapat Universitas Sumatera Utara 67 dinyatakan sampel dalam penelitian ini tidak bersifat homogen yang berarti sampel diambil dari populasi yang tidak mempunyai varians yang sama. Tabel 15 Hasil Uji Homogenitas pada Variabel Loneliness Levene Statistic df1 df2 Sig. 5.449 1 78 .022 IV.B.2.Uji Hipotesis Sesuai dengan tujuan utama dalam penelitian ini serta landasan teori yang telah dikemukakan dalam Bab I dan Bab II adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan loneliness ditinjau dari locus of control. Untuk itu, peneliti melakukan uji hipotesis dengan menggunakan independent t-test yaitu membandingkan mean lonely locus of control internal dan locus of control eksternal. Apabila diperoleh nilai p0,05, maka hipotesa null Ho ditolak yang berarti hipotesis alternatif Ha diterima. Demikian pula sebaliknya, apabila p0,05 maka hipotesa null Ho gagal ditolak. Universitas Sumatera Utara 68 Tabel 16 Analisa t-test Loneliness Ditinjau dari Locus Of Control Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper loneliness Equal variances assumed 5.449 .022 -3.379 78 .001 -9.640 2.853 -15.319 -3.961 Equal variances not assumed -3.355 70.172 .001 -9.640 2.873 -15.370 -3.909 Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa t untuk locus of control internal dan locus of control eksternal sebesar 3,355 dengan signifikansi 0,001 p0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat loneliness yang signifikan antara individu lajang dengan locus of control internal dan individu lajang dengan locus of control eksternal. Tabel 17 Deskripsi Skor Loneliness Berdasarkan Locus of Control Locus of Control N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Loneliness internal 41 79.98 10.820 1.690 eksternal 39 88.62 14.512 2.324 Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa kelompok subjek dengan locus of control eksternal memiliki mean skor loneliness yang lebih tinggi M=88.62, SD=14.512 dibandingkan dengan mean skor loneliness kelompok subjek yang memiliki locus of control internal M=79.98, SD=14.512. Hal ini berarti individu Universitas Sumatera Utara 69 dengan locus of control internal lebih merasa lonely dibandingkan individu dengan locus of control eksternal. IV.C. Analisa Tambahan IV.C.1. Gambaran Mean Hipotetik dan Mean Empirik Loneliness Pada Skala Loneliness diperoleh mean hipotetik sebesar 105 dengan standar deviasi sebesar 21. Sementara, untuk mean empirik diperoleh sebesar 83,68 dengan standar deviasinya 13,568. Berdasarkan hal ini diperoleh perbandingan mean empirik dan mean hipotetik sebagai berikut: Tabel 18 Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Pada Variabel Loneliness N Mean Standar Deviasi Min Max Empirik 80 83.68 13.568 52 114 Hipotetik 80 105 21 42 168 Dari tabel 18 diperoleh kesimpulan bahwa mean empirik M=83.68 lebih kecil daripada mean hipotetiknya M=105. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki loneliness yang lebih rendah dibandingkan loneliness populasi. IV.C.2. Pengkategorisasian Subjek Berdasarkan Loneliness Pengkategorisasian ini menggunakan mean empirik M=83,68 dan standar deviasi empirik SD=13,568. Adapun penggolongan subjek dilakukan kedalam 3 kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah, Azwar, 2005 dengan kategorisasi sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 19 Kategorisasi Loneliness Berdasarkan Skor Loneliness Skor Tinggi X  97 Sedang 97 X  70 Rendah 70 X Dari kategorisasi subjek berdasarkan skor loneliness pada tabel 19 maka diperoleh gambaran loneliness subjek penelitian sebagai berikut : Tabel 20 Kategorisasi Subjek Penelitian Berdasarkan Skor Loneliness Loneliness Jumlah N Persentase Tinggi 12 15.0 Sedang 58 72.5 Rendah 2 12.5 Jumlah 80 100.0 Diagram 6 Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Loneliness 1 2 3 loneliness Keterangan: 1 : loneliness tinggi 2 : loneliness sedang 3 : loneliness rendah IV.D. Hasil Tambahan Penelitian Ada beberapa hasil tambahan yang diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian, antara lain adalah gambaran aspek loneliness berdasarkan locus of Universitas Sumatera Utara 71 control internal dan locus of control eksternal, serta gambaran loneliness berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan. IV.D.1. Gambaran Aspek-Aspek Loneliness Berdasarkan Locus of Control Pada penelitian ini diperoleh gambaran aspek-aspek loneliness berdasarkan arah kontrol yang dimiliki individu lajang seperti pada tabel 21 berikut ini: Tabel 21 Gambaran Aspek-Aspek Loneliness Berdasarkan Locus of Control Aspek Loneliness Mean Keterangan Locus of Control Internal Locus of Control Eksternal Desperation 15,15 17,08 Signifikan, p=0,001 Impatient Boredom 22,34 24,28 Signifikan, p=0,034 Self- deprecation 14,51 16,03 Signifikan, p=0,018 Depression 26,98 31,23 Signifikan, p=0,000 Berdasarkan tabel 21 ditunjukkan bahwa rata-rata mean aspek-aspek loneliness subjek dengan locus of control eksternal lebih tinggi daripada subjek dengan locus of control internal. Pada kedua kelompok tersebut baik internal maupun eksternal terlihat bahwa mean aspek loneliness tertinggi adalah aspek depression, diikuti oleh aspek impatient boredom, kemudian aspek desperation, dan terakhir aspek self- deprecation. Dengan begitu, pada individu lajang, perasaan lonely yang paling sering muncul adalah rasa sedih yang mendalam dan terus menerus, diikuti oleh Universitas Sumatera Utara 72 rasa bosan dan jenuh dalam dirinya, putus asa dan tidak berdaya, dan terakhir perasaan menyalahkan dirinya sendiri. IV.D.2. Gambaran Aspek-Aspek Locus of Control Berdasarkan Loneliness Berikut ini juga diperoleh gambaran aspek-aspek locus of control berdasarkan loneliness yang dialami oleh individu lajang. Tabel 22 Gambaran Aspek-Aspek Locus of Control Aspek Locus of Control Mean Loneliness Keterangan Internal Usaha 1,48 Tdk signifikan, p=0,244 Kemampuan 1,29 Tdk signifikan, p=0,626 Eksternal Nasib 0,96 Signifikan, p=0,008 Kesempatan 2,60 Tdk signifikan, p=0,081 Pengaruh orang lain 2,16 Tdk signifikan, p=0,336 Berdasarkan tabel 22 terlihat bahwa ada 4 aspek locus of control usaha, kamampuan, kesempatan, pengaruh orang lain yang kurang signifikan terhadap loneliness, dan satu aspek locus of control nasib yang signifikan terhadap loneliness yaitu nasib. Hal ini berarti nasib lebih berpengaruh dalam menyebabkan terjadinya loneliness dibandingkan usaha, kemampuan, kesempatan, dan pengaruh orang lain. Walaupun demikian, bila dilihat dari meannya ditunjukkan bahwa mean aspek locus of control tertinggi adalah kesempatan, diikuti oleh pengaruh orang lain, usaha, kemampuan, dan terakhir nasib. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa loneliness yang dialami individu yang lajang, paling besar disebabkankan oleh kurang atau terbatasnya peluang untuk bertemu lawan jenis, kemudian kurangnya pengaruh dari orang lain dalam menjalin interaksi, kurangnya usaha Universitas Sumatera Utara 73 yang dilakukan individu, ketidakmampuan dirinya untuk membangun hubungan dengan lawan jenis, dan terakhir ketidakhadiran pasangan tersebut dianggap memang sudah ditakdirkan. IV.D.3. Gambaran Loneliness Berdasarkan Usia Pada penelitian ini diperoleh gambaran loneliness berdasarkan usia. Hasil uji statistik berdasarkan usia selengkapnya dapat dilihat pada tabel 23: Tabel 23 Hasil Perhitungan Anova Loneliness berdasarkan Usia Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1101.768 2 550.884 3.156 .048 Within Groups 13441.782 77 174.569 Total 14543.550 79 Dari hasil analisa statistik anova tabel 23 diperoleh p=0,048 dimana p0,05, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan loneliness berdasarkan usia Tabel 24 Gambaran Skor Loneliness Berdasarkan Usia Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa mean skor loneliness tertinggi dimiliki oleh subjek yang berusia 33-39 tahun M=97,00, kemudian subjek yang N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound 19-25 tahun 64 81.95 13.033 1.629 78.70 85.21 52 114 26-32 tahun 13 89.08 13.629 3.780 80.84 97.31 60 113 33-39 tahun 3 97.00 16.000 9.238 57.25 136.75 81 113 Total 80 83.68 13.568 1.517 80.66 86.69 52 114 Universitas Sumatera Utara 74 berusia 26-32 tahun M=89,08, dan mean skor loneliness terendah dimiliki oleh subjek yang berusia 19-25 tahun. IV.C.3.Gambaran Loneliness Berdasarkan Jenis Kelamin Pada penelitian ini diperoleh gambaran loneliness berdasarkan jenis kelamin. Hasil uji statistik berdasarkan jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat pada tabel 25: Tabel 25 Hasil Perhitungan t-test Loneliness berdasarkan Jenis Kelamin Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Loneliness Equal variances assumed 1.832 .180 -.731 78 .467 -2.271 3.106 -8.454 3.912 Equal variances not assumed -.698 56.047 .488 -2.271 3.251 -8.784 4.242 Dari hasil analisa statistik uji t pada tabel 25 diperoleh p=0,467 dimana p0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan loneliness berdasarkan jenis kelamin. Tabel 26 Gambaran Skor Loneliness Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Loneliness Laki-laki 32 82.31 15.428 2.727 Perempuan 48 84.58 12.261 1.770 Universitas Sumatera Utara 75 Walaupun tidak berbeda secara signifikan, namun dari gambaran mean skor subjek pada tabel 26 dapat dilihat bahwa mean skor loneliness subjek perempuan M=84,58 lebih tinggi daripada mean skor loneliness subjek laki-laki M=82,31. IV.C.3.Gambaran Loneliness Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada penelitian ini diperoleh gambaran loneliness berdasarkan tingkat pendidikan. Hasil uji statistik berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 27: Tabel 27 Hasil Perhitungan Anova Loneliness berdasarkan Tingkat Pendidikan Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 349.538 4 87.384 .462 .764 Within Groups 14194.012 75 189.253 Total 14543.550 79 Dari hasil analisa statistik anova pada tabel 27 diperoleh p = 0,764 dimana p0,05, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan loneliness berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 28 Gambaran Skor Loneliness Berdasarkan Tingkat Pendidikan N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound SMU 44 82.4091 13.64043 2.05637 78.2620 86.5562 56.00 113.00 D1 1 91.0000 . . . . 91.00 91.00 D3 7 85.8571 14.59941 5.51806 72.3549 99.3593 69.00 106.00 S1 27 84.4074 13.74845 2.64589 78.9687 89.8461 52.00 114.00 S2 1 97.0000 . . . . 97.00 97.00 Total 80 83.6750 13.56818 1.51697 80.6555 86.6945 52.00 114.00 Universitas Sumatera Utara 76 Walaupun tidak berbeda secara signifikan, namun pada tabel 28 terlihat bahwa mean skor loneliness tertinggi dimiliki oleh subjek yang tingkat pendidikannya S2 M=97,00, kemudian D1 M=91,00, D3 M=85,86, S1 M=84,41, dan mean skor loneliness terendah dimiliki oleh subjek yang tingkat pendidikannya SMU M=82,41. IV.C.3.Gambaran Loneliness Berdasarkan Status Pekerjaan Pada penelitian ini diperoleh gambaran loneliness berdasarkan status pekerjaan. Hasil uji statistik berdasarkan status pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 29: Tabel 29 Hasil Perhitungan t-test Loneliness berdasarkan Status Pekerjaan Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper loneliness Equal variances assumed .028 .869 -2.255 78 .027 -6.723 2.981 -12.660 -.787 Equal variances not assumed -2.275 75.384 .026 -6.723 2.955 -12.611 -.835 Pada tabel 29 terlihat hasil statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,026 dimana p0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan loneliness berdasarkan status pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 77 Tabel 30 Gambaran Skor Loneliness Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Loneliness Tidak Bekerja 45 80.7333 13.61884 2.03018 Bekerja 35 87.4571 12.71022 2.14842 Berdasarkan tabel 30 dapat dilihat bahwa mean skor loneliness subjek yang bekerja M=87,4571 lebih tinggi daripada mean skor loneliness subjek yang tidak bekerja M=80,7333. IV.C.3.Gambaran Loneliness Berdasarkan Tingkat Pendapatan Pada penelitian ini diperoleh gambaran loneliness berdasarkan pendapatan. Hasil uji statistik berdasarkan pendapatan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 31: Tabel 31 Hasil Perhitungan Anova Loneliness berdasarkan Tingkat Pendapatan Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 162.928 2 81.464 .489 .618 Within Groups 5329.758 32 166.555 Total 5492.686 34 Dari hasil analisa statistik anova pada tabel 31 diperoleh p=0,618 dimana p0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan loneliness berdasarkan tingkat pendapatan. Universitas Sumatera Utara 78 Tabel 32 Gambaran Skor Loneliness Berdasarkan Tingkat Pendapatan N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Tinggi 2 84.50 3.536 2.500 52.73 116.27 82 87 Sedang 20 85.95 13.304 2.975 79.72 92.18 60 113 Rendah 13 90.23 12.762 3.539 82.52 97.94 74 113 Total 35 87.46 12.710 2.148 83.09 91.82 60 113 Meskipun tidak berbeda secara signifikan, namun terlihat pada tabel 32 bahwa mean skor loneliness tertinggi dimiliki oleh subjek yang tingkat pendapatannya rendah M=90,23, diikuti oleh tingkat pendapatannya menengah M=85,95, dan mean skor loneliness terendah dimiliki oleh subjek yang tingkat pendapatannya tinggi M=84,50. Universitas Sumatera Utara 79

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN