METODE PENELITIAN Perbedaan Loneliness Pada Individu Yang Melajang Ditinjau Dari Locus Of Control

37

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan bagaimana suatu penelitian dilakukan karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, dan metode analisis data Hadi, 2000. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparasional yaitu penelitian yang membandingkan antara dua variabel untuk melihat apakah ada perbedaan antara kedua variabel tersebut. III.A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk dapat menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu diidentifikasi variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel yang terlibat didalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel tergantung : Loneliness 2. Variabel bebas : Locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal Selain dari variabel yang dikemukakan diatas, terdapat juga variabel lain yang turut mempengaruhi variabel penelitian yang disebut dengan variabel kontrol. Adapun variabel kontrol tersebut antara lain: gender, usia, status perkawinan, status sosial ekonomi, dan pendidikan. Universitas Sumatera Utara 38 III.B. Definisi Operasional Variabel III.B.1. Loneliness Loneliness adalah suatu bentuk perasaan tidak menyenangkan sebagai akibat dari kekurangan ataupun ketidakpuasan yang dirasakan individu terhadap hubungan sosial yang sedang dijalaninya karena tidak memiliki ikatan hubungan kedekatan emosional yang intim dengan seseorang. Dalam penelitian ini loneliness diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan empat aspek perasaan lonely yang dikemukakan oleh Rubenstein dan Shaver dalam Brehm, 2002. Keempat aspek tersebut adalah: a. Desperation Desperation merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan dalam dirinya yang dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan nekat. Desperation ini ditandai dengan munculnya perasaan putus asa, tidak berdaya, takut atau khawatir, tidak memiliki harapan, ditinggalkan atau dibuang, dan diejek. b. Impatient Boredom Impatient boredom adalah suatu keadaan dimana individu merasakan kebosanan yang tidak tertahankan pada dirinya sebagai akibat yang muncul dari kejenuhan terhadap dirinya sendiri. Impatient Boredom ini ditandai dengan munculnya perasaan tidak sabaran, menjemukan atau bosan, ingin berada ditempat lain, gelisah atau tidak tenang, marah, dan tidak mampu berkonsentrasi. Universitas Sumatera Utara 39 c. Self-deprecation Self-deprecation adalah suatu keadaan dimana individu menyalahkan, mencela, ataupun mengutuk dirinya sendiri terhadap peristiwa atau kejadian yang dialaminya. Self-deprecation ditandai dengan munculnya perasaan bahwa dirinya tidak menarik, rendah diri, bodoh, malu, dan tidak nyaman. d. Depression Depression adalah suatu keadaan dimana individu merasakan kesedihan yang mendalam dan terus menerus ataupun dalam kondisi tertekan sehingga bila tidak diatasi dapat mengarahkannya pada tindakan bunuh diri. Depression ini ditandai dengan munculnya perasaan sedih, tertekan atau hilang semangat, kosong atau hampa, terkucil, menyesali diri, murung, diasingkan, dan ingin bersama dengan seseorang yang khusus. Tingkat loneliness yang dialami individu dilihat dari besarnya skor yang diperoleh pada Skala Loneliness. Semakin tinggi nilai skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat loneliness yang dirasakan individu. Sebaliknya, semakin rendah nilai skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat loneliness yang dirasakan oleh individu. Adapun penggolongan subjek dilakukan kedalam 3 kategori Azwar, 2005 yaitu: kelompok yang memiliki tingkat loneliness tinggi perasaan lonely indvidu semakin kuat, tingkat loneliness sedang perasaan lonely individu tidak begitu kuat maupun lemah, dan tingkat loneliness rendah perasaan lonely individu semakin lemah dengan rumusan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 40 Tabel 1 Pengkategorisasian Loneliness X  M + 1 SD Tinggi M + 1 SD X  M – 1 SD Sedang M – 1 SD X Rendah III.B.2. Locus of Control Locus of control adalah suatu bentuk keyakinan individu mengenai sumber pengendali perilakunya kemampuan untuk membangun interaksi dengan orang lain. Locus of control terbagi dua, baik secara internal karena perilakunya sendiri, maupun secara eksternal karena adanya faktor lain diluar dirinya. Locus of control ini berhubungan dengan hasil yang diperoleh individu berupa penguatan yang akan diterimanya, yaitu keberhasilan atau kegagalan dalam menjalin hubungan yang intim dengan seseorang. Dalam penelitian ini locus of control diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek locus of control yang dikemukakan oleh Rotter yaitu: a. Aspek locus of control internal: 1. Usaha Keyakinan individu bahwa peristiwa atau kejadian yang dialami dalam hidupnya ditentukan oleh usaha-usaha yang dilakukan oleh individu tersebut Rotter dalam Phares, 1992. Universitas Sumatera Utara 41 2. Kemampuan Keyakinan individu bahwa peristiwa atau kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuan dari dirinya sendiri Rotter dalam Schultz Schultz, 1994. b. Aspek locus of control eksternal: 1. Nasib Keyakinan individu bahwa peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam hidupnya sudah ditakdirkan dan tidak dapat dirubah kembali Rotter dalam Vaughan Hogg, 2002. 2. Kesempatan Keyakinan individu bahwa faktor keberuntungan ataupun peluang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dari peristiwa yang terjadi dalam hidupnya Rotter dalam Phares, 1992. 3. Pengaruh orang lain Keyakinan individu bahwa peristiwa atau kejadian yang dialaminya disebabkan oleh adanya pengaruh orang lain yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari mereka Rotter dalam Phares, 1992. Kecenderungan arah pusat kendali individu dilihat jumlah skor yang diperoleh pada Skala Locus of Control baik Skala Locus of Control Internal maupun Skala Locus of Control Eksternal. Semakin tinggi nilai skor total yang diperoleh, maka semakin eksternal individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai skor total yang diperoleh, maka semakin internal individu tersebut. Universitas Sumatera Utara 42 Berkaitan dengantujuan diberikannya Skala Locus of Control, yaitu untuk menggolongkan individu ke dalam 2 kelompok yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal maka pembagian kelompok akan didasarkan median yaitu nilai tengah dari skor yang diperoleh subjek yang tersusun dan telah diurutkan dari nilai skor terendah sampai dengan nilai skor yang tertinggi Corcoran Fisher, 1987. Dalam penelitian ini untuk menggolongkan individu akan didasarkan pada median empirik karena pengelompokan tersebut hanya dikenakan pada sampel penelitian ini saja. Nilai terendah dan nilai tertinggi nantinya disusun dan diurutkan berdasarkan hasil skor yang diperoleh individu. Setelah definisi operasional dari variabel penelitian diatas, berikut ini adalah definisi operasional dari variabel kontrol. a. Gender Borys dan Perlman dalam Dane, Deaux, Wrightman, 1993 menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan tetap menunjukkan frekuensi yang sama saat mengalami loneliness. Meskipun demikian, perempuan lebih mudah menunjukkan ekspresi lonely daripada laki-laki, dimana sebagian besar laki- laki yang mengalami loneliness menyangkal bahwa dirinya sedang merasa lonely. Didalam penelitian ini, gender didefinisikan sebagai jenis kelamin subjek penelitian dan didata dalam skala b. Usia Usia dewasa dini 19-39 tahun adalah tahapan usia dimana individu paling sering merasakan perasaan lonely Papalia, Olds, dan Feldman, 2004. Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan melibatkan individu yang berada pada Universitas Sumatera Utara 43 pada masa dewasa dini. Usia dewasa dini nantinya akan dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan cara statistik dengan panjang kelas 7 yaitu 19-25 tahun, 26-32 tahun, dan 33-39 tahun. c. Status Perkawinan Status perkawinan adalah keadaan individu yang sudah menikah atau belum menikah. Individu yang belum menikah berkaitan dengan kondisi seseorang yang sedang melajang dimana individu yang melajang cenderung mengalami loneliness lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah menikah Page Cole; Perlman Peplau; Stack dalam Brehm et al, 2002. Di dalam penelitian ini, status perkawinan akan dikontrol dengan memilih individu yang belum pernah menikah dan belum memiliki pasangan pacar. d. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh individu. Individu dengan pendapatan rendah cenderung mengalami loneliness lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki pendapatan tinggi Weiss dalam Brehm et al, 2002. Status sosial ekonomi ini akan dilibatkan dalam penelitian dengan mendata status pekerjaan dan pendapatan subjek. Untuk pendapatan subjek akan dibagi menjadi 3 yaitu subjek dengan pendapatan tinggi Rp 3.000.001,00 – Rp 4.000.000,00, pendapatan sedang Rp 1.000.001,00 – Rp 3.000.000,00, dan pendapatan rendah Rp 500.000, -Rp 1.000.000,00. Universitas Sumatera Utara 44 d. Pendidikan Survey yang dilakukan oleh Page dan Cole’s Brehm, 2002 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang memiliki korelasi terbalik dengan loneliness. Pada penelitian ini, pendidikan akan dilibatkan dalam penelitian dengan mendata tingkat pendidikan mulai dari tingkat pendidikan yang paling rendah Sekolah Dasar sampai dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi Pacsa Sarjana. III.C. Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampling III.C.1. Karakteristik Subjek Penelitian Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan Hadi, 2000. Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama. Adapun karakteristik dari populasi yang hendak diteliti ini sesuai dengan definisi operasional variabel kontrol yang telah dikemukakan diatas yaitu: a. Berada pada usia dewasa dini 19-39 tahun b. Belum menikah c. Belum memiliki pasangan d. Tingkat pendidikan minimal Sekolah Dasar SD. Penentuan ini didasarkan pada asumsi bahwa tingkat pendidikan Sekolah Dasar dianggap dapat membaca kalimat yang ada dalam skala dan menulis respon mereka. Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan Universitas Sumatera Utara 45 populasi yang dikenakan dalam penelitian yang disebut dengan sampel Hadi, 2000. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 80 orang . III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel menurut Kerlinger 2002 berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau wakil representasi dari populasi tersebut. Pada penelitian ini, responden diperoleh melalui teknik non probability sampling secara incidental yang berarti pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian Hadi, 2000. Adapun teknik incidental sampling ini memiliki kelebihan dan kelemahan di dalam membuat kesimpulan dari suatu penelitian Hadi, 2000. Hadi 2000 menyatakan bahwa kelebihan dari teknik ini adalah kemudahannya dalam menemukan sampel, menghemat biaya, waktu, tenaga, dan adanya keterandalan subyektifitas peneliti yaitu kemampuan peneliti untuk melihat bahwa subjek yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan. Akan tetapi, kelemahan dari teknik ini yaitu tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi sehingga sulit untuk ditarik kesimpulan ataupun digeneralisasikan ke populasi lainnya. Selain itu, karena teknik ini mengandalkan subyektifitas dari peneliti mengakibatkan adanya kemungkinan terjadinya bias dalam pemilihan sampel. Universitas Sumatera Utara 46 III.D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua skala yaitu Skala Loneliness dan Skala Locus of Control. Skala merupakan suatu metode pengumpulan data yang berisi daftar pernyataan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis. Skala didasarkan pada laporan pribadi self report yang memiliki beberapa kelebihan, antara lain Hadi, 2000: 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. 2. Apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud dengan peneliti. Meskipun demikian, metode skala ini juga memiliki kekurangan dimana karena berupa laporan diri sehingga individu mungkin sekali merasa segan atau takut dalam memberikan jawaban tentang diri mereka. Hal tersebut tentunya akan membuat hanya beberapa hal saja yang sesuai atau dapat diselidiki dari diri individu sehingga dapat menghasilkan gambaran yang kurang teliti Hadi, 2000. Untuk meminimalisir hal tersebut maka dibuatlah aitem favorabel dan aitem unfavorabel. Pada penelitian ini, Skala Loneliness merupakan skala yang mengukur respon subjek terhadap loneliness yang dialaminya untuk melihat seberapa besar tingkat intensitasnya sehingga perlu dibuat aitem favorabel dan aitem unfavorabel. Universitas Sumatera Utara 47 Skala Locus of Control merupakan skala yang bertujuan untuk membagi subjek kedalam dua kelompok locus of control kelompok internal atau kelompok eksternal. Oleh karena itu, dalam skala ini tidak perlu aitem favorabel maupun unfavorabel. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar 2005 bahwa penskalaan yang berorientasi pada subjek dengan tujuan meletakkan individu pada suatu kontinum penilaian tidak perlu merisaukan adanya aitem favorabel ataupun unfavorabel seperti pada penskalaan respon. III.D.1. Skala Loneliness Alat ukur yang digunakan dalam mengukur loneliness adalah Skala Loneliness yang disusun berdasarkan empat aspek perasaan lonely seperti yang dikemukakan oleh Rubenstein dan Shaver Brehm et al, 2002 pada definisi operasional. Setiap indikator-indikator dari aspek-aspek tersebut kemudian diterjemahkan menjadi kalimat-kalimat praktis yang mewakili setiap aspek, dan disusun kembali secara acak. Skala loneliness dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat loneliness yang dialami oleh seseorang. Skala Loneliness ini terdiri dari aitem yang bersifat favorabel dan unfavorabel yang disusun dalam format skala likert. Pada skala ini, subjek diminta untuk memilih empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Tidak Setuju STS, Tidak Setuju TS, Setuju S, atau Sangat Setuju SS terhadap setiap pernyataan yang tercantum pada skala tersebut sesuai dengan keadaan dirinya. Pada aitem yang bersifat favorabel, nilai 4 diberikan bila subjek memilih jawaban ”SS”, nilai 3 untuk ”S”, nilai 2 untuk ”TS”, dan nilai 1 bila subjek memilih Universitas Sumatera Utara 48 jawaban ”STS”. Pada aitem yang bersifat unfavorabel, nilai 4 diberikan bila subjek memilih jawaban ”STS”, nilai 3 untuk ”TS”, nilai 2 untuk ”S”, dan nilai 1 bila subjek memilih jawaban ”SS”. Skala Loneliness ini terdiri dari 50 aitem dengan komponen sebagai berikut: Tabel 2 Blue Print Skala Loneliness Sebelum Uji Coba Aspek Indikator Perasaan Lonely Aitem Favorabel Aitem Unfavorabel Jumlah Desperation Putus asa, Tidak berdaya, Takut atau khawatir, Tidak memiliki harapan, Ditinggalkan atau dibuang, Diejek 1, 7, 16, 17, 33, 40, 43, 22, 23, 28, 32, 37 12 Impatient Boredom Tidak sabaran, Membosankan atau Jemu, Ingin berada ditempat lain, Gelisah atau tidak tenang, Marah, Tidak mampu untuk berkonsentrasi 24, 25, 30, 34, 36, 47 2, 8, 12, 18, 41, 49 12 Self- deprecation Merasa diri tidak menarik, Rendah diri, Bodoh, Malu, tidak nyaman 5, 9, 15, 19, 48 3, 11, 21, 26, 38 10 Depression Sedih, Tertekan atau hilang semangat, Kosong atau hampa, Terkucil, Menyesali diri, Murung, Diasingkan, Keinginan untuk bersama seseorang yang khusus 4, 10, 13, 14, 27, 29, 31, 42, 45, 50 6, 20, 35, 39, 44, 46 16 JUMLAH 28 22 50 III.D.2. Skala Locus of Control Skala Locus of Control bertujuan untuk mengungkap kecenderungan pusat kendali individu yang dikenal juga sebagai kecenderungan arah atribusi. Skala locus of control terdiri dari dua subskala yaitu Skala Locus of Control Internal yang mengukur kecenderungan atribusi internal dan Skala Locus of Control Universitas Sumatera Utara 49 Eksternal yang mengukur kecenderungan atribusi eksternal. Pada Skala Locus of Control tidak dibuat aitem favorabel dan aitem unfavorabel, karena skala ini bertujuan untuk menggolongkan individu kedalam kelompok internal atau kelompok eksternal Skala Locus of Control dalam penelitian ini menggunakan model skala tipe Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang dapat menempatkan individu kedalam suatu kelompok kontinum penilaian dengan memberikan dua alternatif jawaban yaitu: Ya dan Tidak. Skala Guttman ini dapat dibuat dalam bentuk checklist Azwar, 2000 Penilaian pada Skala Locus of Control Internal adalah nilai 1 diberikan pada subjek yang menjawab ”Ya”, sedangkan nilai 0 diberikan pada subjek yang menjawab ”Tidak”. Begitu juga, pada Skala Locus of Control Eksternal, nilai 1 diberikan pada subjek yang menjawab ”Ya” dan nilai 0 pada subjek yang menjawab ”Tidak”. Untuk pengelompokan subjek akan dilakukan seperti metode yang dibuat oleh Rotter dengan menghitung respon pada aitem yang memiliki muatan eksternal, yaitu jumlah jawaban ”Tidak” pada Skala Locus of Control Internal dan jumlah jawaban ”Ya” pada Skala Locus of Control Eksternal. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin eksternal individu tersebut Baggett, 2006 Skala Locus of Control ini terdiri dari aitem-aitem yang disusun berdasarkan aspek-aspek locus of control baik internal usaha dan kemampuan, maupun eksternal nasib, kesempatan, dan pengaruh orang lain, seperti yang dikemukakan Rotter pada definisi operasional. Universitas Sumatera Utara 50 Skala Locus of Control ini terdiri dari 12 aitem untuk Skala Locus of Control Internal dan 18 aitem untuk Skala Locus of Control Eksternal dengan komponen sebagai berikut: Tabel 3 Blue Print Locus of Control Sebelum Uji Coba Aspek Komponen Locus of Control Nomor Aitem Jumlah Internal Usaha 1, 3, 5, 12, 21, 27 6 Kemampuan 7, 9, 11, 18, 25, 29 6 Eksternal Nasib 8, 13, 15, 17, 23, 30 6 Kesempatan 4, 6, 14, 16, 20, 22 6 Pengaruh orang lain 2, 10, 19, 24, 26, 28 6 Jumlah 30 30 III.E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur III.E.1. Validitas Alat Ukur Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada apakah alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat Azwar, 2000. Dalam penelitian ini, konsep validitas yang hendak dicapai oleh alat ukur adalah validitas internal khususnya validitas isi content validity dan validitas konstrak construct validity melalui analisis rasional terhadap alat ukur. Validitas isi bertujuan untuk mengungkap sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur tersebut mencakup keseluruhan kawasan isi yang diukur. Validitas isi ini dicapai dengan melakukan validitas tampilan face validity dan validitas logik validity logic. Validitas tampilan adalah validitas yang dibuat untuk melihat bagaimana format tampilan dari skala yang dilakukan dengan membuat tampilan Universitas Sumatera Utara 51 fisik yang rapi, penggunaan kata dan petunjuk pengerjaan yang sederhana agar lebih mudah dipahami oleh subjek penelitian, serta tata letak dari setiap kalimatnya. Sedangkan, validitas logik dilakukan untuk melihat sejauhmana isi tes tersebut merepresentasikan dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur lewat pembuatan blue print dari setiap skala Azwar, 2000. Selain itu, peneliti akan memperkuat validitas isi alat ukur melalui pendapat atau penilaian dari profesional professional judgement dalam proses telaah soalnya Kerlinger, 2003 dimana penilaian dari profesional professional judgement ini dilakukan oleh dosen pembimbing Skripsi Psikologi Klinis. Pada validitas konstrak, skala dinyatakan memiliki validitas konstrak bila aitem-aitem tidak menyimpang dan mewakili konsep yang akan diukur dimana dalam validitas konstrak ini akan terdapat uji daya beda aitem Azwar, 2000. Adapun uji daya beda aitem pada suatu skala dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai-nilai tiap butir aitem dengan nilai totalnya corrected item total correlation. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisis korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 12 for windows, interval kepercayaan 95. III.E.2. Reliabilitas Alat Ukur Konsep dari alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas dapat juga dikatakan sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya dari suatu alat ukur Azwar, 2000. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari Universitas Sumatera Utara 52 koefisien reliabilitasnya yang merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama Azwar, 2000. Untuk melihat seberapa jauh skala ini dapat memberikan hasil yang konstan maka dilakukan pengujian dengan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach yang dikemukakan oleh Cronbach. Teknik ini cukup mudah, singkat, dan hanya memerlukan satu kali pengenaan tes single trial terhadap individu Azwar, 2000. Analisa data dibantu dengan program SPSS version 12.0 for Windows. Batasan suatu skala dianggap reliabel adalah 0,700 Langdridge, 2004. III.E.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur Uji coba alat ukur penelitian Skala Loneliness dan Skala Locus of Control dilakukan terhadap 40 orang subjek individu yang melajang. Dalam uji daya beda aitem, peneliti menggunakan kriteria pemilihan aitem yang diungkapkan oleh Langdridge 2004 bahwa untuk jumlah subjek sebanyak 40 orang maka koefisien yang dipakai adalah sebesar 0,312 dimana aitem yang mencapai korelasi minimal 0,312 dianggap sudah memuaskan. III.E.3.a. Hasil Uji Coba Skala Loneliness Pada Skala Loneliness diujicobakan sebanyak 50 aitem dan pada awalnya diperoleh alpha sebesar 0,918. Dari hasil uji coba didapat sebanyak 42 aitem yang memuaskan dan 8 aitem yang tidak memuaskan. sehingga 8 aitem tersebut tidak dipakai pada skala yang sebenarnya. Setelah 8 aitem tersebut dikeluarkan maka Universitas Sumatera Utara 53 diperoleh alpha sebesar 0,922, yang berarti terjadi peningkatan reliabilitas sebesar 0,004. Pada tabel 3 berikut ini disajikan distribusi aitem Skala Loneliness yang digunakan dalam penelitian setelah dilakukan penomoran ulang: Tabel 4 Hasil Uji Coba dan Distribusi Aitem Pada Skala Loneliness Aspek Indikator Perasaan Lonely Aitem Favorabel Aitem Unfavorabel Jumlah Desperation Putus asa, Tidak berdaya, Takut atau khawatir, Tidak memiliki harapan, Ditinggalkan atau dibuang, Diejek 16 12, 17 41, 33 3, 40

33, 43 34 23 23, 28 1,

37 31 8 Impatient Boredom Tidak sabaran, Membosankan atau Jemu, Ingin berada ditempat lain, Gelisah atau tidak tenang, Marah, Tidak mampu untuk berkonsentrasi 24 26, 25

16, 30 6, 34 18, 36 29,

47 38 2 22, 8 5, 12 8, 18 14, 41 39, 49 40 12 Self- deprecation Merasa diri tidak menarik, Rendah diri, Bodoh, Malu, tidak nyaman 5 30, 15 11, 19 15, 48 13 11 7, 21 27, 26 25, 38 19 8 Depression Sedih, Tertekan atau hilang semangat, Kosong atau hampa, Terkucil, Menyesali diri, Murung, Diasingkan, Keinginan untuk bersama seseorang yang khusus 4 2, 10 35, 13 9, 14 10, 27 21, 29 23, 31 20, 42 24, 45 37, 50 42 6 4, 35 28, 39 32, 46 36 14 JUMLAH 25 17 42 Keterangan: yang ditebalkan adalah nomor baru III.E.3.b. Hasil Uji Coba Skala Locus of Control Skala Locus of Control ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Skala Locus of Control Internal dan Skala Locus of Control Eksternal. Pada Skala Locus of Control Internal, aitem yang diujicobakan sebanyak 12 aitem dengan alpha Universitas Sumatera Utara 54 sebesar 0,658 dan diperoleh hasilnya sebanyak 8 aitem yang memuaskan dan 4 aitem yang tidak memuaskan sehingga 4 aitem tersebut tidak dipakai lagi pada skala yang sebenarnya. Setelah 4 aitem tersebut dikeluarkan maka diperoleh alpha sebesar 0,727, yang berarti terjadi peningkatan reliabilitas sebesar 0,069. Pada Skala Locus of Control Eksternal, aitem yang diujicobakan sebanyak 18 aitem dengan alpha sebesar 0,837 dan diperoleh hasilnya sebanyak 17 aitem yang memuaskan dan 1 aitem yang tidak memuaskan sehingga 1 aitem tersebut tidak lagi digunakan. Setelah 1 aitem tersebut dikeluarkan, diperoleh alpha sebesar 0,848, yang berarti terjadi peningkatan reliabilitas sebesar 0,011. Tabel 4 berikut ini disajikan distribusi aitem Skala Locus of Control yang digunakan dalam penelitian setelah dilakukan penomoran ulang: Tabel 5 Hasil Uji Coba dan Distribusi Aitem Pada Skala Locus of Control Aspek Komponen Locus of Control Nomor Aitem Jumlah Internal Usaha 3 2, 5 4, 12 9, 21 16, 27 22 6 Kemampuan 7

6, 25 20, 29 24 6

Eksternal Nasib 8 7, 13 10, 15 12, 23 18, 30 25 6 Kesempatan 4 3, 6 5, 14 11, 16 13, 20 15, 22 17 6 Pengaruh orang lain 2 1, 10 8, 19 14, 24 19, 26 21, 28 23 6 Jumlah 25 25 Keterangan: yang ditebalkan adalah nomor baru Universitas Sumatera Utara 55 III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian III.F.1. Persiapan Penelitian Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Pembuatan alat ukur Pada tahap ini, alat ukur yang dibuat oleh peneliti terdiri dari dua buah skala yaitu Skala Loneliness dan Skala Locus of Control. Setiap skala tersebut dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan defenisi operasional yang telah diuraikan sebelumnya. Pada Skala Loneliness, peneliti membuat sebanyak 50 aitem, sedangkan untuk Skala Locus of Control sebanyak 30 aitem yang terdiri dari 12 aitem Skala Locus of Control Internal dan 18 aitem Skala Locus of Control Eksternal. Persiapan kedua alat ukur ini dilakukan sejak 16 – 31 Agustus 2007. 2. Uji coba alat ukur Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 3 – 11 September 2007 kepada 40 orang individu yang melajang di Medan. Uji coba dilakukan dengan memberikan kedua skala tersebut baik kepada teman ataupun langsung kepada subjek penelitian. 3. Evaluasi alat ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang diberikan kepada 40 orang individu yang melajang, peneliti kemudian melakukan pengujian dan evaluasi terhadap validitas dan reliabilitas skala penelitian dengan menggunakan teknik analisa korelasi koefisien Product Moment dan Koefisien Alpha Cronbach yang dibantu dengan aplikasi komputer SPSS versi 12 for windows. Aitem- Universitas Sumatera Utara 56 aitem yang dianggap memuaskan kemudian disajikan kembali ke dalam skala penelitian yang sesungguhnya yang terdiri dari 42 aitem Skala Loneliness dan 25 aitem Skala Locus of Control, dimana Skala Locus of Control Internal sebanyak 8 aitem dan Skala Locus of Control Eksternal sebanyak 17 aitem. III.F.2. Pelaksanaan Penelitian Setelah alat ukur diujicobakan dan dievaluasi, maka dilakukan pengambilan data penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 17 September – 3 Oktober 2007 di Medan. Penyebaran skala dilakukan dengan membagikan skala secara langsung kepada individu yang kebetulan ditemui dan sebelumnya telah diminta kesediaannya untuk mengisi kedua skala tersebut. Skala yang disebarkan berjumlah 80 skala dan diberikan kepada 80 orang yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian. Skala yang telah dibagikan seluruhnya kembali dan semua datanya dapat diolah. III.F.3. Pengolahan Hasil Penelitian Setelah diperoleh hasil skor Skala Loneliness dan Skala Locus of Control dari individu yang melajang, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 12 for windows. Universitas Sumatera Utara 57 III.E Metode Analisis Data Sebelum melakukan analisa data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data dari variabel penelitian telah menyebar secara normal. Normalitas terjadi apabila skor pada setiap variabel penelitian mengikuti distribusi normal Spatz, 2005. Pengukuran normalitas ini menggunakan metode statistik Kolmogorov-Smirnov test dengan bantuan SPSS versi 12 for windows. Menurut Hadi 2000, sebaran data dari variabel penelitian dinyatakan terdistribusi secara normal apabila p 0,05 dan sebaliknya data dari variabel penelitian dinyatakan tidak terdistribusi secara normal apabila p 0,05. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan one-way anova melalui Levene test dengan bantuan SPSS versi 12 for windows. Sampel penelitian dikatakan homogen apabila p 0,05, dan sebaliknya dikatakan tidak homogen apabila p 0,05. Universitas Sumatera Utara 58 Setelah uji asumsi dilakukan maka selanjutkan akan dilakukan metode analisa data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Adapun metode analisa data yang digunakan adalah dengan teknik independent t-test uji t yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi Azwar, 2000, yaitu antara mean loneliness kelompok yang memiliki locus of control internal dengan mean loneliness kelompok yang memiliki locus of control eksternal. Untuk pengujian statistik maka dilakukan perumusan hipotesa statistik yaitu: Ho Hipotesa null : tidak ada perbedaan tingkat loneliness pada individu lajang dengan locus of control internal dan individu dengan locus of control eksternal. Ha Hipotesa alternatif : ada perbedaan tingkat loneliness pada individu lajang dengan locus of control internal dan individu dengan locus of control eksternal 1.  loneliness =  locus of control, kriteria yang didapat adalah Ho gagal ditolak diterima. 2.  loneliness   locus of control, kriteria yang didapat adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Pada penelitian ini taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05 yang berarti terdapat 5 kesalahan dalam penarikan kesimpulan disebabkan oleh kesalahan pengukuran random error Langdrige, 2004, sedangkan pengujian signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji dua sisi. Universitas Sumatera Utara 59

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA