69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengalaman perkawinan remaja  putri  yang  mengalami  kehamilan  tidak  diinginkan  di  Bali  mengalami
rasa bersalah melanggar norma masyarakat, kebingungan identitas, keintiman dan  kebutuhan  akan  adanya  penerimaan  dari  pasangan,  mertua,  serta
masyarakat. Penolakan yang tunjukkan oleh orang tua serta rasa bersalah telah mengecewakan  orang  tua  membuat  remaja  mengalami  perpindahan  rasa
nyaman  ke  dalam  hubungannya  dengan  mertua.  Hal  ini  membuat  remaja menjadi  bergatung  dengan  mertua  seperti  menggantikan  peran  remaja  dalam
kegiatan  adat.  Masyarakat  adat  juga  menunjukkan  adanya  penerimaan  dalam hal  tersebut.  Walaupun  demikian,  remaja  tetap  memiliki  kecemasan  akan
adanya  penolakan  jika  tidak  mengikuti  kegiatan  adat.  Hal  ini  membuat kewajiban  adat  dianggap  menjadi  beban  dalam  perkawinan  remaja  yang
mengalami kehamilan tidak diinginkan di Bali. Penerimaan yang ditunjukkan oleh  mertua  dan  masyarakat  menjadi  peran  penting  dalam  keberlangsungan
perkawinan remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan di Bali. Pengalaman perkawinan remaja putri yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan  di  Bali  dibedakan  menjadi  dua  tipe.  Tipe  pertama,  diawal perkawinan  merasa  mengalami  hal  yang  tidak  diinginkan  seperti  merasa
adanya  ketidaksiapan,  keterpaksaan,  menuju  kearah  merasa  memiliki tanggung  jawab  baru  dan  menjadi  dewasa.  Tipe  kedua,  diawal  perkawinan
merasa mendapatkan hal yang diinginkan karena dapat hidup dengan pasangan dapat  terpenuhi  menuju  kearah  merasa  memiliki  tanggung  jawab  baru  dan
menjadi  dewasa.  Hal  ini  dapat  disimpulkan  bahwa  walaupun  terdapat perbedaan diawal perkawinannya, kedua tipe bergerak kearah yang sama yaitu
menyadari bahwa setelah menikah menjadi memiliki tanggung jawab baru dan menjadi dewasa.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada remaja dengan kisaran usia 19-20 tahun  yang  berada  dibangku  perkuliahan.  Hal  ini  menyebabkan  penelitian
hanya  terbatas  pada  usia  tersebut,  sedangkan  terdapat  kasus  remaja  yang mengalami  kehamilan  tidak  diinginkan  pada  kisaran  usia  dibawah  19  tahun
yang  masih  mengenyam  pendidikan  SMP  dan  SMA.  Remaja  tersebut  masih terikat  oleh  peraturan  di  setiap  sekolahnya  sehingga  dapat  menyebabkan
adanya perbedaan pengalaman perkawinan.
C. Saran