Dukungan terhadap Pembantai: Kemanunggalan TNI-Rakyat?

Ia bertindak sebagai seorang bapak yang senantiasa mengayomi anak- anaknya. Ia tetap cinta dan bangga. Apakah berarti ia bangga bahwa pembantaian di Cebongan berhasil? D. Dukungan terhadap Pembantai: Kemanunggalan TNI-Rakyat? Pada hari Minggu, 7 April 2013, muncul gerakan solidaritas semiliar koin untuk Indria, istri Serka Heru. Selain solidaritas, aksi yang dipimpin Irwan Cahya Nugraha ini memiliki agenda berupa wujud kepedulian untuk situasi Kota Yogya yang aman dan nyaman. Dalam aksi ini, spanduk-spanduk anti-premanisme mulai ditampilkan. Spanduk berasal dari kata berbahasa Belanda, spandoek , span berarti merentangkan dan doek berarti kain . Namun, karena penggunaannya yang cenderung mengandung unsur polusi visual, spanduk di-pleset-kan oleh André Möller, seorang penyusun kamus Swedia-Indonesia, menjadi spamduk dengan spam berarti surat yang dikirim tanpa diminta melalui internet, biasanya berisi iklan . Lantas, spamduk bisa diartikan kain yang direntangkan tanpa diminta sepanjang jalan, biasanya berisi iklan. 183 Spanduk yang terpasang di titik-titik strategis seperti perempatan Gondomanan, perempatan Jalan Kaliurang, dan Nol Kilometer ini dikatakan Irwan beriklan supaya Yogya aman dan nyaman serta berisi seruan anti premanisme dan usir preman dari Yogya. Irwan 183 Lihat da lam André Möller, Spamduk , dalam Kompas, 18 Januari 2014. dikenal sebagai pemilik Jogja Wall Nation, sebuah event organizer yang sering bekerjasama dengan TNI. 184 Gambar 3.2. Spanduk Pro-Kopassus dan Anti-Premanisme Berbeda dengan aksi yang dilakukan pada 28 Maret 2013, aksi kali ini sudah terarah ke siapa sang preman. Dalam aksi tanggal 28 Maret 2013, preman yang dimaksud masih mengambang belum tentu apakah Diki dkk. ataukah orang tak dikenal yang membantai Diki dkk. Namun, setidaknya, ormas Kotikam, di mana Diki bergabung, masih turut serta pada aksi tanggal 28 Maret 2013. Aksi tanggal 7 April 2013 ini lebih jelas siapa yang dianggap preman, Irwan melalui KR mengatakan, Penggalangan dana juga dilakukan untuk Sertu Sriyono, anggota TNI yang juga menjadi korban kekerasan para preman. Dengan demikian, yang dimaksud preman oleh Irwan maupun KR adalah pihak Diki dkk. – sebagaimana sudah disebutkan serupa oleh para perwira TNI. Menteri Pertahanan Menhan Purnomo Yusgiantoro, yang tentu saja berbicara atas nama aparat pemerintahan, justru mengatakan bahwa pembantaian terhadap keempat tahanan ini bukanlah sebuah pelanggaran 184 Wawancara dengan Widihasto Wasana Putra, 11 Mei 2016. HAM. Purnomo mengatakan bahwa aksi penyerbuan hanya dilakukan prajurit. Seolah-olah pelanggaran HAM hanya bisa terjadi apabila dilakukan oleh perwira-perwira tinggi. Ada sebuah penyingkiran yang dilakukan Menhan ini terhadap prajurit yang hanya mengungkapkan aksi spontanitas belaka. Komentar yang muncul dalam harian KR tanggal 12 April 2013 185 ini patut dicatat. Bagi Purnomo, penghilangan nyawa seseorang yang jelas-jelas melanggar HAM ini menjadi sekadar spontanitas belaka. Spontanitas bisa saja diartikan bahwa pembantaian tersebut merupakan hal yang wajar. Dengan demikian, membantai orang dengan brutal adalah sepatutnya terjadi. Kepatutan yang terjadi ini dilakukan oleh para prajurit, yang mana dalam komentar ini dilihat sebagai orang yang belum matang sehingga spontanitas itu mungkin terjadi. Spontanitas membantai tersebut, menurut temuan TNI AD, didorong oleh pembalasan dendam terhadap Serka Heru. 186 Menurut Priyo Budi Santoso, pembalasan dendam ini adalah benar adanya. Mereka bertindak salah, iya. Tetapi, mereka telah melakukan langkah yang diyakini secara moral itu benar. Karena itu, saya meminta kita semua harus adil. , kata Priyo. 187 Apa yang dikatakan Priyo tidak lain adalah bahwa balas dendam dengan membunuh secara moral tidaklah salah. Baginya, keadilan hanya terjadi apabila pembunuhan terjadi, yang berarti hukum boleh dilanggar. 185 Kedaulatan Rakyat, 12 April 2013, hal. 1 7 . Tak Perlu Dewan Kehormatan Militer 186 Kedaulatan Rakyat, 14 April , hal. . Proses Hukum 11 Oknum Kopassus. Panglima TNI Jamin Sidang Terbuka 187 Kedaulatan Rakyat, 17 April 2013, hal. 1 7 . Priyo Budi Santoso Anggap Tak Adil. Komnas HAM Tumpul Hadapi Preman Sementara itu, dalam tulisan yang sama, Kepala Badan Intelijen Negara BIN, Hendropriyono, menyatakan dalam hari ulang tahun Kopassus ke-61 bahwa Komnas HAM tidak berimbang dan terlalu menyudutkan Kopassus, KR menuliskan demikian, Pada kesempatan berbeda, mantan Kepala Badan Intelejen Negara BIN Hendropriyono juga memberikan respons yang sama dengan Priyo terhadap kinerja Komnas HAM. Mantan Mentrans PPH itu memberi penilaian bahwa pernyataan Komnas HAM itu tidak berimbang dan terlalu menyudutkan Kopassus. Komnas HAM suruh belajar dulu Saya enggak percaya Komnas HAM berpikiran seperti itu. Kita prajurit dan dikirim ke medan pertempuran, tapi kita jadi salah di mana-mana karena politik, kata Hendropriyono, seusai menghadiri acara hari ulang tahun HUT ke-61 Kopassus, di Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Hendro menegaskan, dalam kasus penyerangan di Lapas Cebongan, yang melanggar HAM justru kelompok preman karena telah menyerang dan membunuh seorang anggota Kopassus di Hugos Cafe. Hal itu ia lontarkan berdasarkan rekaman CCTV yang jelas-jelas merekam penyerangan brutal pada anggota Kopassus. Coba lihat CCTV orang bebas masuk ke mana saja, kok malah digebukin? Sampai mati pun diseret. Itu pelanggaran HAM. Kopassus secara hukum salah, tapi secara moral saya setuju, ujarnya. 188 Pemberitaan tersebut menunjukkan bahwa Jenderal Hendropriyono yang diduga terlibat pembunuhan Munir, Talangsari, dan Operasi Seroja Timor Timur 189 mengatakan bahwa dia dan para prajurit justru diposisikan salah karena politik. Baginya ini pembunuhan Serka Heru dilakukan dengan cara brutal sebab saat Serka Heru sudah mati tetap saja Diki dkk. menyeretnya. 188 Ibid. 189 Lihat dalam http:syaldi.web.idmotHendropriyono.htm diunduh pada 1 Desember 2016. Danrem 072Pamungkas, Brigjen TNI Adi Wijaya, meminta masyarakat untuk mempercayakan keamanan kepada polisi dan TNI, bukan kepada preman. Pernyataan ini menegaskan bahwa sebenarnya telah ada keamanan yang diurusi preman sebelumnya. Menjadi pertanyaan kemudian kenapa pernyataan ini baru dilontarkan ketika ada pembantaian Cebongan dan tidak sedari awal pembantaian terjadi. Kedua, pernyataan ini ia ucapkan dalam dalam acara silaturahmi antara TNI dengan komponen masyarakat untuk memperkuat ketahanan nasional pada hari Rabu tanggal 17 April 2013 di Makorem. Pertemuan ini dihadiri Kapolda DIY yang baru, Brigjen Pol Haka Astana, Lanud Adisutjipto, Ketua PWI Yogyakarta, Kapolres, Dandim se- DIY, mahasiswa, ormas-ormas, dan, KR menuliskan, lainnya. Silaturahmi adalah cara yang lazim untuk mempertahankan bukan membangun saja hubungan. Mudah ditebak dalam pertemuan ini menegaskan ulang kemanunggalan TNI dengan rakyat. Baik dari pihak TNI maupun Polda meminta dukungan masyarakat untuk mempertahankan NKRI, mempertahankan suatu konsep politis yang sifatnya diberikan dari atas ke bawah. Strategi ketahanan nasional ini dengan sendirinya menafikan sebagian anggota bangsa, dalam konteks ini preman, dengan menciptakan suatu negara. Kemanunggalan TNI dengan rakyat, juga dengan polisi, juga ditegaskan ulang pada acara mubeng beteng berjalan mengelilingi benteng kraton. Pada acara rapat persiapan mubeng beteng tertanggal 24 April 2013, Widihasto menuliskan di dalam halaman facebook-nya bahwa acara mubeng beteng akan dilepas oleh Sultan, Danrem, dan Kapolda. Menarik bahwa dalam acara mubeng beteng ini Sultan HB X kembali angkat bicara, Sultan mengatakan, kegiatan tersebut menunjukkan situasi keamanan di DIY kondusif dengan bersatunya rakyat, TNI dan Polri. Keberangkatan personel TNI-Polri untuk menjalankan tugas negara mendapatkan restu dari masyarakat DIY. Mereka TNI-Polri kan bagian dari masyarakat juga. Jati diri TNI kan dari, oleh dan untuk rakyat, kata Sultan. 190 Dukungan terhadap para anggota Kopassus ini terus berlanjut hingga persidangan dilakukan. Gubernur DIY Sultan HB X sendiri mengambil sikap yang ambigu dengan tidak mempermasalahkan adanya dukung tidak mendukung dari sekelompok masyarakat. 191 Pada hari yang sama, KR juga menerbitkan artikel dengan seorang sosiolog UNY, Sugeng Bayu Wahyono MSi. Tidak jauh berbeda dengan Sultan, ia juga mengambil sikap ambigu, Banyak dukungan terhadap aksi pemberantasan premanisme dengan pendekatan militerisme tersebut. Di sini masyarakat tidak mendukung oknum TNI-nya tetapi mereka mengapresiasi niat aparat keamanan yang ingin meringkus praktik premanisme di DIY. 192 Tentu saja sah-sah saja Sultan bersikap demikian, kalau tidak, bisa-bisa dia kehilangan pengaruh dari salah satu pihak, entah yang melakukan dukungan atau yang justru antipati terhadap pelaku pembantaian. Namun, sikap ambigu Sultan ini justru terdengar aneh saat ia memberikan sambutan dalam acara penandatanganan 190 Kedaulatan Rakyat, 29 April 2013, hal. 1 . Wujud Kemanunggalan Rakyat-TNI-Polri. Ribuan Warga DIY Mubeng Beteng Sebagai catatan, berita ini justru tidak muncul dalam Tribun Jogja. 191 Kedaulatan Rakyat, 4 Jun i , hal. . Disiapkan Teleconference Cebongan. Sultan Persilakan Mendukung 192 Ibid., 7. Memorandum of Understanding MoU antara Pemda DIY, Polda DIY, Kejati DIY, Korem 072 Pamungkas, dan Badan Intelijen negara BIN wilayah DIY di Mapolda DIY tanggal 4 Juni 2013. Sultan mengatakan bahwa kekerasan di DIY akhir-akhir ini didominasi konflik kepentingan antar ormas. Sekali konflik itu dibiarkan, dan demikian tidak ditanggapi secara konsisten, maka konflik serupa selanjutnya akan terjadi. Orang boleh menebak, cara menanggapi secara konsisten berarti sebagaimana terjadi di Lapas Cebongan, menanggapi kekerasan dengan kekerasan, kebrutalan dengan kebrutalan. Tidak sekadar mendukung, Jendral TNI Moeldoko, Panglima TNI yang baru saja menggantikan Laksamana Agus Suhartono, justru menyampaikan bahwa negara juga hadir memberi dukungan. Menurut Moeldoko, para pelaku bersikap ksatria dengan mengakui kesalahannya. Moeldoko kemudian mengkait-kaitkan bahwa para anggota Grup 2 Kopassus ini dengan tulus mengabdi kepada negara. Apakah dengan demikian membantai preman ini merupakan ketulusan pengabdian prajurit terhadap negara? Sementara itu, Ketua Paksi Katon, Muhammad Suhud, akan turut serta mengerahkan anggotanya untuk hadir. Paksi Katon ingin turut serta mewujudkan Yogyakarta yang kondusif. Pada tanggal 18 Juni 2013, sebanyak 27 prajurit Grup 2 Kandang Menjangan berziarah ke Taman Makam Pahlawan Yogyakarta. Figur pahlawan memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sejarah panjang ini memungkinkan pahlawan untuk dimitoskan, melegitimasi suatu bangsa, bahkan melegitimasi kekuasaan. Pada masa Soekarno, pahlawan merupakan mereka yang turut berjuang pada masa revolusi 1945. Soeharto, yang menjadi presiden menggantikan Soekarno, memperluas jangkauannya dengan membawa- bawa pada masa sebelum ndonesia lahir seperti Diponegoro, Pattimura atau Imam Bonjol. Pemitosan pahlawan dari berbagai daerah ini mendukung pembayangan bangsa sebagai sebuah keluarga. Namun, menarik untuk dicatat bahwa apa yang dilakukan 27 prajurit yang berziarah tersebut adalah berharap para tersangka mendapat hukuman yang ringan dan bukan berharap para tersangka dihukum secara adil. 193 Harapan ini seperti menempatkan para pahlawan sebagai sebuah kematian yang memiliki kekuatan ajaib dengan mampu mengabulkan permohonan. Widihasto menceritakan bahwa ia ketemu dengan seorang Kapten dari Grup- 2 Kandang Menjangan yang mengatakan bahwa Kopassus dididik untuk membunuh, tapi demi keselamatan lebih banyak orang. 194 Dukungan yang digagas oleh elemen masyarakat 195 mulai muncul ke wacana pada 22 Mei 2013. Harian KR mengklaim ada sekitaran 150 orang yang datang ke Denppom IVDiponegoro. Pemberangkatan 150 orang dari berbagai elemen diurusi sebuah kepanitiaan. Harian tersebut menuliskan demikian, Menurut panitia, Julius Felecianus, rombongan yang dipimpin Widihasto akan mengadakan acara ritual sekaligus membesuk 193 Kedaulatan Rakyat, 19 Juni , hal. . Bentuk Solidaritas dan Dukungan. Kopassus Ziarah ke Makam Pahlawan 194 Wawancara dengan Widihasto Wasana Putra, 11 Mei 2016. 195 Tidak diragukan lagi bahwa penggunaan istilah elemen masyarakat ini hanya sekadar domestikasi istilah ormas yang telah mendapatkan nama buruknya di hadapan masyarakat. Sebelum Sekber bergabung dalam pengorganisiran dukungan, dukungan muncul dari ormas-orams yang sudah tidak asing lagi di masa Orde Baru. 12 orang anggota Kopassus yang ditahan karena kasus Lapas Cebongan. Kami akan memberikan dukungan moral kepada mereka, kata Julius. Menurut rencana rombongan akan berkumpul di Alun-alun Utara pukul 08.00 menggunakan 8 bus. 196 Sejumlah 150 orang dari berbagai elemen tersebut di hari berikutnya oleh KR disebut sebagai ratusan warga Yogya. Apabila elemen adalah suatu lapisan atau bagian yang ada di masyarakat, maka warga mengambil bentuk yang lebih pasti, warga adalah mereka yang sudah dikenal dan menjadi anggota sebuah komunitas bernama Yogya. Istilah yang digunakan KR pun menarik, KR menulis ratusan yang berarti merentang antara seratus sampai kurang dari seribu. Pengaburan jumlah ini mengesankan bahwa banyak elemen. Elemen yang tergabung dalam warga Yogya ini terdiri dari Sekber Keistimewaan DIY, Srikandi Mataram, Paksi Katon, GP Ansor, FKPPI, Paguyuban Pedagang Kaki Lima Malioboro, Pareanom, Paguyuban Tukang Becak Malioboro dan Banser. Elemen-elemen masyarakat tersebut menggelar ritual doa bersama di halaman Denpom IV5 Semarang, Para pemimpin doa seakan-akan sudah tersegmen mewakili para pemeluk agama di DIY. KH Muhammad Jazir dari majelis Dakwah MUI Yogyakarta yang mewakili pemeluk agama Islam. Kedua adalah Julius Felicianus yang mendaku Katolik dan Kristen. Dan terakhir adalah Ki Demang Wang Safyudin dari Sunda Wiwitan yang barangkali mewakili kaum kebatinan yang di dalam laporan resmi pemerintah daerah 196 Kedaulatan Rakyat, 22 Mei , hal. . Berkas Cebongan Lengkap, Tak Ada Granat. Tersangka Bertambah Jadi Orang tidak tercatat jumlahnya, tapi ada. Menurut Julius, pertemuan sekejap itu berarti mendalam. Pertemuan ini memiliki kemiripan dengan menjenguk saudara. 197 Katanya, Kami semua terharu bertemu dalam ruangan sel khusus. Kami menyampaikan bahwa masyarakat Yogyakarta secara moril mendukung pemberantasan terhadap premanisme. Kami tidak mendukung upaya kekerasannya, namun kami akui bahwa apa yang mereka lakukan berdampak positif bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat Yogyakarta. 198 Lagi-lagi aksi balas dendam pembantaian terhadap keempat tahanan itu dipahami sebagai sebuah awal bagi tujuan lebih panjang yang dinamakan pemberantasan terhadap premanisme. Julius mengulangi lagi bahwa, sebagaimana pimpinan-pimpinan polisi, penyerangan Cebongan berdampak positif bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat Yogyakarta. Pada waktu selanjutnya, selama persidangan sampai tanggal 5 September 2013, dukungan-dukungan terhadap para terdakwa pembantaian terus mengalir dari elemen-elemen masyarakat yang berafiliasi dalam Sekber Keistimewaan. Dukungan dari elemen masyarakat ini berpotensi untuk mengalihkan kasus pembantaian ini menjadi model pemberantasan preman, meskipun sebagaimana diakui para pelaku dari Grup 2 Kopassus bahwa penyerbuan Lapas Cebongan didorong oleh rasa balas dendam terhadap Serka Heru dan Sertu Sriyono. 197 Wawancara Julius Felicianus, 19 April 2016; Muhammad Suhud, 13 Mei 2016; dan Ani Sudaryati, 16 Mei 2016. 198 Kedaulatan Rakyat, 23 Mei 2013, hal. 1 . Gudeg Yogya Untuk 12 Tersangka

E. Kelompok Pendatang yang Dituduh Preman