................................................................................................................Panduan Sukses Bendahara
BOS SMK
relevan dalam transaksi pengadaan bahan habis pakai prakikum pembelajaran di SMK pertanian.
Berdasarkan pasal 7 UU PPN dan PPnBM, tarif PPN adalah 10 yang dapat diubah menjadi paling rendah 5 dan paling inggi 15 yang perubahan tarifnya
diatur oleh pemerintah. Saat ini tarif PPN yang berlaku adalah 10. Adapun untuk pelaksaan kewajiban terkait PPN ini berbeda antara SMK Swasta dengan SMK Negeri.
5.2.1 PPN di SMK Swasta
Pelaksanaan kewajiban terkait PPN di SMK Swasta sama dengan WP umum lainnya, dimana kewajiban memungut dan menyetorkan PPN kepada negara terletak
pada pihak penjual pengusaha kena pajak, sehingga pembeli SMK Swasta cukup melakukan pembayaran kepada pengusaha kena pajak senilai barang dan jasa kena
pajak yang dibeli ditambah PPN. Namun pada prakiknya, tetap terdapat beberapa hal di lapangan yang harus diperhaikan oleh Bendahara BOS SMK Swasta agar idak
mengalami kesulitan dalam melaksanakan kewajiban dan melakukan administrasi terkait PPN, yaitu:
1. Seiap transaksi dengan pengusaha kena pajak sedapat mungkin harus dilengkapi
dengan Faktur Pajak sebagai dokumen utama dalam administrasi PPN. Dalam Faktur Pajak tercantum harga jual sebelum PPN sebagai nilai Dasar Pengenaan
Pajak DPP dan nilai PPN terutangnya sendiri. Faktur Penjualan sales invoice yang memenuhi ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER No. 24
PJ 2012 dapat dipersamakan dengan Faktur Pajak. PER No. 24 PJ 2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam
Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Pengganian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak telah disempurnakan dengan PER No. 17 PJ 2014.
2. Untuk transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak yang jumlahnya lebih dari Rp1.000.000, Bendahara BOS SMK Swasta melakukan administrasi dan pencatatan
PPN dalam Buku Pembantu Pajak berdasarkan nilai PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang diterbitkan pengusaha kena pajak sebagai pihak penjual barang
dan jasa kena pajak.
3. Jika nilai Faktur Penjualan idak memisahkan antara DPP harga jual dan PPN untuk transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak yang jumlahnya lebih dari
Rp1.000.000, maka Bendahara BOS SMK Swasta dapat menganggap bahwa nilai Faktur Penjualan tersebut belum termasuk PPN atau menganggap bahwa nilai
Faktur Penjualan tersebut sudah termasuk PPN dengan nilai PPN yang dihitung menggunakan rumus:
DPP PPN
× =
110 1
4. Jika Bendahara BOS SMK Swasta menganggap bahwa nilai dalam Faktur Penjualan
belum termasuk PPN untuk transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak
Panduan Sukses Bendahara BOS SMK
...............................................................................................................
yang jumlahnya lebih dari Rp1.000.000, maka Bendahara BOS SMK Swasta berkewajiban menyetorkan sendiri PPN sebesar 10 dari nilai dalam Faktur
Penjualan, dengan dokumen sebagai buki penyetoran PPN kepada negara berupa Surat Setoran Pajak SSP. Nilai PPN disetorkan sendiri yang tercantum dalam SSP
menjadi dasar pencatatan nilai PPN dalam Buku Pembantu Pajak. Penyetoran pajak menggunakan SSP sebagai buki setoran, saat ini dapat dilakukan setelah
terlebih dahulu membuat kode e-billing surat setoran elektronik untuk pajak.
5. Sedangkan jika Bendahara BOS SMK Swasta menganggap bahwa nilai dalam Faktur Penjualan sudah termasuk PPN untuk transaksi pembelian barang dan jasa
kena pajak yang jumlahnya lebih dari Rp1.000.000, maka nilai PPN yang dihitung dengan rumus pada poin 3 dapat langsung menjadi dasar pencatatan nilai PPN
dalam Buku Pembantu Pajak.
6. Untuk transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak yang jumlahnya idak lebih dari Rp1.000.000 dan idak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
serta untuk transaksi pembayaran atas rekening telepon, Bendahara BOS SMK Swasta idak perlu melakukan administrasi dan pencatatan PPN dalam Buku
Pembantu Pajak karena kewajiban administrasinya terkait PPN hanya terletak pada pengusaha kena pajak sebagai pihak penjual barang dan jasa kena pajak.
Hal ini untuk memberikan perlakuan administrasi PPN bagi Bendahara BOS SMK Swasta yang sama dengan Bendahara BOS SMK Negeri.
5.2.2 PPN di SMK Negeri
Pelaksanaan kewajiban terkait PPN di SMK Negeri serupa dengan di SMK Swasta kecuali bahwa Bendahara BOS SMK Negeri ditetapkan sebagai pemungut PPN,
sehingga kewajiban memungut dan menyetorkan PPN kepada negara terletak pada pihak pembeli SMK Negeri. Dalam hal ini, Bendahara BOS SMK Negeri melakukan
pembayaran kepada pengusaha kena pajak hanya senilai DPP barang dan jasa kena pajak tanpa PPN, karena PPN atas transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak
harus disetor sendiri oleh Bendahara BOS SMK Negeri kepada negara. Berikut adalah beberapa hal di lapangan yang harus diperhaikan oleh Bendahara BOS SMK Negeri
agar idak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kewajiban dan melakukan administrasi terkait PPN, yaitu:
1. Seiap transaksi dengan pengusaha kena pajak sedapat mungkin harus dilengkapi
dengan Faktur Pajak. 2. Untuk transaksi pembelian barang dan jasa kena pajak yang jumlahnya lebih dari
Rp1.000.000, Bendahara BOS SMK Negeri melakukan administrasi dan pencatatan PPN dalam Buku Pembantu Pajak berdasarkan nilai PPN yang tercantum dalam
Faktur Pajak yang diterbitkan pengusaha kena pajak sebagai pihak penjual barang dan jasa kena pajak. Selanjutnya Bendahara BOS SMK Negeri berkewajiban