35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Kondisi Perairan Estuari Pantai Timur Surabaya
Perairan estuari Muara Kali Wonorejo memiliki geomorfologi yang mengalami proses pembentukan bentang alam oleh akumulasi sedimen akrasi
dikarenakan banyaknya suplai sedimen yang terbawa aliran sungai yang bermuara di sana. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hamparan dataran lumpur yang terlihat
jika air laut surut. Sedimen adalah hamparan dataran lumpur yang ada di sekitar permukaan dekat akar nafas pohon api-api yang diambil secara acak.
Muara Kali Wonorejo memiliki vegetasi mangrove dengan ketebalan 15- 20 meter ke arah daratan dan vegetasi tumbuh lebih rapat dengan kanopi daun
yang rimbun. Substrat berupa lumpur halus dan lapisan dalam berwarna kehitaman. Sketsa Muara Kali Wonorejo ditunjukkan dalam Lampiran C.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa kerapatan pohon mangrove
≥ 1500 pohonha tergolong dalam kriteria baik, dan kerapatan pohon mangrove
≥ 1000 – 1500 pohonha tergolong dalam kriteria sedang atau jarang, sedangkan yang
termasuk dalam kriteria rusak memiliki kerapatan pohon 1000 pohonha. Berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove tersebut, maka stasiun A
didefinisikan sebagai wilayah hutan mangrove yang tergolong rusak karena memiliki kerapatan pohon 1000 pohonha, stasiun A berada pada kejauhan 4 km
dari muara kali. Stasiun B didefinisikan sebagai wilayah hutan mangrove dalam
kriteria kerusakan sedang karena memiliki kerapatan pohon ≥ 1000 – 1500
pohonha dan berada pada kejauhan 2 km dari muara kali, sedangkan stasiun C didefinisikan sebagai wilayah hutan mangrove yang tergolong kriteria baik karena
memiliki kerapatan mangrove ≥ 1500 pohonha dimana stasiun C terletak pada
Muara Kali Wonorejo. Pada tiap-tiap stasiun pengambilan sampling dilakukan pada tiga titik, dimana titik pertama, kedua, dan ketiga masing-masing berjarak 5
meter serta pengambilan sampling dilakukan secara acak. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random atau
acak dengan jarak 5 meter dimana sampling sedimen diambil disekitar akar mangrove, sedangkan akar mangrove diambil dengan cara menggali untuk
memperoleh akar yang berada dipucuk, diameter akar mangrove yang digunakan yaitu 5 cm dengan estimasi umur tumbuhan yaitu 5 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan Siaka, 2008, yang menunjukkan hasil konsentrasi rata-rata logam berat tembaga Cu pada kedalaman sedimen 0 cm permukaan
sedimen adalah 35,85 mgkg, kedalaman 10 cm sebesar 33,69 mgkg, sementara pada konsentrasi rata-rata logam berat tembaga Cu pada 20 cm adalah 32,22
mgkg, dilihat dari hasil penelitian tersebut yang menunjukkan bahwa akumulasi logam berat terbesar terdapat pada kedalaman 0 cm, maka pengambilan sampel
sedimen untuk penelitian ini hanya menggunakan kedalaman 0 cm permukaan sedimen.
IV.2. Analisis Kandungan Tembaga Cu dalam Sedimen di Perairan