METODE PENELITIAN FUNGSI MANGROVE SEBAGAI PENGENDALI PENCEMAR LOGAM BERAT.

30

BAB III METODE PENELITIAN

III.1. Kerangka Penelitian III.2. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Akar mangrove jenis api-api 2. Sedimen yang berada pada stasiun C yaitu Muara Kali Wonorejo, dan stasiun B yaitu 2 km ke arah Muara Kali Wonorejo, serta stasiun A yaitu 4 km ke arah Muara Kali Wonorejo. 3. Larutan HCl pekat 12 N 4. Larutan HNO 3 pekat 12 N Pengambilan Sampel Penentuan Lokasi Tahap Proses Destruksi Sampel Tahap Analisis Kandungan Logam Berat Tembaga Cu Analisa Hasil 5. Aquadess III.3. Peralatan Penelitian Alat yang diperlukan untuk destruksi sampel hingga menjadi larutan ekstrak adalah oven, oven furnace, blender, timbangan analitik, gelas ukur, pipet, beaker glass 100 ml, kaca arloji, corong kaca, api bunsen, labu volumetrik 25 ml, kertas saring dan botol plastik. III.4. Cara Kerja Penelitian ini dilakukan secara continue dan dikerjakan dalam dua tahap proses, yaitu tahap proses destruksi sampel dan tahap analisis kandungan logam berat tembaga Cu. III.4.1. Tahap Proses Destuksi Sampel Destruksi sampel dilakukan dengan menggunakan metode Dry Ashing menurut Van Laon 1985 dalam Rini 1999. 1. Sampel tumbuhan yang telah diambil dari lokasi pengamatan dicuci untuk menghilangkan lumpur yang melekat pada organ tumbuhan, bersama sedimen kemudian dioven pada suhu 80 o 2. Setelah kering sampel dihaluskan hingga menjadi serbuk. Sampel tumbuhan dihaluskan dengan menggunakan blender, sedangkan sampel sedimen dihaluskan dengan cara digerus C selama 48 jam untuk menghilangkan kadar kandungan air dalam sampel tetapi tidak membuat sampel hangus 3. Serbuk sampel tumbuhan dan sedimen kemudian ditimbang sebanyak 2-4 gram untuk kemudian dimasukkan ke dalam furnace oven pada suhu 450 o 4. Abu sampel kemudian didestruksi secara kimia. Abu sampel dimasukkan ke dalam beaker glass pyrex kemudian ditambahkan 15 ml HCl pekat dan 5 ml HNO3 pekat dan mulut beaker ditutup dengan kaca arloji C selama 12 jam untuk membuat sampel menjadi abu yang berwarna putih 5. Kemudian beaker glass dipanaskan di atas api bunsen selama 30 menit hingga larutan asam menguap dan mengering 6. Ke dalam beaker glass diteteskan 1 ml HNO3 pekat, kemudian beaker glass didinginkan 7. Setelah dingin ditambahkan aquadess sedikit demi sedikit dan larutan sampel dipindahkan ke dalam labu volumetrik 25 ml menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring dan ditetesi aquadess sampai volume larutan tepat 25 ml III.4.2. Tahap Analisis Kandungan Logam Berat Tembaga Cu Setelah melalui tahap proses destruksi sampel, maka larutan sampel tersebut kemudian dituangkan ke dalam botol plastik dan siap untuk dianalisis kandungan logam berat tembaga Cu. Sampel sedimen yang dianalisis sebanyak 9 sampel sedangkan sampel akar mangrove api-api sebanyak 3 sampel. III.5. Variabel Variabel yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel akar mangrove api-api dan sedimen di sekitarnya pada stasiun C di Muara Kali Wonorejo dibagi menjadi 3 tiga titik yang masing-masing berjarak 5 meter, sedimen yang berada di stasiun B dibagi menjadi 3 tiga titik, dimana masing- masing titik berjarak 5 meter, pengambilan sample diambil secara acak di sekitar akar mangrove api-api dengan kedalaman 0 cm. Pengambilan sampel sedimen pada stasiun A dibagi menjadi 3 tiga titik, dimana tiap titik masing-masing berjarak 5 meter. Sampel-sampel tersebut diambil pada hari yang sama dan pada musim kemarau di kawasan sungai Wonorejo. Penelitian ini dilakukan pada 1 September – 15 Desember 2009, pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 22 November 2009, pukul 13:00-16:00 WIB. III.6. Analisa Hasil Analisa hasil kandungan tembaga Cu dalam larutan sampel dilakukan dengan menggunakan Spectro Pharo di Laboratorium Teknik Kimia UPN “Veteran” Jatim. III.7. Perhitungan Setelah memperoleh data hasil Spectro Pharo di Laboratorium Teknik Kimia UPN “Veteran” Jatim, kemudian hasil kandungan logam berat tembaga Cu pada akar mangrove dilakukan penghitungan rata-rata kadar logam berat yang terdapat di akar, hal yang sama dilakukan pada sedimen di Muara Kali Wonorejo, daerah 2 km ke arah muara, serta 4 km ke arah muara, kemudian melakukan perbandingan terhadap ketiga daerah tersebut. Cu rata-rata stasiun A = A 1 + A 2 + A 3 3 Cu rata-rata stasiun B = B 1 + B 2 + B 3 3 Cu rata-rata stasiun C = C 1 + C 2 + C 3 3 Cu rata-rata A.M = A.M 1 + A.M 2 + A.M 3 3 Dimana : Stasiun A = 4 km ke arah Muara Kali Wonorejo Stasiun B = 2 km ke arah Muara Kali Wonorejo Stasiun C = Muara Kali Wonorejo A.M = akar mangrove 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN