Pelaksanaan Penelitian DESKRIPSI PENELITIAN

49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 28 September 2013 sampai dengan tanggal 1 November 2013. Waktu yang digunakan untuk mengambil data pada subjek penelitian ini cukup lama karena peneliti mengalami kesulitan dalam mencari subejek penelitian yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Subjek penelitian adalah mahasiswa dari berbagai usia, baik perempuan maupun laki-laki dan menjadi pengguna aktif empat jenis media komunikasi yang menjadi fokus pada penelitian ini, yaitu SMS, instant messengger, facebook, dan twitter. Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala prokrastinasi dan angket penggunaan media komunikasi secara langsung pada mahasiswa yang telah memenuhi kriteria peneliti. Skala dan angket yang disebar sekitar 110 eksemplar. Setelah dikumpulkan, 10 eksemplar tidak memenuhi kriteria sehingga tidak dipakai dan 100 eksemplar lainnya memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

B. DESKRIPSI PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 100 orang mahasiswa. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin : Tabel 5 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 24 orang 24 Perempuan 76 orang 76 Jumlah 100 100 Dalam penelitian ini juga ada deskripsi subjek penelitian bedasarkan usia mahasiswa. Mahasiswa dan mahasiswi yang bersedia menjadi subjek penelitian berkisar antara usia 18 – 24 tahun. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian bedasarkan usia : Tabel 6 Deskripsi Data Subjek Bedasarkan Usia Usia Jumlah Persentase 18 21 21 19 32 32 20 27 27 21 13 13 22 2 2 23 4 4 24 1 1 2. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data merupakan alat statistik yang menjelaskan tentang ciri-ciri suatu data yang digunakan untuk penelitian yang meliputi mean, deviasi standar, skor total terendah dan tertinggi dari masing-masing variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Adapun deskripsi data variabel ditunjukkan seperti pada tabel berikut : Tabel 7 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian N Mean Std. Dev Min Max SMS X1 100 1484,20 1930,96 2 10080 IM X2 100 2089,50 2667,84 1 10080 Facebook X3 100 428,28 689,44 2 4200 Twitter X4 100 1145,71 1642,52 3 8400 Prokrastasi Y 100 86,23 12,02 53 118 Tabel di atas menunjukan bahwa dari 100 pengguna SMS rata- rata menghabiskan waktu 1484,20 menit per minggu. Waktu minimun untuk menggunakan SMS yaitu 2 menit dan paling banyak menghabiskan 10.080 menit per minggu. Dari 100 pengguna, rata-rata waktu menggunakaninstant messenggeradalah 2089,50 menit per minggu. Pengguna minimal menggunakan instant messengger 1 menit per minggu dan paling banyak 10.080 menit perminggu. Rata-rata menggunakan facebook diperoleh 428,28 menit per minggu. Waktu minimum mengakses facebook adalah 2 menit per minggu dan waktu paling banyak dihabiskan untuk menggunakan facebook adalah 4200 menit per minggu. Pengguna twitter menghabiskan waktu rata-rata 1145,71 menit untuk menggunakan twitter selama seminggu. Jumlah paling sedikit digunakan 3 menit per minggu dan jumlah waktu paling banyak digunakan dalam seminggu adalah 8400 menit. Didalam tabel tersebut juga disertakan nilai-nilai dari standar deviasi yang didapat. Untuk hasil deskripsi media komunikasi : SMS, instan messengger, facebook dan twitter, terdapat nilai standar deviasi yang lebih besar dari pada nilai mean masing-masing media. Semakin besar nilai dari standar deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata hitung. Hal tesebut mengindikasikan bahwa nilai mean merupakan representasi buruk dari keseluruhan data. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS, ditemukan distribusi data intensitas media tidak normal. Hal ini dikarenakan banyak nilai dari masing-masing intensitas media banyak yang mendekati nol. Distribusi data menjadi miring skewness ke arah kanan.Oleh karena itu, pengelompokan data kurang bisa menggunakan cara pada distribusi data normal. Untuk pengkategorisasian data didasarkan pada nilai kuartil K1, K2, K3. Nilai K1 didapat dari nilai percentile 25, nilai K2 didapat dari nilai percentile 50, dan nilai K3 didapat dari nilai percentile 75. Dengan menggunakan SPSS untuk mencari nilai kuartil pada masing-masing skor intensitas media, maka diperoleh : 1. Untuk intensitas penggunaan media komunikasi SMS, K1 = 125, K2 = 840, dan K3 = 2100. Tabel 8 Percentile SMS N Valid 100 Missing Percentiles 25 125,00 50 840,00 75 2100,00 2. Untuk intensitas penggunaan media instant messengger diperoleh K1 = 176,25, K2 = 840,00, dan K3 = 2940,00. Tabel 9 Percentile Instant Messengger N Valid 100 Missing Percentiles 25 176,25 50 840,00 75 2940,00 3. Untuk intensitas penggunaan media facebook diperoleh K1 = 52,50, K2 = 180,00, dan K3 = 420,00. Tabel 10 Percentile Facebook N Valid 100 Missing Percentiles 25 52,50 50 180,00 75 420,00 4. Untuk intensitas penggunaan media twitter diperoleh K1 = 93,75, K2 = 570,00, dan K3 = 1635,00. Tabel 11 Percentile Twitter N Valid 100 Missing Percentiles 25 93,75 50 570,00 75 1635,00 Berdasarkan nilai kuartil yang didapat, maka dapat dibuat norma kategorisasi intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instan messengger, facebook, dan twitter yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi x K3, sedang K1 ≤ x ≤ K3, dan kurang x ≤ K1 . Berikut adalah cakupan luas interval pada 3 kategori tersebut : Tabel 12 Norma Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Instan Messengger, Facebook, Dan Twitter Normatif Rentang Nilai Kategori SMS IM Facebook Twitter x K3 X 2101 X 2101 X 2101 X 2101 Tinggi K1 ≤ x ≤ K3 125 ≤ X ≤ 2100 125 ≤ X ≤ 2100 125 ≤ X ≤ 2100 125 ≤ X ≤ 2100 Sedang x ≤ K1 X ≤ 124 X ≤ 124 X ≤ 124 X ≤ 124 Rendah Berdasarkan norma diatas, maka diperoleh kategori respon subjek sebagai berikut : 1. Kategori skor intensitas penggunaan media komunikasi : SMS Tabel 13 Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS Skor Jumlah Subjek Kategori X 2101 125 ≤ X ≤ 2100 X ≤ 124 20 55 25 Tinggi Sedang Rendah Total 100 Subjek penelitian diatas berjumlah 100 orang, 25 orang masuk dalam kategori intensitas menggunakan media SMS rendah kurang dari 125 menit dalam seminggu, 55 orang berada dalam intensitas sedang 125 hingga 2100 menit dalam seminggu dan sisanya 25 orang termasuk dalam kategori intensitas penggunaan media SMS tinggi lebih dari 2100 menit dalam seminggu. 2. Kategori skor intensitas penggunaan media komunikasi : instant messengger Tabel 14 Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Instant Messengger Skor Jumlah Subjek Kategori X 2941 176,25 ≤ X ≤ 2940 X ≤ 176,24 24 51 25 Tinggi Sedang Rendah Total 100 Subjek penelitian diatas berjumlah 100 orang, 25 orang masuk dalam kategori intensitas menggunakan media instant messengger rendah kurang dari 176 menit dalam seminggu, 51 orang berada dalam intensitas sedang 176 hingga 2940 menit dalam seminggu dan sisanya 24 orang termasuk dalam kategori intensitas penggunaan media instant messengger tinggi lebih dari 2940 menit dalam seminggu. 3. Kategori skor intensitas penggunaan media komunikasi : facebook Tabel 15 Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Facebook Skor Jumlah Subjek Kategori X 421 52,5 ≤ X ≤ 420 X ≤ 52,4 22 53 25 Tinggi Sedang Rendah Total 100 Subjek penelitian diatas berjumlah 100 orang, 25 orang masuk dalam kategori intensitas menggunakan media facebookrendah kurang dari 52 menit dalam seminggu, 53 orang berada dalam intensitas sedang 52 hingga 420 menit dalam seminggu dan sisanya 22 orang termasuk dalam kategori intensitas penggunaan mediafacebook tinggi lebih dari 420 menit dalam seminggu. 4. Kategori skor intensitas penggunaan media komunikasi : twitter Tabel 16 Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Twitter Skor Jumlah Subjek Kategori X 1636 93,75 ≤ X ≤ 1635 X ≤ 93,74 25 50 25 Tinggi Sedang Rendah Total 100 Subjek penelitian diatas berjumlah 100 orang, 25 orang masuk dalam kategori intensitas menggunakan media twitterrendah kurang dari 93 menit dalam seminggu, 50 orang berada dalam intensitas sedang 93 hingga 1635 menit dalam seminggu dan sisanya 25 orang termasuk dalam kategori intensitas penggunaan media twitter tinggi lebih dari 1635 menit dalam seminggu. Berbeda dengan cara menganalisis hasil yang diperoleh variabel intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook,dan twitter, pada analisis deskripsi prokrastinasi akademikdapat dihitung nilai mean teoritis dan mean empiris. Mean teoritis adalah rata-rata skor skala penelitian yang didapatkan dari angka yang menjadi titik tengah dari nilai skala tersebut, sedangkan mean empiris adalah nilai tengah yang didapatkan berdasarkan skor data yang didapat dari penelitian yang dilakukan. Skala prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini berisi 37 item pertanyaan. Setiap item diberi skor 1 untuk nilai terendah dan diberikan skor 4 untuk nilai tertinggi. Rentang maksimal dan minimal dalam skala ini adalah 4 x 37 = 148 sampai dengan 1 x 37 = 37. Luas jarak sebaran 148-37 = 111. Dari hasil tersebut didapat standar deviasi teoretik, yaitu 111 6 = 18,5.Mean teoritik didapatdari , yaitu = 92,5. Hasil analisis deskriptif prokrastinasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 17 Analisis Deskriptif Prokrastinasi Akademik Statistik Skor Teoritik Skor Empirik N 100 100 Skor Maksimum 148 118 Skor Minimum 37 53 Mean 92,5 86,23 SD 18,5 12,02 Mean empiris yang diperoleh untuk skala prokrastinasi akademik sebesar 86,23 dan mean teoritiknya sebesar 92,5. Nilai mean empiris prokrastinasi akademik lebih kecil dari mean teoritik, maka tingkat prokrastinasi akademik subjek rendah. Data yang diperoleh kemudian akan dikelompokan untuk mengetahui jumlah subjek pada masing-masing kategori. Penggunaan kategori memiliki tujuan untuk klasifikasi subjek kedalam kelompok- kelompok menurut suatu kontimum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori, yaitu: rendah,sedang, dan tinggi. Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18 Norma Kategori Skor Skala Skor Kategorisasi X μt-1σ μt-1σ ≤ X μt+1σ X ≥ μt+1σ Rendah Sedang Tinggi Ket : μt = mean teoritis ; σ = standar deviasi Berdasarkan norma diatas, maka diperoleh kategori subjek sebagai berikut: Tabel 19 Kategori Skor Subjek Pada Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Skor Jumlah Subjek Prosentase Kategori X 74 74 ≤ X 111 X ≥ 111 15 82 3 15 82 3 Rendah Sedang Tinggi Total 100 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 15 mahasiswa 15 memiliki tingkat prokrastinasi rendah, 82 mahasiswa 82 dalam kategori sedang, dan 3 mahasiswa 3 pada kategori prokrastinasi tinggi. Dari keseluruhan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi subjek memiliki tingkat prokrastinasi akademik dalam kategori sedang. C. ANALISIS DATA 1. UJI ASUMSI 1.1. Uji Normalitas Model regresi yang baik itu sebaran atau distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam uji asumsi normalitas pada model regresi yang akan diuji adalah sebaran residu atau eror bukan sebaran variabel dependen Santoso, 2010. Untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data maka digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada alpha sebesar 5. Jika nilai signifikasi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 berarti data normal. Tabel 20 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 100 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 11,86463443 Most Extreme Differences Absolute ,052 Positive ,030 Negative -,052 Kolmogorov-Smirnov Z ,521 Asymp. Sig. 2-tailed ,949 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Dari hasil tabel diatas, Asymp. Sig. 2-tailed didapat 0,949. Menurut Santoso 2010, jika nilai Asymp. Sig. 2-tailed lebih besar dari α= 0,05 maka kesimpulan yang diambil adalah hipotesis nol gagal ditolak. Dengan α = 0,05maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima 0,9490,05, yang berarti data yang diuji memiliki distribusi yang tidak berbeda dari data normal, atau dengan kata lain data yang diuji memiliki distribusi normal 1.2. Uji Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variansnya tidak samaberbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heterokedastisitas Sunyoto, 2010. Salah satu cara untuk mendeteksi heterokedastisitas adalah menggunakan metode Park dan Glejser. Menurut Widarjono 2010, heteroskedastisitas terjadi jika variabel independen X secara statistik signifikan mempengaruhi.Sebaliknya jika variabel independen tidak signifikan mempengaruhi maka terjadi homoskedastisitas.Berikut tampilan hasil uji heterokedastisitas menggunakan metode Park dan Glejser : Tabel 21 Uji Park Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 3,004 ,450 6,670 ,000 LN_X1 ,112 ,127 ,093 ,880 ,381 LN_X2 ,157 ,120 ,141 1,307 ,195 LN_X3 ,039 ,148 ,030 ,266 ,791 LN_X4 -,003 ,127 -,002 -,023 ,982 a. Dependent Variable: LNRES2 Tabel diatas merupakan uji Heteroskedastisitas dengan metode park dimana LNRES2, LN_X1, LN_X2, LN_X3 dan LN_X4 merupakan logaritma natural residual kuadrat, logaritma natural SMS, logaritma natural instan messengger, logaritma natural facebook, dan logaritma natural twitter.LN_X1, LN_X2, LN_X3 dan LN_X4 secara statistik tidak signifikan pada α = 5 lihat kolom sig. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Tabel 22 Uji Glejser Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 7,899 1,187 6,653 ,000 SMS ,033 ,023 ,146 1,424 ,158 I M ,008 ,019 ,052 ,442 ,660 Facebook ,006 ,065 ,010 ,094 ,925 Twitter ,017 ,031 ,065 ,561 ,576 a. Dependent Variable: ABRES Uji dengan metode Glejser ditampilkan pada tabel diatas. Dalam metode ini, apabila nilai Sig. kolom sig. pada tabel dari nilai α, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil dari tabel menunjukan bahwa dalam regresi ini tidak terjadi gejala heterodastisitas. Dari kedua hasil tabel diatas disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada persamaan regresi tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya nilai sig. variabel dari kedua metode tersebut yang di bawah 0,05. 1.3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas atau dikatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Deteksi multikolinearitas dengan melihat tolerance dan variance inflation factorVIF. Menurut Widarjono 2010, jika nilai VIF melebihi angka 10 maka bisa disimpulkan ada multikolinearitas. Untuk nilai tolerance, semakin mendekati angka 0 maka diduga ada multikolinearitas.Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 23 Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant SMS ,970 1,031 I M ,744 1,344 Facebook ,947 1,056 Twitter ,756 1,323 a. Dependent Variable: Prokrastinasi Dilihat dari hasilnya, nilai pada kolom VIF kurang dari angka 10, maka variabel-variabel yang ada tidak memiliki masalah multikolinearitas. Nilai pada kolom tolerance pada tiap variabel juga tidak ada yang mendekati angka 0. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. 1.4. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik karena tidak layak dipakai prediksi Sunyoto, 2010. Untuk melihat ada masalah autokorelasi atau tidak akan digunakan metode Durbin-Watson. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dengan menggunakan gambar 1. Dari gambar tersebut secara tepat bisa kita ketahui jika nilai d mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya jika nilai d mendekatai 0 atau mendekati 4 maka diduga ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif. Gambar 1 Statistik Durbin-Watson Autokorelasi Positif Ragu-ragu Tidak ada autokorelasi Ragu-ragu Autokorelasi negatif 0 d L d U 2 4-d U 4-d L 4 Hasil uji Durbin-Watson dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 24 Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 1,778 Hasil tabel didapat nilai Durbin-Watson DW sebesar 1,778. Dengan menggunakan derajat kepercayaan 5, sampel n sebanyak 100, variabel penjelas k = 4, maka didapat nilai d L dan d U sebesar 1,592 dan 1,758. Nilai DW berada diantara nilai d U sampai dengan 4-d U 1,7581,7782,242 maka bisa disimpulkan bahwa tidak ada masalah autokorelasi lihat Gambar 1. 2. UJI HIPOTESIS 2.1. Analisis Regresi berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji adanya hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dari hasil regresi dengan menggunakan program SPSS, maka didapatkan koefisien regresi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 25 Hasil Uji Regresi Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 84,084 1,985 42,361 ,000 SMS ,018 ,038 ,047 ,457 ,649 I M ,025 ,032 ,094 ,798 ,427 Facebook ,019 ,109 ,018 ,173 ,863 Twitter ,036 ,051 ,083 ,712 ,478 a. Dependent Variable: Prokrastinasi Berdasarkan pada tabel diatas, maka didapatkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Ŷ = 84,084 + 0,018X 1 + 0,025X 2 + 0,019X 3 + 0,036X 4 Hasil persamaan regresi berganda di atas adalah positif. Artinya bahwa hubungan intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitterterhadap prokrastinasi akademik mahasiswa adalah positif searah. Hal ini menjelaskan apabila terjadi peningkatan Intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitter,maka prokrastinasi akademik mahasiswa juga semakin meningkat. 2.2. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi R² dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas SMS, IM, facebook dan twitter akan diikuti oleh variabel terikat prokrastinasi pada proporsi yang sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R Square R 2 . Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent Ghozali, 2005. Nilai yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai R 2 karena nilai ini dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan ke dalam model yang diuji. Nilai R 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,161 a ,026 -,015 12,11184 Nilai R 2 koefisien determinasi dalam tabel adalah sebesar 0,026. Artinya variasi prokrastinasi akademik dijelaskan oleh intensitas penggunaan media komunikasi SMS, instant messengger, facebook dan twitter sebesar 2,6 sisanya sebesar 97,4 dijelaskan oleh variabel lain. 2.3.Uji Signifikasi Simultan Uji F Uji signifikasi stimultan digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent, apakah variabel SMS X 1 , instant messengger X 2 , facebook X3, dan twitterX 4 benar-benar berpengaruh secara simultan bersama-sama terhadap variabel dependen Y Prokrastinasi. Tabel 27 Hasil Uji Signifikasi Simultan Uji F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 371,525 4 92,881 ,633 ,640 a Residual 13936,185 95 146,697 Total 14307,710 99 a. Predictors: Constant, Twitter, SMS, Facebook, I M b. Dependent Variable: Prokrastinasi Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F hitung sebesar 0,633 dengan angka signifikansi P value sebesar 0,640. Dengan tingkat signifikasi 95, maka nilai P sebesar 0,640 0,05. Artinya, secara bersama-sama variabel intensitas penggunaan SMS, instan messengger,facebook, dan twittertidak berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa atau H diterima. 2.4. Uji Signifikasi Parameter Individual uji statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2005. Berikut adalah tabel hasil uji signifikasi parameter individual atau uji t : Tabel 28 Uji Signifikasi Parameter Individual Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 84,084 1,985 42,361 ,000 SMS ,018 ,038 ,047 ,457 ,649 I M ,025 ,032 ,094 ,798 ,427 Facebook ,019 ,109 ,018 ,173 ,863 Twitter ,036 ,051 ,083 ,712 ,478 a. Dependent Variable: Prokrastinasi Untuk melihat apakah secara individu variabel-variabel independen berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa, maka dilihat nilai probabilitasnya atau significance kolom 6. Semua variabel intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitter menggunakan α = 5, sehingga jika dilihat dari tabel maka variabel intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitter secara individu tidak secara signifikan berpengaruh terhadap variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Hal ini dikarena nilai p probabilitas tiap variabel lebih besar dari nilai α maka kita menerima hipotesis nol H . D. PEMBAHASAN Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan bahwa tidak ada pengaruh antara intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook, dan twitter sebagai variabel independen terhadap variabel prokrastinasi akademik sebagai variabel dependen. Variabel intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook, dan twitterdapat menerangkan variabel prokrastinasi akademik sebesar 2,6. Walaupun dapat memberikan pengaruh sebesar 2,6, akan tetapi penelitian ini tidak dapat mengeneralisasikan populasi karena uji F pada penelitian ini menyatakan bahwa penelitian ini tidak signifikan. Dengan nilai Sig. sebesar 0,64 dan nilai α = 5, penelitian ini dinyatakan menerima H atau dengan kata lain variabel intensitas penggunaan SMS, instan messengger, facebook, dan twittertidak berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Penelitian ini menunjukan bahwa secara bersama-sama intensitas penggunaan SMS, instan messengger, facebook, dan twitter tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik. Hal inimenunjukan jika intensitas penggunaan media komunikasi masa kini kurang memiliki peran yang menyebabkan seorang mahasiswa akan menjadi prokrastinator. Hal ini didukung bahwa secara masing-masing variabel bebas juga dilakukan perhitungan dan ditemukan masing-masing media yang dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu, SMS, instant messengger, facebook, dan twitter juga tidak berpengaruh pada prokrastinasi akademik mahasiswa yang diuji. Uji T sebagai cara melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.Dipenelitian ini telah dijelaskan secara konkrit bahwa memang tidak ditemukan pengaruh yang signifikan secara individual. Taraf signifikasi yang digunakan adalah 5 untuk tiap masing-masing skor atau nilai sig. variabel, dimana nilai sig. SMS = 0,649, IM = 0,427, facebook = 0,863, dan twitter = 0,478. Jika nilai sig. variabel trsbt kurang dari nilai α, maka dianggap signifikan atau ada pengaruh secara individu. Dengan hasil uji T ini, maka jelas bahwa memang secara individual variabel independen tidak dapat menerangkan variabel dependen. Variabel independen terbukti memiliki pengaruh yang kecil dan tidak signifikan terhadap variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Hal ini diasumsikan bahwa mahasiswa dapat mengatur waktu menggunakan media komunikasi dengan tepat. Keadaan tersebut berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengontrol dirinya sendiri. Menurut Goldfried dan Marbaum dalam Lazarus, 1976, kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai mahasiswa yang tugas utamanya adalah belajarkuliah, mahasiswa dengan kontrol diri yang tinggi akan dapat mengatur perilaku mereka untuk fokus dalam belajar. Jika kontrol diri mahasiswa rendah maka tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilakunya sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, dan diasumsikan banyak menunda-nunda prokrastinasi. Dengan hasil penelitian ini, yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook dan twitter terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa, dimana angka pengaruhnya kecil 2,6, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa dapat mengontrol waktu yang dimiliki untuk tidak menggunakan SMS, instant messengger, facebook dan twitter secara berlebihan dan dapat mengarahkan perilakunya untuk belajarkuliah. Secara empiris, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu penelitian tidak signifikan, salah satunya data penelitian tidak berhasil membuktikan hipotesis. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak bisa menggeneralisasikan populasi karena data penelitian yang mungkin kurang bagus. Subjek yang digunakan adalah mahasiswa yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti menemukan bahwa subjek yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini menggunakan media komunikasi kurang lebih hanya 24 jam per minggu. Ini menunjukan bahwa data penelitian tidak memiliki intensitas yang tinggi dalam menggunakan media komunikasinya. Dengan demikian, kesalahan dalam penelitian inikarena data penelitian yang tidak dapat menjelaskan variabel prokrastinasi sesuai dengan hipotesis. Berdasarkan tampilan grafik histogram yang didapat juga menjelaskan bagaimana data penelitian menunjukan mahasiswa yang menjadi subjek tidak memiliki intensitas yang tinggi dalam menggunakan media komunikasinya. Berikut adalah penjelasan beserta tampilan histogram persebaran intensitas penggunaan tiap-tiap media komunikasi yang didapat : 1. Poin ini akan menjelaskan bagaimana intensitas penggunaan media komunikasi : SMS di kalangan mahasiswa. Berikut tabelnya : Tabel 29 Histogram Persebaran Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS Ket : Frekuensi = tingkat kekerapan pengguna ; Intentitas_sms= skor total intensitas pengguna media SMS Dari tabel diatas menunjukan bahwa penggunaan media komunikasi SMS terlihat miring kearah kanan, dimana jika terjadi kemiringan seperti itu dapat dikatakan bahwa kondisi distribusi data intensitas penggunaan SMS tidak terlihat normal. Skor total SMS terlihat memiliki frekuensi yang tinggi pada bagian kanan histogram dikarenakan banyak mahasiswa menggunakan media SMS dengan waktu penggunaan yang sedikit. 2. Poin ini akan menjelaskan bagaimana intensitas penggunaan media komunikasi : instant messengger IM di kalangan mahasiswa. Berikut tabelnya : Tabel 30 Histogram Persebaran Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Instant Messengger Ket : Frekuensi = tingkat kekerapan pengguna ; Intensitas_im= skor total intensitas pengguna media instant messengger Dari tabel diatas menunjukan bahwa penggunaan media komunikasi instant messengger terlihat miring kearah kanan, dimana jika terjadi kemiringan seperti itu dapat dikatakan bahwa kondisi distribusi data intensitas penggunaan instant messengger tidak terlihat normal. Skor total instant messengger terlihat memiliki frekuensi yang tinggi pada bagian kanan histogram dikarenakan banyak mahasiswa menggunakan media instant messengger dengan waktu penggunaan yang sedikit. 3. Poin ini akan menjelaskan bagaimana intensitas penggunaan media komunikasi : Facebook di kalangan mahasiswa. Berikut tabelnya : Tabel 31 Histogram Persebaran Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Facebook Ket : Frekuensi = tingkat kekerapan pengguna ; Intensitas_facebook = skor total intensitas pengguna media facebook Dari tabel diatas menunjukan bahwa penggunaan media komunikasi facebook terlihat miring kearah kanan, dimana jika terjadi kemiringan seperti itu dapat dikatakan bahwa kondisi distribusi data intensitas penggunaan facebook tidak terlihat normal. Skor total facebook terlihat memiliki frekuensi yang tinggi pada bagian kanan histogram dikarenakan banyak mahasiswa menggunakan media facebook dengan waktu penggunaan yang sedikit. 4. Poin ini akan menjelaskan bagaimana intensitas penggunaan media komunikasi : Twitter di kalangan mahasiswa. Berikut tabelnya : Tabel 20 Histogram Persebaran Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Twitter Ket : Frekuensi = tingkat kekerapan pengguna ; Intensitas_twitter = skor total intensitas pengguna media twitter Dari tabel diatas menunjukan bahwa penggunaan media komunikasi twitter terlihat miring kearah kanan, dimana jika terjadi kemiringan seperti itu dapat dikatakan bahwa kondisi distribusi data intensitas penggunaan twitter tidak terlihat normal. Skor total twitter terlihat memiliki frekuensi yang tinggi pada bagian kanan histogram dikarenakan banyak mahasiswa menggunakan media twitter dengan waktu penggunaan yang sedikit. Dengan melihat tingkat intensitas masing-masing media komunikasi yang digunakan dapat dijelaskan bahwa data penelitian yang ditemukan tidak menunjukan intensitas yang tinggi. Oleh karena hal tersebut dan hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang kecil, yaitu sebesar 2,6 serta tidak signifikannya penelitian ini maka penelitian ini gagal memenuhi hipotesis, dimana hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan SMS,instant messengger, facebook dan twitter dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. 79 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN