12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Intensitas Penggunaan Media Komunikasi 1. Media Komunikasi
Salah satu indikasi manusia sebagai makhluk sosial, adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Menurut Effendy 1981, Istilah
komunikasi communication berasal dari perkataan Latin communis, yang berarti sama common. Jika kita melakukan komunikasi, kita
sedang berusaha mengadakan kesamaan comonnes dengan orang lain. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi. Suranto 2011 mendefinisikan komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi sebagai proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan sender dengan penerima receiver baik
secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung primer apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi
dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung sekunder dicirikan oleh adanya penggunaan
media tertentu. Dari kenyataan sehari-hari, komunikasi yang dilakukan ada yang
dapat dilangsungkan tanpa menggunakan alat bantu dan ada pula yang harus dilangsungkan dengan menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut
yang dinamakan media komunikasi atau sarana komunikasi, yaitu berupa
suatu alat atau seperangkat alat yang dapat digunakan untuk menunjang kelancaran proses komunikasi Barata, 2003.
Penggunan media tertentu dalam suatu komunikasi menjadi salah satu komponen komunikasi interpersonal. Suranto 2011 menyebutkan
ada 9 komponen dalam suatu proses komunikasi, yaitu komunikator, encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon, gangguan, dan
konteks komunikasi. Kata saluran yang menjadi salah satu komponen dalam komunikasi interpersonal merujuk pada penggunaan suatu media
untuk menyampaikan pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.
Dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi seseorang tidak harus berkomunikasi
secara face to face sebagai syarat efektifnya komunikasi antarpribadi. Media komunikasi dapat menjembatani bagi efektifnya komunikasi antarpribadi
seseorang
Dalam perkembangannya, bentuk media komunikasi berubah seiring dengan kebutuhan pengguna media tersebut. Isi pesan dalam
media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi
menurut Kadir dan Triwahyuni 2003 mencakup telepon, radio, dan televisi. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat
antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat
elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu intercom, konferensi telepon,
surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film,
videotape, videodisk, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sitem informasi digital.
Penggunaan media komunikasi di era globalisasi saat ini membuat komunikasi pada situasi dan kondisi tertentu menjadi efisien dan
memberikan latar belakang yang penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak muda, terhitung pada sebagian besar waktu
mereka Pempek et al., 2009. Oleh karena itu, media komunikasi menjadi suatu hal yang penting bagi para remaja. Seiring perkembangannya, jenis
media teknologi komunikasi yang sudah ada menjadi beragam dan dapat memenuhi kebutuhan komunikasi yang lengkap, mudah, dan murah.
Dalam penelitian ini, media komunikasi yang menjadi fokus akan dibatasi pada media SMS, instant Messengger, facebook, dan twitter.
1.1. Definisi Short Message Service SMS Telepon genggam atau dikenal dengan handphone
tentunya sudah tidak asing lagi di zaman ini. Salah satu fitur handphone yang sering digunakan oleh penggunanya adalah
fitur pesan singkat atau Short Message Service SMS. SMS Short message service adalah layanan langsung dalam dua
arah yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan direkam oleh pengelola ponsel.
Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell
broadcast guna
mengirim berita-berita
terbaru dan
pemberitahuan penting penting lain yang bersifat massal Fiati, 2005. Penggunaan media komunikasi jenis ini
membuat penyampain pesan menjadi lebih lugas. Hal ini membuat orang yang pemalu sekalipun tidak menemukan
kegamangan dalam mengutarakan pendapat Damar, 2010. Dari pengertian tersebut, diambil kesimpulan bahwa SMS
adalah sebuah
layanan yang
dilaksanakan dengan
sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.
Pada mulanya SMS dirancang sebagai bagian daripada GSM, tetapi sekarang sudah didapatkan pada
jaringan bergerak lainnya termasuk jaringan UMTS. Sebuah pesan SMS maksimal terdiri dari 140 bytes, dengan kata lain
sebuah pesan bisa memuat 140 karakter 8-bit, 160 karakter 7- bit atau 70 karakter 16-bit untuk bahasa Jepang, bahasa
Mandarin danbahasa
KoreayangmemakaiHanziAksaraKanjiHanja.Selain 140
bytes ini ada data-data lain yang termasuk. Adapula beberapa metode untuk mengirim pesan yang lebih dari 140 bytes,
tetapi seorang pengguna harus membayar lebih dari sekali.
1.2. Definisi Instant Messengger Pesan instan merupakan salah satu bentuk kemajuan
dari teknologi komunikasi yang populer saat ini. Aplikasi perangkat lunak instant messengger atau pesan instan
memungkinkan orang untuk memiliki percakapan pribadi secara langsung berbentuk pesan yang diketik dan
pengiriman pesannya berbasis di internet Boneva, 2006. Dari hasil survei Pew Internet Project Report Boneva, 2006
pesan instan telah menjadi salah satu aplikasi yang paling populer dari internet, mendorong orang-orang untuk ingin
tetap terhubung ke internet untuk jumlah waktu yang lama agar dapat melakukan percakapan melalui pesan tersebut.
Pesan instan diciptakan berawal dari fasilitas e-mail yang dirasa kurang bisa mencakup kebutuhan berkomunikasi
secara cepat. Kebutuhan mengirimkan pesan secara langsung inilah yang memunculkan program chat, dimana awalnya
hanya bisa menghubungkan satu orang pengguna dengan satu orang pengguna lainnya saja. Seiring dengan perkembangan
teknologi, media komunikasi ini dapat membuat banyak pengguna dapat berkomunikasi dalam satu kelompok obrolan
grup chat. Penggunaan pesan instan kemudian berkembang lagi dari hanya bisa diakses dengan komputer menjadi bisa
diakses dimobile phone dan smartphone sehingga dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
1.3. Definisi Facebook Menurut Ardhana dalam Sinaga, 2010, facebook
adalah suatu website yang bergerak di bidang social netwok service yang memungkinkan seseorang untuk menemukan
teman lama, teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah dan daerah
untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan ataupun komentar. Facebook.com dibuat
sejak tahun 2004 untuk menfasilitasi interaksi sosial secara ekslusif dikalangan mahasiswa Pempek et al.,2009. Situs
jejaring sosial ini sekarang termasuk lebih dari 49 juta pengguna dan tersedia untuk digunakan oleh siapa saja
dengan alamat email yang valid. Facebookmembuat setiap pengguna untuk mengurus
suatu ”profile”, dimana itu adalah sebuah webpage yang
berisikan informasi dasar seperti tahun kelulusan dan asal daerah, layaknya informasi pribadi, seperti nama pengguna
dan apakah penggunanya masih “single”lajang atau sudah
memiliki pasangan status hubungan. Pengguna juga bisa menginformasikan kepada pengguna lainnya mengenai apa
yang sedang dilakukan dengan cara mengubah yang muncul
dibagian atas profile. Fitur lainnya dalam facebook adalah pengguna dapat mengunggah foto digital kedalam album foto
virtual. Facebook menawarkan beberapa pilihan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya, misalnya dengan
mengirimkan “private
message”, serupa
dengan mengirimkan email. Komunikasi juga bisa dilakukan dalam
sebuah grup, dimana pengguna facebook dapat membuatnya dan bergabung didalam grup tersebut.
1.4. Definisi Twitter Twitter adalah informasi real-time jaringan yang
menghubungkan pengguna ke cerita terbaru, ide-ide, pendapat dan berita tentang apa yang pengguna temukan
www.twitter.com. Twitter juga merupakan suatu alat microblogging populer yang berkembang dari peluncurannya
pada bulan Oktober 2006. Microblogging adalah sebuah format baru dalam berkomunikasi dimana pengguna dapat
mendeskripsikan status mereka dalam suatu post pendek melalui pesan instan instant messengger, telepon genggam,
e-mail, atau web. Dewasa ini, microblogging digunakan banyak orang untuk membicarakan mengenai aktivitas
keseharian penggunannya dan untuk mencari atau berbagi informasi.
Dalam dunia twitter, suatu “twit” yang di-update atau
kirim dibuat secara singkat untuk menggambarkan status seseorang dalam batas 140 karakter. Topik berkisar dari
kehidupan sehari-hari sampai ke peristiwa terkini, cerita- cerita baru, dan hal-hal menarik lainnya. Pengguna atau
anggota dapat memilih untuk membuat update mereka dapat dilihat oleh public atau hanya untuk teman-teman pengguna
Java, Song, Finin, Tseng,2007. Jika profil pengguna dibuat public, twitt pengguna tersebut akan muncul pada
public timeline dalam recent update. Twitter memungkinkan pengguna, misalnya A, untuk mengikuti dalam twitter
dikenal dengan istilah “follow”update dari anggota lain
yang ditambahkan sebagai teman pengguna. Seorang individu yang bukan “teman” A tetapi mengikuti update-
nya dikenal sebagai pengikut dalam twitter dikenal dengan istilah
“followers”. 2. Intensitas penggunaan media komunikasi
Untuk melakukan suatu kegiatan, manusia memerlukan suatu dorongan dalam dirinya. Jika melakukan suatu kegiatan secara terus
menerus sering disebut sebagai suatu yang intensif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran
intensnya. Intens dapat berati sangat kuat atau tinggi. Wikipedia menerjemahkan intensitas sebagai ukuran jumlah putaran ulang per
peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Wulandari 2000 mengatakan kata intensitas merujuk pada waktu yang dihabiskan dalam
melakukan aktivitas tertentu durasi dan jumlah ulangan melakukan aktivitas tertentu dalam jangka waktu tertentu frekuensi. Kartono dan
Gulo 2003 mengartikan intensitas adalah besar atau kekuatan suatu tingkah laku. Chaplin 2000 mendefinisikan intensitas sebagai kekuatan
sebarang tingkah laku atau sebarang pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penggunaan berasal
dari kata dasar guna, yang memiliki arti sebagai manfaat atau suatu fungsi. Kata penggunaan itu sendiri memiliki makna sebagai suatu proses,
cara, perbuatan menggunakan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, intensitas penggunaan media
komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari tingkah laku dalam memanfaatkan
media SMS, instant messengger, facebook, dan twitterdimana ukuran intens dilihat dengan memperhatikan durasiwaktu yang dihabiskan untuk
menggunakan media komunikasi dalam satuan ukur jam dan jumlah ulanganfrekuensi saat menggunakan media dalam kurun waktu satu
minggu.
B. Prokrastinasi Akademik 1. Definisi Prokrastinasi
Prokrastinasi, penundaan yang tidak berguna dalam menyelesaikan suatu tugas sampai mengalami titik ketidaknyamanan, adalah masalah
yang umum dikenal Solomon dan Rothblum, 1984. Prokrastinasi mengacu pada “kapan” seseorang melakukan tugas tertentu dan
“bagaimana” seseorang menangani penjadwalan serta kepatuhan terhadap jadwal tersebut Millgram, 1988. Definisi ini berasumsi bahwa reaksi
emosi yang tidak menyenangkan pada tugas-tugas rutin mendasari kesulitan dalam memutuskan kapan harus melakukan tugas-tugas
tersebut. Asumsi lainnya adalah seseorang bisa saja memutuskan untuk melakukan tugas-tugasnya disaat-saat terakhir atau bahkan sudah sangat
terlambat untuk mengerjakannya dan ini adalah masalah kebijakan dalam mengatur bagaimana seseorang dalam menangani jadwal pengerjaan tugas
tersebut. DeSimone dalam Ferrari et al., 1995 menjelaskan bahwa kata
prokrastina si berasal dari bahasa latin “procrastinatinare”. Kata tersebut
terbagi dalam dua kata,yaitu “pro” yang berarti pendorong maju atau bergerak maju dan “crastinate” yang berarti “kepunyaan hari esok”. Bisa
disimpulkan kata “procrastinatinare” memiliki makna yaitu “menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya.” Pengertian
tersebut sama pengertian prokrastinasi menurut American College Dictionary dalam Burka dan Yuen, 1983 yaitu menangguhkan suatu
aksi, penundaan; berhenti mengerjakan sampai hari selanjutnya. Perilaku suka menunda-nunda ini mengakibatkan kesulitan dalam belajar di
sekolah atau di perkuliahan, dalam karir bahkan dalam kehidupan pribadi Beswick, 1988. Dalam perkembangannya, Millgram dalam Ferrari et
al., 1995 berpendapat bahwa prokrastinasi dianggap sebagai sebuah penyakit modern, bahwa tidak hanya kemunculannya relevan dengan
negara-negara dimana teknologi canggih dan kepatuhan jadwal penting. Berdasarkan uraian tersebut, prokrastinasi dapat dirumuskan
sebagai suatu penundaan dalam melakukan atau mengerjakan tugas secara sengaja yang mengakibatkan kesulitan bagi individu yang melakukannya.
2. Jenis-jenis Prokrastinasi Ferarri et al. 1995 membagi prokrastinasi menjadi dua bagian,
yaitu : a. Prokrastinasi Fungsional Functional Procrastination, yaitu
penundaan mengerjakan tugas untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan lengkap. Bentuk penundaan ini memiliki
pandangan bahwa suatu pekerjaan atau tugas harus dikerjakan secara sempurna meskipun dalam mengerjakannya mereka
melewati waktu yang optimal yang seharusnya dimulai, sehingga mendapatkan penyelesaian yang baik.
b. Prokrastinasi Disfungsional Disfunctional Procrastination,
yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah. Bentuk penundaan ini tidak disertai
dengan sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain. Penundaan tersebut dapat menimbulkan
masalah jika prokrastinator tidak bisa melepaskan diri dari kebiasaan tersebut.
Berdasarkan tujuan melakukan prokrastinasi, Ferarri et al.1995 membagi prokrastinasi disfungsional menjadi dua bentuk prokrastinasi,
yaitu : a. Decisional procrastination, yaitu suatu penundaan dalam
mengambil keputusan. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengindentifikasi tugas yang menyebabkan
konflik dalam diri individu dan akhirnya memutuskan untuk menunda menyelesaikan tugas.
b. Avoidance procrastination, yaitu suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Dalam hal ini, penundaan dilakukan
untuk sebagai cara untuk menghindari tugas yang dirasa kurang menyenangkan dan sulit untuk dikerjakan atau
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada dirinya.
Dalam penelitian ini, prokrastinasi dibatasi pada jenis dysfunctional
procrastination, yaitu
penundaan yangtidak
bertujuansehingga dapat berakibat negatif dan menimbulkan masalah, baik dalam kategori decisional procrastination atau avoidance
procrastinator.
3. Prokrastinasi akademik Ferarri et al.1995 membagi prokrastinasi menurut jenis tugasnya,
yaitu prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang
berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah, tugas kuliah atau tugas kursus. Sedangkan, prokrastinasi non-akademik adalah
penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, penundaan
menyapu, mencuci, dll. Rothblumdalam Rothblum, Solomon, Murakami, 1986
menyatakan bahwa prokrastinasi akademik telah didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk hampir selalu atau selalu menunda tugas-
tugas akademik, dan hampir selalu atau selalu mengalami tingkat kecemasan bermasalah terkait dengan penundaan ini. Dalam penelitian
lainnya, Solomon dan Rothblum 1984 menemukan bahwa seperempat mahasiswa diindikasikan mengalami masalah prokrastinasi pada tugas-
tugas akademik seperti menulis makalah, belajar untuk ujian, dan membaca bacaan mingguan.
Pada penelitian ini, jenis prokrastinasi yang digunakan adalah prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dimaksudkan sebagai
suatu penundaan pada tugas formal seperti tugas kuliah. Pemilihan jenis prokrastinasi akademik dikarenakan dalam penelitian ini akan berfokus
pada lingkup mahasiswa, yaitu sebagai pelaku dari yang sedang menjalani proses akademik.
4. Indikator Prokrastinasi Akademik Schouwenburg dalam Ferrari et al., 1995 mengatakan bahwa
prokrastinasi akademik sebagai perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya. Terdapat
empat indikator keprilakuan dalam prokrastinasi akademik, yaitu : a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas
yang dihadapi. Seorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang
dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi individu tersebut menunda untuk mulai mengerjakan dan
menyelesaikannya sampai tuntas. b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya
dalam mengerjakan suatu tugas. Prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan,
maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang
dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.
Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan
suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan
tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri. Ketika saatnya tiba untuk mengerjakan ternyata tidak juga melakukannya sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas dengan
baik. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan
tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
mendatangkan hiburan, seperti membaca koran, majalah, atau buku cerita lainnya, menonton, mengobrol, berjalan-jalan, mendengarkan
musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri atau indikator prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja
pada tugas yang dihadapi, kelambanan dalam mengerjakan tugas,
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang
harus dikerjakan. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik
Menurut Burka dan Yuen 1983 terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : kecemasan
terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam mengambil keputusan, pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas, kurangnya
tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu. Ketidakpastian juga dapat membuat penundaan. Zarick 2009
menjelaskan bahwa ketidakpastian menciptakan kebutuhan untuk suatu perencanaan yang matang dulu sebelum tugas dapat dimulai. Dalam
konteks akademik, ketidakpastian tentang topik penelitian apa yang dipilih atau sumber apa yang diperlukan atau berapa lama waktu belajar
yang dialokasikan dapat membuat kebanyakan siswamahasiswa yang bermaksud ingin mengerjakan berubah menjadi tidak bisa melakukan apa-
apa. Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum 1988 juga menjelaskan
beberapa penjelasan konsep alasan seseorang melakukan prokrastinasi. Ada tiga konsep, yang pertama adalah dysphoric affect. Konsep ini
menjelaskan bahwa orang akan mempelajari hal-hal yang dirasa menyenangkan bagi dirinya dan menolak untuk mengerjakan yang tidak
disenangi dengan rasa malas sampai akhir pengerjaannya. Kedua, covert
negativsm, yaitu konsep yang menjelaskan ketika kita melakukan beberapa tugas mudah itu karena kita mengganggap pengerjaan tugas
tersebut sebagai tindakan sukarela dan mengerjakan yang lainnya nanti karena kita menganggap pengerjaan tersebut menjadi suatu pemaksaan.
Prokrastinasi akan meningkat jika seseorang membenci melakukan tugas- tugas yang dianggapnya mudah. Dengan kata lain, jika kita sudah
membenci melakukannya maka kita akan merasa pengerjaan tugas itu menjadi suatu pemaksaan. Dan yang ketiga, perceived incompetence atau
merasa tidak kompeten. Perasaan ini akan mendorong kita untuk melakukan penundaan saat kita akan melakukan tugas pada tingkat yang
tidak dapat diterima oleh diri sendiri atau kepada orang lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
akademik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi pemicu munculnya perilaku prokrastinasi dan
dapat meningkatkan prokrastinasi akademik seseorang apabila berada dalam pengaruh faktor-faktor tersebut.
C. Pengaruh intensitas penggunaan media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
Komunikasi adalah suatu elemen penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut membuat manusia dapat saling berhubungan antar manusia.
Dalam proses
berkomunikasi, terdapat
beberapa komponen,yaitu
komunikator, encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon,
gangguan, dan konteks komunikasi Suranto,2011. Untuk membuat komunikasi yang efektif diperlukan cara komunikasi secara langsung agar
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas. Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah mulai menggeser cara tersebut dengan
komunikasi menggunakan media. Komunikasi menggunakan media ini awalnya hanyalah sebuah sarana
untuk berkomunikasi agar menjadi mudah dan efektif. Tanpa hadirnya teknologi dibidang komunikasi, manusia akan kesulitan untuk berkomunikasi
dengan seseorang yang berada di tempat yang berbeda. Seiring ditemukannya banyak jenis media komunikasi, manusia dapat memilih untuk menggunakan
jenis media komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Suranto 2011 mengatakan cara komunikasi interpersonal bermedia tidak langsung
pada situasi tertentu dapat saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, e-mail, surat menyurat, SMS, dan sebagainya.
Dewasa ini, mahasiswa termasuk sebagai suatu kelompok yang juga tidak terlepas dari penggunaan media komunikasi. Kebutuhan akan bertukar
informasi yang mudah dan murah menjadikan beberapa jenis media dikenal dan sering digunakan kapan dan dimana pun. Dalam penelitian ini, jenis
media komunikasi
akan dibatasi
dalam 4
jenis, yaitu
SMS, instantmessengger, facebook dan twitter. Penggunaan jenis media ini dapat
mereka akses lewat smartphone atau laptop yang terhubung dengan internet. Robert dalam Pempek et al., 2009 mengatakan bahwa media
memberikan pengaruh banyak dalam perkembangan anak muda, karena 8-18
tahun anak muda Amerika menginvestasikan sekitar 6,5 jam per hari bersama media.Sisi positif dari kehadiran teknologi tersebut memang memudahkan
manusia dalam berhubungan dengan orang lain tanpa dibatasi jarak dan waktu. Akan tetapi, asyik menggunakan media disaat mengerjakan sesuatu
yang penting, contoh sedang mengerjakan pekerjaan kita, bukan lah hal yang baik. Beberapa media dibuat secara menarik dan membuat beberapa
penggunanya tidak bisa lepas dari media tersebut, misalnya dalam facebook terdapat banyak fitur hiburan seperti minigame. Mereka akan menghabiskan
banyak waktu untuk menggunakan media tersebut. Perilaku menggunakan media komunikasi secara intens akan
cenderung membuat seseorang meninggalkan tugas-tugas yang diberikan padanya. Schouwenburg dalam Ferarri et al., 1995 menyatakan bahwa
individu memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.Perilaku
intens ini dapat dilihat dari jumlah waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media komunikasi dalam satuan ukur jam dan jumlah
ulanganfrekuensi saat menggunakan media dalam kurun waktu satu minggu.Ukuran tersebut akan menjadi patokan untuk mengetahui seberapa
intens seorang mahasiswa menggunakan media komunikasinya. Perilaku menghabiskan waktu dengan sibuk menggunakan media
komunikasi lalu menunda tugas-tugasnya itu sama halnya dengan prokrastinasi
disfungsional. Menurut
Ferarri 1995,
prokrastinasi disfungsional adalah suatu penundaan yang tidak bertujuan, dimana
penundaan ini tidak disertai dengan sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain yang berakibat tidak baik dan menimbulkan
masalah. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini akan berfokus pada prokrastinasi akademik, yaitu penundaan yang berhubungan dengan hal-hal
dibidang akademik dimana penundaan yang dilakukan tidak disertai dengan alasan yang berguna dan dapat berakibat negatif.
Solomon dan Rothblum 1984 menemukan bahwa seperempat mahasiswa diindikasikan mengalami masalah prokrastinasi pada tugas-tugas
akademik seperti menulis makalah, belajar untuk ujian, dan membaca bacaan mingguan. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi ini berawal dari banyak
penyebab sehingga mereka merasakan efek cemas, takut, dll. Jika seorang mahasiswa merasa tidak bisa melakukan pekerjaannya atau takut untuk
mengerjakan tugasnya, mereka akan merasa cemas dan akan melakukan hal lain untuk menutupi rasa cemasnya. Menurut Rothblum dalam Ferarri et al,
1995, seseorang akan melakukan prokrastinasi untuk mengurangi rasa kecemasan yang dirasa sehingga bebas dari rasa tersebut dan selanjutnya
terjadi penguatan untuk melakukan prokrastinasi secara berulang-ulang. Mahasiswa yang lebih memprioritaskan atau lebih senang berlama-
lama dengan media SMS, chat dengan teman sekelasnya menggunakan instant messengger atau mengakses twitter dan facebook dibandingkan
dengan tugas akademiknya dapat menyebabkan mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi akademik. Perilaku menghindar dari kewajiban ini
dapat membuat kesulitan lain dimasa depan mahasiswa tersebut. Perilaku ini
dapat dimulai kapan pun, misalnya lebih asyik melihat news feed di facebook daripada mengikuti perkuliahan, saat mengerjakan tugas berkelompok disore
hari dibarengi dengan melihat timeline di twitter dengan chat dengan teman sekelas menggunakan IM, atau lebih sering berbalasan SMS disaat belajar
untuk mata kuliah esok hari. Dengan tidak adanya tujuan yang jelas mengapa mahasiswa lebih memilih untuk melakukan SMS dengan teman sekelasnya,
atau berbalasan chatting, hal tersebut termasuk dalam prokrastinasi disfungsional.
Mahasiswa yang
dihadapkan dengan
tugas-tugas akademik
seharusnya dikerjakan dengan sebaik-baiknya tanpa harus menunda pekerjaannya. Akan tetapi, dengan adanya penyalahgunaan teknologi
komunikasi menyebabkan mahasiswa tidak bisa lepas dari media-media tersebut. Pengalihan kewajiban pada suatu hal yang menyenangkan akan
terjadi secara terus menerus, seperti yang dikemukakan Burka dan Yuen dalam Ferarri et al, 1995 bahwa prokrastinator akan mengalami “lingkaran
Prokrastina si”, yaitu secara berulang-ulang akan melakukan prokrastinasi
untuk mengurangi rasa cemas terhadap kewajiban akademik tersebut. Pada akhirnya,
mahasiswa yang
kerap menggunakan
waktunya untuk
menggunakan media komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain dan tidak juga memulai atau segera menyelesaikan tugas akademiknya, akan
masuk dalam lingkaran prokrastinasi.
D. Skema kerangka berfikir Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Instan
Messengger, Facebook, dan Twitter terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
MEDIA KOMUNIKASI
Facebook Instant
Messagging Short
Messagge Service
SMS
INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI :
- Durasi penggunaan media komunikasi - Frekuensi penggunaan media komunikasi
Twitter
PROKRASTINASI AKADEMIK
34
E. Hipotesis Terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan SMS,
instant messengger, facebook dan twitter terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN