Pengaruh intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, Instant Messengger, Facebook dan Twitter terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI : SMS,
INSTAN MESSAGGING, FACEBOOK DAN TWITTER TERHADAP
PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA Dionosius Ochy Kurniawan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan SMS, Instan Messengger, Facebook dan Twitter sebagai media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Sampel yang digunakan berjumlah 100 mahasiswa dan mahasiswi pengguna media komunikasi : SMS, Instan Messagging, Facebook, dan Twitter. Adapun metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala prokastinasi akademik dan angket intensitas penggunaan media komunikasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan analisisi regresi berganda. Dengan metode analisis regresi berganda dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas penggunaan media SMS, Instan Messagging, Facebook, dan Twitter tidak berpengaruh terhadap variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah 0,026 yang berarti 2,6 persen variasi dari prokastinasi akademik mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan 98,4 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Dengan nilai F hitung sebesar 0,633 dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,64>0,05, maka besaran pengaruh ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap populasi mahasiswa.
Kata kunci : Intensitas penggunaan SMS, Intensitas penggunaan Instan Messagging, Intensitas penggunaan Facebook, Intensitas penggunaan Twitter, Prokrastiansi akademik
(2)
THE EFFECT OF INTENSITY OF USE MEDIA COMMUNICATION: SMS, INSTANT MESSAGGING, FACEBOOK AND TWITTER FOR STUDENTS
ACADEMIC PROCRASTINATION Dionosius Ochy Kurniawan
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the intensity of the use of SMS , instant messaging ,
Facebook and Twitter as a medium of communication to the student’s academic procrastination.
Subjects in this study were students of the Faculty of Psychology, University of Sanata Dharma. The
samples used were 100 student user’s of communication media : SMS, Instant Messagging, Facebook, and Twitter. The sampling method using purposive sampling. Data collected by spreading academic prokastinasi scale and intensity of use of communication media poll. Data analysis methods used are quantitative analysis using multiple regression analysis. With multiple regression analysis it can be concluded that the variable intensity of media use SMS, Instant Messagging, Facebook, and Twitter
has no effect on student’s academic procrastination variable. The resulting coefficient of determination
is 0.026 which means that 2.6 percent of the variation in student’s academic procrastination can be
explained by the independent variables and 98.4 percent is explained by factors other than the study. With the calculated F value of 0.633 with a significance rate (P value) of 0.64 > 0.05 , the magnitude of this effect can not be generalized to the population of students.
Keywords : Intensity of use of SMS , intensity of use of Instant Messagging, intensity of use of Facebook , intensity of use of Twitter, Academic Procrastination.
(3)
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA
KOMUNIKASI : SMS, INSTANT MESSENGGER, FACEBOOK
DAN TWITTER TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Dionosius Ochy Kurniawan
NIM : 089114057
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA
KOMUNIKASI : SMS, INSTANT MESSENGGER, FACEBOOK
DAN TWITTER TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Dionosius Ochy Kurniawan
NIM : 089114057
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
Halaman Motto
Learn from yesterday, live from today, and hope for tommorow
-Albert Einstein-
Don’t cry because it’s over, smile because it happened
-Dr. Seuss-First they ignore you, then they laugh at you, then they fight
you, then you win
(8)
v
Dengan penuh rasa syukur,
karya ini saya persembahkan untuk
keluarga dan seluruh pihak yang terlibat
dalam pembuatan skripsi ini.
Tuhan berkati kalian semua.
(9)
(10)
vii
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA
KOMUNIKASI : SMS, INSTAN MESSENGGER, FACEBOOK
DAN TWITTER TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
MAHASISWA
Dionosius Ochy Kurniawan ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan SMS, instan messengger, facebook dan twittersebagai media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Sampel yang digunakan berjumlah 100 mahasiswa dan mahasiswi pengguna media komunikasi: SMS, instan messengger, facebook, dan twitter. Adapun metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala prokastinasi akademik dan angket intensitas penggunaan media komunikasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan analisisi regresi berganda. Dengan metode analisis regresi berganda dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas penggunaan media SMS, instan messengger, facebook, dan twitter tidak berpengaruh terhadap variabel prokrastinasi akademik mahasiswa. Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah 0,026 yang berarti 2,6 persen variasi dari prokastinasi akademik mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan 98,4 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Dengan nilai F hitung sebesar 0,633 dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,64>0,05, maka besaran pengaruh ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap populasi mahasiswa.
Kata kunci : Intensitas penggunaan SMS, Intensitas penggunaan Instan Messengger, Intensitas penggunaan Facebook, Intensitas penggunaan Twitter, Prokrastiansi akademik
(11)
viii
THE EFFECT OF INTENSITY OF USE MEDIA
COMMUNICATION: SMS, INSTANT MESSAGGING,
FACEBOOK AND TWITTER FOR STUDENTS ACADEMIC
PROCRASTINATION
Dionosius Ochy Kurniawan ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the intensity of the use of SMS , instant messaging , Facebook and Twitter as a medium of communication to the student’s academic procrastination. Subjects in this study were students of the Faculty of Psychology, University of Sanata Dharma. The samples used were 100 student user’s of communication media : SMS, Instant Messagging, Facebook, and Twitter. The sampling method using purposive sampling. Data collected by spreading academic prokastinasi scale and intensity of use of communication media poll. Data analysis methods used are quantitative analysis using multiple regression analysis. With multiple regression analysis it can be concluded that the variable intensity of media use SMS, Instant Messagging, Facebook, and Twitter has no effect on student’s academic procrastination variable. The resulting coefficient of determination is 0.026 which means that 2.6 percent of the variation in student’s academic procrastination can be explained by the independent variables and 98.4 percent is explained by factors other than the study. With the calculated F value of 0.633 with a significance rate (P value) of 0.64 > 0.05 , the magnitude of this effect can not be generalized to the population of students.
Keywords : Intensity of use of SMS , intensity of use of Instant Messagging, intensity of use of Facebook , intensity of use of Twitter, Academic Procrastination.
(12)
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Yesus Kristus atas segala berkat dan
rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Instan Messengger, Facebook dan Twitter
Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa” ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak kendala dan kesulitan dalam proses pengerjaannya. Pada kesempatan ini, penulis ingin berterimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam membimbing dan memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan juga selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan waktunya dalam proses penulisan skripsi ini.
2. Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan saya untuk menyelesaikan studi.
3. Agnes Indar E, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak sekali pengalaman, dukungan serta
(14)
xi
bimbingan selama penulis menempuh kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas bimbingan dan segala ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma : Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni, terimakasih banyak atas segala bantuan, bimbingan, dan pengalaman selama penulis berproses di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
6. Yohanes Yatno dan Christina Supriyati, bapak dan ibu hebat yang selalu percaya pada anaknya, selalu memberikan arahan dan dukungan yang tiada henti pada tiap langkah penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan karyanya ini.
7. Bernardinus Yopy Mediantoko dan Leonardus Aji Putra Adhi, adik-adik keren yang selalu memberikan tawa dan semangat untuk menyelesaikan tugas ini.
8. Antonia Radita Adi Cahyaningsih, sang kekasih yang selama hampir 5 tahun selalu mengajarkan banyak hal. Setelah semua ini, semoga hal yang baik bersama akan terus berlanjut.
9. Keluarga kedua penulis, keluarga UKF Basket Psikologi, Tim Macan dan Tim Kucing, kalian selalu menjadi penyemangat dengan tawa dan canda dan penulis dapat banyak pengalaman yang tak terlupakan. Terimakasih terutama untuk Bang Martin, Koh Onal, Koh Cinghe, Parto, Abet, Icad,
(15)
(16)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PESETUJUAN DOSEN PENDAMPING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... ... vii
ABSTRACK ... ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... .. x
DAFTAR ISI ... .. xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR TABEL... .... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... .... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... .. 1
A. Latar Belakang ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... . 10
C. Tujuan Penelitian ... .. 10
D. Manfaat Penelitian ... .. 11
1. Manfaat Teoretis ... ... 11
(17)
xiv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 12
A. Intensitas penggunaan media komunikasi ... .... 12
1. Media Komunikasi ... ... 12
1.1. Definisi SMS ... ... 14
1.2. Definisi Instant Messengger ... 16
1.3. Definisi Facebook ... 17
1.4. Definisi Twitter ... 18
2. Intensitas Penggunaan Media Komunikasi ... 19
B. Prokrastinasi akademik ... ... 21
1. Definisi Prokrastinasi ... ... 21
2. Jenis Prokrastinasi ... ... 22
3. Prokrastinasi Akademik ... ... 24
4. Indikator Prokrastinasi Akademik ... 25
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ... .... 27
C. Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Komunikasi Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa ... .... 28
D. Skema Kerangka Berfikir ... 33
E. Hipotesis ... ... 34
BAB III . METODELOGI PENELITIAN ... ... 35
A. Jenis Penelitian ... .... 35
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... .... 35
(18)
xv
D. Subjek Penelitian ... ... 37
E. Metode Pengumpulan Data ... .. 38
1. Skala Prokrastinasi Akademik ... ... 39
2. Angket Penggunaan Media SMS, Pesan Instan, Facebook dan Twitter ... ... 40
F. Validitas Dan Reliabilitas ... .. 42
1. Validitas ... ... 42
2. Seleksi Item... ... 43
3. Reliabilitas ... ... 46
G. Metode Analisis Data... .... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... 49
A. Pelaksanaan Penelitian ... ... 49
B. Deskripsi Penelitian ... ... 50
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... .... 50
2. Deskripsi Data penelitian ... . 51
C. Analisis Data ... .... 61
1. Uji Asumsi ... . 61
1.1 Uji Normalitas ... .... 61
1.2 Uji Heteroskedastisitas ... .... 62
1.3 Uji Multikolinearitas ... ... 64
1.4 Uji Autokorelasi ... . 65
2. Uji Hipotesis ... .... 66
(19)
xvi
2.2 Koefisien Determinasi ... .... 67
2.3 Uji Signifikasi Simultan ... .... 69
2.4 Uji Signifikasi Parameter Individual ... ... 69
D. Pembahasan ... .... 71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .... 79
A. Kesimpulan ... ... 79
B. Saran ... ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... ... 81
(20)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Statistik Durbin-Watson ... .. 66
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Blue print skala prokrastinasi akademik sebelum uji coba ... 40
Tabel 2. Angket penggunaan media SMS, Pesan Instan Facebook dan Twitter ... 41
Tabel 3. Distribusi item yang gugur pada skala prokrastinasi akademik setelah uji coba ... 45
Tabel 4. Distribusi item skala prokrastinasi akademik untuk penelitian ... 46
Tabel 5. Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin ... 50
Tabel 6. Deskripsi data subjek bedasarkan usia ... 50
Tabel 7. Hasil analisis deskriptif ... 51
Tabel 8. Percentile SMS... 53
Tabel 9. Percentile Instant Messengger ... 53
Tabel 10. Percentile Facebook ... 53
Tabel 11. Percentile Twitter ... 54
Tabel 12. Norma Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Instant Messengger, Facebook, dan Twitter ... 54
(21)
xviii
Tabel 13. Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi :
SMS ... 55
Tabel 14. Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Instant Messengger ... 56
Tabel 15. Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Facebook ... 57
Tabel 16. Kategori Skor Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : Twitter ... 58
Tabel 17. Analisis Deskriptif Prokrastinasi Akademik ... 59
Tabel 18. Norma Kategori Skor Skala ... 60
Tabel 19. Kategori Skor Subjek Pada Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa ... 60
Tabel 20. Uji Normalitas ... 61
Tabel 21. Uji Park ... 63
Tabel 22. Uji Glejser ... 63
Tabel 23. Uji Multikolinearitas ... 65
Tabel 24. UjiAutokorelasi ... 66
Tabel 25. Hasil Uji Regresi ... 67
Tabel 26. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 68
Tabel 27. Hasil Uji Signifikasi Simultan ... 69
Tabel 28. Uji Signifikasi Parameter Individual ... 70
Tabel 29. Histogram persebaran intensitas penggunaan media komunikasi : SMS ... 74
(22)
xix
Tabel 30. Histogram persebaran intensitas penggunaan media
komunikasi : pesan instan ... 75 Tabel 31. Histogram persebaran intensitas penggunaan media
komunikasi : Facebook ... 76 Tabel 32. Histogram persebaran intensitas penggunaan media
(23)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A
Skala Prokrastinasi Akademik dan Angket Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Pesan Instan (IM), Facebook, dan Twitter
untuk pelaksanaan uji coba ... 90
Lampiran B
Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Prokrastinasi Akademik ... 99
Lampiran C
Skala Prokrastinasi Akademik dan Angket Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Pesan Instan (IM), Facebook, dan Twitter
untuk pelaksanaan penelitian ... 105
Lampiran D
Uji Asumsi ... 112 1. Uji Normalitas ... 113 2. Uji Heteroskedastisitas ... 113 3. Uji Multikolinearitas ... 114 4. Uji Autokorelasi ... 114
Lampiran E
(24)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu penundaan adalah sebuah perilaku destruktif dimana membuat kesulitan dalam belajar, karir dan kehidupan personal. Sebagai seorang mahasiswa, penundaan dalam kegiatan belajar sering ditemui. Solomon dan Rothblum (1984) mendeskripsikan kegiatan akademik seperti persiapan dalam menghadapi ujian, pekerjaan makalah, atau kewajiban untuk hadir dikelas adalah bentuk penundaan yang dilakukan oleh pelajar. Milgram (dalam Sirin, 2011) juga menjelaskan bahwa seorang mahasiswa yang susah mengatur waktunya memiliki peluang untuk melakukan penundaan dalam kegiatan belajarnya. Contohnya seperti mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan cara sistem kebut semalam.
Mahasiswa memiliki berbagai alasan untuk menunda pengerjaan tugas-tugasnya. Sikap menunda ini dapat menjadi perilaku yang menghambat, tidak hanya persoalan tugas akademik semata, tetapi bisa menjalar dikehidupan sosial dan menyebabkan stres yang berkepanjangan. Sikap menunda-nunda suatu pekerjaan atau tugas sering dikenal dengan istilah prokrastinasi.Menurut American College Dictionary (dalam Burka&Yuen, 1983) prokrastinasi berarti "menunda suatu aksi,delay, untuk menunda sampai satu hari atau waktu." Dengan demikian, setiap kali mahasiswa atau seseorang mengerjakan sesuatu tetapi tidak mengerjakananya, berarti itu
(25)
perilaku prokrastinasi atau menunda-nunda, terlepas dari alasan penundaan tersebut.
Ferarri, Johnson dan McCown (1995) mengatakan bahwa suatu prokrastinasi dibagi kedalam dua jenis, yaitu prokrastinasi fungsional dan disfungsional. Prokrastinasi fungsional diartikan sebagai penundaan yang memiliki alasan yang kuat dan tujuan yang pasti, sedangkan prokrastinasi disfungsional memiliki arti yang berkonotasi negatif, yaitu penundaan suatu pekerjaan yang tidak memiliki tujuan atau alasan yang pasti dan mengakibatkan suatu masalah. Prokrastinasi juga dibagi menjadi dua bagian berdasarkan pembagian tugasnya, yaitu prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi akademik diartikan sebagai penundaan tugas formal yang dihubungkan dengan tugas akademik, sedangkan prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau berhubungan dengan tugas-tugas keseharian. Dalam penelitian ini, jenis prokrastinasi yang digunakan adalah prokrastinasi akademik yang disfungsional(Ferarri et al, 1995).
Dalam penelitian Ellis dan Knaus (dalam Ferrari et al., 1995) ditemukan bahwa lebih dari 70%mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) penundaan menjadi masalah yang serius bagi mahasiswa. Dalam studinya kepada 291 mahasiswa di Amerika diketahui bahwa lebih dari 40% mahasiswa sering melakukanpenundaan dalam penyelesaian tugas akademik.Dalam penelitian yang dilakukan Rizvi (1997) ditemukan sebesar 69% mahasiswa Fakultas
(26)
Psikologi UGM melakukan prokrastinasi akademik, bahkan 11% diantaranya digolongkan pada taraf berat.
Burka dan Yuen (1983) mengatakan bahwa seorang prokrastinator sadar dirinya menghadapi tugas–tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya (prioritas utama), akan tetapi dengan sengaja menunda dengan berulang–ulang, sehingga berakibat munculnya perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam dirinya. Solomon dan Rothblum (dalam Beswick, G., Rothblum, E. D., & Mann, L.,1988) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik menjadi suatu masalah dikalangan mahasiswa. Mahasiswa yang sulit berkonsentrasi akan membuatnya sulit juga untuk menyelesaikan tugas akademik. Jika seorang mahasiswa sulit memulai ataupun menyelesaikan pekerjaan akademiknya maka mahasiswa tersebut akan memulai sikap prokrastinasi.
Menurut Hardjana (1994), ada banyak alasan orang menjadi seorang prokrastinator. Alasan tersebut adalah takut gagal, takut berhasil, memberontak, kurang cakap dalam memecahkan masalah, dan sikap perfeksionistis.Karakteristik tugas juga bisa menjadi masalah seseorang terjebak dalam prokrastinasi. Jika tugas terlalu sulit, kecenderungan orang akan menunda pekerjaan atau tugas tersebut. Karakter individu, seperti kurang percaya diri, moody, dan irasional juga dapat menyebabkan seseorang menjadi prokrastinator. Seseorang akan cenderung menunda pekerjaan jika kurang percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
(27)
Schouwenburg (dalam Ferrari et al., 1995) menjelaskan bahwa salah satu penyebab prokrastinasi itu muncul adalah individu memiliki kesenangan untuk mengerjakan hal lain yang menurut dirinya lebih menarik daripada mengerjakan sesuatu yang tidak ia senangi. Salah satu contoh misalnya disaat mengerjakan tugas kuliah, mahasiswa lebih tertarik untuk mengakses facebook dan melihat timeline twitter. Dalam penelitian Sinaga (2010) menemukan ada hubungan positif antara intensitas mengakses facebookdengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran teknologi dibidang media komunikasi terkadang dapat mengalihkan perhatian kita terhadap sesuatu yang penting. Di era modern ini, sudah ada bermacam-macam teknologi komunikasi yang sudah dikenal oleh banyak orang, misalnya twitter, facebook, instant messengger,atau SMS.
Perkembangan media komunikasi saat ini semakin mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama kalangan mahasiswa. Selain mempermudah penyampaian pesan atau informasi secara efektif dan efisien secara waktu, media komunikasi berfungsi untuk menambah daya tarik informasi yang akan disampaikan sehingga semakin meningkatkan, memperbaiki dan memperbaharui taraf hidupnya seiring perkembangan peradaban yang semakin maju (Barata, 2003).Berkomunikasi tanpa dibatasi jarak adalah suatu revolusi dibidang komunikasi yang dapat manusia nikmati saat ini. Dulu komunikasi secara lisan berlangsung jarak dekat, akan tetapi saat ini teknologi melengkapi hal tersebut dengan adanya handphone atau telepon rumah yang dapat menjadi media komunikasi secara lisan yang tidak dibatasi oleh jarak.
(28)
Menurut Suranto (2011), dalam konteks komunikasi interpersonal, meskipun lebih dianjurkan melakukan komunikasi interpersonal secara langsung untuk meminimalisir risiko salah paham, namun penggunaan media dalam komunikasi interpersonal (komunikasi tidak langsung), sepertimenggunakan SMS atau jejaring sosial, dirasa tetap efisien dilihat dari situasi dan kondisi tertentu. Transformasi gaya berkomunikasi menggunakan media ini dirasa sangat berpengaruh terhadap kebutuhan berkomunikasi manusia.
Nugraha (2012) menuliskan bahwa Indonesia masuk urutan ke-4 pengguna handphone terbanyak di dunia.Jumlah handphone di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 250.100.000 buah handphone dengan jumlah penduduk mencapai 237.556.363 jiwa.Sebuah survei yang dilakukan perusahaan Aweber menemukan bahwa siswa SMA dan para mahasiswa serikat 90% adalah pengguna facebook dan 93% pengguna telepon genggam atau handphone(dalam Henson, 2012).Hal ini mengindikasikan bahwa
handphone dan kebutuhan untuk berkomunikasi online sudah dikenal baik dan menjadi suatu kebutuhan masyarakat Indonesia, bahkan di lingkup mahasiswa dan hal tersebut menjadi suatu gaya hidup.
Media komunikasi adalah wadah atau sarana yang digunakan sebagai perantara untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Suranto (2011) mengatakan cara komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, e-mail, surat menyurat, SMS, dan sebagainya. Penggunaan
(29)
media komunikasi di era globalisasi saat ini membuat komunikasi pada situasi dan kondisi tertentu menjadi efisien dan memberikan latar belakang yang penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak muda, terhitung pada sebagian besar waktu mereka (Pempek,Yermolayeva, dan Calvert, 2009)
Penggunaan pesan singkat melalui perangkat telepon genggam atau dikenal dengan istilah handphone adalah gaya berkomunikasi yang populer di era globalisasi ini. Sebuah penelitian yang dikutip dariwww.vemale.com(“remaja lebih suka komunikasi 'jempol' daripada
bicara”, 2012) mengatakan bahwa rata-rata remaja mengirim pesan tertulis sebanyak 3.417 kali dalam satu bulan, atau rata-rata 7 kali setiap satu jam. Remaja putri lebih banyak menggunakan pesan tertulis, rata-rata mereka mengirim pesan sebanyak 3.952 kali setiap bulan, sedangkan remaja putra hanya mengirim pesan tertulis sebanyak 2.815 kali dalam satu bulan.Kegiatan mengirim pesan singkat dapat memenuhi kebutuhan kita untuk berkomunikasi kepada orang lain.
Selain layanan pesan singkat atau SMS, baru-baru ini kemajuan teknologi komunikasi yang populer dikalangan masayarakat adalah pesan instan atau dikenal dengan sebuatan IM (Instant Messengger). Pesan instan adalah sebuah teknologi internet yangmemungkinkan para pengguna dalam jaringan internet untuk mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama
(30)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pesan_instan). Aplikasimessengger yang sudah banyak dikenal, yaitu seperti Blackberry Messengger, Whatsapp, Yahoo Mesengger, Gtalk, AOL, Skype, dll. Penggunaan pengirim pesan instan kemudian berkembang dari hanya bisa diakses melalui komputer menjadi dapat diakses juga melalui telepon genggam sehinggamemungkinkan para penggunanya mengakses layanan ini kapan saja dan di mana saja.
Facebook dan twitteradalah sebuah layanan jejaring sosialdan situs web yang memungkinkan terjadinya interaksi antar penggunanya dan dipergunakan untuk berkomunikasi. Facebookdan twitter menawarkan cara berkomunikasi non-tatap muka yang lebih menarik untuk penggunanya. Pengguna dapat membuat profil sebagai identitasnya di situs tersebut dan dapat dilihat oleh banyak orang. Pengguna juga bisa membuat diary online, bentuknya seperti status pada facebook dan twettpada twitter, dan memungkinkan adanya feedback atau komentar dari sesama pengguna situs tersebut. Tidak hanya disitu, pengguna bahkan bisa berbagi video, musik, foto dan notes yang bisa diunggah ke facebook atau twitter.Bagi penggunanya, bentuk media komunikasi seperti ini memberikan rasa berkomunikasi yang berbeda. Terkadang pengguna bisa menjadi pecandu situs-situs tersebut karena facebook dan twitter tidak hanya menawarkan fitur berkomunikasi tetapi dapat menghibur penggunanya melalui aplikasi yang terdapat dalam layanan komunikasi tersebut.
Kebutuhan berkomunikasi menggunakan suatu media sangatlah diperlukan. Selain dilihat dari sisi efisien, menggunakan media komunikasi
(31)
untuk berkomunikasi bisa menjadiefektif karena berkomunikasi bisa jadi sangat mudah,murah dan tanpa ada batasan jarak dalam berkomunikasi. Pada zaman sekarang Teknologi Informasi sudah masuk dalam kehidupan manusia seiring pesatnya perkembangan zaman. Robert (dalam Pempek et al., 2009) mengatakan bahwa media memberikan pengaruh banyak dalam perkembangan anak muda, karena 8-18 tahun anak muda Amerika menginvestasikan sekitar 6,5 jam per hari bersama media. Cara berkomunikasi melalui pesan singkat, instant messengger, facebook dan
twitterini menjadi trend yang diminatianak muda saat ini. Trend tersebut tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sudah menjadi media utama generasi muda saat ini untuk berkomunikasi dengan sesama atau orang lain yang lebih dewasa.
Schouwenburg (dalam Ferarri et al., 1995) menyatakan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Saat ini, berbagai media komunikasi sebagai sesuatu yang baru seharusnya bisa disikapi secara bijaksana bagi para pengguna. Segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi sebaiknya juga dipelajari dan dipahami secara mendalam agar menguntungkan dan tidak merugikan pengguna. Salah satu pengaruh media seperti SMS,email,chatting,facebook,dantwittertelah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri, membuat orang melalaikan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, membuat orang malas dan menunda pekerjaan.
Penggunaan media komunikasi tanpa disadari akan menarik diri kita untuk melupakan kewajiban yang harus dikerjakan. Prokrastinasi akademik
(32)
yang dilakukan mahasiswa dapat mempunyai dampak psikologis pada dirinya. Mahasiswa yang terbiasa dengan penundaan tugasakan merasa menyesal, memiliki perasaan bersalah, kekecewaan terhadap diri sendiri dan emosi-emosi lainnya yang berkaitan dengan dirinya sendiri (Van Eerde, 2000). Kesemua hal itu akan menyulitkan mahasiswa untuk bangkit mengerjakan pekerjaan tersebut.
Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa penggunaan media komunikasi dapat berpengaruh dalam membuat suatu perilaku prokrastinasi dikalangan mahasiswa. Dalam penelitiannya, Sinaga (2010) menemukan adanya hubungan yang positif antara intensitas mengakses facebook dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Dari hasil penelitian tersebut serta uraian
yang telah dikemukakan, timbul pertanyaan “Bagaimana dengan media
komunikasi yang lainnya yang dapat menyebabkan prokrastinasi pada mahasiswa? dan bagaimana pengaruhnya media komunikasi tersebut dengan
prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa?” Hal tersebut
menimbulkan suatu rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, apakah ada pengaruh antara intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook
dan twitter sebagai media komunikasi dengan prokrastinasi akademik mahasiswa?
B. Rumusan masalah
Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan SMS, instant
(33)
messengger, facebook dan twitter sebagai media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twittersebagai media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan sumbangan temuan ilmiah bagi psikologi pendidikan dan psikologi komunikasi dengan memberikan data empiris mengenai pengaruh intensitas penggunaan media komunikasi terhadap prokrastinasi mahasiswa. Disamping itu diharapkan juga hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para mahasiswa agar menggunakan media komunikasi sesuai dengan tujuannya.Mahasiswa dapat mengurangi atau menghindari perilaku prokrastinasi yang disebabkan oleh penggunaan media komunikasi. Apabila penggunaan media komunikasi tidak menyebabkan prokrastinasi pada mahasiswa, maka hasil penelitian dapat menjadi informasi tambahan
(34)
mengenai bagaimana seharusnya menyikapi perkembangan teknologi secara wajar agar tidak menggangu prestasi akademis diperkuliahan.
(35)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Intensitas Penggunaan Media Komunikasi 1. Media Komunikasi
Salah satu indikasi manusia sebagai makhluk sosial, adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Menurut Effendy (1981), Istilah komunikasi (communication) berasal dari perkataan Latin communis, yang berarti sama (common). Jika kita melakukan komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan (comonnes) dengan orang lain. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.
Suranto (2011) mendefinisikan komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi sebagai proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.
Dari kenyataan sehari-hari, komunikasi yang dilakukan ada yang dapat dilangsungkan tanpa menggunakan alat bantu dan ada pula yang harus dilangsungkan dengan menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut yang dinamakan media komunikasi atau sarana komunikasi, yaitu berupa
(36)
suatu alat atau seperangkat alat yang dapat digunakan untuk menunjang kelancaran proses komunikasi (Barata, 2003).
Penggunan media tertentu dalam suatu komunikasi menjadi salah satu komponen komunikasi interpersonal. Suranto (2011) menyebutkan ada 9 komponen dalam suatu proses komunikasi, yaitu komunikator,
encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon, gangguan, dan konteks komunikasi. Kata saluran yang menjadi salah satu komponen dalam komunikasi interpersonal merujuk pada penggunaan suatu media untuk menyampaikan pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi seseorang tidak harus berkomunikasi secara face to face sebagai syarat efektifnya komunikasi antarpribadi. Media komunikasi dapat menjembatani bagi efektifnya komunikasi antarpribadi seseorang
Dalam perkembangannya, bentuk media komunikasi berubah seiring dengan kebutuhan pengguna media tersebut. Isi pesan dalam media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003) mencakup telepon, radio, dan televisi. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu intercom, konferensi telepon,
(37)
surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film,
videotape, videodisk, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sitem informasi digital.
Penggunaan media komunikasi di era globalisasi saat ini membuat komunikasi pada situasi dan kondisi tertentu menjadi efisien dan memberikan latar belakang yang penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak muda, terhitung pada sebagian besar waktu mereka (Pempek et al., 2009). Oleh karena itu, media komunikasi menjadi suatu hal yang penting bagi para remaja. Seiring perkembangannya, jenis media teknologi komunikasi yang sudah ada menjadi beragam dan dapat memenuhi kebutuhan komunikasi yang lengkap, mudah, dan murah.
Dalam penelitian ini, media komunikasi yang menjadi fokus akan dibatasi pada media SMS, instant Messengger, facebook, dan twitter.
1.1.Definisi Short Message Service (SMS)
Telepon genggam atau dikenal dengan handphone
tentunya sudah tidak asing lagi di zaman ini. Salah satu fitur
handphone yang sering digunakan oleh penggunanya adalah fitur pesan singkat atau Short Message Service (SMS). SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan direkam oleh pengelola ponsel. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell
(38)
broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting penting lain yang bersifat massal (Fiati, 2005). Penggunaan media komunikasi jenis ini membuat penyampain pesan menjadi lebih lugas. Hal ini membuat orang yang pemalu sekalipun tidak menemukan kegamangan dalam mengutarakan pendapat (Damar, 2010). Dari pengertian tersebut, diambil kesimpulan bahwa SMS adalah sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.
Pada mulanya SMS dirancang sebagai bagian daripada GSM, tetapi sekarang sudah didapatkan pada jaringan bergerak lainnya termasuk jaringan UMTS. Sebuah pesan SMS maksimal terdiri dari 140 bytes, dengan kata lain sebuah pesan bisa memuat 140 karakter 8-bit, 160 karakter 7-bit atau 70 karakter 16-7-bit untuk bahasa Jepang, bahasa
Mandarin danbahasa
KoreayangmemakaiHanzi(AksaraKanji/Hanja).Selain 140 bytes ini ada data-data lain yang termasuk. Adapula beberapa metode untuk mengirim pesan yang lebih dari 140 bytes, tetapi seorang pengguna harus membayar lebih dari sekali.
(39)
1.2.Definisi Instant Messengger
Pesan instan merupakan salah satu bentuk kemajuan dari teknologi komunikasi yang populer saat ini. Aplikasi perangkat lunak instant messengger atau pesan instan memungkinkan orang untuk memiliki percakapan pribadi secara langsung berbentuk pesan yang diketik dan pengiriman pesannya berbasis di internet (Boneva, 2006). Dari hasil survei Pew Internet Project Report (Boneva, 2006) pesan instan telah menjadi salah satu aplikasi yang paling populer dari internet, mendorong orang-orang untuk ingin tetap terhubung ke internet untuk jumlah waktu yang lama agar dapat melakukan percakapan melalui pesan tersebut.
Pesan instan diciptakan berawal dari fasilitas e-mail
yang dirasa kurang bisa mencakup kebutuhan berkomunikasi secara cepat. Kebutuhan mengirimkan pesan secara langsung inilah yang memunculkan program chat, dimana awalnya hanya bisa menghubungkan satu orang pengguna dengan satu orang pengguna lainnya saja. Seiring dengan perkembangan teknologi, media komunikasi ini dapat membuat banyak pengguna dapat berkomunikasi dalam satu kelompok obrolan (grup chat). Penggunaan pesan instan kemudian berkembang lagi dari hanya bisa diakses dengan komputer menjadi bisa
(40)
diakses dimobile phone dan smartphone sehingga dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
1.3.Definisi Facebook
Menurut Ardhana (dalam Sinaga, 2010), facebook
adalah suatu website yang bergerak di bidang social netwok service yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama, teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan ataupun komentar. Facebook.com dibuat sejak tahun 2004 untuk menfasilitasi interaksi sosial secara ekslusif dikalangan mahasiswa (Pempek et al.,2009). Situs jejaring sosial ini sekarang termasuk lebih dari 49 juta pengguna dan tersedia untuk digunakan oleh siapa saja dengan alamat email yang valid.
Facebookmembuat setiap pengguna untuk mengurus suatu ”profile”, dimana itu adalah sebuah webpage yang berisikan informasi dasar seperti tahun kelulusan dan asal daerah, layaknya informasi pribadi, seperti nama pengguna dan apakah penggunanya masih “single”/lajang atau sudah memiliki pasangan (status hubungan). Pengguna juga bisa menginformasikan kepada pengguna lainnya mengenai apa yang sedang dilakukan dengan cara mengubah yang muncul
(41)
dibagian atas profile. Fitur lainnya dalam facebook adalah pengguna dapat mengunggah foto digital kedalam album foto virtual. Facebook menawarkan beberapa pilihan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya, misalnya dengan
mengirimkan “private message”, serupa dengan
mengirimkan email. Komunikasi juga bisa dilakukan dalam sebuah grup, dimana pengguna facebook dapat membuatnya dan bergabung didalam grup tersebut.
1.4.Definisi Twitter
Twitter adalah informasi real-time jaringan yang menghubungkan pengguna ke cerita terbaru, ide-ide, pendapat dan berita tentang apa yang pengguna temukan (www.twitter.com). Twitter juga merupakan suatu alat
microblogging populer yang berkembang dari peluncurannya pada bulan Oktober 2006. Microblogging adalah sebuah format baru dalam berkomunikasi dimana pengguna dapat mendeskripsikan status mereka dalam suatu post pendek melalui pesan instan (instant messengger), telepon genggam,
e-mail, atau web. Dewasa ini, microblogging digunakan banyak orang untuk membicarakan mengenai aktivitas keseharian penggunannya dan untuk mencari atau berbagi informasi.
(42)
Dalam dunia twitter, suatu “twit” yang di-update atau kirim dibuat secara singkat untuk menggambarkan status seseorang dalam batas 140 karakter. Topik berkisar dari kehidupan sehari-hari sampai ke peristiwa terkini, cerita-cerita baru, dan hal-hal menarik lainnya. Pengguna atau anggota dapat memilih untuk membuat update mereka dapat dilihat oleh public atau hanya untuk teman-teman pengguna (Java, Song, Finin, & Tseng,2007). Jika profil pengguna dibuat public, twitt pengguna tersebut akan muncul pada
public timeline dalam recent update. Twitter memungkinkan pengguna, misalnya A, untuk "mengikuti" (dalam twitter
dikenal dengan istilah “follow”)update dari anggota lain yang ditambahkan sebagai "teman" pengguna. Seorang
individu yang bukan “teman” A tetapi "mengikuti" update -nya dikenal sebagai "pengikut" (dalam twitter dikenal dengan istilah “followers”).
2. Intensitas penggunaan media komunikasi
Untuk melakukan suatu kegiatan, manusia memerlukan suatu dorongan dalam dirinya. Jika melakukan suatu kegiatan secara terus menerus sering disebut sebagai suatu yang intensif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intens dapat berati sangat kuat atau tinggi. Wikipedia menerjemahkan intensitas sebagai ukuran jumlah putaran ulang per
(43)
peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Wulandari (2000) mengatakan kata intensitas merujuk pada waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktivitas tertentu (durasi) dan jumlah ulangan melakukan aktivitas tertentu dalam jangka waktu tertentu (frekuensi). Kartono dan Gulo (2003) mengartikan intensitas adalah besar atau kekuatan suatu tingkah laku. Chaplin (2000) mendefinisikan intensitas sebagai kekuatan sebarang tingkah laku atau sebarang pengalaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penggunaan berasal dari kata dasar guna, yang memiliki arti sebagai manfaat atau suatu fungsi. Kata penggunaan itu sendiri memiliki makna sebagai suatu proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.
Berdasarkan uraian tersebut, intensitas penggunaan media komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari tingkah laku dalam memanfaatkan media SMS, instant messengger, facebook, dan twitterdimana ukuran intens dilihat dengan memperhatikan durasiwaktu yang dihabiskan untuk menggunakan media komunikasi dalam satuan ukur jam dan jumlah ulangan/frekuensi saat menggunakan media dalam kurun waktu satu minggu.
(44)
B. Prokrastinasi Akademik 1. Definisi Prokrastinasi
Prokrastinasi, penundaan yang tidak berguna dalam menyelesaikan suatu tugas sampai mengalami titik ketidaknyamanan, adalah masalah yang umum dikenal (Solomon dan Rothblum, 1984). Prokrastinasi
mengacu pada “kapan” seseorang melakukan tugas tertentu dan
“bagaimana” seseorang menangani penjadwalan serta kepatuhan terhadap jadwal tersebut (Millgram, 1988). Definisi ini berasumsi bahwa reaksi emosi yang tidak menyenangkan pada tugas-tugas rutin mendasari kesulitan dalam memutuskan kapan harus melakukan tugas-tugas tersebut. Asumsi lainnya adalah seseorang bisa saja memutuskan untuk melakukan tugas-tugasnya disaat-saat terakhir atau bahkan sudah sangat terlambat untuk mengerjakannya dan ini adalah masalah kebijakan dalam mengatur bagaimana seseorang dalam menangani jadwal pengerjaan tugas tersebut.
DeSimone (dalam Ferrari et al., 1995) menjelaskan bahwa kata prokrastinasi berasal dari bahasa latin “procrastinatinare”. Kata tersebut
terbagi dalam dua kata,yaitu “pro” yang berarti pendorong maju atau bergerak maju dan “crastinate” yang berarti “kepunyaan hari esok”. Bisa
disimpulkan kata “procrastinatinare” memiliki makna yaitu
“menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya.” Pengertian
tersebut sama pengertian prokrastinasi menurut American College Dictionary (dalam Burka dan Yuen, 1983) yaitu menangguhkan suatu
(45)
aksi, penundaan; berhenti mengerjakan sampai hari selanjutnya. Perilaku suka menunda-nunda ini mengakibatkan kesulitan dalam belajar di sekolah atau di perkuliahan, dalam karir bahkan dalam kehidupan pribadi (Beswick, 1988). Dalam perkembangannya, Millgram (dalam Ferrari et al., 1995) berpendapat bahwa prokrastinasi dianggap sebagai sebuah penyakit modern, bahwa tidak hanya kemunculannya relevan dengan negara-negara dimana teknologi canggih dan kepatuhan jadwal penting.
Berdasarkan uraian tersebut, prokrastinasi dapat dirumuskan sebagai suatu penundaan dalam melakukan atau mengerjakan tugas secara sengaja yang mengakibatkan kesulitan bagi individu yang melakukannya. 2. Jenis-jenis Prokrastinasi
Ferarri et al. (1995) membagi prokrastinasi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Prokrastinasi Fungsional (Functional Procrastination), yaitu penundaan mengerjakan tugas untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan lengkap. Bentuk penundaan ini memiliki pandangan bahwa suatu pekerjaan atau tugas harus dikerjakan secara sempurna meskipun dalam mengerjakannya mereka melewati waktu yang optimal yang seharusnya dimulai, sehingga mendapatkan penyelesaian yang baik.
b. Prokrastinasi Disfungsional (Disfunctional Procrastination),
yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah. Bentuk penundaan ini tidak disertai
(46)
dengan sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain. Penundaan tersebut dapat menimbulkan masalah jika prokrastinator tidak bisa melepaskan diri dari kebiasaan tersebut.
Berdasarkan tujuan melakukan prokrastinasi, Ferarri et al.(1995) membagi prokrastinasi disfungsional menjadi dua bentuk prokrastinasi, yaitu :
a. Decisional procrastination, yaitu suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengindentifikasi tugas yang menyebabkan konflik dalam diri individu dan akhirnya memutuskan untuk menunda menyelesaikan tugas.
b. Avoidance procrastination, yaitu suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Dalam hal ini, penundaan dilakukan untuk sebagai cara untuk menghindari tugas yang dirasa kurang menyenangkan dan sulit untuk dikerjakan atau dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada dirinya.
Dalam penelitian ini, prokrastinasi dibatasi pada jenis
dysfunctional procrastination, yaitu penundaan yangtidak bertujuansehingga dapat berakibat negatif dan menimbulkan masalah, baik dalam kategori decisional procrastination atau avoidance procrastinator.
(47)
3. Prokrastinasi akademik
Ferarri et al.(1995) membagi prokrastinasi menurut jenis tugasnya, yaitu prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah, tugas kuliah atau tugas kursus. Sedangkan, prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, penundaan menyapu, mencuci, dll.
Rothblum(dalam Rothblum, Solomon, & Murakami, 1986) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik telah didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk hampir selalu atau selalu menunda tugas-tugas akademik, dan hampir selalu atau selalu mengalami tingkat kecemasan bermasalah terkait dengan penundaan ini. Dalam penelitian lainnya, Solomon dan Rothblum (1984) menemukan bahwa seperempat mahasiswa diindikasikan mengalami masalah prokrastinasi pada tugas-tugas akademik seperti menulis makalah, belajar untuk ujian, dan membaca bacaan mingguan.
Pada penelitian ini, jenis prokrastinasi yang digunakan adalah prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dimaksudkan sebagai suatu penundaan pada tugas formal seperti tugas kuliah. Pemilihan jenis prokrastinasi akademik dikarenakan dalam penelitian ini akan berfokus
(48)
pada lingkup mahasiswa, yaitu sebagai pelaku dari yang sedang menjalani proses akademik.
4. Indikator Prokrastinasi Akademik
Schouwenburg (dalam Ferrari et al., 1995) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik sebagai perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya. Terdapat empat indikator keprilakuan dalam prokrastinasi akademik, yaitu :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
Seorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi individu tersebut menunda untuk mulai mengerjakan dan menyelesaikannya sampai tuntas.
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan
(49)
suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri. Ketika saatnya tiba untuk mengerjakan ternyata tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), menonton, mengobrol, berjalan-jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri atau indikator prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, kelambanan dalam mengerjakan tugas,
(50)
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik
Menurut Burka dan Yuen (1983) terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam mengambil keputusan, pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas, kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu. Ketidakpastian juga dapat membuat penundaan. Zarick (2009) menjelaskan bahwa ketidakpastian menciptakan kebutuhan untuk suatu perencanaan yang matang dulu sebelum tugas dapat dimulai. Dalam konteks akademik, ketidakpastian tentang topik penelitian apa yang dipilih atau sumber apa yang diperlukan atau berapa lama waktu belajar yang dialokasikan dapat membuat kebanyakan siswa/mahasiswa yang bermaksud ingin mengerjakan berubah menjadi tidak bisa melakukan apa-apa.
Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum (1988) juga menjelaskan beberapa penjelasan konsep alasan seseorang melakukan prokrastinasi. Ada tiga konsep, yang pertama adalah dysphoric affect. Konsep ini menjelaskan bahwa orang akan mempelajari hal-hal yang dirasa menyenangkan bagi dirinya dan menolak untuk mengerjakan yang tidak disenangi dengan rasa malas sampai akhir pengerjaannya. Kedua, covert
(51)
negativsm, yaitu konsep yang menjelaskan ketika kita melakukan beberapa tugas mudah itu karena kita mengganggap pengerjaan tugas tersebut sebagai tindakan sukarela dan mengerjakan yang lainnya nanti karena kita menganggap pengerjaan tersebut menjadi suatu pemaksaan. Prokrastinasi akan meningkat jika seseorang membenci melakukan tugas-tugas yang dianggapnya mudah. Dengan kata lain, jika kita sudah membenci melakukannya maka kita akan merasa pengerjaan tugas itu menjadi suatu pemaksaan. Dan yang ketiga, perceived incompetence atau merasa tidak kompeten. Perasaan ini akan mendorong kita untuk melakukan penundaan saat kita akan melakukan tugas pada tingkat yang tidak dapat diterima oleh diri sendiri atau kepada orang lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi pemicu munculnya perilaku prokrastinasi dan dapat meningkatkan prokrastinasi akademik seseorang apabila berada dalam pengaruh faktor-faktor tersebut.
C. Pengaruh intensitas penggunaan media komunikasi terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
Komunikasi adalah suatu elemen penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut membuat manusia dapat saling berhubungan antar manusia. Dalam proses berkomunikasi, terdapat beberapa komponen,yaitu komunikator, encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon,
(52)
gangguan, dan konteks komunikasi (Suranto,2011). Untuk membuat komunikasi yang efektif diperlukan cara komunikasi secara langsung agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas. Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah mulai menggeser cara tersebut dengan komunikasi menggunakan media.
Komunikasi menggunakan media ini awalnya hanyalah sebuah sarana untuk berkomunikasi agar menjadi mudah dan efektif. Tanpa hadirnya teknologi dibidang komunikasi, manusia akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berada di tempat yang berbeda. Seiring ditemukannya banyak jenis media komunikasi, manusia dapat memilih untuk menggunakan jenis media komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Suranto (2011) mengatakan cara komunikasi interpersonal bermedia (tidak langsung) pada situasi tertentu dapat saja menjadi pilihan, misalnya dalam bentuk percakapan melalui telepon, e-mail, surat menyurat, SMS, dan sebagainya.
Dewasa ini, mahasiswa termasuk sebagai suatu kelompok yang juga tidak terlepas dari penggunaan media komunikasi. Kebutuhan akan bertukar informasi yang mudah dan murah menjadikan beberapa jenis media dikenal dan sering digunakan kapan dan dimana pun. Dalam penelitian ini, jenis media komunikasi akan dibatasi dalam 4 jenis, yaitu SMS,
instantmessengger, facebook dan twitter. Penggunaan jenis media ini dapat mereka akses lewat smartphone atau laptop yang terhubung dengan internet.
Robert (dalam Pempek et al., 2009) mengatakan bahwa media memberikan pengaruh banyak dalam perkembangan anak muda, karena 8-18
(53)
tahun anak muda Amerika menginvestasikan sekitar 6,5 jam per hari bersama media.Sisi positif dari kehadiran teknologi tersebut memang memudahkan manusia dalam berhubungan dengan orang lain tanpa dibatasi jarak dan waktu. Akan tetapi, asyik menggunakan media disaat mengerjakan sesuatu yang penting, contoh sedang mengerjakan pekerjaan kita, bukan lah hal yang baik. Beberapa media dibuat secara menarik dan membuat beberapa penggunanya tidak bisa lepas dari media tersebut, misalnya dalam facebook
terdapat banyak fitur hiburan seperti minigame. Mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk menggunakan media tersebut.
Perilaku menggunakan media komunikasi secara intens akan cenderung membuat seseorang meninggalkan tugas-tugas yang diberikan padanya. Schouwenburg (dalam Ferarri et al., 1995) menyatakan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.Perilaku intens ini dapat dilihat dari jumlah waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media komunikasi dalam satuan ukur jam dan jumlah ulangan/frekuensi saat menggunakan media dalam kurun waktu satu minggu.Ukuran tersebut akan menjadi patokan untuk mengetahui seberapa intens seorang mahasiswa menggunakan media komunikasinya.
Perilaku menghabiskan waktu dengan sibuk menggunakan media komunikasi lalu menunda tugas-tugasnya itu sama halnya dengan prokrastinasi disfungsional. Menurut Ferarri (1995), prokrastinasi disfungsional adalah suatu penundaan yang tidak bertujuan, dimana
(54)
penundaan ini tidak disertai dengan sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain yang berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini akan berfokus pada prokrastinasi akademik, yaitu penundaan yang berhubungan dengan hal-hal dibidang akademik dimana penundaan yang dilakukan tidak disertai dengan alasan yang berguna dan dapat berakibat negatif.
Solomon dan Rothblum (1984) menemukan bahwa seperempat mahasiswa diindikasikan mengalami masalah prokrastinasi pada tugas-tugas akademik seperti menulis makalah, belajar untuk ujian, dan membaca bacaan mingguan. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi ini berawal dari banyak penyebab sehingga mereka merasakan efek cemas, takut, dll. Jika seorang mahasiswa merasa tidak bisa melakukan pekerjaannya atau takut untuk mengerjakan tugasnya, mereka akan merasa cemas dan akan melakukan hal lain untuk menutupi rasa cemasnya. Menurut Rothblum (dalam Ferarri et al, 1995), seseorang akan melakukan prokrastinasi untuk mengurangi rasa kecemasan yang dirasa sehingga bebas dari rasa tersebut dan selanjutnya terjadi penguatan untuk melakukan prokrastinasi secara berulang-ulang.
Mahasiswa yang lebih memprioritaskan atau lebih senang berlama-lama dengan media SMS, chat dengan teman sekelasnya menggunakan
instant messengger atau mengakses twitter dan facebook dibandingkan dengan tugas akademiknya dapat menyebabkan mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi akademik. Perilaku menghindar dari kewajiban ini dapat membuat kesulitan lain dimasa depan mahasiswa tersebut. Perilaku ini
(55)
dapat dimulai kapan pun, misalnya lebih asyik melihat news feed di facebook
daripada mengikuti perkuliahan, saat mengerjakan tugas berkelompok disore hari dibarengi dengan melihat timeline di twitter dengan chat dengan teman sekelas menggunakan IM, atau lebih sering berbalasan SMS disaat belajar untuk mata kuliah esok hari. Dengan tidak adanya tujuan yang jelas mengapa mahasiswa lebih memilih untuk melakukan SMS dengan teman sekelasnya, atau berbalasan chatting, hal tersebut termasuk dalam prokrastinasi disfungsional.
Mahasiswa yang dihadapkan dengan tugas-tugas akademik seharusnya dikerjakan dengan sebaik-baiknya tanpa harus menunda pekerjaannya. Akan tetapi, dengan adanya penyalahgunaan teknologi komunikasi menyebabkan mahasiswa tidak bisa lepas dari media-media tersebut. Pengalihan kewajiban pada suatu hal yang menyenangkan akan terjadi secara terus menerus, seperti yang dikemukakan Burka dan Yuen
(dalam Ferarri et al, 1995) bahwa prokrastinator akan mengalami “lingkaran
Prokrastinasi”, yaitu secara berulang-ulang akan melakukan prokrastinasi untuk mengurangi rasa cemas terhadap kewajiban akademik tersebut. Pada akhirnya, mahasiswa yang kerap menggunakan waktunya untuk menggunakan media komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain dan tidak juga memulai atau segera menyelesaikan tugas akademiknya, akan masuk dalam lingkaran prokrastinasi.
(56)
D. Skema kerangka berfikir
Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Komunikasi : SMS, Instan Messengger, Facebook, dan Twitter terhadap Prokrastinasi Akademik
Mahasiswa
MEDIA KOMUNIKASI
Instant Messagging
Short Messagge
Service (SMS)
INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA
KOMUNIKASI :
-
Durasi penggunaan media komunikasi
-
Frekuensi penggunaan media komunikasi
(57)
34 E. Hipotesis
Terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan SMS,
instant messengger, facebook dan twitter terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
(58)
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan atau mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu intensitas penggunaan media komunikasi: SMS, instant messengger, facebook dan twitter dengan prokrastinasi akademik.
B. Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel bebas : intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitter
2. Variabel tergantung : prokrastinasi akademik
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger,
facebook, dan twitter
Intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook, dan
twitter adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari tingkah laku dalam memanfaatkan/memakai media SMS, instant messengger, facebook, dan twitter. Dalam hal ini, ukuran intens didapatkan berdasarkandurasi waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media komunikasi dalam satuan ukur jam dan jumlah ulangan/frekuensi saat
(59)
menggunakan media dalam kurun waktu satu minggu. Intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook, dan
twitter diungkap menggunakan angket intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook, dan twitter yang disusun oleh peneliti. Angket tersebut akan mengungkap berapa jam dalam satu hari menggunakan media komunikasi (durasi) dan berapa hari dalam seminggu menggunakan media komunikasi (frekuensi). Tingkat intensitas penggunaaan media komunikasi dilihat dari besarnya skor durasi dan skor frekuensi yang diperoleh pada angket. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin intens (kuat) pengunaan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook, dan twitter.
2. Prokrastinasi akademik
Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan mahasiswa melakukan perilaku penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas yang bersifat akademik secara sengaja yang mengakibatkan kesulitan baginya. Prokrastinasi akademik ini akan diukur menggunakan skala prokrastinasi akademik dengan empat indikator, yaitu:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
(60)
Tingkat prokrastinasi akademik dilihat dari besarnya skor yang diperoleh pada skala prokrastinasi akademik. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik pada diri individu.
D. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini, subjek dipilih dengan cara menggunakan teknikpurposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih sampel dari suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia serta sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan (Narimawati, 2008). Metode atau teknik ini didasarkan pada adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti terkait dengan permasalahan penelitian (Idrus, 2009). Maksud dari pertimbangan tertentu adalah karakteristik individu yang menjadi sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, dimana subjek harus memiliki karakteristik, yaitu aktif dalam menggunakan empat jenis media komunikasi yang terdiri dariSMS, instant messengger, facebook dan twitter. Alasan menjadikan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebagai subjek penelitian dikarenakan faktor efektivitas waktu pengumpulan data penelitian.
(61)
E. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penelitian ini menggunakan skala dan angket. Skala digunakan untuk mendapatkan data mengenai prokrastinasi akademik, sedangkan angketdigunakan untuk mengetahui intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan
twitter .
Skala Prokrastinasi akademik yang digunakan adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek atau indikator tertentu yang mengungkapkan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik yang dikemukakan oleh Schouwenburg (Ferarri et al., 1995) yang dirumuskan menjadi empat indikator, yaitu :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan
Angket intensitas penggunaan media komunikasi yang digunakan adalah untuk menggungkap lama dan seringnya subjek dalam menggunakan media SMS, instant messengger, facebook, dan twitter. Angket ini memuat tiga butir pertanyaan. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengungkap data yang sebenarnya atau data faktual yang diketahui oleh subjek (Azwar, 2012).
(62)
Dalam angket ini tidak diberikan pilihan jawaban kepada subjek. Subjek bebas menjawab item-tem tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 1. Skala prokrastinasi akademik
Dalam penelitian ini, prokrastinasi akademik akan menggunakan skala jenis summated ratings. Pengukuran atribut prokrastinasi akademik akan diungkap melalui skala prokrastinasi akademik yang disusun berdasarkan indikator-indikatorprokrastinasi akademik. Indikatortersebut antara lain :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan
Skala prokrastinasi akademik memiliki empat pilihan jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam pemberian nilai yang diberikan terhadap setiap jawaban berkisar antara 1 sampai dengan 4. Selanjutnya, setiap komponen prokrastinasi akademik akan ditulis dalam pernyataan item
favorable dan unfavorable. Skor bagi pilihan yang paling kiri selalu adalah yang terkecil dan ke kanan semakin bessar secara kumulatif (Azwar, 2012). Untuk jawaban yang bersifat favorable, skor akan berurutan dari pilihan jawaban SS-S-TS-STS, yaitu 4, 3, 2, dan 1. Untuk
(63)
jawaban yang bersifat unfavorable, skor berurutan dari pilihan jawaban STS-TS-S-SS, yaitu 4, 3, 2, dan 1.
Berikut adalah Blue Print dari skala prokrastinasi akademik :
Tabel 1
Blue print skala prokrastinasi akademik sebelum uji coba
No. Indikator Nomor Item Jumlah Bobot
Favorable Unfavorable 1 Penundaan
terhadap tugas
1, 9, 17, 21, 29, 37, 41
5, 13, 25, 33, 45, 49, 53
14 25%
2 Kelambatan dalam tugas
2, 10, 22, 26, 38, 42, 50
6, 14, 18, 30, 34, 46, 54
14 25%
3 Kesenjangan waktu
7, 11, 23, 31, 35, 43, 55
3, 15, 19, 27, 39, 47, 51
14 25%
4 Melakukan aktivitas lain
4, 12, 24, 32, 36, 40, 56
8, 16, 20, 28, 44, 48, 52
14 25%
Total 56 100%
2. Angket penggunaan media SMS, Instant Messengger, Facebook dan
Untuk menggungkap intensitas subjek dalam menggunakan media SMS, instant messengger, facebook, dan twitter digunakan instrumen berupa angket. Angket tersebut diharapkan diisi oleh responden sesuai dengan keadaannya. Angket ini akan berisi tiga butir item yang nantinya menjadi data yang mengungkap intensitas penggunaan SMS, instant messengger, facebook dan twitter. Dalam angket ini, tidak ada pilihan jawaban yang disediakan peneliti sehingga subjek bebas menjawab item angket intensitas ini sesuai dengan kondisi atau keadaanya.
(64)
Untuk mengukur intensitas penggunaan media komunikasi : SMS,
instant messengger, facebook dan twitter digunakan angket yang peneliti buat sendiri berdasarkan indikator intensitas yaitu durasi dan frekuensi menggunakan media komunikasi yang peneliti buat sendiri. Durasi mengacu pada berapa lama waktu (bisa dalam jam atau menit) yang dihabiskan untuk menggunakan media komunikasi yang tetera di angket. Sedangkan frekuensi mengacu pada berapa hari subjek menggunakan media komunikasi dalam kurun waktu seminggu. Skor intensitas menggunakan media komunikasi : SMS, instant messengger, facebook
dan twitter adalah jumlah jam total subjek menggunakan media komunikasi tersebut setiap minggunya (didapat dari durasi dikalikan frekuensi).
Berikut adalah bentuk angket yang akan digunakan :
Tabel 2
Angket penggunaan media SMS, Instant Messengger, Facebook dan
1. Dari keempat jenis media komunikasi, yaitu SMS, instant messengger, Facebook dan Twitter, buatlah sebuah urutan dari yang paling sering anda gunakan sampai yang paling jarang anda gunakan ! No. 1 ... (yang paling sering digunakan) No. 2 ...
No. 3 ...
No. 4 ... (yang paling jarang di gunakan) 2. Melihat jawaban no. 1, dalam waktu satu hari berapa lama rata-rata
jumlah waktu (jam / menit) yang anda habiskan untuk menggunakan :
a. SMS : ... jam
(65)
c. Facebook : ... jam
d. Twitter : ... jam
3. Melihat jawaban no. 1, rata-rata berapa hari dalam seminggu ( 7 hari ) anda menggunakan media ?
a. SMS : ... hari
b. Instant messengger : ... hari c. Facebook : ... hari
d. Twitter : ... hari
F. Validitas dan reliabilitas alat ukur 1. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu skala. Suatu skala dikatakan valid jika skala tersebut mampu untuk menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2012).
Uji validitas alat ukur skala yang digunakan adalah dengan melakukan validitas isi. Validitas isi ini dilakukan dengan melihat apakah item-item yang dituliskan dalam skala tersebut sudah sesuai dengan indikator keperilakuan yang telah dirumuskan. Relevansi item dengan indikator keprilakuan dan dengan tujuan ukur sebenarnya dapat dilakukan oleh penilaian penulis item sendiri. Akan tetapi, keselarasan item dengan tujuan ukur skala perlu juga kesepakatan dari penilaian penilai yang kompeten (expert judment), dalam hal ini adalah dosen pembimbing.
Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan kelengkapan informasi yang hendak diungkap (Azwar,2012). Oleh karena itu, uji kesahihan item pada angket intensitas penggunaan media
(66)
komunikasi akan menggunakan validitas isi. Dalam pembuatan angket, peneliti sudah membuatnya sesuai dengan hasil atau informasi yang hendak peneliti ungkap. Seluruh isi angket juga sudah dinilai oleh penilai yang kompeten, dalam hal ini dosen pembimbing, untuk menyatakan bahwa isi angket sudah relevan dengan tujuan ukur angket.
2. Seleksi Item
Peneliti mengadakan uji coba alat penelitian untuk melihat kualitas item-item dalam skala yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba alat penelitian dilakukan pada tanggal 11 Juli 2013 hingga 5 Agustus 2013. Seluruh subjek diminta untuk mengisi skala prokrastinasi akademik dan angket intensitas penggunaan media komunikasi. Peneliti menyebar 75 eksemplar alat ukur, akan tetapi 20 diantaranya tidak memenuhi syarat karena subjek tersebut tidak menggunakan satu atau beberapa media komunikasi yang telah menjadi ciri utama subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, total alat ukur yang kembali dan memenuhi syarat unutk dianalisis adalah sejumlah 55 eksemplar.
Dari alat ukur yang memenuhi syarat tersebut akan dilakukan penyeleksian item. Dalam seleksi item skala psikologi yang mengukur suatu atribut, parameter yang paling penting adalah daya beda atau daya diskriminasi item. Daya beda atau daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012).
(67)
Pengujian daya beda item dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. koefisien korelasi yang dihasilkan disebut juga koefisien korelasi item-total (
r
ix). Kriteria pemilihan item berdasar korelasi item-total, yaitu memiliki batasanr
ix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.Uji daya beda item ini dilakukan dengan menggunakan PASW statistic 18 atau yang dikenal dengan program SPSS versi 18 dengan mengukur korelasi antara skor item dengan skor total respon uji coba. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total menggunakan
batasan ≥ 0,30. Berdasarkan perhitungan tersebut, koefisien korelasi total
(rix) berkisar 0,311 – 0,783. Oleh karena itu, dari 56 item yang telah disusun terdapat 19 item yang gugur. Item-item tersebut adalah 3, 4, 6, 7, 8, 12, 13, 16, 20, 24, 25, 30, 31, 32, 33, 37, 42, 46, dan 47. Berikut disajikan tabel hasil uji beda item skala prokrastinasi akademik :
(68)
Tabel 3
Distribusi Item yang gugur pada Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba
No. Indikator Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable 1 Penundaan
terhadap tugas
1, 9, 17, 21, 29, 37*, 41
5, 13*, 25*, 33*, 45, 49, 53
14 2 Kelambatan
dalam tugas
2, 10, 22, 26, 38, 42*, 50
6*, 14, 18, 30*, 34, 46*, 54
14 3 Kesenjangan
waktu
7*, 11, 23, 31*, 35, 43, 55
3*, 15, 19, 27, 39, 47*, 51
14
4 Melakukan aktivitas lain
4*, 12*, 24*, 32*, 36, 40, 56
8*, 16*, 20*, 28, 44, 48, 52
14
Total 56
Ket : *) item yang gugur
Skala prokrastinasi yang terdiri dari 37 item hasil dari uji beda item itu kemudian disusun ulang oleh peneliti dan akan digunakan dalam penelitian. Persebaran butir skala dapat dilihat pada tabel berikut :
(69)
Tabel 4
Distribusi item Skala Prokrastinasi Akademik untuk penelitian
No. Indikator Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable 1 Penundaan
terhadap tugas
22 (1), 5 (9), 19 (17), 37 (21), 25 (29), 11 (41)
13 (5), 24 (45), 16 (49), 7 (53)
10
2 Kelambatan dalam tugas
10 (2), 27 (10), 33 (22), 1 (26), 20 (38), 31 (50)
26 (14), 14 (18), 18 (34), 4 (54)
10
3 Kesenjangan waktu
3 (11), 30 (23), 15 (35), 23 (43), 12 (55)
6 (15), 28 (19), 36 (27), 9 (39), 32 (51)
10
4 Melakukan aktivitas lain
17 (36), 35 (40), 8 (56)
29 (28), 2 (44), 34 (48), 21 (52)
7
Total 37
Ket : ( ) = nomor urut item uji coba
3. Reliabilitas
Untuk mendapakan instrumen ukur yang berkualitas baik, instrumen tersebut harus reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran yang kecil. Pengertian reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
Single Trial Administration yang menghasilkan estimasi reliabilitas konsistensi internal (Internal Consistency) melalui perhitungan formula
(1)
B. Angket intensitas penggunaan media komunikasi : SMS, Pesan Instan (IM), Facebook, Twitter
Media komunikasi adalah sebuah sarana atau alat untuk membantu manusia untuk melakukan suatu komunikasi. Ada berbagai macam jenis media komunikasi yang dapat digunakan oleh kita dalam proses komunikasi. dalam angket ini media yang menjadi fokus penelitian ini adalah SMS, Instan Messengger (cth : BBM, Whatsapp, iMessage, LINE, Yahoo Messengger, Gtalk, Kakao Talk, dan sejenisnya), Facebook, dan Twitter.
Dibawah ini, akan diberikan beberapa pertanyaan, mohon diisi dengan cara mengisi tanda titik-titik (...) dibawah ini sesuai dengan jawaban anda sendiri.
A. Dari keempat jenis media komunikasi, yaitu SMS, Instan Messengger, Facebook dan
Twitter, buatlah sebuah urutan dari yang paling sering anda gunakan sampai yang paling jarang anda gunakan !
No. 1 ... (yang paling sering digunakan)
No. 2 ... No. 3 ...
No. 4 ... (yang paling jarang di gunakan)
B. Melihat jawaban no. 1, dalam waktu satu hari, berapa lama rata-rata jumlah waktu yang anda habiskan untuk menggunakan :
a. SMS : ... jam / menit*
b. Instan Messaging : ... jam / menit* c. Facebook : ... jam / menit* d. Twitter : ... jam / menit* *pilih salah satu (coret yang tidak perlu)
C. Melihat jawaban no. 1, rata-rata berapa hari dalam seminggu (7 hari) anda menggunakan media :
a. SMS : ... hari
b. Instan Messaging : ... hari c. Facebook : ... hari d. Twitter : ... hari
(2)
Lampiran D
Uji Asumsi
1.
Uji Normalitas
2.
Uji Heteroskedastisitas
3.
Uji Multikolinearitas
(3)
1.
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 11,86463443 Most Extreme Differences Absolute ,052
Positive ,030
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z ,521
Asymp. Sig. (2-tailed) ,949
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2.
Uji Heteroskedastisitas
a.
Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,004 ,450 6,670 ,000
LN_X1 ,112 ,127 ,093 ,880 ,381
LN_X2 ,157 ,120 ,141 1,307 ,195
LN_X3 ,039 ,148 ,030 ,266 ,791
LN_X4 -,003 ,127 -,002 -,023 ,982
(4)
b.
Uji Glejser
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficientst Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7,899 1,187 6,653 ,000
SMS ,033 ,023 ,146 1,424 ,158
I M ,008 ,019 ,052 ,442 ,660
Facebook ,006 ,065 ,010 ,094 ,925
Twitter ,017 ,031 ,065 ,561 ,576
a. Dependent Variable: ABRES
3.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SMS ,970 1,031
I M ,744 1,344
Facebook ,947 1,056
Twitter ,756 1,323
a. Dependent Variable: Prokrastinasi
4.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,161a ,026 -,015 12,11184 1,778
(5)
Lampiran E
Uji Hipotesis
(6)
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,161a ,026 -,015 12,11184
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 371,525 4 92,881 ,633 ,640a
Residual 13936,185 95 146,697
Total 14307,710 99
a. Predictors: (Constant), Twitter, SMS, Facebook, I M b. Dependent Variable: Prokrastinasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 84,084 1,985 42,361 ,000
SMS ,018 ,038 ,047 ,457 ,649
I M ,025 ,032 ,094 ,798 ,427
Facebook ,019 ,109 ,018 ,173 ,863
Twitter ,036 ,051 ,083 ,712 ,478