Koherensi Intensitas Koherensi Perincian

Kedua wacana di atas salah karena wacana tersebut tidak kohesif meskipun sudah koheren. Hal itu terlihat pada penggunaan kata ganti yang tidak tepat dalam wacana. Pada wacana 1 penggunaan kata ganti seharusnya bukan dia melainkan mereka. Pada wacana 2 penggunaan kata ganti seharusnya bukan mereka melainkan -nya. Perbaikan: 1 Rombongan darmawisata itu mula-mula mendatangi Pulau Madura. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali. 2 Karena tidak berhati-hati, anak kecil itu terjatuh ke sungai. Beberapa orang yang lewat mencoba menolongnya. Meskipun kohesi dan koherensi umumnya berpautan, tidaklah berarti bahwa kohesi harus ada agar wacana menjadi koheren. Bisa saja ada wacana yang jika ditinjau dari segi kata-katanya sama sekali tidak kohesif tetapi dari segi maknanya koheren. Contohnya pada percakapan berikut ini. A; Bu, tolong itu teleponnya dijawab. B: Aduh, lagi tanggung Mas. Moeliono dkk., 1997: 35 Jika dilihat dari segi hubungan katanya, tidak tampak ada perpautan antara A dan B. Akan tetapi, kedua kalimat di atas koheren karena maknanya berkaitan. Perkaitan itu disebabkan oleh kata-kata yang tersembunyi yang tidak diucapkan. Kalimat B sebenarnya dapat berbunyi “Maaf Mas, saya tidak dapat menjawab telepon itu karena saya lagi tanggung menjahit baju .”

d. Tidak Kohesif dan Tidak Koheren

Wacana yang sama sekali tidak memiliki pertalian bentuk kohesif dan pertalian makna koheren. Contoh: 1 Harga menjes tempe bongkrek turun secara drastis. Harga minyak di pasaran jatuh sejak terjadinya resesi ekonomi dunia Pranowo, 2015: 150. 2 Pak Ali pergi ke kota. Pak Bardi naik bus PPD. Bu Tahir membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik. Mobil yang dibeli Parwati harganya lima belas juta rupiah Moeliono dkk., 1997: 34. Kedua wacana di atas tidak memiliki pertalian bentuk kohesif ataupun pertalian makna koheren karena ditinjau dari segi isi, kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak berhubungan sama sekali. Dengan demikian, sebuah karangan harus memperhatikan jenis kohesi dan koherensi yang digunakan agar terjalin kalimat-kalimat yang runtut serta memiliki pertalian kohesi dan koherensi yang benar sehingga tercipta wacana yang baik.

Dokumen yang terkait

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 18

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 12

PERUBAHAN MAKNA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI I GEYER Perubahan Makna Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Geyer Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 2 20

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA Analisis Penanda Kohesi Dan Koherensi Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Genegadal Toroh Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Penanda Kohesi Dan Koherensi Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Genegadal Toroh Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 5

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH Analisis Penanda Kohesi Dan Koherensi Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Genegadal Toroh Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 14

Analisis kohesi dan koherensi karangan narasi siswa kelas X semester I SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 2 230

Kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua tahun ajaran 2015/2016.

0 2 292

Kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua tahun ajaran 2015 2016

0 0 290

Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang Tahun Ajaran 2008 2009

0 5 119