Kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua tahun ajaran 2015 2016

(1)

KOHESI DAN KOHERENSI

DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI I OKSIBIL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG,

PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Derius Tepmul Nim: 101224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

KOHESI DAN KOHERENSI

DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI I OKSIBIL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG,

PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Derius Tepmul Nim: 101224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

SKRIPSI

KOBESI DAN KOBERENSI

DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI I OKSma KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG,

PAPUA TAHUN AJARAN2015/2016

Oleh:

Derius Tepmul Nim: 101224061

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing

Dr. B. Widharyanto, M. Pd.

11


(4)

SKRIPSI

KOBESI DAN KOHERENSI

DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI I OKSffiIL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG,

PAPUATAHUN AJARAN2015/2016

Dipersiapkan dan ditulis oleh Derius Tepmul

101224061

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal25 April 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Ketua Sekretaris Anggota 1 Anggota2 Anggota 3

Nama Lengkap

: Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. : Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum. : Dr. Widharyanto, M.Pd.

: Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Tanda Tangan


(5)

iv MOTO

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.

( Einstein)

Di Dunia Ini Tidak Ada Yang Instan, Semuanya Butuh Proses dan Kerja.

(Anne Ahira)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia akan memeliharakamu. (1 P etrus 5:7)


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Yesus Kristus, penolong dan penghiburku. Semua ini dapat terjadi karena kebaikan-Nya.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Anton Kaladana (almarhum) dan Mama Novela (almarhumah). Buat Papa dan Mama, inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan untuk sedikit menghibur hatimu yang telah aku susahkan, aku tahu banyak yang telah kalian korbankan demi memenuhi kebutuhanku yang selalu tak pernah merasa lelah demi memenuhi kebutuhanku. Saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Papa dan Mama, hanya Tuhanlah yang membalas kemuliaan hati kalian. 3. Kakak dan adikku Martina Kaladana (almarhumah), adik Alfrius

Mangolkuplipki Kaladana yang telah mendoakan saya agar sehat, sabar dan sukses selama kuliah. Kalian adalah anugerah terbesar dalam hidup ini.

4. Keluarga Besar KOMAPO di se-Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Kalian adalah anugerah terbesar dalam hidup ini.


(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 April 2017

Derius Tepmul


(8)

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN

PUBLlKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Derius Tepmul

Nomor Mahasiswa : 101224061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KOHESI DAN KOHERENSI KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMESTER I SAMA NEGERI I OKSIBIL

KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG, PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa'perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 25 April 2017

yan;rakan,

flST!ll


(9)

viii ABSTRAK

Tepmul, Derius. 2017. Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis kohesi, (2) mendeskripsikan ketepatan pemakaian penanda kohesi, (3) mendeskripsikan jenis koherensi, dan (4) mendeskripsikan ketepatan pemakaian penanda koherensi yang terdapat dalam karangan deskripsi yang disusun oleh siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa karangan deskripsi yang disusun oleh 22 siswa kelas X SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pgunungan Bintang, Papua Tahun ajaran 2015/2016. Data penelitian ini berupa paragraf-paragraf yang mengandung kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun ajaran 2015/2016. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tugas kepada siswa untuk menyusun karangan. Data yang terkumpul diidentifikasi, kemudian dianalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan pemakaiannya.

Hasil penelitian ini, yaitu (1) kohesi gramatikal yang ditemukan dalam karangan para siswa ialah referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan kohesi leksikal yang ditemukan berupa hiponim, repetisi, kolokasi, sinonim, antonim dan ekuivalensi. (2) Koherensi yang ditemukan dalam karangan deskripsi para siswa, yaitu adisi, repetisi, pronomina, sinonim, keseluruhan-bagian, kelas-anggota, hasil, contoh, kontras, paralism, komparasi, waktu, dan tempat. (3) Ketepatan pemakaian penanda kohesi ada yang tepat dan tidak tepat. Ketepatan pemakaian penanda kohesi tidak tepat karena penanda yang digunakan salah, tidak diperlukan, dan tidak sesuai kaidah. Ketepatan pemakaian penanda kohesi tidak tepat ditemukan pada kohesi referensi, substitusi, konjungsi, dan repetisi. (4) Ketepatan pemakaian penanda koherensi ada yang tepat dan tidak tepat. Ketepatan pemakaian penanda koherensi tidak tepat karena penanda yang digunakan salah, tidak diperlukan, dan tidak sesuai kaidah. Ketepatan pemakaian penanda koherensi tidak tepat ditemukan pada koherensi adisi, repetisi, pronomina, sinonim, kontras, waktu, dan tempat.


(10)

ix ABSTRACT

Tepmul, Derius. 2017. The use of Choesion and Choerence in Description Essay of Ten Grades Students in SMA Negeri I Oksibil, Regency of Pegunungan Bintang Papua, New Academic Year of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Literature Language Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

This study discusses about the choesion and choerence in description essay of ten grades students in SMA N I Oksibil, Regency of Pegunungan Bintang, Papua,New Academic Year of 2015/2016.The purposes of this study are : (1) to describe the types of choesion, (2) to describe the kinds of coherence , (3)describe the appropriateness of the use of choesion marker, and (4) to describe the use of choherence markers in description essay which is compiled by the ten grades students of SMA N 1 Oksibil,Regency of Pegunungan Bintang,Papua, New Academic year of 2015/2016. This research is used qualitative-descriptive approach. The data source of this research in the form of a description essay compiled by the 22 ten grades students in SMA N I Oksibil,Regency of Pegunungan Bintang, Papua, the New Academic Year of 2015/2016.

The result of this reseacrh, namely (1) grmmatical choesion found in the students‟s essays are refrences, substitution, ellispsis, and cinjunction, whereas lexical choesion found hyponymy and hypernimy form, repetition, collocation , synoyms, and equivalence. (2) The chorence that is found in the description of the students‟s essay consist of ; addition, repetition, pronouns , synpnyms, whole -part, class member, result, example contrast, paralism, comparison, time, and place. (3) There is correct and incorrect in using accuracy in coherence marker , it is not necessary and not accordance with the rule. The accuracy of using choesion marker is not appropriate because the markers are used is incorrect. Inappropriate choesion markers found on choesion refrences, subtitution, conjunction, and reps. (4) The accuracy of using choerence markers there are proper and improper . The accuracy of using coherence markers is not appropriate or improper because the marker that is used is incorrect , it is not necessary and not accordance with the rule of language. The accuracy of use choerence markers which is inappropriate can be found on choerence addition, repetition, pronouns, synonyms , contrast , time, and place.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakasih, atas penyertaan, perlindungan, kekuatan, limpahan rahmat, kasih-Nya yang tak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Kohesidan Koherensi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun Ajaran 2015/2016 ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis sangat menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari berkat dukungan, nasihat, kerjasama, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mendampingi, membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah menerima, mendidik, dan memotivasi penulis selama proses perkuliahan, baik dalam hal akademis maupun nonakademis.

3. Seluruh dosen penguji yang berkenan menguji penulis.

4. Seluruh dosen PBSI yang dengan penuh kesabaran mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh studi di PBSI.

5. Karyawan Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai layanan administrasi.

6. Kedua orang tua saya, Bapak Anton Kaladana (almarhum) dan Mama Novela (almarhumah) yang telah melahirkan dan membesarkan saya sebagai pribadi yang unik, beserta kakak Martina Kaladana (almarhumah), adik Alfrius Mangolkuplipki Kaladana yang telah mendoakan saya agar sehat, sabar dan sukses selama kuliah.


(12)

xi

7. Ibu angkat saya, Ibu Dina Uropkulin yang telah menyekolahkan, mendoakan, menasihati dan memotivasi saya untuk menjadi manusia yang berguna sekarang dan kemudian hari.

8. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Pieter Kalakmabin, sang inspirasi dan idolaku.

9. Bapak Yance Sasaka, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indoensia kelas X SMA Negeri I Oksibil yang telah membantu dalam proses pembelajaran di kelas, serta memberikan respons positif terhadap penelitian ini.

10. Seluruh siswa kelas X SMA Negeri I Oksibil yang dengan semangat membantu proses penelitian ini.

11. Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, yang membiayai perkuliahan saya sampai selesainya skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan Komunitas Pelajar dan Mahasiswa Aplim Apom (KOMAPO) se-Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera, terimakasih atas semua doa, dukungan, dan bantuan kalian semua.

13. Bapak Salmon Alutbali Wasini, Am.Pt., selaku kaka sekaligus orang tuaku, terimakasih atas semua pengorbanannya sejak saya dibangku SMA-selesainya Skripsi ini.

14. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Theodorus Sitokdana, sang inspirasi dan idolaku.

15. Bapak Lizanias B. Kaladana, selaku orang tua wali yang membantu saya selama menempuh studi di PBSI, USD.

16. Adik W. Jaden Sipka, terimakasih sudah pinjamkan saya laptop selama menyelesaikan skripsi ini, amal kebaikanmu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

17. Adik Julia, M. Opki, terimakasih sudah menjadi Mother Thressa bagi saya, amal kebaikanmu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

18. Abangku Andreas Arni H. Kalakmabin, terimaksih sudah membantu mengerjakan tabelnya, amal kebaikanmu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.


(13)

19. Bapak Me1kior Sitokdana, S.Korn, M.Eng, terirnakasih sudah rnenjadi inspirasi bagi saya, arna1 kebaikanmu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. 20. Ternan-ternan angkatan 2010,2011 dan 2012 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia dan rekan-rekan lain yang tidak sernpat penulis sebutkan dalarn apresiasi ini.

21. Terirna kasih untuk sernua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah rnernbantu penulis selarna rnenernpuh study di PBSI, USD.

Penulis rnenyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai cara telah rnernbantu dan rnendukung penulis da1arn keseluruhan proses pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa rnengurangi rasa hormat kepada berbagai pihak yang narnanya tidak sernpat disebutkan satu per satu di dalarn tulisan ini, sekali lagi penulis rnengucapakan terirna kasih.

Penulis juga rnenyadari bahwa skripsi ini rnasih jauh dari kata sernpuma. Oleh karena itu, segala bentuk kritik, saran dan surnbangan ide yang rnembangun dapat disarnpaikan kepada penulis derni penyernpumaan tulisan ini. Sernoga karya kecil ini dapat rnernerikan manfaat bagi pernbaca dan dapat menjadi referensi bagi siapapun yang rnempunyai minat pada bidang kebahasaan, khususnya ilrnu wacana untuk penelitian lebih lanjut.

Yogyakarta, 25 April 2017

(J;t

Derius Tepmul


(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Karangan ... 13


(15)

xiv

2.2.3 Kohesi ... 16

2.2.4 Kohesi Gramatikal ... 17

2.2.5Kohesi Leksikal ... 23

2.2.6 Koherensi ... 26

2.2.4.1Pengertian Koherensi ... 26

2.2.4.2 Unsur-Unsur Koherensi ... 28

2.2.7 Pendayagunaan Ketepatan Pilihan Kata ... 37

2.2.8 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Data dan Sumber Data ... 41

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 42

3.4 Instrumen Penelitian ... 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 46

3.7 Trianggulasi ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Deskripsi Data ... 49

4.1.1 Jenis Kohesi ... 53

4.1.2 Ketepatan Pemakaian Penanda Kohesi... 54

4.1.3 Jenis Koherensi ... 57

4.1.4 Ketepatan Pemakaian Penanda Koherensi ... 59

4.2 Analisis Data ... 62

4.2.1 Jenis Kohesi ... 63

4.2.2 Ketepatan Pemakaian Penanda Kohesi ... 80

4.2.3 Jenis Koherensi ... 99

4.2.4 Ketepatan Pemakaian Penanda Koherensi ... 109

4.3 Pembahasan Hasil ... 120


(16)

xv

4.3.2 Hasil Analisis Penelitian Terdahulu... 121

4.3.3 Hasil Analisis Penelitian ... 124

4.3.3.1 Jenis Kohesi ... 125

4.3.3.2 Ketepatan Pemakaian Penanda Kohesi ... 128

4.3.3.3 Jenis Koherensi ... 130

4.3.3.4 Ketepatan pemakaian penanda koherensi ... 131

BAB V PENUTUP ... 135

5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Implikasi ... 137

5.3 Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

LAMPIRAN ... 143


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Judul karangan deskripsi ... 41

Tabel 1.2 Subjek dan objek penelitian ... 42

Tabel 1.3 Kode data penelitian ... 45

Tabel 1.4 Jumlah data hasil analisis jenis kohesi ... 50

Tabel 1.5 Jumlah data hasil analisis ketepatan pemakaian penanda kohesi yang tepat dan tidak tepat ... 51

Tabel 1.6 Jumlah data hasil analisis jenis koherensi ... 52

Tabel 1.7 Jumlah data hasil analisis ketepatan pemakaian penanda koherensi yang tepat dan tidak tepat ... 52


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Analisis Jumlah Data Jenis Kohesi ... 143 Lampiran 3 Tabel Analisis Jumlah Data Ketepatan

Pemakaian Penanda Kohesi ... 144 Lampiran 2 Tabel Analisis Jumlah Data Jenis Koherensi ... 145 Lampiran 4 Tabel Analisis Jumlah Data Ketepatan

Pemakaian penanda Koherensi ... 145 Lampiran 7 Bukti Trianggulasi ... 271


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia mengembangkan empat macam keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis (writing skill). Keterampilan berbicara dan menyimak berkenaan dengan bahasa lisan, sedangkan keterampilan membaca dan menulis berkenaan dengan bahasa tulis.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, dan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung. Terdapat dua hasil keluaran (output) yang berhubungan dengan kegiatan menulis, yaitu mengarang dan menulis. Kegiatan mengarang akan menghasilkan karangan, sedangkan kegiatan menulis akan menghasilkan tulisan. Perbedaan dari hasil tulisan dilandaskan pada fakta, penelitian, pengalaman, pengamatan, pemikiran atau analisis suatu masalah. Contoh tulisan antara lain makalah, laporan, artikel, buku umum dan buku pelajaran. Sebaliknya, karangan banyak dipengaruhi imajinasi dan perasaan pengarang, misalnya cerpen, novel, dan puisi (Wiyanto, 2004: 3).

Pemakaian bahasa dalam karangan atau karya tulis seringkali didapati tulisan yang tidak efektif dan pemilihan diksi yang salah dan rancu sehingga dapat menyebabkan pembaca sulit memahami isi tulisan tersebut. Sering pula muncul permasalahan yang sangat mendasar seperti kalimat topik dan kalimat pendukung yang tidak berkaitan, dua kalimat topik dalam sebuah paragraf, dan hubungan antarkalimat yang tidak koheren dan kohesif. Suatu karangan dari seorang siswa


(20)

lazimnya berupa wacana luas yang terdiri atas wacana dasar. Wacana dasar dibangun oleh kalimat sebagai perwujudan pengembangan sebuah topik. Topik tersebut dapat dikembangkan oleh sebuah kalimat atau bisa juga dikembangkan oleh sederetan kalimat. Jika topik dikembangkan oleh sederetan kalimat, maka perlu adanya penanda keterkaitan yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya.

Keterkaitan yang padu antarkalimat dan antarparagraf merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah wacana, karena dengan keterkaitan yang padu itulah wacana akan menjadi utuh. Keterkaitan antarkalimat penjabar atau pengembang topik secara semantis disebut koherensi, sedangkan keterkaitan secara leksikal dan gramatikal disebut kohesi. Sarana kohesi dan sarana koherensi dapat digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan antarparagraf dalam sebuah wacana.

Sebuah karangan yang baik, kohesifserta koheren dapat disusun dengan menggunakan berbagai alat wacana, baik yang berupa aspek gramatikal maupun aspek semantik. Karangan yang baik adalah karangan yang mengandung seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi. Di samping itu, dibutuhkan juga keteraturan atau kerapian susunan yang menimbulkan rasa koherensi (Tarigan, 1987: 70).

Penelitian ini secara lebih khusus menganalisis seputar kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi yang disusun oleh siswa Kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016 dengan tema Keindahan Alam. Pemilihan karangan deskripsi


(21)

didasarkan pada silabus pembelajaran yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi Bahasa Indonesia siswa kelas X semester I sebagaimana yang terdapat pada Standar Kompetensi Nomor 1.4,yaitu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat semenjana dalam berbagai bentuk karangan (naratif, deskriptif, ekspositif) dengan tingkat kompetensi dasar 4.2 yakni menulis hasil observasi dalam bentuk karangan deskriptif.

Pada saat peneliti melakukan observasi penelitian dikelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016 yang dijadikan sebagai sampling penelitian, pembelajaran seputar menulis karangan deskripsi yang telah dilaksanakan di sekolah selama ini belumlah terlaksana secara maksimal. Minimnya jam pelajaran menulis bagi siswa serta sikap pengajar (guru) yang hanya memberikan metode pembelajaran dengan metode ceramah dan membaca saja dalam memberikan uraian pengetahuan bahasa Indonesia, menjadi sebab kurangnya kemampuan siswa dalam membuat karangan deskripsi.

Dengan mempertimbangkan berbagai alasan di atas, peneliti memilih topik ini untuk dapat dianalisa lebih lanjut dalam penelitian ini dengan memperhatikan penanda kohesi dan koherensi. Modus kesalahan yang sering muncul dalam karangan deskripsi siswa biasanya mereka tidak memperhatikan kalimat penghubungnya, terutama dalam penggunaan sarana kohesi yang kurang terjaga sehingga tidak ada keterkaitan yang padu. Keterkaitan yang padu dapat dibangun melalui sarana kohesi dan koherensi. Siswa hanya menuangkan apa yang ada dalam pikirannya tanpa memperhatikan ketepatan susunan kalimat terutama


(22)

dalam penggunaan sarana kohesi dan koherensi. Dengan demikian, peneliti hendak menindaklanjuti lebih mendalam mengenai penggunaan sarana kohesi dan koherensi antarkalimat dan antarparagraf dalam karangan deskripsi kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, selanjutnya peneliti hendak menentukan rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Apa sajakah jenis kohesi yang digunakan dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Bagaimana ketepatan pemakaian penanda kohesi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016?

3. Apa sajakah jenis koherensi yang digunakan dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016?

4. Bagaimana ketepatan pemakaian penanda koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis kohesi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mendeskripsikan ketepatan pemakaian penanda kohesi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

3. Mendeskripsikan jenis koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

4. Mendeskripsikan ketepatan pemakaian koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil atas penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi secara teoritis dan praktis, yaitu bagi guru, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dan bagi peneliti lain.

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengajaran Bahasa Indonsesia supaya lebih tepat dan kreatif. Khususnya dalam pembelajaran


(24)

menulis, baik menulis karangan, menulis laporan, dan pembelajaran menulis lainnya dengan memperhatikan ketepatan kohesi dan koherensi.

b. Bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, kiranya penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam suatu wacana. Dengan demikian mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia bisa mengetahui, memahami, dan membedakan jenis-jenis kohesi dan koherensi dari setiap wacana yang dibacanya.

c. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan memberikan gambaran untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam wacana Bahasa Indonesia.

1.5 Batasan Istilah

Peneliti hendak memberikan batasan istilah sehinggabeberapa pengertian yang terdapat dalam penelitian ini tidak menimbulkan kerancuan makna nantinya. a. Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi yang tersusun rapi dan berkesinambungan serta memiliki awal dan akhir yang nyata, diwujudkan secara lisan maupun tertulis (Tarigan, 1987: 25).

b. Karangan deskripsi

Karangan deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu hal sedemikian rupa sehingga gambaran objek itu seolah-olah berada di


(25)

depan mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek tersebut (Keraf, 1995: 16).

c. Kohesi

Kohesi adalah hubungan bentuk antarkalimat yang membangun keutuhan wacana (Sumadi, 1998: 4).

d. Kohesi gramatikal

Kohesi gramatikal adalah piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa (Abdul Rani dkk, 2006: 97).

e. Kohesi leksikal

Kohesi leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif (Abdul Rani, dkk, 2006: 97). f. Koherensi

Koherensi adalah hubungan makna antarkalimat yang membangun keutuhan wacana (Sumadi, 1998: 6).

g. Ketepatan pilihan kata

Ketepatan pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1984: 87).

1.6 Sistematika Penyajian

Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan 6 hal, yaitu (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian.


(26)

Bab II merupakan landasan teori. Dalam bab ini dipaparkan 2 hal, yaitu (1) penelitian terdahulu dan (2) kajian pustaka.

Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bab ini dipaparkan 8 hal, yaitu (1) jenis penelitian, (2) subyek dan obyek penelitian, (3) sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) teknik analisis data, dan (7) trianggulasi.

Bab IV merupakan pembahasan. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu (1) deskripsi data penelitian, (2) analisis data, dan (3) pembahasan, (4) Bab V penutup. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu (1) kesimpulan, (2), implikasi dan (3) saran.


(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang unsur keutuhan wacana, yaitu kohesi dan koherensi sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, beberapa diantaranya.

Agnes Dyah Purnamasari (2009) yang melakukan penelitian berkaitan dengan kohesi dan koherensi. Penelitian ini berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang, Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kohesi yang digunakan dalam karangan narasi siswa Kelas VIII Semester I SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang, Tahun Ajaran 2008/2009 meliputi kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Piranti yang membentuk kohesi leksikal adalah repetisi, sinonimi, hiponimi, antonimi, dan ekuivalensi. Piranti yang membentuk kohesi gramatikal adalah referensi, dan konjungsi.

Koherensi yang digunakan dalam karangan narasi siswa Kelas III Semester I SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang, Tahun Ajaran 2008/2009 adalah koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Piranti yang membentuk koherensi berpenanda adalah koheresi kausalitas, koherensi aditif, koherensi temporal, koherensi kronologis, koherensi perurutan dan koherensi intensitas. Piranti yang membentuk koherensi tidak berpenanda adalah perian dan koherensi dialog.


(28)

Pada kesempatan yang lain, Yuanita Hartanti (2007) juga melakukan penelitian yang berkaitan tentang kohesi dan koherensi. Penelitian ini berjudul Kohesi dan Koherensi dalam Wacana pada Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Karangan Dawud, dkk. Terbitan Erlangga Tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanda kohesi leksikal dan kohesi gramatikal yang ditemukan pada buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Karangan Dawud, dkk. Terbitan Erlangga Tahun 2004 ini memiliki hubungan antarkalimat yang dijalin dengan baik adanya. Penanda kohesi leksikal ditandai dengan repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan ekuivalensi. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan meliputi referensi, substitusi, elipsis, dan kolokasi. Pada penanda koherensi yang ditemukan meliputi kausalitas, kontras, aditif, temporal, perurutan, dan intensitas.

Titik Mindarti (2013) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan kohesi dan koherensi. Penelitian ini berjudul Analisis Peranti Kohesi dan Koherensi pada Tulisan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Dalam penelitiannya, tulisan narasi siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tawangmangu menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang tepat sehingga mampu membentuk wacana yang memiliki kepaduan bentuk. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan adalah pengacuan, ellipsis, dan konjungsi, sedangkan aspek kohesi leksikal yang digunakan adalah repetisi, sinonimi, antonimi, dan hiponimi. Adapun pemakaian piranti kohesi dan koherensi pada tulisan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013 yang sangat


(29)

dominan digunakan adalah referensi yang berupa kata ganti personal mencapai 49,45%. Pemakaian koherensi pada tulisan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013 yang sangat dominan digunakan adalah hubungan makna tempo yang mencapai 83,33%.

Sementara itu, Antonius Nesi (2011) juga telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan kohesi dan koherensi. Penelitian ini berjudul Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar: Studi Kasus Wacana Berita Utama dan Surat Pembaca Kompas, Republika, Kedaulan Rakyat, dan Bernas Jogja Edisi Agustus 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesi wacana Bahasa Indonesia dalam surat kabar juga meliputi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang terdapat dalam wacana surat kabar adalah referensi, substitusi, penghilangan, dan konjungsi. Sedangkan kohesi leksikal yang terdapat dalam surat kabar adalah pengulangan, sinonimi, antonimi, hiponimi, ekuivalensi dan kolokasi. Koherensi wacana Bahasa Indonesia dalam surat kabar juga meliputi koherensi tekstual, koherensi ko-tekstual dan koherensi logis. Koherensi ko-tekstual yang ditemukan meliputi koherensi wacana promotif dan koherensi wacana normatif. Koherensi tekstual meliputi koherensi ko-tekstual endofora anaforis dan koherensi ko-ko-tekstual endofora kataforis. Koherensi logis yang ditemukan adalah koherensi kausalitas, pengontrasan, definisi dan simpatisan.

Maria Dian Putriyanti (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Kohesi dan

Koherensi dalam Rubrik “Teras Muda” pada Majalah Bulanan Matabaca Edisi


(30)

“Teras Muda” pada Majalah Bulanan Matabaca edisi 2006-2007 terbitan Gramedia yang berupa kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Piranti yang membentuk kohesi gramatikal meliputi refrensi, substitusi, ellipsis dan konjungsi. Piranti yang membentuk kohesi leksikal meliputi repetisi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan kolokasi. Jenis koherensi yang digunakan pada rubrik “Teras Muda” yang terdapat Majalah Bulanan Matabaca edisi 2006-2007 meliputi koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Piranti yang membentuk koherensi berpenanda meliputi koherensi kausalitas, kontras, aditif, temporal, kronologis, perurutan, dan perincian. Piranti yang membentuk koherensi tidak berpenanda meliputi koherensi pentahapan dan perian.

Berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu di atas, menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh kelima peneliti sebelumnya dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, ternyata mempunyai persamaan dan perbedaan. Kesamaan hasil penelitian terletak pada hasil pengkajian aspek keutuhan wacana yang berupa kohesi dan koherensi, juga pada metode penelitian yang digunakan, yakni dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Namun begitu, peneliti juga melihat perbedaan pada beberapa hal, utamanya pada sisi rumusan masalah,sumber data, subjek penelitiandan kajian teori yang digunakan. Rumusan masalah yang peneliti ajukan dalam penelitian ini lebih dititikberatkan pada jenis penanda dan ketepatan pemakaian penanda kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Peguungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.


(31)

2.2 Kajian Teori 2.2.1 Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan sesorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (Gie, 2002: 3). Ide atau gagasan merupakan hal utama yang dibutuhkan penulis untuk dituangkan dalam sebuah karangan.

Gie (2002) memaparkan bahwa setiap butir ide perlu diletakan pada suatu kata, kata-kata dirangkai menjadi ungkapan atau frasa, beberapa frasa digabung menjadi anak kalimat, sejumlah anak kalimat membangun sebuah kalimat, sejumlah kalimat membentuk alenia, alenia-alenia akhirnya mewujudkan suatu karangan. Proses di atas merupakan alur ketika sesorang berusaha untuk menuangkan idenya menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada awalnya bermula dari sebuah ide yang kemudian membentuk menjadi sebuah karangan.

2.2.1.1Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi atau pemerian adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Gorys Keraf (1982: 93).

Dalam karangan deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatannya dan perasaannya kepada para pembaca. Orang pada umumnya memahami bahwa karanggan deskripsi berisi suatu gambaran terhadap suatu objek secara rinci. Karangan deskripsi mampu menimbulkan daya khayal bagi pembaca. Sasaran yang ingin dicapai penulis adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya imajinasi kepada para pembaca, seolah-olah


(32)

mereka melihat sendiri objek yang diceritakan penulis secara keseluruhan sebagai sesuatu yang dialami secara fisik oleh penulis.

Secara rinci suatu karangan dapat dikatakan sebagai karangan deskripsi apabila melukiskan atau menggambarkan suatu objek dengan utuh. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan secara langsung. Contoh karangan deskripsi berikut. (1) Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia

lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Paras cantiknya. Hidung bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang india. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba -lomba menyempurnakan kecantikan itu. (Nasucha, Yakub, dkk, 2009: 49).

Contoh potongan wacana di atas adalah contoh karangan deskripsi. Setiap kalimat menggambarkan secara detail wajah seorang wanita.

2.2.2 Wacana

Menurut Mulyana (2005: 1), wacana adalah unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam ilmu linguistik wacana dimengerti sebagai satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat (Stubbs, 1983: 10 dan McHoul, 1994: 940). Wacana berada pada posisi tertinggi, di bawahnya terdapat satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, kata, frasa, klausa dan kalimat.

Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas klausa atau kalimat dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata dan disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 2009: 26). Definisi lain dari wacana menurut


(33)

Anton. M. Moeliono (1988: 334), adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna.

Berdasarkan pendapat para ahli yang beraneka ragam, dapat disederhanakan bahwa wacana adalah suatu unsur kebahasaan secara tertulis yang menduduki tataran paling tinggi dari satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat serta saling berkesinambungan antara kalimat-kalimat yang menyusun suatu wacana sehingga pembaca mampu memahami makna yang disampaikan penulis dalam wacana tersebut.

Unsur pembeda antara bentuk wacana dengan bentuk bukan wacana adalah pada ada tidaknya satuan makna yang dimilikinya. Ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan : “ soto, es jeruk, dua”, ungkapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan makna yang lengkap. Keutuhan itu tersirat dalam hal: (1) urutan kata ditata secara teratur, (2) makna dan amanatnya berkesinambungan, (3) diucapkan di tempat yang sesuai, (4) antara penyapa dan pesapa saling dapat memahami maknanya.

Selain ada kesatuan makna, suatu wacana jug harus menciptakan keutuhan yang saling berhubungan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri dari bentuk (form) dan makna (meaning), sehingga hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi. Dalam hal ini, untuk menghasilkan wacana yang kohesif, maka diperlukan keefektifan kalimat, ekonomis dalam penggunaan bahasa, dan mencapai aspek kepaduan wacana. Disamping itu untuk menghasilkan wacana yang koherensi tidak hanya


(34)

dilihat dari bentuk luarnya saja, namun juga didukung oleh gagasan yang memiliki hubungan makna. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai kohesi dan koherensi.

2.2.3 Kohesi

Dalam pembahasan di awal telah disinggung bahwa wacana terdiri atas kalimat-kalimat dalam hal ini kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Untuk menciptakan keutuhan bagian-bagian wacana harus berhubungan. Hubungan antarbagian wacana salah satunya dipengaruhi oleh kohesi. Penulis mengutip dari dua ahli, yaitu sebagai berikut.

Pengertian kohesi menurut Baryadi (2002: 17), kohesi berkenanaan dengan hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Pengertian kohesi menurut Tarigan (2009: 93), kohesi adalah organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.

Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi adalah hubungan bentuk antara bagian-bagian wacana yang terangkai dalam satu kesatuan yang saling terkait dalam hal ini, suatu wacana dapat dikatakan kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa. Kohesi dalam suatu wacana sangatlah penting. Kohesi memberikan rasa padu antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf dalam wacana.

Berdasarkan perwujudan lingualnya, Halliday dan Hassan (1976:4) mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur kohesi gramatikal dan unsur kohesi leksikal.


(35)

2.2.3.1Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal (tata bahasa) antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 18). Kohesi gramatikal dapat dibagi menjadi (1) referensi (penunjukan), (2) substitution (penggantian), (3) elipsis (pelepasan), dan konjungsi.

A. Referensi (penunjukan)

Referensi (penunjukan) adalah bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya (M. Ramlan, 1993: 12). Dalam bahasa Indonesia, baik penunjukan anaforis maupun kataforis, ditunjukan oleh kata-kata yang bersifat deiktis. Kata deiktis yaitu kata yang referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti tergantung pada konteksnya. Berdasarkan arah penunjukannya, kohesi penunjukan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penunjukan anaforis dan kataforis.

(a) Penunjukan Anaforis

Referensi penunjukan anaforis ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri (Baryadi, 2002: 18). Dengan kata lain referensi anaforis menunjuk pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Referensi anaforis ditunjuk oleh kata itu, ini, begini, begitu, tersebut, di atas, demikian. Contoh referensi anaforis dapat dicermati pada paragraf berikut.

(2) Banyak orang percaya bahwa wanita sudah sewajarnya hidup dilingkungan rumah tangga. Tugas yang diberikan kepada mereka adalahmelahirkan dan membesarkan anak-anak dilingkungan rumah tangga, serta memasak dan memberi perhatian kepada suaminya. Tugas itu bukanlah tugas yang mudah bagi wanita.


(36)

Pada contoh di atas tampak bahwa kata itu dalam paragraf tersebut berfungsi sebagai kohesi penanda penunjuk anaforis. Kata itu menunjuk pada kalimat sebelumnya, yaitu tugas wanita dalam lingkungan rumah tangga.

(b) Referensi Kataforis

Referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu kepada konstituen yang di sebelah kanan (Baryadi, 2002: 19). Dengan kata lain referensi kataforis mengacu pada konstituen sesudah kata yang menunjuk. Referensi kataforis ditunjukan oleh kata berikut, berikut ini, yakni, yaitu. Contoh referensi kataforis dapat dilihat pada contoh berikut.

(3) Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

a. Pupuk menjadi bagian penting dalam bidang pertanian. b. Pemeliharaan tanaman tergantung banyak faktor. (Mulyana, 2005:27)

Kata berikut pada kalimat di atas menunjuk pada hal-hal lain yang akan dijelaskan sudahnya, yaitu pada poin a dan b.

B. Substitusi (Penggantian)

Penggantian (substitusi) adalah proses dan hasil penggantian unsurbahasa oleh unsur lain ke dalam satuan yang lebih besar (Mulyana, 2005: 28). Subtitusi digunakan supaya tidak terjadi pengulangan kata, frasa atau kalimat yang sama, yang membuat tulisan tidak efektif. Penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang diacuannya tetap sama dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar dari kata, seperti frase atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863 dalam Rani dkk, 2005: 105). Berikut adalah contoh substitusi.


(37)

(4) Dalam aksioma yang ketiga, Buhler berusaha menguraikan sturktur-modell der Sprach. Ia beranggapan bahwa semua bahasa mempunyai struktur (Rani dkk, 2005:105).

Pada contoh di atas, kata Buhler dalam kalimat pertama digantikan kata Ia pada kalimat kedua. Kata ganti ia kata ganti orang ketiga tunggal.

C. Elipsis (Pelepasan)

Elipsis atau penghilangan adalah proses penghilangan kata atau satuan kebahasaan lain (Mulyana, 2005: 28). Bentuk atau unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan ujudnya dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Harimurti Kridalaksana, 1984: 40). Elipsis digunakan supaya tidak ada pengulangan kata yang sama karena penulis menganggap pembaca mengerti maksud tulisan sehingga tidak perlu diulang kembali. Selain itu, supaya tulisan lebih singkat namun tetap jelas. Berikut ini contoh elipsis.

(5) Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam peyusunan skripsi ini. Terima kasih Tuhan (Mulyana, 2005:28)

Kata saya mengucapkan dihilangkan karena penulis beranggapan bahwayang membaca tetap memahami maksud penulis, juga supaya tulisan menjadilebih singkat dan jelas.

4) Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat dan seterusnya (Harimurti Kridalaksana, 1984: 105; Hendry Guntur Tarigan, 1987: 101 dalam Mulyana 2005: 29; Alwi, 2003: 296). Konjungsi merupakan kohesi


(38)

gramatikal yang merangkai satu kalimat dengan kalimat yang lain sehingga timbul koherensi dan kemasukakalan (Parera, 2004: 227). Konjungsi digunakan supaya keterikatan ide-ide dalam wacana tetap mengalir sesuai alurnya dan benar-benar memiliki kejelasan hubungan satu sama lain.

Konjungsi merupakan pemarkah yang paling mudah dilihat. Alwi, dkk (2003: 297-302) membagi konjungsi dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

(a) Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status atau kedudukan yang sama. Contohnya: dan (penanda hubungan penambahan), serta (penanda hubungan pendampingan), atau (penanda hubungan pemilihan), tetapi dan melainkan (penanda hubungan perlawanan), padahal dan sedangkan (penanda hubungan pertentangan). Berikut contoh penggunaan konjungsi koordinatif.

5) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku? Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.

Pada contoh (6a) di atas terdapat konjungsi koordinatif atau (penanda hubungan pemilihan), pada contoh (6b) terdapat konjungsi koordinatif tetapi (penanda hubungan perlawanan).

(b) Konjungsi Korelatif

Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaktis yang sama. Sarana konjungsi yang digunakan seperti: baik… maupun …; tidak hanya… tetapi juga…; bukan hanya…melainkan

juga…;demikian… sehingga; sedemikian rupa…sehingga…; apa (kah)…atau…;


(39)

korelatif.

(6) Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.

Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya. Pada contoh (6a) di atas terdapat konjungsi korelatif tidak hanya dan tetapi juga, pada contoh (6b) terdapat kojungsi korelatif entah dan entah.

(c) Konjungsi Subordinator

Konjungsi ini berfungsi sebagai penghubung dua klausa atau lebih yang tidak memiliki status sintaktik yang sama. Berikut ini pembagian konjungsi subordinator dan contohnya. (1) Konjungsi subordinator waktu: sejak, semenjak, sedari; sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi; setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai; hingga, dan sampai, (2) Konjungsi subordinator syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala, (3) Konjungsi subordinator pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, (4) Konjungsi subordinator tujuan: agar, supaya, biar, (5) Konjungsi subordinator konsesif: biarpun, meski(pun), walau(pun),sekalipun, sungguhpun, kendati(pun), (6) Konjungsi subordinator pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih, (7) Konjungsi subordinator sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, (8) Konjungsi subordinator hasil: sehingga, sampai (sampai), maka(nya), (9) Konjungsi subordinator alat: dengan, tanpa, (10) Konjungsi subordinator cara: dengan, tanpa. (11) Konjungsi subordinator komplementasi: bahwa, (12) Konjungsi subordinator atribut: yang, (13) Konjungsi subordinator perbandingan:

sama… dengan, lebih…dari(pada). Berikut ini contoh penggunaan konjungsi


(40)

(7) Saya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya.

Orang yang mendatanginya bertampang seram, maka dia jadi takut.

Pada contoh (7a) terdapat konjungsi subordinator seandainya, pada contoh (7b) terdapat konjungsi subordinator maka.

(d) Konjungsi antarkalimat

Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Berikut ini contoh konjungsi antarkalimat: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malah (an), bahkan, (akan) tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu. Berikut ini contoh pemakaian konjungsi antarkalimat.

(8) Badannya terasa lelah. Namun, ia tetap berangkat ke kantor. Masuk atau tidak, pekerjaan harus rampung. Sebab bulan depan buku laporan proyek harus sudah selesai.

Kata namun merupakan konjungsi adversatif, kata sebab merupakan konjungsi kausal yang menerangkan alasan, dan kata atau merupakan konjungsi koordinatif yang menjelaskan hubungan setingkat antara kata sebelumnya dengan kata selanjutnya.

(9) Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.

Kata biarpun begitu pada kalimat kedua merupakan konjungsi antarkalimat yang kalimat kedua dengan kalimat pertama.


(41)

2.2.3.2Kohesi Leksikal

Menurut Mulayan (2005: 29) Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur di dalam sebuah wacana secara semantis (Sumarlam, dkk., 2003: 11). Kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat yang mendahului atau yang mengikuti (Rani, 2006: 129).

Mulayana (2005: 29) kohesi leksikal dibagi menjadi 6 jenis, yaitu (a) hiponim (hubungan bagian atau isi), (b) repetisi (pengulangan), (c) kolokasi (sanding kata), (d) sinonim (persamaan), (e) antonim (lawan kata), dan (f) ekvivalensi. Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya. Berikut ini penjelasan unsur-unsur kohesi leksikal.

A. Hiponim

Baryadi (2002: 26) mengungkapkan bahwa hiponim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Sementara itu, Kushartanti (2005: 118) menyatakan bahwa hiponim adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hiponim merupakan hubungan kata, anggota atau keluarga kata tertentu, bagian dari kata umum yang lebih spesifik. Berikut ini contoh penggunaan hiponim. (10) Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir

memandang rendah kepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS (Rani, dkk 2006:133).


(42)

Pada contoh di atas, kata ahli fisika nuklir merupakan kata khusus atau subordinat, kata ilmuwan merupakan kata umum atau superordinat.

B. Repetisi

Pengulangan atau repetisi adalah kohesi leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002: 25). Rani (2006: 95) menyatakan bahwa repetisi digunakan untuk mempertahankan hubungan antarkalimat, dengan cara mengulang kata atau bagian tertentu dalam sebuah wacana. Pengulangan ini bisa dilakukan dengan (a) pengulangan penuh, yaitu mengulang salah satu fungsi dalam kalimat secara utuh atau penuh, (b) pengulangan dengan bentuk lain, yaitu mengulang salah satu fungsi kalimat dengan bentuk yang lain tetapi berasal dari bentuk dasar yang sama, dan (c) pengulangan dengan penggantian, yaitu pengulangan dengan substitusi. Berikut ini contoh pemakaian repetisi.

(11) Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apayang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini (Rani dkk, 2006:130).

Pengulangan atau repetisi dalam contoh di atas ialah kata berfilsafat yang disebut pada kalimat pertama, lalu pada kalimat kedua disebutkan lagi.

C.Kolokasi

Kohesi kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 28). Rani (2006: 129) menambahkan bahwa kolokasi kata adalah yang menunjukkan adanya hubungan kedekatan tempat (lokasi). Dapat disimpulkan bahwa kolokasi merupakan hubungan kata, untuk memahami sebuah kata atau banyak kata sebagai kolokasi harus memahami konteksnya. Berikut ini contoh


(43)

penggunaan kolokasi.

(12) Sifat terbuka atau demokratis dari Pancasila sebagai ideologi pertama -tama dapat kita lihat dari proses kelahirannya. Sebagaimana diketahui rumusan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dan konstitusi bersama lahirmelalui proses musyawarah mufakat yang bersuasana terbuka dan demokratis (Rani dkk, 2006:134-134).

Kata Pancasila dan UUD 1945 memiliki relasi atau berkolokasi sebagai pilar kebangsaan (dasar kehidupan bernegara) di Indonesia. Ketika membahas mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa maka akan berkaitan dengan UUD1945.

D. Sinonimi

Sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 27). Sinonimi bisa disebut sebagai persamaan kata, maksudnya memiliki makna yang sama atau mirip dan bisa saling menggantikan tanpa mengubah makna sebelumnya. Penggunaan sinonimi harus sesuai konteks, meskipun bersinonim namun tetap ada perbedaan. Berikut ini contoh penggunaan sinonimi.

(13) Jumlah orang Jawa perantauan ini selalu cenderung naik. Sensus yang dilakukan Inggris di tahun-tahun mereka berkuasa menunjukkan peningkatan itu (Baryadi, 2002:27)

Kata naik pada kalimat pertama sama dengan kata peningkatan pada kalimat kedua.

E. Antonimi

Antonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 28). Sementara Kushartanti (2005: 120) menyebutkan


(44)

bahwa antonim ialah hubungan antarkata yang beroposisi makna. Kata-kata yang beroposisi dengan selaras membuat pemahaman mitra tutur atau pembaca lebih cepat memahami wacana. Berikut ini contoh penggunaan antonimi.

(14) Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya: lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif (Baryadi, 2002:28).

Pada contoh di atas, terdapat pasangan kata yang saling berlawanan makna yaitu: rasional x emosional, aktif x pasif, dan agresif x submisif.

F. Ekuivivalensi

Ekuivalensi adalah makna yang sangat berdekatan; lawan dari kesamaan bentuk (Kridalaksana, 2008: 56). Ekuvalensi bisa dikatakan kata yang memiliki kedekatan hubungan karena berasal dari kata dasar yang sama. Penggunaan ekuivalensi dalam tulisan akan membuat semakin kohesif dan hubungannya tampak jelas. Berikut ini contoh penggunaan ekuivalensi.

(15) Mereka berjuang mati-matian. Perjuangan mereka telah berhasil (Tarigan, 1987:103).

Pada contoh di atas, kata berjuang dalam kalimat pertama dan perjuangan dalam kalimat kedua berasal dari kata dasar yang sama yaitu juang.

2.2.4 Koherensi

2.2.4.1Pengertian Koherensi

Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 29). Mulyana (2005) menyatakan bahwa koherensi mengandung makna pertalian. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (Tarigan, dalam Mulyana 2005). Koherensi dalam sebuah wacana dapat dilihat


(45)

dari hadirnya penanda-penanda kohesi maupun tidak. Melalui kehadiran penanda kohesi wacana menjadi koheren, maksud dan keterhubungan antarproposisi dapat dipahami.

Brown dan Yule (dalam Mulyana, 2005: 30) menegaskan bahwa koherensi adalah kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antar unsur (bagian) secara sistematis. Hubungan tersebut kadang terjadi melalui alat bantu kohesi, namun kadang-kadang dapat terjadi tanpa bantuan alat kohesi. Secara keseluruhan hubungan makna yang bersifat koheren menjadi bagian dari organisasi sistematis.

Sejalan dengan hal tersebut Halliday dan Hasan (dalam Mulyana 2005: 31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang didalamnya mengandung proposisi-proposisi. Sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjangada hubungan makna (arti) diantara kalimat-kalimat itu sendiri. Pada dasarnya hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interprestasi. Disamping itu,pemahaman hubungan koherensi dapat ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh wacana itu. Kohesi dapat diungkapkan secara eksplisit, yaitu dinyatakan dalam bentuk


(46)

penanda koherensi yang berupa penanda hubungan antarkalimat. Penanda hubungan itu berfungsi untuk menghubungkan kalimat sekaligus menambah kejelasan hubungan antarkalimat dalam wacana.

Beberapa bentuk atau jenis hubungan koherensi dalam wacana telah dideskripsikan oleh para ahli. D„Angelo (dalam Tarigan 2009: 100) misalnya menyatakan bahwa yang termasuk unsur-unsur koherensi wacana diantaranya mencakup: unsur penambahan, repetisi, pronomina, sinonim, totalitas bagian, komparasi, penekanan, kontras, simpulan, contoh, paralelisme, lokasi anggota, danwaktu. Tujuan aspek pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain ialah agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh.

2.2.4.2Unsur-unsur Koherensi

Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 29). Koherensi memiliki pengaruh yang besar dalam wacana agar bisa dipahami dan memiliki keterkaitan satu sama lain karena merupakan pertalian makna, maksudnya ada hubungan berupa topik atau ide yang sama dalam sebuah wacana sehingga wacana tersebut menjadi padu, dapat diterima dan dipahami.

Peneliti menggunakan teori Frank J. D‟Angelo (1980) sebagai dasar teori untuk menganalisis koherensi dalam penelitian ini. Berikut penjelasan unsur


(47)

koherensi menurut D‟Angelo (1980: 394-355). A. Adisi

Use connectives to suggest simple addition to the thought in the preceding sentence (D‟Angelo, 1980: 349). Hal ini dapat diterjemahkan bahwa penambahan atau adisi ialah saranauntukmenghubungkan ide pada kalimat sebelumnya dengan kalimat berikutnya menggunakan penanda-penanda adisi atau penambahan. Unsur koherensi ini merupakan sarana penghubung yang bersifat aditif atau berupa penambahan (Tarigan, 1987: 104).

Penggunaan piranti penambahan biasanya digunakan agar proposisi-proposisi yang dijelaskan saling berhubungan atau berkaitan. Sarana penghubung piranti ini antara lain: dan, juga, la gi, pula (Tarigan, 1987: 105), selanjutnya, disamping itu, tambahan lagi, dan selain itu (Rani, 2006: 207). Berikut ini contoh penggunaan unsur penambahan.

(16) Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami (Tarigan, 1987:105).

Pada contoh di atas terdapat penggunaan sarana penambahan berupa kata dan serta kata juga.

B. Repetisi

Pengulangan kata kunci atau kata yang menjadi bagian penting dalam sebuah tulisan agar keterkaitannya jelas. Pengulangan kata dilakukan supaya keterkaitan antarpreposisi tetap terjalin. Hal yang diulang tentu harus merupakan hal yang dianggap penting untuk diulang. Pengulangan bisa digunakan sebagai bentuk penekanan pada bagian tertentu, bahwa hal tersebut penting. Berikut contoh


(48)

penggunaan pengulangan kata.

(17) Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Sumadi sebagai tersangka dalam kasus tindak pida na korupsi di perusahaa n besar itu. Tersangka saat ini ditahan di Rumah Tahanan Salemba (Kushartanti, 2005:99).

Pada contoh di atas kata tersangka pada kalimat pertama diulang lagi pada kalimat kedua.

C. Pronomina

Use pronoun to refer to a noun, another person, or a clause in the preceding sentence (D‟Angelo, 1980: 350). Artinya penggunaan kata ganti yang mengacu pada kalimat sebelumnya. Sarana penghubung kata ganti berupa kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain (Tarigan, 1987: 106). Kata ganti atau pronomina dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi kata ganti persona (saya, kamu, kita,kami, beliau, mereka, engkau, Anda), kata ganti penunjuk (ini, itu, di sana, disini), dan kata ganti penanya (apa, mengapa, kenapa, bagaimana). Kata ganti digunakan supaya ada variasi dalam tulisan yang tetap menunjukkan keterkaitan satu sama lain. Berikut ini penggunaan kata ganti atau pronomina. (18) Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. Sepeda motor inilah

teman setiaku dalam segala musim dan cuaca, kata Bakri (Rani dkk, 2006:102).

Kata ini pada contoh di atas merupakan sarana kata ganti yang mengacu pada sepeda motor.

D. Sinonim

If the repetition of key word gets tiresome or if variety is needed, use a different word or phrase to refer to an element in the preceding sentence (D‟Angelo, 1980: 351). Artinya, jika mengulang kata yang sama membosankan,


(49)

sinonim menjadi solusi yang baik yaitu menggunakan kata lain yang memiliki makna serupa. Sinonim digunakan supaya ada variasi penggunaan kata dalam penulisan, tetapi tetap memiliki ikatan makna yang serupa. Berikut ini contoh penggunaan sinonim.

(19) Setelah 34 tahun memendam cinta membara, akhirnya Pangeran Charles dan Camilla Parker resmi menjadi suami-istri. Pasangan pengantin ini menikah pada Sabtu, 9 April 2005 (Kushartanti, 2005: 99).

Pada contoh di atas frasa pasangan pengantin pada kalimat kedua merupakan padanan kata suami-istri pada kalimat pertama.

E. Keseluruhan-Bagian

Use a word or phrase that names a whole in one sentence, and then use another word or phrase that names a part of the whole (D‟Angelo, 1980: 351). Artinya, pada frasa yang pertama membahas hal yang menyeluruh atau keseluruhan. Berikutnya, dibahas bagian-bagiannya atau hal-hal kecilnya.

Kadang-kadang, pembicaraan dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih atau memperkenalkanbagian-bagiannya (Tarigan,1987: 107). Penggunaan keseluruhan-bagian penting supaya hubungan pembicaraan atau apa yang ditulis jelas. Berikut ini penggunaan sarana keseluruhan-bagian.

(20) Beribu-ribu buku ada di perpustakaan itu. Buku bahasa, ekonomi, hukum, dan pertanian. Juga buku-buku teknik, kedokteran, dan lain-lain (Lubis, 2011: 111).

Pada contoh di atas, kalimat pertama dimulai dari keseluruhan atau umum yaitu buku kemudian beralih mengenalkan jenis-jenis buku seperti bahasa, ekonomi, hukum, dan pertanian, dan ditambah lagi pada kalimat berikutnya.


(50)

F. Komparasi

Use connectives that reveal to the reader significant likenesses in thought (D‟Angelo, 1980: 352). Artinya, menggunakan hubungan yang menunjukkan perbandingan yang signifikan. Perbandingan atau komparasi bertujuan untuk menunjukkan hubungan perbedaan atau persamaan (atau keduanya) suatu ide. Untuk menyatakan hubungan perbandingan secara eksplisit digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, lebih dari itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu (Rani, 2006: 121). Berikut ini contoh penggunaan komparasi.

(21) Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikanrumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Rumah kita tidak seperti rumah paman yang luas dan besar, kita akan membangun rumah yang bertingkat (Tarigan, 1987).

Pada contoh di atas perbandingan ditunjukkan oleh penghubung tidak seperti yang menyatakan perbedaan.

G. Penekanan

Use connectives to reinforce the thought in a pr evious clauses or to give emphasis to that thought (D‟Angelo, 1980: 352). Artinya mengggunakan hubungan berupa penekanan pada kata tertentu yang menunjukkan keterkaiatan yang erat. Penekanan digunakan supaya jelas apa yang menjadi hal terpenting dalam sebuh tulisan. Contoh kata yang biasa digunakan sebagai penekanan: dengan jelas, dengan nyata, pasti, tentu, barangkali, mungkin, tentu saja dan pemakaian partikel-lah. Berikut ini contoh penekanan.

(22) Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia -sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan


(51)

kampung kita ini dengan dengan kampong di seberang Sungai Lau Biang ini telah sekali kita kerjakan dengan AMD (ABRI Masuk Desa). Jelaslah hubungan antara kedua kampung berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung (Tarigan, 1987:107-108).

Pada contoh di atas kata yang merupakan penekanan ialah nyatalah, jelaslah, dan sudah tentu.

H. Kontras

Connect sentence with linking devices that show contrast and that reveal to the reader significant differences in thought (D‟Angelo, 1980: 353). Artinya hubungan yang menunjukkan kekontrasan yang signifikan sebuah ide dalam tulisan. Pertentangan digunakan untuk menunjukkan kekontrasan atau pertentangan ide secara jelas dalam sebuah tulisan. Kata yang sering digunakan untuk menunjukkan kekontrasan ialah namun, (akan) tetapi, sebaliknya, padahal, walaupun begitu, walaupun demikian, meskipun begitu, meskipun demikian, dansebagainya (Rani, 2006: 120; Ramlan, 1993: 49). Berikut ini contohnya.

(23) Kali Baru Timur di daerah Bungur, Jakarta Pusat merupakan

perkampungan yang padat dan kumuh. Nyamuk berseliweran, pengemis, pencoleng, dan gelandangan berkeliaran. Namun, di kampung kumuh tersebut sedang dibangun sekolah mewah (Rani dkk, 2006).

Kata penghubung namun merupakan penunjuk kekontrasan yang ada dalam proposisi tersebut.

I. Hasil

Use transitional devices when you want to show result (D‟Angelo, 1980: 353). Artinya menggunakan penanda yang menunjukkan hasil atau kesimpulan dalam sebuah tulisan. Hasil biasanya digunakan bila tulisan cukup panjang dan untuk menekankan hal terpenting secara rinci. Kata yang sering digunakan untuk


(52)

menunjukkan hasil atau simpulan ialah jadi, oleh karena itu, demikianlah, dan sebagainya. Berikut ini contoh penggunaan hasil dalam tulisan.

(24) Hukum tidak hanya untuk orang kaya. Semua orang mempunyai derajat yang sama di depan hukum. Hukum tidak memandang kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, pembesar atau rakyat jelata, dan ABRI atau bukan ABRI. Jadi, hukum berlaku untuk sia pa pun, kapan pun, dan di mana pun (Rani dkk, 2006).

Pada contoh di atas kata jadi merupakan penanda kesimpulan atau hasil. J. Contoh

Use transitional words and phrases to introduce illustrations or examples (D‟Angelo, 1980: 353). Artinya menggunakan kata atau frasa sebagai penghubung untuk menunjukkan contoh. Penggunaan contoh supaya penjelasan lebih mudah dipahami, supaya terlihat hubungan nyatanya. Kata yang sering digunakan untukmemberi contoh ialah seperti, contohnya, misalnya, umpamanya, dan sebagainya. Berikut ini penggunaan contoh dalam proposisi.

(25)Wajah pekarangan rumah kami di desa telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanam kebutuhan dapur sehari-hari, seperti bayam, tomat, cabai, talas, singkong, kacang panja ng, lobak, kubis, dan lain-lain (Tarigan, 1987:109).

Pada contoh di atas seperti menjadi kata penghubung contoh. K.Paralelisme (kesejajaran)

Repeat in the second clause a grammatical structure similar to that in a previous clause (D‟Angelo, 1980: 354). Maksudnya ialah bahwa ada klausa-klausa yang memiliki hubungan kesejajaran karena memiliki unsur yang sama. Paralelisme biasanya sejajar dan bisa saling menggantikan. Berikut ini contoh kesejajaran atau paralelisme.


(53)

tekun mempelajari buku baru mengenai wacana (Tarigan, 1987:109). Pada contoh di atas kalimat yang dicetak tebal merupakan kesejajaran. L. Kelas-Anggota

Name a general class in one sentence and a member of that class in another (D‟Angelo, 1980: 352). Maksudnya ialah penulis membahas hal yang umum dalam kalimat sebelumnya. Kemudian, dalam kalimat berikutnya membahas anggota-anggotanya atau bagian yang lebih spesifik. Berikut ini contoh penggunaan kelas-anggota.

(27) Pemerintah berupaya keras meningkatkan perhubungan di tanah air kita, yaitu perhubungan darat, laut, dan udara. Dalam bidang perhubungan darat telah digalakkan pemanfaatan kereta api dan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor ini meliputi mobil, sepeda motor, dan lain-lain (Tarigan, 1987:107).

Pada contoh di atas kata yang ditebalkan merupan hubungan kelas-anggota. M. Waktu

Use connectives that indicate time or a change of time (D‟Angelo, 1980: 354). Maksudnya menggunakan penanda hubungan yang menunjukkan waktu atau perpindahan waktu. Waktu digunakan supaya tulisan lebih jelas. Penanda yang sering digunakan untuk menunjukkan waktu contohnya ialah pagi, siang, pukul, tadi, kemudian, kemarin, baru saja, hari ini dan sebagainya. Berikut ini contoh penggunaan waktu.

(28) Dia biasanya datang ke kantorpagi-pagi (Alwi, 2003:367) (29) Tadi dia menanyakan la gi soal itu (Alwi, 2003:367)

Pada kedua contoh di atas, kata pagi-pagi dan tadi merupakan keterangan kala atau waktu.


(54)

N. Tempat

Use linking devices that indicate place or change of place (D‟Angelo,1980: 354). Artinya menggunakan sarana penghubung yang menunjukkan tempat atau lokasi, atau pergantian lokasi. Sarana penghubung tempat yang sering digunakan seperti di sini, di sana, di situ, di atas, di, dari atas, dan menyebutkan nama tempat secara eksplisit. Berikut ini contoh penggunaan tempat.

(30) Kita meletakkan batu pertama ini di sana (Alwi, 2003:368).

(31) Saya menempatkan barang itu di sini, kemudian saya pindahkan dan saya meletakannya di atas lemari (Tarigan, 1987:110)

Pada kedua contoh di atas kata di sana, di sini, di atas merupakan keterangan tempat.

O.Seri

Use transitional devices to link items in a series (D‟Angelo, 1980: 350). Seri atau rentetan merupakan pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau perbuatan berturut-turut terjadi atau dilakukan (Ramlan, 1993: 46). Piranti ini menggunakan sarana penghubung rentetan atau seri seperti pertama, kedua,…, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya (Tarigan, 1987: 105), lalu, sesudah itu, duluh, sekarang, akan, belum, sudah (Baryadi, 2002: 32). Berikut ini contohpenggunaan rentetan atau seri.

(32)Baru-baru ini Dr. Osofsky mengatakan, “Bayi-bayi yang cerdik itu lebih banyak memandang kepada ibunya untuk mengatakan sesuatu. Kemudian, sang ibu akan tersenyum pada bayinya, mengusap pipinya, dan dengan cepat mendekapnya (Ramlan, 1993:46).


(55)

2.2.5 Pendayagunaan Ketepatan Pilihan Kata

Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (1987: 68) menyatakan bahwa wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya dan begitu seterusnya sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh.

Menurut Gorys Keraf (2005: 87), ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang berarti menggunakan kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan bahasa yang digunakan adalah formal dengan bahasa standar/baku.

Menurut Gorys Keraf (2002: 87), ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepatan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.

Ketepatan maksudnya, kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat ide atau gagasan yang hendak dikemukakan. Ketepatan mengutamakan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat


(56)

pada pikiran dan perasaan pembaca seperti yang dimaksudkan penulisnya. Ketepatan pemilihan kata mencakup makna kata dan penguasaan kosakata seseorang. Seseorang yang menguasai banyak kosakata akan lebih bebas dan leluasa memilih kata-kata yang dianggapnya paling tepat mewakili gagasannya.

Dalman (2014: 100) mengungkapkan bahwa untuk membuat karangan yang baik setidaknya penulis harus memperhatikan kriteria berikut ini. (1) tema, yaitu hal yang mendasari karangan atau tulisan; (2) ketepatan isi dalam paragraf. Ketepatan isi dan paragraf ini memuat unsur kesatuan, kepaduan, dan perkembangan. Unsur kesatuan yaitu semua kalimat yang membina paragraf harus secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu.


(57)

2.2.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini untuk memperjelas alur pikir peneliti. Kerangka berpikir penelitian disajikan dalam bentuk bagan berikut.

Gambar 2.2 Alur Bagan Kerangka Berpikir Rumusan Masalah

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SEMETER I SMA NEGERI I OKSIBIL KABUPATEN

PEGUNUNGAN BINTANG, PAPUA TAHUN AJARAN 2015/2016

Klasifikasi jenis dan pemakaian penanda kohesi dan koherensi 22 karangan

deskripsi siswa.

Jenis dan pemakaian penanda kohesi (Mulyana, 2005, Baryadi, 2002 , dan Gorys Keraf, 1991:88-89;103-104, 2002:87, 2005:87).

Jenis dan pemakaian penanda koherensi (D‟Angelo, 1980:394-355, baryadi, 2002), dan Gorys Keraf, 1991:88-89;103-104, , 2002:87 dan 2005:87).

Analisis Hasil


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pengembangan sebuah teori dan menganalisis permasalahan dengan menggunakan penelitian. Dalam penelitian ini kinerja dari objek penelitian akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah ada (Sugiyono, 2011: 205). Hasil penelitian ini selanjutnya akan dideskripsikan menurut temuan yang didapat selama kegiatan di lapangan dengan mengkaji jenis penanda kohesi dan koherensi yang berupa kata-kata yang terdapat di kalimat maupun paragraf dalam karangan deskripsi siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis penanda kohesi dan koherensi yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua,Tahun Ajaran 2015/2016. Selain itu, peneliti hendak mendeskripsikan ketepatan pemakaian penanda kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.


(59)

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis dan penggunaan penanda kohesi dan koherensi dalam paragraf karangan deskripsi dengan tema Keindahan Alam yang disusun oleh siswakelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016. Sumber data dalam penelitian ini adalah 22 karangan deskripsi yang diperoleh dari siswakelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016. Berikut akan dipaparkan nama dan judul karangan siswakelas X semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 2015/2016.

Tabel 3.1

Judul Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil Tahun Ajaran 2015/2016

No Nama Judul Karangan

1 Yan Delka Deskripsi Gunung Wa

2 Melina Bawi Gunung Cycloop

3 Ella Uropka Gunung Apom

4 Mince Taplo Keindahan Alam Apyim Apom

5 Frans Wasini Waktu Liburan

6 Refianus Walam Keindahan Alam serta Manfaatnya

7 Yokbet Tabisu Danau Sentani

8 Peni Uropdana Hidup di Mambramo

9 Meki Tepmul Gunung Lim

10 Lazarus Sitokmabin Danau Sentani 11 Yohanes Tetangwi Gunung Wanbon

12 Legion Asemki Gunung Anem

13 Yorim Asemki Pegunungan Bonai

14 Herminus Kalaka Rumah Adat

15 Apina Mul Deskripsi Kelas


(1)

tepat, karena kata

seperti menyatakan hubungan contoh. 134 Waktu setiap  - Pada hasil analisis (133) ditemukan penanda koherensi waktu berupa

setiap. Pemakaian penanda koherensi tepat, karena kata

setiap menyatakan hubungan waktu.

-

135 Tempat di

di sana

-

-

Pada hasil analisis (134) ditemukan penanda koherensi tempat berupa di. Pemakaian

penanda koherensi tepat, karena kata

di menyatakan hubungan tempat. Pada hasil analisis (134) ditemukan penanda koherensi tempat berupa di sana. Pemakaian penanda koherensi tepat, karena kata

di sana

menyatakan hubungan tempat.

-


(2)

Kode Karangan : Kr 22

Nama : Agustina Uropkulin Kelas : X IPA

Judul Karangan : Gunung Anem

(1A) Kabupaten Pegunungan Bintang terletak dibagian selatan pulau Papua. (1B) Dikabupaten Pegunungan Bintang terdapat banyak gunung yang indah. (1C) Salah satu gunung yang indah terletak di pegunungan bintangadalah gunung Anem. (2A) Gunung Anem terletak di distrik Sopsebang. (2B) Untuk ke gunung Anem akan menempuh dalam waktu empat jam dari Oksibil, ibu kota kabupaten Pegunungan Bintang. (2C) Gunung Anem adalah gunung yang botak, anem adalah gunung yang ketinggiannya sekitar 3.000 meter. (2D) Keindahan alam yang dimilikinya akan memanjakan seketika kita sampai di puncak gunung Anem. (2E) Sebelah menyebelah diapit oleh gunung Wa dan gunung Yakum yang tidak kalah indahnya dengan gunung Anem. (2F) Gunung ini banyak terdapat tumbuh-tumbuhan yang tumbuh yaitu sepertirumput kuda, anggrek, dan lain-lain.

(3A) Gunung Anem pemandangan indah sekali, ketika kita sampai di puncak kita dimanjakan oleh keindahan alam yang memukau hati untuk menikmati keindahannya lama-lama. (3B) Tetapi ketika musim hujan gunung Anem selalu menutupi kabut yang tebal sehingga keindahannya hilang dan cepat turun hujan.

No Jenis Koherensi

Penanda koherensi

Tepat Tidak Tepat

Analisis Perbaikan

136 Repetisi gunung anem

 - Pada hasil analisis (135) ditemukan penanda koherensi repetisi berupa

gunung anem. Pemakaian tersebut tepat, karena untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam paragraf tersebut.

-

137 Pronomina gunung ini  - Pada hasil analisis (136) ditemukan penanda koherensi pronomina berupa gunung ini.Pemakaian penanda koherensi tepat, karena kata

gunung ini

menyatakan


(3)

hubungan

penggantian kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama, yaitu kata gunung anem.

138 Bagian-Keseluruh an

tumbuh-tumbuhan

 - Pada hasil analisis (137) ditemukan pemakaian penanda koherensi

keseluruhan-bagian yang dimulai dengan kata umum, yakni tumbuh-tumbuhan pada kalimat pertama

rumput kuda, anggrek pada kalimat kedua merupakan bagiannya.

-

139 Kontras tetapi  - Pada hasil analisis (138) ditemukan penanda koherensi kontras berupa

tetapi. Pemakaian penanda koherensi tepat, karena kata

tetapi menyatakan hubungan kontras.

-

140 Contoh seperti  - Pada hasil analisis (139) ditemukan penanda koherensi contoh berupa

seperti. Pemakaian penanda koherensi tepat, karena kata

seperti menyatakan hubungan contoh.

-

141 Waktu sampai  - Pada hasil analisis (140) ditemukan penanda koherensi waktu berupa

sampai. Pemakaian penanda koherensi


(4)

tepat, karena kata

sampai

menyatakan hubungan waktu. 142 Tempat di  - Pada hasil analisis

(141) ditemukan penanda koherensi tempat berupa di. Pemakaian

penanda koherensi tepat, karena kata

di menyatakan hubungan tempat.


(5)

LAMPIRAN 3 Bukti Tringanggulasi

Analisis di atas telah diperiksa dan diteliti oleh trianggulator. Peneliti juga telah memperbaiki beberapa kesalahan dalam data di atas.


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Derius Anglipki K. Tepmul atau biasa disapa Angli adalah putra sulung dari pasangan Anton Elwelkulolbon Kaladana dengan Novela Oksop Daloku Taplo, yang lahir di Butding 26 Desember 1990. Awalnya menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Inpres Polobakon, Kecamatan Kiwirok Tahun 2000. Setelah itu, menempuh Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Kiwirok lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan sekolah di SMA Negeri I Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua.

Setelah lulus SMA pada tahun 2007, tidak ada biaya untuk melanjutkan study di perguruan tinggi. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis Skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri I Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Tahun Ajaran 2015/2016.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

2 13 69

PERUBAHAN MAKNA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI I GEYER Perubahan Makna Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Geyer Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 2 20

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN.

0 0 6

Analisis kohesi dan koherensi karangan narasi siswa kelas X semester I SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 2 230

Kohesi dan koherensi dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I SMA Negeri I Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua tahun ajaran 2015/2016.

0 2 292

Deskripsi konsep diri siswa kelas IX SMP YPPK Bintang Timur Mabilabol Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua tahun pelajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 96

Analisis kohesi dan koherensi karangan narasi siswa kelas X semester I SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017

1 26 228

ANALISIS JENIS WACANA DESKRIPSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PATIMUAN TAHUN AJARAN 2011-2012

0 0 10

Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang Tahun Ajaran 2008 2009

0 5 119

Jenis koherensi dan peranti koherensi dalam paragraf deskripsi siswa kelas X semester 1 SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 222