B. Upaya Hukum Represif
Berdasarkan kasus pidana dengan nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA, penyusun melihat masalah tindak pidana perdagangan
perempuan di bawah umur sebagai suatu kenyataan sosial yang tidak berdiri sendiri. Tetapi berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik
dan budaya sebagai fenomena yang ada dalam masyarakat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Korban-korban pada kasus pidana dengan
nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA terjerumus bukan semata karena faktor ekonomi yang selalu menjadi alasan klasik, namun faktor
budaya seperti gaya hidup yang glamor memang susah dinikmati oleh para korban menjadi faktor baru. Mereka terjun hingga menjadi korban karena
ingin menikmati gaya hidup yang glamor tersebut. Sebagai suatu kenyataan sosial masalah tersebut di atas tidak dapat dihindari dan
memang selalu ada, sehingga wajar bila menimbulkan keresahan dan keprihatinan, karena perdagangan perempuan di bawah umur dianggap
sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia, dalam hal ini hak asasi seorang perempuan di bawah umur yang seharusnya mendapat
perlindungan dari orang tuanya dan lingkungan tempat tinggalnya, tetapi malah dijadikan sebagai barang dagangan yang dapat dijual belikan dan
diperlakukan dengan semena-mena oleh orang tuannya. Untuk itulah upaya represif ini juga perlu diperhatikan oleh pemerintah maupun
masyarakat dengan mengambil tindakan yang berlandaskan undang-
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
undang maupun pasal yang berlaku dengan tegas agar korban mendapatkan suatu keadilan.
C. Analisis
Mengingat dalam kasus pidana dengan nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA diputus oleh hakim dengan hukuman yang
paling ringan yakni 3 tahun dari ketentuan Pasal 88 UU perlindungan anak, hukuman tersebut kurang memberikan efek jera. Hukuman yang
diterima oleh terdakwa apabila dilihat menurut ketentuan Pasal 2 UU Tindak Pidana Perdagangan Orang maka dia berhak mendapatkan
hukuman yang lebih dari hukuman yang telah diputus oleh hakim. Karena jelas terdakwa telah melakukan tindak pidana perdagangan orang, hal ini
telah sesuai dengan ketentuan pasal di atas. Dikarenakan putusan hakim PN Surabaya telah diputus dan mempunyai kekuatan hukum tetap maka
jaksa penuntut umum selaku yang mewakili korban dapat mengajukan beberapa upaya hukum, yakni :
1. Upaya Hukum Banding
Berdasarkan putusan kasus pidana dengan nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA maka jaksa penuntut umum bisa
mengajukan upaya hukum banding dengan ketentuan : a.
Jika terdakwa banding maka Jaksa Penuntut Umum harus meminta banding agar masih dapat menggunakan upaya hukum kasus,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
karena adanya ketentuan Pasal 43 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Mahkamah Agung Republik Indonesia.
b. Jika Putusan Hakim, kurang dari tuntutan pidana mati atau seumur
hidup, sekurang-kurangnya 20 tahun penjara apabila pertimbangan jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana diambil alih sebagian
atau seluruhnya sebagai pertimbangan Hakim dalam putusannya, Jaksa Penuntut Umum tidak harus mengajukan banding.
c. Jika Putusan Hakim 12 dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum,
apabila pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana diambil sebagian atau seluruhnya sebagai pertimbangan Hakim
dalam putusannya, Jaksa Penuntut Umum tidak harus mengajukan banding.
d. Jika Putusan Hakim 23 dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum,
walaupun pertimbangan Jaksa Penuntut Umum tidak diambil sebagian atau seluruhnya sebagai pertimbangan Hakim dalam
putusannya, Jaksa Penuntut Umum tidak harus mengajukan banding.
2. Upaya Hukum Kasasi
Hal ini digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam hal putusan hakim dengan amar yang membebaskan terdakwa dan adanya
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat 1 KUHAP.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Upaya Hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan
Kembali a.
Menurut Karimudin Kasasi Demi Kepentingan Hukum ialah upaya hukum luar biasa, diajukan terhadap semua putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan Putusan Pengadilan selain Putusan Mahkamah Agung.
b. Dengan demikian terbatas pada Putusan Pengadilan Negeri dan
atau Pengadilan tinggi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
c. Untuk mengoreksi putusan Mahkamah Agung yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap hanya dapat dilakukan melalui upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali PK
d. Pejabat yang berhak mengajukan Kasasi Demi Kepentingan
Hukum adalah Jaksa Agung karena jabatannya Pasal 259 ayat I KUHAP.
e. Putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan Pasal 259 ayat 2 KUHAP. f.
Permohonan Kasasi Demi Kepentingan Hukum hanya diajukan 1 satu kali.
Upaya Hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum, tidak dapat melenyapkan dan menghapuskan upaya peninjauan Kembali terhadap
suatu perkara.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasar pada uraian upaya hukum yang dapat dilakukan oleh korban human trafficking agar bisa menjerat pelaku dengan hukuman yang
lebih berat adalah dengan melakukan upaya hukum banding pada tingkat pertama dimana putusan hakim pengadilan tingkat pertama bisa
dimintakan hukuman yang lebih berat pada upaya hukum banding, yakni dengan berdasar pada ketentuan Pasal 2 UU Tindak Pidana Perdagangan
Orang sehingga dalam hal ini pelaku dapat dijatuhi hukuman yang lebih berat. Apabila putusan banding masih lebih ringan maka jaksa penuntut
umum dapat memintakan kasasi dengan meninjau aturan hukum yang telah ditetapkan, sehingga dalam hal ini paling tidak korban dapat
terlindungi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan