B. Dakwaan
Jaksa penuntut umum A.M Arifin, SH. MH. Mendakwa para terdakwa melakukan perbuatan sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 88 UU Perlindungan Anak Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP yaitu eksploitasi seksual dengan cara menawarkan perempuan di bawah
umur melalui foto gambar yang dipasang di situs jejaring sosial dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain
C. Tuntutan
Kedua terdakwa dituntut melanggar Pasal 88 UU Perlindungan Anak dengan hukuman pidana penjara 4 tahun dan denda Rp. 5.000.000,-
subsidair 6 bulan kurungan dengan pertimbangan kedua terdakwa belum pernah dihukum dan mengakui serta menyesali perbuatannya yang tidak
akan diulangi lagi, namun mereka menjalani profesi tersebut sebagai mata pencaharian dan tindakan tersebut sangat merusak moral.
D. Analisis
Dalam putusannya majelis hakim yang terdiri dari Erry Mustianto, SH. MH, H. Ali Makki, SH, MH. dan Belman Tambunan, SH. MH.
memutus perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA dengan hukuman yang lebih ringan yaitu pidana penjara 3 tahun dan denda Rp. 5.000.000,-
subsidair 6 bulan kurungan dengan ketentua apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara kurungan selama 3 bulan karena
terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana bersama-sama
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melakukan atau turut serta melakukan perbuatan mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak berdasarkan Pasal 88 UU Perlindungan Anak jo Pasal 55
ayat 1 KUHP. Putusan tersebut dijatuhkan berdasarkan pertimbangan bahwa terdakwa belum pernah dihukum, mengakui terus terang
perbuatannya sehingga dapat memperlancar jalannya persidangan dan menyesal atas perbuatannya serta bersikap sopan di persidangan, namun
terdakwa telah menikmati perbuatannya dan terdakwa merugikan orang lain. Hal ini tidak sebanding apabila dibandingkan dengan penderitaan
korban atas perbuatan pelaku. Apabila ditinjau dari sisi KUHP memberikan perlindungan kepada
korban perdagangan manusia berupa penggantian kerugian yang diderita korban perdagangan manusia oleh pelaku perdagangan manusia melalui
ketetapan hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat atau sebagai pengganti pidana pokok. Sekalipun KUHP mencantumkan aspek
perlindungan korban kejahatan berupa pemberian ganti kerugian, namun ketentuan ini tidak luput dari berbagai kendala dalam pelaksanaannya,
yaitu : 1.
Penetapan ganti rugi tidak dapat diberikan oleh hakim sebagai sanksi yang berdiri sendiri di samping pidana pokok, jadi hanya sebagai
“syarat khusus” untuk dilaksanakannya atau dijalaninya pidana pokok yang dijatuhkan kepada terpidana;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Penetapan syarat khusus berupa ganti kerugian ini hanya dapat
diberikan apabila hakim menjatuhkan pidana paling lama satu tahun atau pidana kurungan;
3. Syarat khusus berupa ganti rugi ini pun menurut KUHP hanya bersifat
fakultatif, tidak bersifat imperatif. Selama ini berkembang pendapat yang menyebutkan dengan
diperiksa dan diadilinya pelaku kejahatan, telah melindungi korban kejahatan secara tidak langsung karena pelaku kejahatan tidak akan lagi
mengganggu masyarakatkorban, namun pelaku kejahatan tidak cukup hanya bertanggung jawab secara pidanadihukum tetapi juga harus
bertanggung jawab secara keperdataan supaya semakin menambah efek jera sekaligus bertanggung jawab secara pribadi kepada korban. Pada
KUHAP diatur beberapa hak hukum yang dapat digunakan oleh korban kejahatan dalam suatu proses peradilan pidana, yaitu :
1. Hak untuk melakukan kontrol terhadap penyidik dan penuntut umum,
terhadap tindakan penghentian penyidikan danatau penuntutan. Hal ini penting untuk diberikan guna menghindari adanya upaya dari pihak-
pihak tertentu dengan berbagai motif politik, uang, dan sebagainya yang bermaksud menghentikan proses pemeriksaan, karena
bagaimanapun juga dalam suatu proses pemeriksaan pidana, sekalipun pelaku tersangka berhadapan dengan negara yang diwakili oleh jaksa
penuntut umum, tetapi korban sebagai pihak pelapor danatau yang menderita kerugian tetap berkepentingan atas pemeriksaan tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Hak korban kejahatan yang berkaitan dengan kedudukannya sebagi
saksi. Kesaksian dari saksi korban sangat penting untuk memperoleh suatu kebenaran materil, oleh karena itu, untuk mencegah korban
mengundurkan diri sebagai saksi perlu sikap proaktif dari aparat penegak hukum untuk memberikan jaminan keamanan bagi korban
dan keluarganya pada saat mengajukan diri sebagai saksi. 3.
Hak untuk menuntut ganti kerugian yang diderita akibat kejahatan. Hak ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada korban
suatu tindak pidana dalam mengajukan gugatan ganti kerugian, yaitu melalui cara percepatan proses pemberian ganti kerugian kepada pihak
korban kejahatan atau keluarganya oleh tersangka melalui penggabungan perkara pidananya dengan gugatan ganti kerugian.
Apabila dikaitkan pada kasus pidana dengan nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA maka ke-4 korban di atas telah tertipu oleh
terdakwa seharusnya mereka sebagai korban human trafficking mendapatkan perlindungan hukum aktif represif, yakni memperoleh
haknya sebagai korban misalnya mendapatkan ganti rugi dan rehabilitasi. Perlindungan hukum aktif represif merupakan upaya yang ditujukan tidak
hanya bagi pelaku saja. Adapun bentuk upaya represif bagi korban tindak pidana perdagangan anak yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan adalah : 1.
Berdasarkan ketentuan Pasal 64 ayat 3 UU Perlindungan Anak maka ada berbagai bentuk, yakni :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Upaya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.
b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media
massa. c.
Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial.
d. Pemberian aksesbilitasi untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan perkara. 2.
Berdasarkan ketentuan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang, khususnya ketentuan :
a. Pasal 43, mengenai perlindungan saksi dan korban dalam perkara
tindak pidana perdagangan orang dilaksanakan berdasarkan Undang–undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban, kecuali ditentukan lain dalam Undang –Undang ini.
b. Anak korban Trafficking berhak memperoleh kerahasiaan identitas
untuk upaya keselamatannya, ketentuan ini diatur pada Pasal 44. c.
Setiap kantor polisi wajib membentuk ruang pelayanan khusus yang berfungsi untuk tempat pemeriksaan di tingkat penyidikan,
ketentuan ini diatur pada Pasal 45.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d. Setiap kabupaten dan kota di Indonesia wajib perlu membentuk
pusat pelayanan terpadu yang berfungsi untuk melindungi korban tindak pidana perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada Pasal
46. e.
Polri wajib memberikan perlindungan baik sebelum, selama dan sesudah proses pemeriksaan perkara untuk menghindari para saksi
atau korban mendapatkan ancaman dari pihak lain, ketentuan ini diatur pada Pasal 47.
f. Setiap korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau ahli
warisnya berhak mendapat restitusi, berupa ganti kerugian atas kehilangan kekayaan atau penghasilan, penderitaan, perawatan
medis atau psikologis, kerugian lain yang di derita korban akibat perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada Pasal 48.
g. Ketua pengadilan berhak mendapatkan laporan tentang
pelaksanaan restitusi serta pelaksanaan restitusi harus diumumkan di papan pengumuman pengadilan oleh ketua pengadilan,
ketentuan ini diatur pada Pasal 49 ayat 1 dan 2. h.
Korban atau ahli waris berhak melaporkan pada pengadilan apabila restitusi tidak dipenuhi sampai batas waktu yang ditentukan dan
apabila pelaku tidak dapat membayar ganti kerugian maka pelaku dikenai pidana kurungan selama 1 tahun sebagai pengganti,
ketentuan ini diatur pada Pasal 50.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
i. Korban yang mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat
tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan reintegrasi sosoial
dari pemerintah, ketentuan ini diatur pada Pasal 51. Berdasarkan uraian di atas perlindungan hukum terhadap
perempuan di bawah umur korban human trafficking adalah dalam bentuk perlindungan aktif represif yakni dengan hak yang tercantum pada pasal
43-55 UU Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jadi melihat pada kasus pidana dengan nomor perkara : 1007Pid.BP.N. SURABAYA belum
terterapkan dengan baik karena para korban tidak mendapatkan hak- haknya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN KORBAN HUMAN
TRAFFICKING AGAR BISA MENJERAT PELAKUNYA DENGAN HUKUMAN YANG LEBIH BERAT
A. Upaya Hukum Preventif