Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan Aktiva Tetap dengan Return On Asset Perusahaan (Studi Kasus pada PT Indonesia Power Periode 2006-2013).

HUBUNGAN EFISIENSI MODAL KERJA DAN AKTIVA
TETAP DENGAN RETURN ON ASSET PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada PT Indonesia Power Periode 2006-2013)

DINA MUTIAH LARASGITA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Efisiensi
Modal Kerja dan Aktiva Tetap dengan Return On Asset Perusahaan (Studi Kasus
pada PT Indonesia Power Periode 2006-2013) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dina Mutiah Larasgita
NIM H24124027

ABSTRAK
DINA MUTIAH LARASGITA. Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan Aktiva
Tetap dengan Return On Asset Perusahaan (Studi Kasus pada PT Indonesia Power
Periode 2006-2013). Dibimbing oleh ABDUL BASITH dan YUSRINA
PERMANASARI.
PT Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit yang menyediakan
pasok listrik bagi sistem kelistrikan di Pulau Jawa dan Bali melalui delapan unit
bisnis pembangkitannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis trend
kinerja PT Indonesia Power dilihat dari aspek efisiensi modal kerja, aktiva tetap,
dan return on asset (2) Menganalisis hubungan efisiensi modal kerja dan aktiva
tetap dengan return on asset (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
return on asset. Metode yang digunakan adalah analisis tren dan korelasi pearson
product moment. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan
keuangan. Hasil penelitian menunjukkan kinerja CCC dan FATO mengalami

fluktuasi yang cenderung meningkat, sedangkan kinerja ROA mengalami
fluktuasi yang cenderung menurun. Hasil uji korelasi pearson product moment
menunjukkan CCC tidak memiliki hubungan dengan ROA, begitu juga FATO
tidak memiliki hubungan dengan ROA. Variabel lain yang diuji yaitu TATO juga
tidak memiliki hubungan dengan ROA.
Kata kunci: perputaran aktiva tetap, return on asset, siklus konversi kas.

ABSTRACT
DINA MUTIAH LARASGITA. The relations of Efficiency Working Capital and
Fixed Assets to Company’s Return On Assets (Study Case in PT Indonesia Power
Period 2006-2013). Supervised by ABDUL BASITH and YUSRINA
PERMANASARI.
PT Indonesia Power is a power generation company that provides electricity
supply for the electrical system in Java and Bali through eight business units
generation. The purposes of this study are (1) To analyze the trend of the
performance of PT Indonesia Power, seen from the aspect of efficiency of
working capital, fixed assets, and return on assets (2) To analyze the relationship
between efficiency of working capital and fixed assets to the return on assets (3)
To analyze the factors that affect the return on assets. The methods used are tren
analysis and Pearson Product Moment correlation. The data used is secondary

data of financial statements. The result showed the performance of the CCC and
FATO fluctuated tend to increase, while performance of the ROA fluctuated tend
to decline. Results of Pearson Product Moment correlation test showed CCC does
not have a relationship with ROA, as well as FATO has no relationship with ROA.
The other variable tested TATO is also not have a relationship with ROA.

Keywords: cash conversion cycle, fixed asset turnover, return on asset.

HUBUNGAN EFISIENSI MODAL KERJA DAN AKTIVA
TETAP DENGAN RETURN ON ASSET PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada PT Indonesia Power Periode 2006-2013)

DINA MUTIAH LARASGITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen


PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 hingga November 2014 ini
ialah kinerja keuangan, dengan judul Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan Aktiva
Tetap dengan Return On Asset Perusahaan (Studi Kasus pada PT Indonesia Power
Periode 2006-2013).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Basith, MS dan
Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, atas doa dan kasih
sayangnya serta teman-teman seperjuangan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Dina Mutiah Larasgita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

Aktiva


4

Modal Kerja

5

Retun On Asset

5

Penelitian Terdahulu

6

METODE

6

Kerangka Pemikiran


6

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Pengumpulan Data

7

Pengolahan dan Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Gambaran Umum Perusahaan


10

Analisis Modal Kerja PT Indonesia Power

10

Analisis Perputaran Aktiva Tetap PT Indonesia Power

12

Analisis Return On Asset PT Indonesia Power

14

Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan Aktiva Tetap dengan Return On Asset 15
SIMPULAN DAN SARAN

17


Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

27


DAFTAR TABEL
ROA perusahaan pembangkit listrik
Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
CCC PT Indonesia Power
FATO PT Indonesia Power
ROA PT Indonesia Power
Uji normalitas
Hasil uji pearson product moment CCC, FATO, dan ROA
Hasil uji pearson product moment TATO dengan ROA

2
9
11
13
14
15
16
17

DAFTAR GAMBAR
Total aktiva perusahaan pembangkit listrik
Modal kerja bersih dan aktiva tetap bersih PT Indonesia Power
Kerangka pemikiran penelitian

1
2
7

DAFTAR LAMPIRAN
DSO, DSI, DPO, dan CCC PT Indonesia Power
FATO PT Indonesia Power
ROA PT Indonesia Power
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji Korelasi Pearson Product Moment
Perhitungan Total Asset Turnover

22
23
24
25
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Roda perekonomian suatu bangsa akan berjalan dengan baik bila didukung
oleh infrastruktur yang memadai. Salah satu infrastruktur yang penting bagi
perekonomian bangsa adalah listrik. Tanpa tenaga listrik kegiatan ekonomi akan
terhambat dan berdampak pada kerugian. Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh
menyebabkan meningkatnya konsumsi tenaga listrik setiap tahun. Pemerintah
melalui PT PLN (Persero) terus meningkatkan kapasitas produksinya untuk dapat
memenuhi kebutuhan listrik. Namun masih banyak daerah di Indonesia yang
kekurangan pasokan listrik bahkan belum mendapat akses listrik. Dalam rangka
memenuhi pasokan listrik, PT PLN (Persero) mendirikan anak perusahaan yang
bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik yaitu PT Indonesia Power, PT
Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB), PT PLN Batam, PT PLN Tarakan, dan Geo
Dipa Energi (www.pln.go.id).
Peningkatan kebutuhan listrik merupakan peluang pasar bagi perusahaan
pembangkit listrik. Perusahaan pembangkit listrik perlu menambah kapasitas
produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kapasitas produksi dapat
ditambah dengan penambahan aktiva berupa aktiva lancar dan aktiva tetap. Total
aktiva perusahaan-perusahaan pembangkit listrik dapat dilihat pada Gambar 1.

(dalam juta Rupiah)

70.000.000
60.000.000
50.000.000
40.000.000

Indonesia Power

30.000.000

PJB
PLN Batam

20.000.000
10.000.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 1 Total aktiva perusahaan pembangkit listrik
Sumber: Laporan keuangan PT Indonesia Power, PT PJB, dan PLN Batam (2006
2013)
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2006-2013 PT Indonesia
Power merupakan perusahaan pembangkit listrik dengan aktiva terbesar. Aktiva
perusahaan harus dikelola dengan baik karena akan mempengaruhi pembuatan
produk atau jasa. Menurut Salehi (2012), aktiva merupakan faktor utama dalam
perusahaan, perubahan aktiva akan mempengaruhi produksi dan akhirnya akan
mengubah profitabilitas perusahaan.

2
Perusahaan yang berdaya saing tinggi akan memperlihatkan kinerja yang
baik. Kinerja perusahaan perlu dievaluasi oleh pihak manajemen untuk
mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mengelola sumber daya dalam
mencapai tujuan perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan adalah dengan profitabilitas. Profitabilitas mengukur kesanggupan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan
dengan melihat laba terhadap total aktiva yang dimiliki yang biasa disebut tingkat
pengembalian atas aktiva (Return On Asset – ROA). Tabel 1 di bawah ini
memperlihatkan perbandingan ROA perusahaan-perusahaan pembangkit listrik.
Tabel 1 ROA perusahaan pembangkit listrik
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indonesia Power 3.83% 1.64% 2.13% 1.75% 2.01% 2.16% 2.37% 2.32%
2.74% 3.29% 1.77% 2.36% 2.64% 2.76% 2.20% 2.35%
PJB
4.77% 1.98%-14.18% 3.51% 5.93% 7.69% 2.00% 1.88%
PLN Batam
Sumber: Laporan keuangan PT Indonesia Power, PT PJB, dan PLN Batam (20062013)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa ROA PT Indonesia Power mengalami
fluktuasi selama tahun 2006-2013. ROA PT Indonesia Power menurun di tahun
2007 kemudian meningkat kembali di tahun 2008. Pada tahun 2009 hingga 2012,
ROA PT Indonesia Power mengalami peningkatan secara terus menerus namun
mengalami penurunan kembali di tahun 2013. Bila dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan sejenis lainnya, ROA PT Indonesia Power cenderung
lebih rendah bila dibandingkan dengan PT PJB dan PLN Batam. Hal ini
menunjukkan tidak adanya peningkatan yang cukup signifikan pada ROA PT
Indonesia Power.
Menurut Burja (2011), banyak faktor yang dapat mempengaruhi ROA
perusahaan diantaranya adalah penggunaan aktiva. Aktiva pada PT Indonesia
Power dikategorikan dalam modal kerja bersih dan aktiva tetap bersih.
Perkembangan modal kerja bersih dan aktiva tetap bersih PT Indonesia Power
dapat dilihat pada Gambar 2.
40.000.000
35.000.000
30.000.000
25.000.000
Modal Kerja
Bersih
Aktiva Tetap
Bersih

20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 2 Modal kerja bersih dan aktiva tetap bersih PT Indonesia Power
Sumber: Laporan keuangan PT Indonesia Power (2006-2013)

3
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa modal kerja bersih PT Indonesia
Power cenderung meningkat, sedangkan aktiva tetap bersih cenderung menurun.
Modal kerja bersih yang cenderung meningkat tidak mengindikasikan ROA
perusahaan yang terus meningkat. Demikian halnya dengan aktiva tetap bersih
yang cenderung menurun juga tidak mengindikasikan ROA perusahaan yang terus
menurun karena ROA PT Indonesia Power berfluktuatif. Perubahan pada modal
kerja bersih dan aktiva tetap bersih perlu dievaluasi oleh perusahaan agar dapat
beroperasi secara optimal. Salah satu cara untuk mengevaluasi apakah modal kerja
dan aktiva tetap perusahaan digunakan secara efisien adalah dengan menggunakan
rasio keuangan. Menurut Keown (2010), pengukuran efisiensi modal kerja dapat
dilakukan dengan mengukur siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle – CCC)
dan pengukuran efisiensi aktiva tetap dapat dilakukan dengan mengukur
perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover – FATO).
Rendahnya ROA PT Indonesia Power perlu dicermati dan diberi solusi
agar perusahaan mampu memperoleh profitabilitas yang tinggi dan dapat bersaing
dengan perusahaan sejenis lainnya. Rendahnya ROA perusahaan yang terus
menerus juga akan berdampak negatif bagi perkembangan perusahaan. ROA PT
Indonesia Power yang berfluktuasi dan cenderung lebih rendah dibandingkan
perusahaan sejenis lainnya mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan perlu
diperhatikan terutama terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya seperti
efisiensi modal kerja dan aktiva tetap.
Perumusan Masalah
Aktiva merupakan elemen penting suatu perusahaan karena akan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Aktiva harus dikelola secara efisien sehingga
dapat mengoptimalkan produktivitas dan nantinya akan meningkatkan
profitabilitas. PT Indonesia Power memiliki toatal aktiva terbesar dibandingkan
perusahaan sejenis lainnya, namun ROA PT Indonesia Power cenderung lebih
rendah. Hal ini menunjukkan perusahaan belum mengelola penggunaan aktiva
secara efisien. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan dan tren kinerja PT Indonesia Power dilihat dari
aspek efisiensi modal kerja, aktiva tetap, dan return on asset?
2. Apakah efisiensi modal kerja dan aktiva tetap memiliki hubungan dengan
return on asset pada PT Indonesia Power?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi return on asset?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis perkembangan dan tren kinerja PT Indonesia Power dilihat dari
efisiensi modal kerja, aktiva tetap, dan return on asset.
2. Menganalisis hubungan efisiensi modal kerja dan aktiva tetap dengan return
on asset pada PT Indonesia Power.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return on asset.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
yang berkepentingan antara lain :
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada perusahaan dalam hal pengelolaan aktiva untuk meningkatkan return
on asset.
2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
PT Indonesia Power periode 2006-2013. Data dan informasi yang diperlukan
untuk melakukan penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan periode 2006-2013. Variabel yang digunakan untuk menganalisis
kinerja keuangan adalah rasio-rasio keuangan dari aspek modal kerja, aktiva tetap,
dan return on asset.

TINJAUAN PUSTAKA
Aktiva
Menurut Subramanyam (2014) aktiva merupakan sumber daya yang
dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Aktiva dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Aktiva Lancar
Aktiva lancar merupakan sumber daya yang langsung dapat diubah
menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan. Siklus
operasi perusahaan merupakan proses dimana perusahaan mengubah kas
menjadi aktiva jangka pendek dan kembali menjadi kas sebagai bagian
aktivitas operasi yang sedang berjalan. Golongan utama aktiva lancar
mencakup kas, setara kas, efek, piutang, derivatif, persediaan, dan beban
dibayar dimuka.
2. Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan sumber daya yang diharapkan dapat
memberikan manfaat pada perusahaan selama lebih dari satu periode. Aktiva
tetap diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk
dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki akan
berkurang karena digunakan dan aktiva ini biasanya merupakan aktiva
operasi terbesar. Bentuk aktiva tetap adalah aktiva berwujud (bangunan,
pabrik, dan peralatan) dan aktiva tak berwujud (paten, merk dagang, dan
goodwill). Menurut Harahap (2013) pengukuran aktiva tetap dapat dilakukan
dengan menghitung perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover - FATO).
Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari

5
volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik yang berarti
kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi.
Modal Kerja
Menurut Keown (2010) modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar
dengan kewajiban lancar yang menyediakan gambaran sangat berguna dalam
menentukan kebijakan pembiayaan jangka pendek. Masa perputaran modal kerja
yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja hingga menjadi kas
lagi dalam jangka waktu kurang dari setahun. Masa perputaran modal kerja
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin cepat
masa perputaran modal kerja semakin efisien penggunaan modal kerja dan
investasi pada modal kerja semakin kecil.
Kemampuan manajemen modal kerja setiap perusahaan tidak sama, maka
muncul kebutuhan untuk mengukur efektivitasnya. Metode yang cukup populer
untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan dalam mengelola modal kerja
memakai pendekatan bahwa tujuan perusahaan adalah meminimalkan modal kerja
dengan syarat modal kerja ini harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan. Meminimalkan modal kerja bisa dicapai dengan mempercepat
penagihan kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan
mengurangi pembelanjaan dengan kas. Semua hal tersebut dapat dilakukan
dengan mengukur siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle – CCC). CCC
adalah penjumlahan dari hari penjualan yang masih beredar dan hari persediaan
dikurangi hari utang dagang yang masih beredar.
Hari penjualan yang masih beredar (Days of Sales Outstanding - DSO)
bisa dianggap sebagai rata-rata umur piutang perusahaan atau rata-rata periode
penagihan. Menurut Margaretha (2014) DSO menggambarkan jangka waktu yang
diperlukan untuk mengkonversi penjualan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak
penjualan hingga realisasi penagihan. Hari persediaan (Days of Sales in Inventory
- DSI) bisa dianggap rata-rata umur persediaan yaitu rata-rata jumlah hari
perusahaan menyimpan satu dolar persediaan. DSI menggambarkan jangka waktu
yang diperlukan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan
kemudian menjualnya. Hari utang dagang yang masih beredar (Days of Payable
Outstanding - DPO) menunjukkan umur rata-rata dari utang dagang perusahaan.
DPO menggambarkan jangka waktu rata-rata sejak pembelian bahan baku hingga
terlaksananya pembayaran atas barang.
Return On Asset
Menurut Hanafi (2012), analisis Return On Asset (ROA) mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva
(kekayaan) yang dimiliki perusahaan. ROA dapat diinterpretasikan sebagai hasil
dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan. Analisis difokuskan pada profitabilitas aktiva sehingga tidak
memperhitungkan cara-cara untuk mendanai aktiva tersebut.

6

Penelitian Terdahulu
Hartini (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal Kerja
dan Investasi Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas pada PT Pos Indonesia
(Persero) Bandung. Penelitian ini menunjukkan secara parsial modal kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan aktiva tetap berpengaruh
terhadap profitabilitas. Secara simultan modal kerja dan aktiva tetap berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
Fauziah (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal Kerja
dan Investasi Aktiva Tetap terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Pada PT
Pegadaian (persero) Bandung. Penelitian ini menunjukkan secara parsial modal
kerja memiliki korelasi sangat rendah yang tidak siginfikan dengan tingkat
pengembalian investasi dan aktiva tetap memiliki korelasi sangat rendah yang
tidak siginfikan dengan tingkat pengembalian investasi. Secara simultan modal
kerja dan investasi aktiva tetap memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap pencapaian tingkat pengembalian investasi.
Charitou et al (2010) melakukan penelitian dengan judul The Effect Of
Working Capital Mangement On Firm’s Profitability : Empirical Evidence From
An Emerging Market. Penelitian dilakukan pada 43 perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Cyprus. Penelitian ini menunjukkan modal kerja yang diukur
menggunakan CCC secara signifikan memiiki pengaruh yang negatif terhadap
profitabilitas dimana semakin panjang siklus arus kas maka profitabilitas yang
dihasilkan akan semakin kecil.
Sinurat (2007) melakukan penelitian dengan judul Tingkat Efisiensi
Pengelolaan Aktiva Tetap Perusahaan serta Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas
pada PT PGN (Persero). Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif dan
signifikan antara tingkat perputaran aktiva tetap terhadap profitabilitas.

METODE
Kerangka Pemikiran
Pihak manajemen perusahaan melaporkan hasil kinerja perusahaan dalam
bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan mengungkapkan bagaimana
perusahaan memperoleh sumber daya (pendanaan), bagaimana sumber daya
tersebut digunakan (investasi), dan seberapa efektif penggunaan sumber daya
tersebut (profitabilitas). Penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan PT
Indonesia Power. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu modal kerja dan
aktiva tetap, sedangkan variabel dependen yaitu return on asset. Aspek modal
kerja diukur dengan rasio Cash Conversion Cycle (CCC) dan aspek aktiva tetap
diukur dengan rasio Fixed Asset Turnover (FATO). Return On Asset perusahaan
dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan CCC dan meningkatkan FATO.
Variabel-variabel penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
tren dan korelasi pearson product moment. Analisis Tren digunakan untuk
melihat perkembangan variabel modal kerja, aktiva tetap, dan return on asset.

7
Korelasi pearson product moment digunakan untuk mencari arah dan kekuatan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uraian di atas
akan dijelaskan pada Gambar 3.
PT. Indonesia Power
Laporan Keuangan

Return On Asset
(meningkat)

Modal Kerja
Cash Conversion Cycle (diturunkan)
a. Days of Sales Outstanding (DSO)
b. Days of Sales in Inventory (DSI)
c. Days of Payable Outstanding (DPO)
Aktiva Tetap
Fixed Asset Turnover (dinaikkan)

Analisis Trend dan
Korelasi Pearson
Product Moment
Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan
Aktiva Tetap dengan Return On Asset
Rekomendasi
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Indonesia Power, sebuah perusahaan penyedia
tenaga listrik. PT Indonesia Power berlokasi di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 18,
Jakarta. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
PT Indonesia Power periode 2006-2013. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juni
2014 hingga November 2014.
Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan, berupa

8
laporan laba rugi dan neraca periode 2006-2013. Selain itu informasi juga didapat
dari buku-buku dan jurnal yang dapat mendukung data yang diperoleh.
Pengolahan dan Analisis Data
Data diperoleh dari laporan keuangan PT Indonesia Power periode 20062013. Pengolahan data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis tren dan
korelasi pearson product moment. Variabel kinerja perusahaan yang digunakan
adalah Cash Conversion Cycle, Fixed Asset Turnover, dan Return On Asset.
Perangkat lunak komputer yang digunakan adalah Microsoft Excell 2007 dan
SPSS 17.
Analisis Tren
Menurut Harahap (2013), Analisis tren bertujuan untuk mengetahui
tendensi atau kecenderungan naik, turun, atau tetap. Teknik analisis ini biasanya
digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode
atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan
melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa
itu ke masa berikutnya. Berdasarkan data historis itu dicoba melihat
kecenderungan yang mungkin akan muncul di masa yang akan datang. Untuk
melakukan analisis tren dapat dilakukan melalui:
1. Metode statistika dengan cara menghitung garis tren dari laporan keuangan
beberapa periode;
2. Menggunakan angka indeks.
Dalam penelitian ini analisis tren dilakukan dengan menggunakan metode
angka indeks. Langkah-langkah untuk melakukan analisis tren berindeks adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ini ditentukan dengan melihat arti
suatu tahun, seperti tahun pendirian, tahun perubahan, atau tahun bersejarah
lainnya. Pos-pos laporan keuangan tahun dasar dicatat sebagai indeks 100.
2. Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka
pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.
3. Memprediksi kecenderungan yang mungkin akan terjadi berdasarkan arah
dari kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisis.
4. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan itu.
Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Menurut Siregar (2014), analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk
analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau
bentuk arah hubungan diantara dua variabel atau lebih, dan besarnya pengaruh
yang disebabkan oleh variabel satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya
(variabel terikat). Korelasi pearson product moment termasuk ke dalam statistika
parametrik yang mempertimbangkan jenis distribusi data yang berdistribusi
normal. Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih atau juga dapat menentukan arah dari kedua
variabel. Nilai korelasi (r) = (-1 ≤ 0 ≤ 1). Untuk kekuatan hubungan, nilai
koefisien korelasi berada diantara -1 dan 1, sedangkan untuk arah dinyatakan

9
dalam bentuk positif (+) dan negatif (-). Korelasi pearson product moment
digunakan untuk mencari arah dan kekuatan hubungan antara variabel bebas (X)
terhadap variabel tak bebas (Y) dan data berbentuk interval dan rasio. Tingkat
korelasi dan kekuatan hubungan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
No.
Nilai Korelasi
1
0.00 – 0.199
2
0.20 – 0.399
3
0.40 – 0.599
4
0.60 – 0.799
5
0.80 – 0.100
Sumber: Siregar (2014)

Tingkat Hubungan
Sangat lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat kuat

Variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel Independen
a. Modal Kerja
Menurut Keown (2010), variabel modal kerja diukur menggunakan siklus
konversi kas dengan rumus :
......................................................................... (1)
........................................................................... (2)
............................................. (3)
............................................ (4)
b. Aktiva Tetap
Menurut Harahap (2013), variabel aktiva tetap diukur menggunakan rasio
Fixed Asset Turnover dengan rumus :
.................................................................. (5)
2. Variabel Dependen
Menurut Harahap (2013), Return On Asset yang diukur dengan menggunakan
rumus :
..................................................................................... (6)
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas

10
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang memiliki distribusi normal.
2. Uji Korelasi Pearson Product Moment
Uji korelasi pearson product moment digunakan untuk mengetahui kekuatan
atau bentuk arah hubungan diantara dua variabel atau lebih. Langkah-langkah
uji korelasi pearson product moment adalah:
a) Merumuskan hipotesis
H01
: Tidak terdapat hubungan antara modal kerja dengan ROA
Ha1
: Ada hubungan antara modal kerja dengan ROA
H02
: Tidak terdapat hubungan antara aktiva tetap dengan ROA
Ha2
: Ada hubungan antara aktiva tetap dengan ROA
H03
: Modal kerja dan aktiva tetap dengan ROA secara simultan tidak
memiliki hubungan dengan ROA
Ha3
: Modal kerja dan aktiva tetap secara simultan memiliki hubungan
dengan ROA
b) Menentukan risiko kesalahan atau taraf nyata (α)
Risiko kesalahan dalam penelitian ini adalah 0.05.
c) Kaidah pengujian
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah
tolak H0 jika Sig. < 0.05.
d) Membuat keputusan
Maksud dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana
yang terpilih H0 atau Ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan PT PLN
(Persero) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN
Pembangkitan Jawa Bali I (PT PJB I). Pada tanggal 3 Oktober 2000, PT PJB I
berganti nama menjadi PT Indonesia Power sebagai penegasan atas tujuan
perusahaan yang menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik independen yang
berorientasi bisnis murni. PT Indonesia Power menyediakan pasok listrik bagi
sistem kelistrikan di Pulau Jawa dan Bali melalui delapan unit bisnis
pembangkitannya, yaitu Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Suralaya, UBP Priok,
UBP Kamojang, UBP Saguling, UBP Mrica, UBP Semarang, UBP Perak-Grati,
dan UBP Bali serta satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan (UBH) yang berlokasi di
Jakarta. PT Indonesia Power juga memiliki 4 Unit Bisnis Operasi dan
Pemeliharaan (UBOH) serta 5 anak perusahaan.
Analisis Modal Kerja PT Indonesia Power
Pengukuran efisiensi modal kerja dapat dilakukan dengan menghitung Cash
Conversion Cycle. Cash Conversion Cycle (CCC) menunjukkan berapa lama

11
perusahaan dapat mengkonversi modal kerja menjadi kas. Semakin pendek
periode konversi, semakin baik perusahaan dalam mengelola modal kerja. CCC
adalah penjumlahan dari Days of Sales Outstanding (DSO) dan Days of Sales in
Inventory (DSI) dikurangi Days of Payable Outstanding (DPO). Perhitungan CCC
PT Indonesia Power secara rinci dapat dilihat di Lampiran 1, dan perkembangan
CCC selama tahun 2006-2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 CCC PT Indonesia Power
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

CCC
(Hari)
144.36
146.33
105.66
143.53
159.16
143.48
219.01
224.80

Analisa Indeks Berseri
(tahun dasar 2006 = 100%)
100.00%
101.37%
73.19%
99.42%
110.25%
99.39%
151.71%
155.72%

Pada tahun 2007, CCC sebesar 146.33 lebih tinggi dibandingkan tahun 2006
sebesar 144.36 karena peningkatan DSO dan DSI. Peningkatan DSO tahun 2007
diakibatkan oleh belum lancarnya pembayaran tagihan penjualan listrik dari
pembeli tunggal sehingga membuat DSO semakin besar. Peningkatan DSI tahun
2007 diakibatkan oleh peningkatan HPP yang lebih besar daripada peningkatan
persediaan. Peningkatan CCC pada tahun 2007 menunjukkan adanya inefisiensi
pada pengelolaan modal kerja.
CCC tahun 2008 sebesar 105.66 lebih rendah dibandingkan tahun 2007
karena penurunan DSO dan DSI. Penurunan DSO tahun 2008 diakibatkan oleh
adanya restrukturisasi piutang dagang dengan utang dagang yang dilakukan
melalui mekanisme offsetting sehingga membantu menurunkan tingkat piutang
dagang secara signifikan. Penurunan DSI diakibatkan oleh peningkatan HPP yang
cukup signifikan. Penurunan CCC pada tahun 2008 menunjukkan perusahaan
berhasil mengelola modal kerja menjadi lebih efisien.
Pada tahun 2009, CCC sebesar 143.53 lebih tinggi dibandingkan tahun
2008 karena peningkatan DSO dan DSI, serta penurunan DPO. Peningkatan DSO
terjadi karena menurunnya penjualan yang cukup signifikan akibat penurunan
harga jual tenaga listrik. Peningkatan DSI terjadi karena menurunnya HPP yang
cukup signifikan. Peningkatan DPO terjadi karena adanya penurunan utang
dagang. Peningkatan CCC pada tahun 2009 menunjukkan adanya inefisiensi pada
pengelolaan modal kerja.
Pada tahun 2010, CCC sebesar 159.16 lebih besar dibandingkan tahun
2009 karena peningkatan DSO dan penurunan DPO. Peningkatan DSO terjadi
karena meningkatnya piutang dagang, sedangkan peningkatan DPO terjadi karena
menurunnya utang dagang akibat pelunasan utang bahan bakar.
CCC tahun 2011 sebesar 143.48 lebih rendah dibandingkan tahun 2010
karena penurunan DSO dan DSI. Penurunan DSO tahun 2011 diakibatkan oleh
peningkatan yang cukup signifikan pada penjualan. Penjualan di tahun 2011

12
meningkat terutama berasal dari peningkatan harga jual energi listrik yang
disebabkan oleh kenaikan harga energi primer berupa bahan bakar minyak dan
batu bara. Harga jual listrik tahun 2011 Rp 1015.65/Kwh lebih besar
dibandingkan tahun 2010 dengan harga jual Rp 743,05/kWh. Penurunan DSI
diakibatkan oleh peningkatan HPP yang cukup signifikan.
Pada tahun 2012, CCC sebesar 219.01 lebih tinggi dibandingkan tahun 2011
karena peningkatan DSO dan DSI yang cukup signifikan. Peningkatan DSO
terjadi karena tingkat penerimaan piutang masih lebih rendah dibandingkan
penjualan tenaga listrik, sedangkan peningkatan DSI terjadi karena meningkatnya
persediaan.
CCC tahun 2013 sebesar 224.80 lebih tinggi dibandingkan tahun 2012
karena peningkatan DSO dan penurunan DPO. Peningkatan DSO terjadi karena
terjadi peningkatan piutang dagang, sedangkan penurunan DPO terjadi karena
menurunnya utang dagang kepada pihak berelasi dan pihak ketiga.
Berdasarkan analisa indeks berseri pada Tabel 3, CCC perusahaan
mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan PT
Indonesia Power memerlukan waktu yang semakin lama untuk mengkonversi
modal kerja menjadi kas, sehingga membuat modal kerja yang dibutuhkan
semakin besar. CCC perusahaan yang besar dan cenderung meningkat ini
diakibatkan oleh piutang dagang PT Indonesia Power yang besar dan belum
lancarnya pembayaran piutang dari pembeli tunggal. Kecenderungan peningkatan
CCC harus diantisipasi perusahaan karena modal kerja yang terlalu besar akan
menurunkan laba. Dengan demikian perusahaan perlu mengelola kembali modal
kerjanya agar dapat mengurangi waktu dalam mengkonversi modal kerja menjadi
kas.
Analisis Perputaran Aktiva Tetap PT Indonesia Power
Aset tetap perusahaan terdiri dari tanah, bangunan, waduk, prasarana,
instalasi mesin pembangkit, peralatan transmisi, instalasi telekomunikasi,
peralatan umum, kendaraan bermotor, material cadang, dan aset sewaan.
Pengukuran efisiensi aktiva tetap dapat dilakukan dengan menghitung Fixed Asset
Turnover (FATO). FATO menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
kemampuan aktiva tetap untuk menciptakan penjualan tinggi. FATO dihitung
dengan membandingkan penjualan dengan aktiva tetap bersih. Perhitungan FATO
PT Indonesia Power secara rinci dapat dilihat di Lampiran 2, dan perkembangan
FATO selama tahun 2006-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.

13
Tabel 4 FATO PT Indonesia Power
Tahun
FATO
(kali)
2006
0.74
2007
0.78
2008
1.21
2009
0.97
2010
1.05
2011
1.37
2012
1.10
2013
1.18

Analisa Indeks Berseri
(tahun dasar 2006 = 100%)
100.00%
105.16%
162.76%
131.31%
141.88%
185.55%
147.96%
159.39%

Pada tahun 2007, FATO sebesar 0.78 lebih tinggi dibandingkan tahun
2006 sebesar 0.74. Hal ini terjadi karena peningkatan penjualan dan penurunan
aktiva tetap bersih. Aktiva tetap bersih tercatat sebesar Rp 36.167,1 miliar,
menurun dibandingkan Rp 38.016,1 miliar tahun 2006, akibat akumulasi beban
penyusutan lebih besar daripada penambahan aktiva tetap.
Pada tahun 2008, FATO sebesar 1.21 lebih tinggi dibandingkan 2007
karena terjadi peningkatan penjualan yang cukup besar dibandingkan tahun
sebelumnya. karena adanya peningkatan harga jual rata-rata. Pada tahun 2007
harga jual rata-rata Rp 652,46/KWh meningkat menjadi Rp 993,84/KWh di tahun
2008. Peningkatan penjualan ini meningkatkan FATO di tahun 2008 menjadi 1.21.
FATO yang meningkat menunjukkan perusahaan berhasil mengelola aktiva tetap
bersih secara efisien.
Pada tahun 2009, FATO sebesar 0.97 lebih kecil dibandingkan tahun 2008
karena adanya penurunan jumlah penjualan listrik dan penurunan harga jual.
Jumlah penjualan listrik tahun 2009 adalah 40.881,59 GWh dengan harga listrik
Rp 815.85/KWh lebih rendah dibandingkan jumlah penjualan tenaga listrik tahun
2008 yaitu sebesar 42.408 GWh. Penurunan FATO pada tahun 2009 menunjukkan
adanya inefisiensi pada pengelolaan aktiva tetap bersih.
Pada tahun 2010, FATO sebesar 1.05 lebih tinggi dibandingkan 2009
karena terjadi peningkatan penjualan dan penurunan aktiva tetap. Peningkatan
penjualan terjadi karena adanya peningkatan jumlah penjualan listrik
dibandingkan tahun 2009. Jumlah penjualan listrik tahun 2010 adalah 45.435,65
GWh dengan harga jual Rp 743,05/kWh.
Pada tahun 2011, FATO meningkat menjadi 1.37 kali karena
meningkatnya penjualan. Penjualan di tahun 2011 meningkat terutama berasal
dari peningkatan harga jual energi listrik yang disebabkan oleh kenaikan harga
energi primer berupa bahan bakar minyak dan batu bara. Harga jual listrik tahun
2011 Rp 1,015.65/Kwh lebih besar dibandingkan tahun 2010.
Pada tahun 2012, FATO kembali turun menjadi sebesar 1.10 lebih kecil
dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan penurunan volume penjualan yang
cukup signifikan. penurunan penjualan disebabkan oleh menurunnya volume
penjualan listrik. Jumlah penjualan listrik tahun 2012 sebesar 36.478,15 GWh
lebih rendah dibandingkan jumlah penjualan listrik 2011 sebesar 42.255,80 GWh.
Penurunan FATO pada tahun 2012 menunjukkan adanya inefisiensi pada
pengelolaan aktiva tetap bersih.

14
Pada tahun 2013, FATO naik menjadi sebesar 1.18 lebih besar
dibandingkan tahun 2012 yang disebabkan peningkatan volume penjualan. Jumlah
penjualan listrik tahun 2013 sebesar 38,986.88 GWh lebih tinggi dibandingkan
jumlah penjualan listrik 2012. FATO yang meningkat menunjukkan perusahaan
berhasil mengelola aktiva tetap bersih secara efisien.
Berdasarkan analisa indeks berseri pada Tabel 4, FATO perusahaan
mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. FATO yang berfluktuasi dan
cenderung meningkat menunjukkan pengelolaan aktiva tetap yang baik, namun
aktiva tetap bersih perusahaan mengalami penurunan secara terus menerus selama
periode 2006-2013. Hal ini mengindikasikan peningkatan FATO terjadi karena
menurunnya aktiva tetap bersih dan bukan karena peningkatan efisiensi
penggunaan aktiva tetap oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan perlu
mengelola aktiva tetap sehingga dapat meningkatkan penjualan dari setiap aktiva
tetap perusahaan yang dimiliki.
Analisis Return On Asset PT Indonesia Power
Return On Asset (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakinn baik, artinya total aktiva
perusahaan dapat lebih cepat berputar dalam meraih laba. ROA dihitung dengan
cara membandingkan penjualan dengan total aktiva. Perhitungan ROA PT
Indonesia Power secara rinci dapat dilihat di Lampiran 3, dan perkembangan
ROA selama tahun 2006-2013 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 ROA PT Indonesia Power
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

ROA
(%)
3.83
1.64
2.13
1.75
2.01
2.16
2.37
2.32

Analisa Indeks Berseri
(tahun dasar 2006 = 100%)
100.00%
42.11%
55.26%
47.37%
52.63%
57.89%
63.16%
60.53%

Pada tahun 2007, ROA sebesar 1.64% lebih rendah dibandingkan tahun
2006 karena penurunan laba bersih dan peningkatan total aktiva. Penurunan laba
bersih terjadi akibat peningkatan beban usaha yang lebih besar dibandingkan
peningkatan pendapatan. Beban usaha meningkat cukup signifikan yang
disebabkan peningkatan biaya bahan bakar pembangkit dan khususnya
pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak.
Pada tahun 2008, ROA sebesar 2.13% lebih tinggi dibandingkan 2007
karena meningkatnya laba bersih dan menurunnya total aktiva. Peningkatan laba
sebelum hak minoritas dan penghasilan lain-lain bersih memberi kontribusi
terhadap peningkatan jumlah laba bersih perusahaan di tahun 2008. Total aktiva
tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 terutama disebabkan

15
oleh penurunan jumlah piutang usaha sehubungan dilakukannya offset piutang
penjualan listrik dengan utang usaha kepada pemasok bahan bakar minyak.
Pada tahun 2009, ROA sebesar 1.75% lebih rendah dibandingkan 2008
karena laba bersih yang menurun. Penurunan penjualan tenaga listrik dan
meningkatnya beban pajak merupakan penyebab rendahnya laba bersih di tahun
2009.
Pada tahun 2010, ROA sebesar 2.01% lebih tinggi dibandingkan 2009
karena meningkatnya laba bersih dan menurunnya total aktiva. Peningkatan
volume penjualan tenaga listrik, pendapatan klaim asuransi, penghasilan denda,
serta menurunnya beban pajak mendorong peningkatan laba bersih perusahaan
tahun 2010. Total aktiva pada tahun 2010 menurun karena adanya penurunan
pada aktiva tetap dan persediaan.
Pada tahun 2011, ROA sebesar 2.16% lebih tinggi dibandingkan 2010
karena peningkatan laba yang didorong oleh meningkatnya pendapatan penjualan
listrik dan pendapatan usaha lainnya. Tahun 2012, ROA sebesar 2.37% lebih
tinggi dibandingkan 2011 karena peningkatan laba bersih yang didorong oleh
efisiensi beban usaha. Tahun 2013, ROA sebesar 2.32% lebih rendah
dibandingkan 2012 karena penurunan laba bersih.
Berdasarkan analisa indeks berseri pada Tabel 5, ROA perusahaan
mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Kecenderungan penurunan ROA
menunjukkan penggunaan total aktiva yang kurang efisien untuk menghasilkan
laba. Penurunan ROA ini juga menggambarkan kinerja keuangan persahaan yang
semakin menurun selama periode 2006-2013. Penurunan ROA perlu diperhatikan
oleh perusahaan agar lebih efisien dalam mengelola total aktivanya untuk
meningkatkan laba.
Hubungan Efisiensi Modal Kerja dan Aktiva Tetap dengan Return On Asset
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

ROA
.851
.464

CCC
.747
.632

FATO
.407
.996

Uji normalitas dalam penelitian ini mengunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Pada tabel 6 dapat dilihat signifikansi ROA sebesar 0.464, CCC sebesar 0.632,
dan FATO sebesar 0.996. Nilai signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari
risiko kesalahan (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel ROA,
CCC, dan FATO berdistribusi normal. Hasil pengujian uji normalitas dengan
SPSS 17 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.
Perkembangan CCC, FATO, dan ROA selama 2006-2013 kemudian
digunakan untuk menguji hubungan CCC dan FATO dengan ROA. Alat analisis
yang digunakan adalah uji pearson product moment. Hasil pengujian korelasi

16
pearson product moment dengan menggunakan SPSS 17 secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 5. Hubungan dari masing-masing variabel CCC dan FATO dengan
ROA dapat dilihat melalui hasil uji pearson product moment pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji pearson product moment CCC, FATO, dan ROA
ROA
CCC
FATO
ROA
Pearson Correlation
1
.064
-.297
Sig. (2-tailed)
.881
.475
CCC
Pearson Correlation
.064
1
.114
Sig. (2-tailed)
.881
.788
FATO
Pearson Correlation
-.297
.114
1
Sig. (2-tailed)
.475
.788
R
R Square
Sig. F

0.313
0.098
0.773

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara CCC
dengan ROA adalah 0.064. Berdasarkan pada Tabel 2, nilai 0.064 menunjukkan
hubungan sangat lemah. Hubungan sangat lemah menggambarkan variabel CCC
tidak dapat dijadikan penduga yang baik untuk ROA. Pedoman yang digunakan
untuk menerima atau menolak hipotesis adalah tolak H0 jika Sig. < 0.05. Nilai
signifikansi CCC = 0.881 > α = 0.05 maka hipotesis H01 yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara modal kerja dengan ROA dapat diterima.
Pada Tabel 7 diketahui hubungan (korelasi) antara FATO dengan ROA
adalah -0.297. Berdasarkan pada Tabel 2, nilai 0.297 menunjukkan hubungan
lemah. Hubungan lemah menggambarkan variabel FATO tidak dapat dijadikan
penduga yang baik untuk ROA. Nilai signifikansi FATO = 0.475 > α = 0.05 maka
hipotesis H02 yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara aktiva tetap dengan
ROA dapat diterima.
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh besarnya hubungan antara variabel CCC
dan FATO secara simultan dengan ROA adalah sebesar 0.313. Berdasarkan pada
Tabel 2, nilai 0.313 menunjukkan hubungan lemah. Kontribusi secara simultan
antara CCC dan FATO dengan ROA adalah 0.098 (9.8%), sedangkan sisanya
90.2% dipengaruhi oleh variabel lain. Nilai signifikansi CCC dan FATO = 0.773
> α = 0.05 maka hipotesis H03 yang menyatakan modal kerja dan aktiva tetap
secara simultan tidak memiliki hubungan dengan ROA dapat diterima.
Pada kasus PT Indonesia Power efisiensi modal kerja yang diukur dengan
Cash Conversion Cycle (CCC) dan efisiensi aktiva tetap yang diukur dengan
Fixed Asset Turnover (FATO) bukan merupakan faktor-faktor yang dapat
memprediksi Return On Asset (ROA). Oleh karena itu, penulis mencoba variabel
lain untuk mengetahui faktor apa yang dapat mempengaruhi ROA PT Indonesia
Power dilihat dari efisiensi penggunaan aktiva. Variabel lain yang digunakan
adalah Total Asset Turnover (TATO), yaitu rasio yang menggambarkan
kemampuan total aktiva untuk menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik. Perhitungan TATO secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.

17
Hubungan variabel TATO dengan ROA dapat dilihat melalui hasil uji pearson
product moment pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji pearson product moment TATO dengan ROA
ROA
ROA
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
TATO
Pearson Correlation
-.230
Sig. (2-tailed)
.583

TATO
-.230
.583
1

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara TATO
dengan ROA adalah -0.230. Berdasarkan pada Tabel 2, nilai 0.230 menunjukkan
hubungan lemah. Hubungan lemah menggambarkan variabel TATO tidak dapat
dijadikan penduga yang baik untuk ROA.
Hasil pengujian hipotesis secara parsial dan simultan menunjukkan bahwa
variabel CCC dan FATO tidak memiliki hubungan dengan ROA. Demikian juga
halnya dengan variabel Total Asset Turnover (TATO) tidak memiliki hubungan
dengan ROA. Berdasarkan hasil uji pearson product moment pada Tabel 7 dan
Tabel 8 menggambarkan bahwa efisiensi penggunaan aktiva yang telah diukur
dengan menggunakan CCC, FATO, dan TATO tidak dapat memprediksi ROA PT
Indonesia Power.
Tidak adanya hubungan antara CCC dan FATO dengan ROA terjadi
karena CCC dan FATO mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat,
sedangkan ROA mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. ROA yang
berfluktuatif dan cenderung menurun terjadi karena peningkatan penjualan lebih
rendah bila dibandingkan dengan peningkatan biaya usaha, sehingga membuat
laba PT Indonesia Power menjadi fluktuatif dan terjadi penurunan pada beberapa
periode. PT Indonesia Power hanya memiliki pembeli tunggal yaitu PT PLN
(persero). Hal ini mengakibatkan penjualan PT Indonesia Power sangat
bergantung pada permintaan PT PLN (persero). Bila perusahaan ingin
memperbaiki kinerja ROA, perusahaan perlu melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan penjualan agar laba yang dihasilkan dapat lebih tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Penelitian yang dilakukan pada PT Indonesia Power selama 2006 hingga 2013
menunjukkan bahwa perkembangan modal kerja dan aktiva tetap mengalami
fluktuasi yang cenderung meningkat, sedangkan return on asset mengalami
fluktuasi yang cenderung menurun. Cash Conversion Cycle (CCC) yang
cenderung meningkat menggambarkan perusahaan memerlukan waktu yang
semakin lama untuk mengkonversi modal kerja menjadi kas, sehingga
membuat modal kerja yang dibutuhkan semakin besar. Fixed Asset Turnover
(FATO) yang cenderung meningkat menggambarkan perusahaan telah

18
mengelola aktiva tetap secara efisien untuk meningkatkan penjualan. Return
On Asset (ROA) yang cenderung menurun menunjukkan kinerja keuangan
persahaan yang semakin menurun selama periode 2006-2013.
2. Hasil uji korelasi pearson product moment menunjukkan hubungan CCC
dengan ROA sebesar 0.064 dan hubungan FATO dengan ROA sebesar -0.297.
Hubungan antara variabel CCC dan FATO secara simultan dengan ROA
adalah sebesar 0.313. Kontribusi secara simultan antara CCC dan FATO
dengan ROA adalah 0.098 (9.8%), sedangkan sisanya 90.2% dipengaruhi oleh
variabel lain. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dan simultan
menunjukkan bahwa variabel CCC dan FATO tidak memiliki hubungan
dengan ROA. Tidak adanya hubungan antara CCC dan FATO dengan ROA
terjadi karena CCC dan FATO mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat,
sedangkan ROA mengalami fluktuasi yang cenderung menurun.
3. Variabel lain yang digunakan untuk mengetahui faktor apa yang
mempengaruhi ROA PT Indonesia Power adalah Total Asset Turnover (TATO).
Hubungan (korelasi) antara TATO dengan ROA adalah -0.230 yang
menunjukkan hubungan lemah. Hubungan lemah menggambarkan variabel
TATO tidak dapat dijadikan penduga yang baik untuk ROA.
Saran
1. Kecenderungan Cash Conversion Cycle (CCC) yang meningkat pada PT
Indonesia Power perlu diantisipasi dengan melakukan pengelolaan piutang,
seperti mempercepat waktu penagihan piutang dan membuat kebijakan tentang
piutang tak tertagih.
2. Kecenderungan penurunan ROA pada PT Indonesia Power perlu diantisipasi
perusahaan dengan cara meningkatkan penjualan dan melakukan pengontrolan
biaya usaha, sehingga nantinya dapat meningkatkan laba perusahaan.
Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan cara membuat produk
sampingan dan menjualnya kepada pembeli lain selain PT PLN (persero).
3. Bagi penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk meneliti jenis
perusahaan yang sama yaitu perusahaan yang memiliki total aktiva dan biaya
usaha yang besar, laba yang berfluktuasi, dan memperpanjang periode
penelitian agar dapat diperoleh hasil penelitian dengan cakupan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, AS. 2013. Merit Research Journal of Business and Management Vol.
1(1) pp. 001-010
Brealey, Myers, & Marcus. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga
Brigham EF, Houston JF. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Penerbit
Erlangga
Burja, Camelia. 2011. Factors Influencing The Companies’ Profitability. Annales
Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 13(2), 2011

19
Charitou et al. 2010. The Effect Of Working Capital Management On Firm’s
Profitability : Empirical Evidence From An Emerging Market. Journal Of
Business and Economics Research Volume 8 No. 12
Fauziah, Nurul. 2012. Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap terhadap
Tingkat Pengembalian Investasi Pada PT Pegadaian (persero) Bandung
[Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Komputer Indonesia
Hanafi MM, Halim A. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat.
Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Hartini. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap terhadap
Profitabilitas pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung [Skripsi].
Bandung (ID): Universitas Widyatama
Keown AJ, Scott DF, Martin JD, Petty JW. 2011. Manajemen Keuangan PrinsipPrinsip dan Aplikasi (Terjemahan).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2010-2013

1 50 91

Pengaruh Return On Capital Employed (ROCE), Return On Asset (ROA), Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Earnings Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

26 161 93

Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)

4 151 102

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan-Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 54 83

Analisis Hubungan Efektifitas Aktiva Dengan Return On Investment Pada PT. Sumbetri Megah

11 76 66

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 88

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

Determinan Merger Dan Akuisisi : studi di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013

0 27 0

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Kas, Perpustaran Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Perputaran Aktiva Terhadap Profinilitas (Studi Kasus Pada SPBU di Daerah Tangerang Periode Tahun 2012 - 2015)

1 17 135

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

0 24 250