2.3
Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Kredit Poin Pelanggaran Tata Tertib Dengan Kedisiplinan Di Sekolah
Lingkungan sekolah, siswa pasti tidak akan lepas dari adanya aturan atau yang biasa disebut dengan tata tertib, hal ini dilakukan agar perilaku siswa dapat
terkontrol dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang melanggar tata tertib seperti membolos, merokok,
memakai seragam sekolah tidak sesuai ketentuan yang ada. Ini merupakan bentuk suatu pelanggaran tata tertib sekolah. Oleh karena itu sekolah mencanangkan
sistem kredit poin pelanggaran yang dimana siswa yang melanggar dengan memberikan poin terlebih dahulu. Poin diberikan kepada siswa sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan, hal ini dikarenakan tiap pelanggaran mempunyai bobot poin yang berbeda – beda antara pelanggaran satu dengan pelanggaran
lainnya. Oleh karena itu, siswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang kredit poin pelanggaran tata tertib sehingga dengan siswa tersebut memiliki pengetahuan
yang cukup tentang kredit poin pelanggaran maka diharapkan siswa patuh terhadap tata tertib dan apabila siswwa patuh terhadap tata tertib maka siswa
tersebut dikatakan mempunyai kedisiplinan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
2.4 Kerangka Berfikir
Siswa dapat dikatakan siswa yang disiplin atau memiliki kedisiplinan yang tinggi apabila siswa tersebut selalu mentaati aturan - aturan sekolah dan tidak
pernah melanggar larangan – larangan yang ada dalam tata tertib begitu pula sebaliknya siswa dikatakan sebagai siswa yang tidak disiplin atau mempunyai
kedisiplinan yang rendah apabila siswa yang bersangkutan selalu melanggar aturan – aturan sekolah atau tata tertib. Akan tetapi pada kenyataannya masih
banyak pelanggaran – pelanggaran atau penyimpangan tata tertib yang dilakukan siswa dan sebagai salah satu alternatif upaya penanggulangannya adalah dengan
adanya hukuman atau diberikannya sanksi. Hukuman adalah pemberian stimulus tidak menyenangkan yang secara sadar dan sengaja diberikan kepada orang lain,
agar orang lain tersebut mengerti akan kesalahannya dan bersedia dengan tulus mengubah perilaku yang menyebabkan ia dihukum. Adapun bentuk hukuman
dalam penelitian ini berupa kredit poin pelanggaran. Kredit poin pelanggaran dapat dipakai sebagai alat menjadikan siswa jera,
menjadikan siswa lebih tertib dan disiplin, kredit poin pelanggaran dapat menghasilkan perubahan pada siswa, pembobotan sanksi hukumannya seimbang
dengan pelanggarannya, menjadikan siswa takut untuk melakukan pelanggaran, dan jumlah pelanggaran menjadi berkurang, kredit poin pelanggaran merupakan
upaya preventif atas pelanggaran disiplin siswa, dan kredit poin pelanggaran poin membuat siswa takut mengulangi pelanggaran.
Kredit poin pelanggaran dapat berfungsi dengan baik apabila siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang kredit poin pelanggaran itu sendiri
sehingga apabila siswa telah memiliki pengetahuan tentang kredit poin pelanggaran dan implikasinya maka siswa tersebut akan cenderung mematuhi tata
tertib dan mempunyai kedisiplinan sebab kedisiplinan sangatlah penting, dengan
disiplin siswa akan dapat lebih mengendalikan diri dalam berperilaku sehingga akan mengantar siswa sukses dalam belajar yang dalam konteks ini kedisiplinan
dapat mengarahkan siswa untuk menyesuaikan diri dengan cara mentaati tata tertib. Untuk lebih jelasnya bisa melihat pada gambar 2.2 sebagai berikut :
Pengetahuan Siswa
Mengamati Mengingat
Menyangka Menalar
Kredit Poin Pelanggaran
Kedisiplinan Siswa
Ketaatan Tanggung
Jawab Konsekuensi
Konsistensi Kontrol
Diri
Gambar 2.2. Bagan alur pikir penggunaan kredit poin pelanggaran dengan kedisiplinan di sekolah.
2.5 Hipotesis