11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementai Nilai
1. Pengertian Nilai
Secara etimologi nilai berasal dari kata value Inggris, yang berasal dari kata valere Latin yang berarti kuat, baik, berharga. Secara
sederhana, nilai valueadalah sesuatu yang berguna. Berbicara tentang nilai hal pertama yang terpikir adalah masalah baik dan buruk, indah dan
jelek, pantas dan tidak pantas dan lain sebagainya. Nilai erat kaitannya dengan kegiatan penilaian menilai karena di dalam nilaiterdapat cita-
cita dan harapan akan kondisi ideal terhadap suatu hal. Penilaian menilai yaitu kegiatan manusia dalam menimbang,
mengukur, manakar, menyukat sesuatu untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu dapat menyatakan berguna atau tidak berguna,
benar atau tidak benar, indah atau tidak indak, baik atau tidak baik, religius atau tidak religius Widjaja, 2000:5.
Menurut Alport Mulyana, 2004 : 9 , nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Nilai terjadi dalam
wilayah yang disebut dengan keyakinan. Seperti ahli psikologi pada umumnya, keyakinan ditempatkan sebagai wilayah psikologis yang lebih
tinggi dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan.
Nilai sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri berikut yaitu nilai berkaitan dengan subyek, kalau tidak ada subyek yang menilai maka
tidak ada nilai juga. Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subyek ingin membuat sesuatu. Nilai menyangkut sifat-sifat yang ingin
ditambah oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek. Menurut Moedjanto dalam Wahana, 2005 : 67 Nilai tidak hanya
tampak sebagai nilai bagi seseorang saja, melainkan bagi segala umat manusia. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patut dikejar dan
dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain.
Ada berbagai nilai. Semua nilai tidak sama inti dan artinya, ada nilai biologis, nilai psikologis, nilai estetis, nilai intelektual, nilai
kerohanian, dan dan nilai keagamaan. Walaupun nilai-nilai tersebut berbeda, ada suatu susunan obyektif yang bersifat hierarkis. Prinsip
penyusunan ini adalah kesatuan dan keharmonisan person yang integral serta dinamis Moedjanto dalam Wahana, 2005 : 67. Sedangkan menurut
strukturnya, secara hierarkis nilai-nilai dapat dibedakan sebagai berikut: nilai fisis-kemis, nilai biotis, nilai psikis, dan nilai khas human yang di
dalamnya termuat antara lain nilai intelektual dan nilai religius Wahana, 2005 : 67.
2. Fungsi Nilai Bagi Kehidupan Manusia