PERHITUNGAN EROSI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERHITUNGAN EROSI

Berdasarkan persamaan USLE Universal Soil Loss Equation, faktor- faktor erosi yang akan dihitung meliputi faktor erosivitas hujan R, faktor erodibilitas K, faktor panjang dan kemiringan lereng LS, dan faktor pengelolaan tanaman dan usaha pencegahan erosi CP. 1. Faktor Erosivitas R Data curah hujan yang digunakan untuk menghitung faktor erosivitas diperoleh dari data curah hujan DAS Ciliwung Tengah. Secara administratif Situ Bojongsari masuk dalam lingkup DAS Angke. Namun, kendati demikian data curah hujan DAS Ciliwung Tengah tetap dapat dipakai dalam penelitian ini karena data curah hujan diukur dan diolah oleh stasiun klimatologi Depok. Karena sebaran data curah hujan yang diambil dari suatu stasiun memiliki sebaran sampai 30 km. Curah hujan rata-rata bulanan untuk DAS Ciliwung Tengah berkisar antara 168 mm sampai dengan 377 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan November dan terendah pada Bulan Juli. Curah hujan mempunyai peranan yang cukup tinggi terhadap erosi tanah yang terjadi. Pada daerah yang berlereng terjal, erosivitas hujan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi. Masukan data curah hujan terdiri dari jumlah curah hujan bulanan selama 10 tahun dari tahun 1992 sampai tahun 2001. Sehingga setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai erosivitas seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 7. Untuk lebih mudah mengetahui peningkatan maupun penurunan nilai erosivitas hujan dari tahun 1992 hingga 2001 di DAS Ciliwung Tengah dapat dilihat pada grafik pada Gambar 14. 34 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Tahun GRAFIK EROSIVITAS HUJAN R DAS CILIWUNG TENGAH Erosivitas Tabel 7. Nilai Erosivitas di DAS Ciliwung Tengah Tahun R 1992 3087.682 1993 3225.605 1994 2429.612 1995 3321.904 1996 3087.792 1997 1910.324 1998 3203.011 1999 2080.779 2000 1874.487 2001 2419.636 Gambar 14 . Grafik Erosivitas Hujan DAS Ciliwung Tengah 35 2. Faktor Erodibilitas K Berdasarkan peta jenis tanah pada Gambar 15, maka Situ Bojongsari termasuk kawasan yang memiliki jenis tanah latosol coklat kemerahan. Tanah latosol secara umum memiliki bahan induk berupa batuan vulkanik bersifat intermedier, yaitu batuan dengan kadar Besi Fe dan Magnesium Mg cukup tinggi. Tanah jenis ini bersolum dalam, pH agak tinggi, dan memiliki kepekaan terhadap erosi rendah. Selanjutnya setelah mengetahui jenis tanah, maka nilai erodibilitas K, dapat diketahui pada Lampiran 7. Sehingga didapat nilai K untuk daerah Situ Bojongsari sebesar 0.121. 3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng LS Untuk Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng LS ditentukan dengan menggunakan Peta Sebaran Kelas Kelerengan DAS Ciliwung, kemudian nilai LS dapat diperoleh melalui Tabel 2. Secara umum wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan daerah dataran tinggi, sedangkan di bagian selatan merupakan daerah perbukitan bergelombang lemah. Berdasarkan atas elevasi atau ketinggian garis kontur, maka bentang alam daerah Depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah. Bentuk kemiringan suatu wilayah sangat menentukan jenis penggunaan lahan, intensitas penggunaan lahan dan kepadatan bangunan. Dari Peta Kelas Kelerengan DAS Ciliwung, dapat diketahui bahwa Situ Bojongsari terletak pada kemiringan lahan yang beragam dari 0 – 50 . Pada penelitian ini, kelas kemiringan ditentukan berdasarkan peta kontur DAS Ciliwung lembar Cibinong yang diolah dengan program Arc View 3.2 . Berdasarkan bentuk topografinya, areal DAS Ciliwung dikelompokan menjadi 5 kelas kemiringan s yaitu 0 – 5 , 5 – 15 , 15 – 35 , 35 – 50 , dan 50 . Nilai indeks LS berkisar antara 0.25 sampai 12. 36 Gambar 15. Peta Tanah DAS Ciliwung Departemen Pekerjaan Umum Kota Administratif Depok KETERANGAN : -------------- : Batas Macam Tanah -+-+-+-+-+ : Batas Wilayah Kab. Bogor : Andosol : Podsolid : Grumusol : Tanah Mediteran : Regosol : Latosol coklat kemerahan : Tanah Aluvial Situ Bojongsari N PETA TANAH DAS CILIWUNG SKALA : 1 : 20 000 000 37 Gambar 16. Peta Digitasi Kelas Kelerengan DAS Ciliwung DAS CILIWUNG PETA KELAS KELERENGAN DAS CILIWUNG 38 106 ° 23 00 106 ° 23 30 106 ° 24 00 106 ° 23 00 106 ° 23 30 106 ° 24 00 06° 30 00 06° 45 30 06° 46 00 06° 30 00 06° 45 30 06° 46 00 Gambar 17. Pembagian Kelas Kelerengan Situ Bojongsari PETA RUPA BUMI INDONESIA SITU BOJONGSARI FAKTOR KELAS KELERENGANKEMIRINGAN EDISI I -1999 U Keterangan : 0 – 5 15 – 35 35 – 50 1 0 1 2km 39 Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya kesalahan yang terbesar dalam perhitungan erosi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan peta untuk mendapatkan nilai panjang dan kemiringan lereng. Peta yang digunakan memberikan informasi terlalu umum, sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, nilai LS harus ditentukan berdasarkan pengukuran di lapangan. 4. Faktor Pengelolaan Tanaman dan Usaha Pencegahan Erosi CP Faktor Pengelolaan Tanaman dan Usaha Pencegahan Erosi dapat diketahui dari Peta Tata Guna Lahan atau Peta Penutupan Lahan dan pengamatan langsung di lapangan, kemudian nilai dari faktor CP dapat diperoleh dari Tabel 3, Tabel 4, Lampiran 8, dan Lampiran 9. Pada penelitian ini faktor CP diketahui langsung dengan melakukan pengamatan di lokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar nilai CP yang didapat benar-benar aktual atau kondisi terkini di lokasi, sehingga diharapkan nilai hasil pendugaan erosi memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Nilai C dan P harus diteliti secara intensif dan dipetakan lebih terperinci dengan menggunakan interprestasi foto udara dan kerja lapangan. Setelah melakukan pengamatan di lapangan, maka diperoleh hasil bahwa faktor C dan P di bantaran sekeliling Situ Bojongsari berbeda-beda. Vegetasi sekaligus praktik konservasi yang terdapat di sekeliling Situ Bojongsari ditunjukkan pada Gambar 19. Tepat di barat daya perairan Situ Bojongsari. Terdapat banyak perkebunan terutama singkong dan kacang tanah milik penduduk sekitar yang ditanam di pinggir situ. Terdapat juga tanaman kebun lainnya seperti jagung dan pisang, namun jumlahnya hanya sedikit. Padahal seperti yang diketahui, bahwa tanaman seperti ubi kayu atau singkong dan kacang tanah apabila ditanam di areal yang rawan erosi, maka akan meningkatkan resiko erosi, karena akar tanaman yang kurang kuat menahan air dan tradisi masyarakat Indonesia yang menanam singkong atau kacang tanah dengan jarak tanam yang relatif jarang. 40 Gambar 18. Vegetasi di Barat Daya Situ Bojongsari Di bagian tengah atau lekukan situ juga merupakan area komersil berupa hotel dan cottage lengkap dengan berbagai fasilitasnya. Kendati telah dibangun hotelcottage, namun pada pinggiran situ masih tampak jelas semak dan sebagian rumput yang mungkin oleh pengelola hotel sengaja dibiarkan tumbuh liar untuk memberikan kesan natural pada pengunjung hotel maupun cottage. Vegetasi semak dengan sebagian rumput menyebar tidak hanya di tengah lekukan situ, tetapi juga dijumpai di bagian barat laut hingga utara situ. Selanjutnya di selatan Situ Bojongsari merupakan padang golf komersil dengan penutupan lahan berupa rumput golf dengan penutupan sempurna dan tentu saja dapat dipastikan rumput-rumput tersebut terawat dengan baik. Maka pada wilayah ini, penentuan nilai C dan P tidak dilakukan masing-masing, namun sekaligus dalam bentuk CP sesuai kondisi lahan. Sehingga dapat dipastikan dengan penutupan lahan yang begitu sempurna dengan vegetasi rumputnya, areal ini cenderung mengalami tingkat erosi yang rendah. 41 106 ° 23 00 106 ° 23 30 106 ° 24 00 106 ° 23 00 106 ° 23 30 106 ° 24 00 06° 30 00 06° 45 30 06° 46 00 06° 30 00 06° 45 30 06° 46 00 Gambar 19. Vegetasi di Daerah Tangkapan Air Situ Bojongsari PETA RUPA BUMI INDONESIA SITU BOJONGSARI VEGETASI PRAKTIK KONSERVASI EDISI I - 1999 U Keterangan : ........ Batas Daerah Tangkapan Air DTA Rumput dengan penutupan sempurna Semak dan sebagian rumput Perumputan dengan penutupan tanah sebagian dan ditumbuhi alang-alang Pohon tanpa semak dan Padang rumput jelek Ubi Kayu Kacang Tanah dan Tanaman Perkebunan dengan penutupan tanah sedang Perumahan Tegalan 1 0 1 2km 42 Selanjutnya di bagian tenggara hingga timur Situ Bojongsari adalah sarana rekreasi. Kendati bertajuk sarana rekreasi, namun lokasi ini tampak sepi. Menurut masyarakat sekitar, lokasi ini hanya ramai pada hari libur, itupun pengunjung tidak banyak seperti tempat wisata pada umumnya. Aktivitas yang kental terlihat di lokasi ini adalah banyaknya para pencari ikan baik dengan jala maupun sekedar menyalurkan hobi memancing, sebab di Situ Bojongsari terkenal dengan hasil ikan air tawar yang melimpah yang oleh masyarakat sekitar disebut ikan melem. Karena memang direncanakan sebagai tempat wisata, maka lokasi ini sangat sejuk oleh pohon-pohon akasia yang ditanam di pinggiran situ disertai dengan penutupan rumput yang tidak sempurna, karena mungkin tidak dirawat dengan baik. Kemudian di bagian utara hingga timur laut pada Gambar 19 merupakan areal yang penuh dengan alang-alang dan sebagian rumput. Menurut penuturan masyarakat sekitar, rumput-rumput di daerah ini sering dibabat penduduk untuk pakan ternak. Vegetasi yang dominan di bantaran situ daerah ini adalah perumputan dengan penutupan tanah sebagian dan ditumbuhi alang-alang. Untuk lokasi barat hingga barat laut Situ Bojongsari memiliki jenis vegetasi yang sama dengan lokasi tengah atau lekukan situ . 5. Perhitungan Nilai Laju Erosi A Setelah parameter-parameter dalam persamaan USLE telah ditentukan nilainya, maka besanya erosi di Situ Bojongsari dapat diperkirakan dengan mengkalikan faktor-faktor erosi melalui persamaan berikut : A = R x K x LS x CP dimana : A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun tonhatahun R : Indeks daya erosi curah hujan erosivitas hujan K : Indeks kepekaan tanah terhadap erosi erodibilitas tanah 43 LS : Faktor panjang lereng L dan kemiringan lereng S C : Faktor tanaman vegetasi P : Faktor usaha-usaha pencegahan erosi konservasi Gambar 20 . Deretan Pohon Akasia dan Rumput di Timur Situ Bojongsari Perhitungan erosi di Situ Bojongsari ini, dibagi dalam lima wilayah erosi zonasi berdasarkan faktor vegetasi C dan konservasi P seperti yang terlihat pada Gambar 19. Perbedaan vegetasi dan konservasi ditunjukan oleh perbedaan warna. Untuk lebih memudahkan dalam pengolahan data, maka masing- masing lokasi akan disimbolkan dengan angka 1 – 5, yang urutannya adalah : Zona warna coklat : Lokasi 1 Zona warna ungu : Lokasi 2 Zona warna oranye : Lokasi 3 Zona warna hijau : Lokasi 4 Zona warna abu-abu : Lokasi 5 Pembagian lima daerah erosi akan disajikan pada Tabel 8 – Tabel 12 berikut. 44 Gambar 21. Erosi Longsor di Bantaran Situ Bojongsari Pada lokasi 3, memiliki tingkat kemiringan lereng yang seragam. Terdapat tiga kelas kemiringan lereng pada lokasi ini, yaitu 0 - 5 , 15 - 35 , dan 35 - 50 . Sehingga untuk memperoleh nilai LS total sebagai berikut : s = 0 – 5 pada luas lahan 18.13 ha, maka LS = 0.25 s = 15 – 35 pada luas lahan 2.81 ha, maka LS = 4.25 s = 35 – 50 pada luas lahan 10.34 ha, maka LS = 9.50 Maka nilai LS total pada Lokasi 3 = 34 . 10 81 . 2 13 . 18 34 . 10 50 . 9 81 . 2 25 . 4 13 . 18 25 . + + × + × + × = 28 . 31 2 . 98 94 . 11 53 . 4 + + = 3.67 Untuk lokasi 1 memili kemiringan lereng yang sama yaitu 35-50 . Selanjutnya pada lokasi 2 kemiringan lereng seragam antara 0 – 5 .Kondisi yang sama juga terdapat di lokasi 4 dan lokasi 5 yang memilki kemiringan lereng yang sama. Hasil perhitungan nilai total laju kehilangan tanah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. 45 Tabel 8. Nilai Faktor-Faktor Erosi pada Lokasi 1 Tahun R K s LS C P CP 1992 3087.682 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1993 3225.605 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1994 2429.612 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1995 3321.904 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1996 3087.792 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1997 1910.324 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1998 3203.011 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 1999 2080.779 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 2000 1874.487 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 2001 2419.636 0.121 35-50 9.50 0.195 0.50 0.098 Tabel 9. Nilai Faktor-Faktor Erosi pada Lokasi 2 Tahun R K s LS C P CP 1992 3087.682 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1993 3225.605 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1994 2429.612 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1995 3321.904 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1996 3087.792 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1997 1910.324 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1998 3203.011 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 1999 2080.779 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 2000 1874.487 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 2001 2419.636 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.010 46 Tabel 10. Nilai Faktor-Faktor Erosi pada Lokasi 3 Tahun R K s LS C P CP 1992 3087.682 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1993 3225.605 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1994 2429.612 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1995 3321.904 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1996 3087.792 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1997 1910.324 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1998 3203.011 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 1999 2080.779 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 2000 1874.487 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 2001 2419.636 0.121 0 – 5 15-35 35-50 3.67 - - 0.100 47 Tabel 11. Nilai Faktor-Faktor Erosi pada Lokasi 4 Tahun R K s LS C P CP 1992 3087.682 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1993 3225.605 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1994 2429.612 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1995 3321.904 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1996 3087.792 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1997 1910.324 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1998 3203.011 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 1999 2080.779 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 2000 1874.487 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 2001 2419.636 0.121 0 - 5 0.25 0.32 0.40 0.128 Tabel 12. Nilai Faktor-Faktor Erosi pada Lokasi 5 Tahun R K s LS C P CP 1992 3087.682 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1993 3225.605 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1994 2429.612 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1995 3321.904 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1996 3087.792 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1997 1910.324 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1998 3203.011 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 1999 2080.779 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 2000 1874.487 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 2001 2419.636 0.121 0 - 5 0.25 - - 0.020 48 Tabel 13 . Hasil Perhitungan Laju Kehilangan Tanah A di Situ Bojongsari Tahun 1992 – 2001 T RK LS CP A tonhatahun 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 92 373.61 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 347.83 0.93 137.11 11.96 1.87 93 390.30 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 363.37 0.98 143.24 12.49 1.95 94 293.98 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 273.70 0.73 107.89 9.41 1.47 95 401.95 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 374.22 1.00 147.52 12.86 2.01 96 373.62 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 347.84 0.93 137.12 11.96 1.87 97 231.15 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 215.20 0.58 84.83 7.40 1.16 98 387.56 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 360.82 0.97 142.23 12.40 1.94 99 251.77 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 234.40 0.63 92.40 8.06 1.26 00 226.81 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 211.16 0.57 83.24 7.26 1.13 01 292.78 9.50 0.25 3.67 0.25 0.25 0.098 0.01 0.1 0.128 0.02 272.58 0.73 107.45 9.37 1.46 Keterangan : T : Tahun Tabel 14. Hasil Perhitungan Total Laju Kehilangan Tanah A di Situ Bojongsari Per Tahun Total Nilai A Tonhatahun LOKASI 1 2 3 4 5 JUMLAH TOTAL KEHILANGAN TANAH 10 Tahun 3001.11 8.06 1183.03 103.15 16.12 RATA-RATA KEHILANGAN TANAH 1 Tahun per tahun 300.111 0.806 118.303 10.315 1.612 49 6. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi TBE Setelah nilai erosi dari kelima lokasi diperoleh, selanjutnya melalui informasi solum tanah dapat diketahui Tingkat Bahaya Erosi TBE. Tanah di sekitar Situ Bojongsari termasuk jenis tanah latosol yang mempunyai solum tanah 90 cm Djunaedi, 1999 dan Soil Staff, 1999. Selanjutnya TBE dapat diketahui dari Tabel 5. Sehingga diperoleh Kelas Tingkat Bahaya Erosi untuk lima zona erosi di sekeliling Situ Bojongsari Tabel 17. Dari Tabel 15 perhitungan di atas didapat nilai rata-rata kehilangan tanah di lima lokasi yang mengelilingi Situ Bojongsari berdasarkan batas Daerah Tangkapan Air DTA seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19. Kelima lokasi ini diduga dapat menyebabkan erosi di sekitar situ, sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang apabila tidak segera dilakukan aksi tindak pencegahan erosi maka akan menyebabkan sedimentasi situ. Tabel 15. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sekitar Situ Bojongsari Lokasi Laju Erosi tonhatahun Luas Petak ha Erosi tontahun Kelas Erosi 1 300.111 16.56 4969.84 Berat 2 0.806 37.35 30.10 Sangat Ringan 3 118.303 31.28 3700.52 Sedang 4 10.315 46.25 477.07 Sangat Ringan 5 1.612 14.06 22.66 Sangat Ringan Dari perhitungan nilai A dan klasifikasi tingkat bahaya erosi dapat diketahui bahwa nilai kehilangan tanah yang paling kecil berada di lokasi 5. Lokasi 5 merupakan areal dengan vegetasi perumputan dengan penutupan tanah sebagian dan ditumbuhi alang-alang tepatnya pada bagian utara hingga timur laut Situ Bojongsari dengan total kehilangan tanah 22.66 tontahun. Nilai erosi yang kecil terjadi karena vegetasi perumputan 50 dan alang-alang dapat menyerap air hujan yang jatuh ke tanah, selain itu zona ini ditunjang dengan luas petak daerah tangkapan air yang kecil dan kemiringan yang landai. Sehingga kemungkinan tanah yang terbawa aliran permukaan masuk ke dalam situ sedikit. Nilai erosi yang juga terbilang kecil juga terdapat pada lokasi 2 yang merupakan padang golf dengan vegetasi penutup sekaligus konservasi perumputan yang sempurna. Sehingga dengan curah hujan di wilayah Depok yang relatif tinggi setiap tahunnya, air hujan yang turun dapat diserap sempurna oleh vegetasi rumput tanpa harus terjadi aliran permukaan yang membawa pecahan- pecahan tanah ke perairan situ. Selain itu nilai kehilangan tanah yang kecil ini, juga akibat kemiringan lereng yang landai yaitu berkisar antara 0 – 5 . Dengan kemiringan lereng yang landai, maka dapat dipastikan apabila terjadi pengangkutan partikel tanah akibat erosi, tanah tidak langsung dengan mudah jatuh ke perairan. Sehingga nilai persentasi kemiringan yang kecil ini akan memperkecil resiko erosi. Sedangkan total kehilangan tanah terbesar terdapat di lokasi 1 yaitu kawasan barat daya Situ Bojongsari dengan nilai erosi 4969.84 tontahun. Lokasi 1 memiliki kemiringan lereng sangat curam berkisar antara 35 – 50 . Selain itu dengan vegetasi berupa ubi kayu dan kacang tanah yang ditanam dengan jarak tanam yang lebar jarang, menyebabkan tanah di sekitar situ menjadi rawan terjangkit erosi. Faktor utama yang menyebabkan lokasi ini masuk dalam kategori erosi berat karena cakupan luas daerah tangkapan airnya yang luas, sehingga resiko erosi tinggi. Lokasi 3 dengan vegetasi semak dan rumput termasuk kelas erosi sedang. Lokasi ini memiliki kemiringan lereng yang beragam, yaitu 0 – 5 , 15 – 35 , 35 – 50 . Padahal apabila ditinjau dari vegetasi dan faktor konservasinya, seharusnya zona 3 dengan semak dan sebagian rumputnya mampu menjadi daerah resapan air yang baik. Namun, vegetasi dan konservasi yang baik tanpa didukung oleh persentase kemiringan yang kecil juga dapat meningkatkan resiko erosi. Karena perhitungan erosi dengan metode USLE ini merupakan perpaduan dari seluruh faktor erosi yaitu hujan, erodibilitas, faktor kelas lereng, faktor vegetasi serta 51 konservasi, dan luas daerah tangkapan air. Faktor-faktor ini saling terkait satu dan lainnya. Selanjutnya lokasi 4 yaitu daerah tenggara hingga timur Situ Bojongsari, yang merupakan areal dengan vegetasi dan praktik konservasi yang kurang baik. Apabila kita meninjau hanya dari faktor CP, maka lokasi 4 inilah wilayah yang sangat rawan terhadap erosi. Karena areal ini ditujukan untuk objek wisata, maka dapat dipastikan jumlah bangunan- bangunan komersil seperti warung, panggung hiburan, MCK akan lebih banyak dibanding vegetasi penutupnya. Vegetasi yang diusahakan di areal ini adalah pohon akasia dengan penutupan rumput yang kurang rapat jelek. Ditambah lagi dengan aktivitas pengunjung objek wisata yang gemar menginjak rumput, membuang sampah sembarangan, bahkan melakukan kegiatan bakar jagungubi di tepi situ. Kegiatan-kegiatan ini secara tak langsung memberikan resiko erosi yang lebih tinggi lagi. Selain itu pada zona 4 memiliki cakupan daerah tangkapan air yang luas yaitu sebesar 46.25 ha. Namun, pada perhitungan prediksi erosi yang dilakukan nilai total kehilangan tanah lokasi 4 ini relatif kecil dan masuk dalam kelas erosi ringan. Hal ini dapat terjadi karena lokasi 4 didukung oleh kemiringan lereng yang relatif landai berkisar antara 0 – 5 , sehingga dapat memperkecil resiko erosi. Penyebaran luas untuk kelas TBE yang tergolong sangat ringan terjadi pada kelas kelerengan 0-5 dan kelas sedang pada kelas kelerengan 15-35 , sedangkan kelas erosi berat terjadi pada kelas kelerengan 35-50 . Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa areal di sekeliling Situ Bojongsari masih dalam kondisi relatif aman terhadap bahaya erosi dan sedimentasi. Hal ini juga diperkuat dengan perhitungan kemungkinan umur Situ Bojongsari. Pendugaan umur situ dilakukan dalam rangka memprediksi sampai kapan suatu situ dalam kondisi bagus secara ekosistem dan merencanakan praktik konservasi yang harus dilakukan umtuk memperpanjang umur situ. 52 Penentuan umur situ dimulai dengan terlebih dahulu menghitung kedalaman situ. Situ Bojongsari memiliki kedalaman yang beragam antara 3 – 10 meter. Pada pengukuran kedalaman Situ Bojongsari diwakili tiga titik kedalaman. Selanjutnya dengan informasi luas Situ Bojongsari dapat dicari volume situ. Setelah volume diketahui maka selanjutnya umur Situ Bojongsari dapat diketahui dengan membagi nilai volume situ dengan jumlah erosi di lima zona erosi . Perhitungan sebagai berikut. Kondisi Situ Bojongsari Diketahui : h 1 = 3 meter h 2 = 4 meter h 3 = 10 meter h rata2 = 5.67 meter A = 28.25 ha = 282500 m 2 Maka, Volume Situ = A X h rata2 = 282500 m 2 X 5.67 meter = 1601775 m 3 Volume Sedimen Vs Jumlah erosi Situ Bojongsari = ∑ erosi zona 1-7 = 9200.19 ton tahun Berdasarkan hasil pengambilan contoh sedimen dari beberapa penelitian sedimen di daerah Jawa oleh Puslitbang Pengairan Bandung, diambil nilai rata-rata konsentrasi sedimen ρ 1.21 grcm 3 . Sehingga volume sedimen Vs Situ Bojongsari 7601 m 3 tahun. Sehingga kemungkinan umur Situ Bojongsari = Volume Situ Vs = 1601775 m 3 7603.46 m 3 tahun = 210.66 tahun ≈ 211 tahun 53 Dari prediksi tersebut umur Situ Bojongsari mampu mencapai 211 tahun. Hasil ini bukan merupakan nilai mutlak. Nilai ini hanya berupa prediksi, karena pada hakekatnya umur situ juga tergantung dari aktivitas manusia di sekelilingnya dan kemauan manusia untuk mengelola lingkungan hidup. Bukan tidak mungkin, umur situ lebih pendek dari prediksi perhitungan akibat perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan. 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN