Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

67 d dahwa kedua pihak akan tunduk kepada putusan yang diambil oleh juru.dewan pemisah, setelah putusan ini mempunyai kkuatan hukum; e hal-hal lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyelesaian masalah melalui arbitrase. Penunjukan jurudewan pemisah dan proses jalannya arbritrase diserahkan sepenuhnya kepada para pihak yang berselisih. Putusan jurudewan pemisah yang telah disahkan oleh P4P mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan P4P Widjaja, 2001:49. Terhadap putusan oleh jurudewan pemisah ini tidak diadakan pemeriksaan ulang. Sebagai bahan perbandingan dibawah ini ketentuan penyelesaian perselisihan hubungan industrial menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 penulis

b. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

Setiap Perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih bipartite. Dalam hal perundingan oleh para pihak yang berselisih bipartite gagal, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak 68 mencatat perselisihannya pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. Peselisihan kepentingan, Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja atau Perselisihan antara serikat pekerja yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat diselesaikan melalui konsiliasi atas kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan penyelesaian perselisihan melalui arbritrase atas kesepakatan kedua belah pihak hanya perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja. Apabila tidak ada kesepakatan kedua belah pihak untuk menyelesaiakan prselisihannya melalui konsiliasi atau arbitrase, maka sebelum diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial terlebih dahulu melalui mediasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penimpikan perkara perselisihan hubungan industrial di pengadilan. Perselisihan hak yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan tidak dapat diselesaikan melalui konsiliasi atau arbitrase namum sebelum diajukan ke Pengadilan hubungan Industrial terlebih dahulu melalui mediasi, dalam hal mediasi atau konsiliasi tidak mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kerja bersama, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui arbitrase dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan tidak 69 dapat diajukan ken Pengadilan Industrial karena keputusan arbitrase bersifat akhir dan tetap, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat diajukan pembatalan ke Mahkamah Agung. Untuk menjamin penyelesaian yang cepat, tepat adil dan murah, penyelesaian Perselisihan hubungan Industrial melalui Pengadilan Hubungan Industrial yang berada pada lingkungan peradilan umum dibatasi proses dan tahapannya dengan tidak membuka kesempatan untuk mengajukan upaya banding ke Pengadilan Tinggi. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang menyangkut perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja dapat langsung dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung. Sedang putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh dalam satu perusahaan merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 sebagai rujukan karena Perjanjian Kerja bersama di PT Perkebunan Nusantara IX Persero Divisi Tanaman Tahunan dibuat sebelum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 berlaku. 70 JENIS PERSELISIHAN DAN LEMBAGA YANG BERKOPETEN No JENIS PERSELISIHAN PENYEBAB PERSELISIHAN LEMBAGA KOMPETEN PIHAK YANG MENGAJUKAN

1. 2.

Dokumen yang terkait

Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT Perkebunan IX (1984-1996)

5 40 84

Evaluasi penentuan harga pokok produksi PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) Surakarta

1 13 108

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA MUSIMAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) P.G MOJO Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Musiman Di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) P.G Mojo Kabupaten Sragen.

0 3 17

ANALISIS PENGARUH STRESS KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) Analisis Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Batujamus/Kerjoarum Karanganyar.

0 1 17

ANALISIS PENGARUH STRESS KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) Analisis Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Batujamus/Kerjoarum Karanganyar.

0 1 12

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA YANG EFISIEN TERHADAP PROFITABILITAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX Pengaruh Manajemen Modal Kerja Yang Efisien Terhadap Profitabilitas Pt. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2009-2012 Di Jawa Tengah.

0 1 13

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA YANG EFISIEN TERHADAP PROFITABILITAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX Pengaruh Manajemen Modal Kerja Yang Efisien Terhadap Profitabilitas Pt. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2009-2012 Di Jawa Tengah.

0 1 15

ANALISIS ANGGARAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) PG. MOJO SRAGEN.

0 0 6

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2004-2005 antara Direksi PT Perkebunan Nusantara IX dengan Federasi Serikat Pekerja Perkebunan IX Divisi Tanaman Tahunan PT Perkebunan Nusantara IX di Pabrik Kebun Getas Kabupaten Semarang.

0 0 2

PEREMAJAAN OPTIMAL TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (ANALISIS SIMULASI PADA KEBUN GETAS)

0 0 10